11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Motivasi merupakan tenaga dari dalam diri individu atau manusia yang mendorongnya untuk bertindak, serta proses yang berlangsung dalam diri seseorang untuk bertindak. Motivasi menyangkut reaksi berantai yaitu dimulai dari keinginan yang dirasakan, lalu timbul keinginan atau sasaran yang hendak dicapai, kemudian menyebabkan usaha untuk mencapai tujuan yang berakhir dengan pemuasan. Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan efektif tidaknya proses belajar mengajar. Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun dari luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. “Maka motivasi dapat diartikan sebagai 12 dayapenggerak yang telah menjadi aktif”. Motif akan menjadi aktif terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak, (Sardiman, AM 2009: 73) Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 152), motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Mc. Donald dalam Oemar Hamalik (2005:158) mengatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Mc Clelland, seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Ada tiga jenis kebutuhan manusia menurut Mc Clelland, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk kekuasaan, dan kebutuhan untuk berafiliasi. 1. The Need For Achievement (n-ach) Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki n-ach tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi. Sebab-sebab seseorang memiliki n-ach yang tinggi diantaranya adalah pujian dan imbalan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi dan keinginan untuk menghadap tantangan. 13 2. The Need For Authority and Power (n-pow) Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk mengatur atau memimpin orang lain. Menurut Mclelland. ada dua jenis kebutuhan untuk kekuasaan, yaitu probadi dan sosial. 3. The Nedd For Affiliation (n-affil) Kebutuhan ini adalah yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya. Mc Clelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan affiliation akan mencampuri objektifitas seseorang, sebab jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan malakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya. Dian. 2007. Teori Motivasi Berprestasi. http://teorimotivasiberprestasi/mc clelland/2007.htm Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai, (Sardiman, AM 2009:77). Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis seperti yang diungkapkan oleh (Oemar Hamalik, 2005: 162). 1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situas belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Sering disebut motivasi siswa sebab merupakan motivasi yang sebenarnya timbul dalam diri siswa sendiri. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Motivasi ini diperlukan sebab tidak semua pengajaran menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, seorang guru perlu membangkitkan motivasi belajar siswa. Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik sehingga perlu dibangun motivasi intrinsic pada diri siswa. 14 Diharapkan anak jangan hanya mau belajar karena takut dimarahi, dihukum, mendapat angka merah, ataupun takut tidak lulus dalam ujian. Tetapi, anak mau belajar karena merasa perlu untuk mencapai tujuan belajarnya. Mengingat begitu pentingnya motivasi bagi peserta didik dalam proses pembelajaran maka siswa hendaknya memiliki motivasi dalam dirinya. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tekun menghadapi tugas Ulet menghadapi kesulitan Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah Lebih senang bekerja sendiri Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin Dapat mempertahankan pendapatnya Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal (Sardiman,AM 2009: 83) Sardiman, AM (2009:85) mengungkapkan tiga fungsi motivasi, yaitu: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyekleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan apa yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 4. Pendorong usaha pencapaian prestasi. Setiap motivasi mempunyai tujuan dan secara umum motivasi bertujuan menggerakkan seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam 15 meningkatkan motivasi belajar siswa. Bagi guru tujuan dari motivasi yang diberikan pada siswa adalah untuk menggerakkan para siswa agar timbul keinginan dan kemauan untuk belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan dan diterapkan dalam sekolah. Menurut De Decce dan Grawford dalam Syaiful Bahri Djamarah (2008: 169) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik adalah sebagai berikut : 1. Menggairahkan anak didik. Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Untuk dapat meningkatkan kegairahan anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap anak didiknya. 2. Memberikan harapan yang realistis. Guru harus memelihara harapanharapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik dimasa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimis. 3. Memberikan insentif. Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuantujuan pengajaran. 16 4. Mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Cara mengarahkan perilaku anak didik adalah dengan memberikan penugasan, bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut dan dengan perkataan yang ramah dan baik. Motivasi belajar dapat menimbulkan rasa senang dan semangat dalam kegiatan belajar sehingga siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mendorong mereka melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan usaha yang tekun dan dilandasi dengan motivasi yang kuat, maka akan menghasilkan prestasi yang baik. Sardiman, AM (2009:92) mengemukakan ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu: 1. Memberi angka (simbol dari kegiatan belajarnya) 2. Memberi hadiah 3. Persaingan atau kompetisi 4. Ego-involvement 5. Memberi ulangan 6. Mengetahui hasil 7. Pujian 8. Hukuman 9. Hasrat untuk belajar 10. Minat 11. Tujuan yang diakui Dengan adanya unsur-unsur di atas, guru harus mengetahui dan memperhatikannya dalam pembelajaran, agar dapat mendukung lebih optimal motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa untuk meningkatkan motivasi belajar. Upaya untuk meningkatkan motivasi tersebut diantaranya mengoptimalkan penerapan prinsip belajar, mengoptimalkan unsur-unsur 17 belajar dan pembelajaran, mengoptimalkan kemampuan dan mengembangkan cita-cita dan aspirasi pembelajaran. Berdasarkan pengertian-pengertian motivasi yang telah dikemukakan para ahli diatas, maka dapat disimpulakan bahwa motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu baik yang positif maupun yang negatif kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Prinsip-prinsip yang harus diterapkan guna meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu topik yang dipelajari menarik, tujuan pembelajaran disusun dengan jelas, peserta didik mengetahui hasil belajarnya, pemberian pujian dan hadiah dari pada hukuman. 2. Kesiapan Belajar Kesiapan belajar adalah kemauan individu untuk berkembang dan terjadi melalui proses waktu. Kesiapan belajar akan membawa seseorang untuk siap memberikan respon terhadap situasi yang dihadapi melalui caranya sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Thorndike yang dikutip dalam Slameto (2003:114) kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Sedangkan Slameto (2003:113) mengemukakan kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon. Nasution (1987:179) “kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi yang mendahului kegiatan belajar itu sendiri . Tanpa kesiapan atau kesediaan ini, 18 proses belajar tidak akan terjadi”. Pernyataan ini menyatakan bahwa hal-hal yang dilakukan oleh siswa atau ditunjukkan oleh prilaku siswa sebelum terjadinya proses belajar, hal tersebut perlu dilakukan oleh siswa agar lebih mendukung terlaksananya proses belajar yang lebih optimal jika dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi proses belajar tersebut. Menurut Hamalik (2005:41) kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu. Sedangkan menurut Djamarah (2010:39) kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan kegiatan belajar. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian kesiapan belajar adalah kondisi awal suatu kegiatan belajar yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban yang ada pada diri siswa dalam mencapai tujuan pengajaran tertentu. Menurut Soemanto (1998:191) ada orang yang mengartikan readiness sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Seorang ahli bernama Cronbach memberi pengertian tentang readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu. Readiness dalam belajar melibatkan beberapa faktor yang bersamasama membentuk readiness, yaitu: 1. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis; ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera dan kapasitas intelektual. 19 2. Motivasi; yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri, motivasi berhubungan dengan system kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar siswa. Di bawah ini di kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut: Menurut Djamarah (2010:13) faktor-faktor kesiapan meliputi: 1. Kesiapan Fisik Misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari ganguan lesu,mengantuk dan sebagainya). 2. Kesiapan Mental Misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi dan ada motivasi intrinsik. 3. Kesiapan Sarana Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan dan lain-lain. Menurut Darsono (2000:27) faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar siswa, yaitu sebagai berikut: 1. Kondisi fisik yang tidak kondusif Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar. 2. Kondisi psikologis yang kurang baik Misalnya gelisah, tertekan, dsb. merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar. Menurut Slameto (2003:113) kondisi kesiapan mencakup 3 aspek, yaitu: 1. Kondisi fisik, mental dan emosional 2. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan 3. Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari 20 Prinsip-prinsip kesiapan menurut Slameto (2003:115) meliputi: 1. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi) 2. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman 3. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan 4. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan. Menurut Soemanto (1998:192) prinsip bagi perkembangan readiness meliputi: 1. Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness. 2. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu. 3. Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsifungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah. 4. Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya. Aspek-aspek kesiapan menurut Slameto (2003:115) adalah: 1. Kematangan (maturation) Kematangan adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. 2. Kecerdasan Di sini hanya dibahas perkembangan kecerdasan menurut J. Piaget. Menurut dia perkembangan kecerdasan adalah sebagai berikut: a. Sensori motor periode (0 – 2 tahun) Anak banyak bereaksi reflek, reflek tersebut belum terkoordinasikan. Terjadi perkembangan perbuatan sensori motor dari yang sederhana ke yang relatif lebih kompleks. 21 b. Preoperational period (2 – 7 tahun) Anak mulai mempelajari nama-nama dari obyek yang sama dengan apa yang dipelajari orang dewasa. c. Concrete operation (7 – 11 tahun) Anak mulai dapat berfikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak coba-coba salah (trial and error). d. Formal operation (lebih dari 11 tahun) Kecakapan anak tidak lagi terbatas pada obyek-obyek yang konkret serta: Ia dapat memandang kemungkinan-kemungkinan yang ada melalui pemikirannya. Dapat mengorganisasikan situasi/masalah Dapat berfikir dengan betul (dapat berpikir yang logis, mengerti hubungan sebab akibat, memecahkan masalah/berpikir secara ilmiah) Dari beberapa teori tentang kesiapan belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan belajar memiliki tiga aspek yang dapat mempengaruhinya yaitu fisik, mental dan sarana. 1. Kesiapan Fisik Kondisi fisik mencakup kondisi fisik yang temporer seperti sakit, lemah, lesu, kondisi penglihatan, pendengaran serta yang permanen misalnya cacat tubuh. Jika seorang siswa tidak memiliki kondisi fisik yang kondusif 22 maka akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan dalam belajar. Tetapi jika kondisi fisik seorang siswa kondusif maka akan mencapai tingkat kesiapan yang maksimal dan akan mendukung terlaksananya proses belajar yang lebih optimal jika dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki kondisi fisik yang kondusif. 2. Kesiapan Mental Kondisi kesiapan mental menyangkut kecerdasan anak, persiapan anak sebelum mengikuti pembelajaran, kondisi anak yang dapat berkonsentrasi atau tidak pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dan kondisi mental yang tidak tertekan dengan adanya tugas dan termasuk didalamnya motivasi intrinsik. Siswa yang cerdas dan berbakat memungkinkan untuk mempersiapkan dirinya sebelum mengikuti pembelajaran dengan cara mempelajari materi dari buku diktat atau buku yang sejenis sesuai dengan materi yang akan dipelajari oleh guru, sehingga siswa lebih berkonsentrasi saat proses pembelajaran berlangsung dan dapat melaksanankan tugastugas yang diberikan oleh guru dengan lebih baik. 3. Kesiapan Sarana Kesiapan saran belajar adalah kebutuhan siswa mencakup peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan saat belajar seperti buku pelajaran atau catatan pelajaran sarana lain yang disediakan disekolah seperti fasilitas internet yang memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam menguasai pelajaran. 23 3. Prestasi Belajar Pada hakekatnya belajar suatu usaha yang dengan sengaja dan terencana dilakukan oleh individu sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku, yang berupa sikap, cara berfikir dan keterampilan serta pengetahuan, sesuai dengan apa yang dipelajari. Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Kata prestasi berasal dari bahas Belanda yaitu ”Prestatie”. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “Prestasi” yang berarti “Hasil Usaha”. Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. 24 Sedangkan menurut S. Nasution (2004:54) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”. Prestasi belajar dipengaruhi oleh kesiapan belajar dan motivasi belajar sesuai dengan pendapat Darsono (2000:26) mengemukakan bahwa prinip-prinsip belajar adalah hal-hal yang sangat penting yang harus ada dalam suatu proses belajar dan pembelajaran. Jika hal-hal tersebut diabaikan, dapat dipastikan pencapaian hasil belajar tidak optimal. Prinsip-prinsip belajar meliputi: kesiapan belajar, perhatian, motivasi, keaktifan siswa, mengalami sendiri, pengulangan materi pelajaran yang menantang, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2003:54) adalah sebagai berikut: 1. Faktor intern Yaitu faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari: a. Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) b. Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan) c. Faktor kelelahan 2. Faktor ekstern Yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern terdiri dari: 25 a. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan) b. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siwa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah) c. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyrakat) Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Sedangkan prestasi belajar mata pelajara geografi adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran geografi setelah seorang siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah. Hasil belajar yang telah dicapai para siswa akan nampak pada bentuk nilai nyata yang diperoleh melalui suatu penilaian yang telah distandarisasikan baik dalam bentuk huruf maupun angka. 26 Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diketahui melalui evaluasi dan ditunjukkan dalam bentuk nilai yang berupa angka atau huruf. 4. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar Geografi Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai, Sardiman, AM (2009:77). Motivasi belajar siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Motivasi belajar dapat berfungsi sebagai pendorong pencapaian prestasi belajar Geografi. Setiap orang mempunyai motivasi untuk belajar, baik itu motivasi dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Siswa akan belajar dengan sunguhsungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan menunjukkan prestasi yang baik. Usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi belajar menyebabkan seseorang dapat prestasi belajar yang baik. Motivasi belajar seorang siswa akan turut menentukan pencapaian prestasi belajarnya. 5. Hubungan antara kesiapan belajar dengan prestasi belajar Geografi Menurut Slameto (2003:113) mengemukakan kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di 27 dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon. Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu proses belajar, karena dengan memiliki kesiapan, apapun yang di kerjakan oleh siswa akan dapat teratasi dan berjalan lancar serta dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Oleh karena itu untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik dan maksimal diperlukan persiapan siswa dalam belajar yang baik pula. Persiapan siswa dalam belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh siswa dalam mencapai prestasi belajar. B. Penelitian yang Relevan 1. Dwi Wahyuni (2005) mengkaji mengenai “Pengaruh Kesiapan Belajar, Motivasi Berprestasi dan Pengulangan Materi Pelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa” yang menyatakan ada pengaruh antara kesiapan belajar, motivasi berprestasi dan pengulangan materi pelajaran terhadap hasil belajar siswa. 2. Rion Frianda (2012) mengkaji mengenai “Hubungan Kesiapan Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa” yang menyatakan ada hubungan antara kesiapan belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa. C. Kerangka Berfikir Motivasi belajar siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Motivasi belajar dapat berfungsi sebagai 28 pendorong pencapaian prestasi belajar Geografi. Setiap orang mempunyai motivasi untuk belajar, baik itu motivasi dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Siswa akan belajar dengan sunguh-sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan menunjukkan prestasi yang baik. Usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi belajar menyebabkan seseorang dapat prestasi belajar yang baik. Motivasi belajar seorang siswa akan turut menentukan pencapaian prestasi belajarnya. Selain itu dengan adanya kesiapan belajar terhadap suatu obyek atau aktivitas maka akan mendorong siswa lebih mencurahkan perhatiannya pada obyek terebut. Dalam proses belajar kesiapan menyebabkan seseorang belajar secara aktif, sungguh-sungguh dan penuh gairah. Belajar yang penuh kesiapan akan menumbuhkan hasil yang memuaskan, tetapi sebaliknya belajar tanpa kesiapan memungkinkan hasil yang dicapai kurang memuaskan. Menurut Soemanto (1998:191) Readiness dalam belajar melibatkan beberapa faktor yang bersama-sama membentuk readiness, yaitu: 1. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis; ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera dan kapasitas intelektual. 2. Motivasi; yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri, motivasi berhubungan dengan system kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan. 29 Motivasi belajar yang tinggi akan membuat siswa memiliki kesiapan belajar yang baik karena kesiapan belajar terbentuk dengan melibatkan motivasi, sehingga akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Berdasarkan uraian diatas diduga terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar Geografi siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara. Dengan demikian, keterkaitan antara motivasi belajar dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar dapat dirumuskan dalam kerangka pikir sebagai berikut: Motivasi Belajar (X1) Prestasi Belajar Geografi (Y) Kesiapan belajar (X2) Gambar 1. Diagram Ahir Penelitian D. Hipotesis Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mata pelajaran Geografi Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2011-2012. 30 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kesiapan belajar dengan prestasi belajar Geografi Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2011-2012. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar mata pelajaran Geografi Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2011/2012.