PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 MALANG Windy Rosyadah M., Susriyati Mahanal, dan Sunarmi. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang. Jalan Semarang, 5 Malang 65145 Email: [email protected], [email protected], [email protected]. ABSTRAK: Permasalahan dalam pembelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri 19 Malang adalah siswa kurang fokus pada proses pembelajaran dan kurang memahami materi pembelajaran saat guru menggunakan metode konvensional. Siswa merasa kesulitan dan pasif dalam kegiatan pembelajaran sehingga berdampak pada minat belajar dan hasil belajar yang kurang memuaskan. Model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013 dan sesuai untuk mengatasi rendahnya minat belajar serta hasil belajar kognitif siswa adalah model inkuiri terbimbing. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing pada matapelajaran IPA terhadap minat belajar dan hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Negeri 19 Malang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan Pre-test-Post-test Nonequivalent Control Group Design. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII-H (kelas eksperimen) dan VII-I (kelas kontrol) SMPN 19 Malang tahun ajaran 2015-2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran inkuiri terbimbing tidak berpengaruh terhadap minat belajar IPA siswa kelas VII SMP Negeri 19 Malang dengan nilai signifikansi p = 0,703 > 0,05 dan Fhitung (0,147) < Ftabel (3,99); (2) Pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif IPA siswa kelas VII SMP Negeri 19 Malang dengan nilai signifikansi p = 0,049 < 0,05 dan Fhitung (4,026) > Ftabel (3,99). Hasil belajar kognitif pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 22,25%, sedangkan kelas kontrol sebesar 19,99%. Kata Kunci: inkuiri terbimbing, minat belajar, hasil belajar kognitif ABSTRACT: The problems of 7th grade students of Junior High School 19 Malang in science learning are students’ low focus level in class and low understanding level of lesson materials when teachers use conventional method. Students meet learning difficulties that is impacted to unsatisfying learning interest and cognitive achievement. Guided Inquiry Learning is suitable both for the 2013 Curriculum and the found problems. The research purpose were to know the effect of guided inquiry learning on the science learning interest and cognitive achievement of 7th grade students of Junior High School 19 Malang. The research design used here was quasi-experiment with pre-test-post-test Nonequivalent Control Group Design. The subject samples were VII-H (experiment class) and VII-I (control class) of 2015-2016 academic year. The results showed that: (1) Guided inquiry learning doesn’t affect science learning interest of 7th grade students of Junior High School 19 Malang with the significance p = 0,703 > 0,05 and Ftest (0,147) < Ftable (3,99); (2) Guided inquiry learning affects science cognitive achievement of Junior High School 19 Malang with the significance p = 0,049 < 0,05 and Ftest (4,026) > Ftable (3,99). Guided inquiry learning has gained science cognitive achievement by 22,25% and 19,99% for experiment class and control class respectively. Keywords: guided inquiry learning, learning interest, cognitive achievement. Pendidikan adalah aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Perkembangan zaman yang sangat pesat dari waktu ke waktu menuntut manusia untuk ikut terus berkembang dan menguasai ilmu pengetahuan. Sistem pendidikan di Indonesia diatur dalam Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki pola pembelajaran aktif-mencari yang semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik bertujuan untuk membuat siswa membentuk konsep secara aktif dengan berpedoman pada metode ilmiah. Tujuan lain dari pendekatan saintifik adalah mengajarkan pada siswa bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA kelas 7 SMP Negeri 19 Malang, guru mengalami kesulitan dalam penguasaan materi IPA dalam Kurikulum 2013 sehingga guru memilih untuk mengajar secara konvensional. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri 19 Malang, siswa kurang terfokus pada proses pembelajaran dan kurang memahami materi pembelajaran saat guru menggunakan metode konvensional. Metode ini terlihat kurang diminati oleh siswa karena dianggap monoton dan membosankan. Pada kelas 7H dan 7I, siswa cenderung pasif dan diam selama pelajaran berlangsung. Hanya 33% dari total siswa yang aktif dalam pembelajaran. Siswa kelas 7 masih sangat bergantung pada catatan yang diberikan oleh guru sehingga waktu banyak digunakan untuk mencatat. Siswa juga kurang membaca konsep di rumah padahal sudah disuruh untuk membaca. Minat belajar siswa yang sedikit ditunjukkan dari tidak munculnya sikap siswa yang sesuai dengan indikator minat belajar, yaitu perasaan senang, ketertarikan siswa, perhatian siswa, dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Wartini, 2012). Siswa kurang bisa bekerjasama dengan anggota lain dalam satu kelompok, kurang antusias saat mengerjakan tugas, dan kurang tertarik untuk memahami materi. Siswa merasa kesulitan dan pasif dalam kegiatan pembelajaran sehingga berdampak pada minat belajar dan hasil belajar yang kurang memuaskan. Model Inkuiri Terbimbing merupakan salah satu metode yang dapat mendukung peningkatan hasil belajar dan minat belajar siswa, yaitu dengan mengedepankan kemampuan berpikir siswa berlandaskan metode ilmiah. Model ini sejalan dengan pendekatan saintifik dan dapat melatih siswa membentuk pola pikir ilmiah dalam pembelajaran. Alasan memilih Model Inkuiri Terbimbing adalah karena sintaks di dalamnya dinilai sesuai dengan metode ilmiah. Model Inkuiri Terbimbing juga dinilai dapat membantu siswa berlatih berpikir sesuai instruksi dari guru. Masalah yang diberikan guru diharapkan dapat membuat siswa ingin memecahkan masalah tersebut sehingga siswa memiliki keinginan besar untuk belajar. Model ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memahami materi pembelajaran sehingga dimungkinkan dapat meningkatkan minat belajar serta hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh As’ad (2015) menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar dan minat belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Rahmawati (2014) membuktikan bahwa ada pengaruh metode inkuiri terbimbing dengan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa. METODE Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasi kausal bersifat eksperimen semu (quasi-experimental design) dengan Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. Satu kelompok subjek diberi perlakuan tertentu (eksperimen), sementara kelompok yang satunya lagi dijadikan sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menerapkan pembelajaran berbasis pembelajaran konvensional. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut diawali dengan pretest dan setelah diberi perlakuan diakhiri dengan posttest. Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut. Tabel 1.1 Rancangan Penelitian Subyek Pretest O1 ER O3 CR (Sumber: Tuckman, 1999:141) Keterangan: ER = Kelompok Eksperimen CR = Kelompok Kontrol X1 = Model inkuiri terbimbing X2 = Pembelajaran konvensional O1-O4 = Skor tes (pengukuran) Perlakuan X1 X2 Posttest O2 O4 Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII H SMP Negeri 19 Kota Malang tahun pelajaran 2015-2016 untuk kelompok eksperimen dan kelas VII I SMP Negeri 19 Kota Malang tahun pelajaran 2015-2016 untuk kelompok kontrol. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang diambil adalah data minat belajar dan hasil belajar kognitif siswa terhadap matapelajaran IPA. Teknik analisis yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. HASIL DAN PEMBAHASAN Minat belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol diukur dengan memberikan angket minat belajar sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (posttest). Rerata nilai awal dan nilai akhir minat belajar serta peningkatannya dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut. Tabel 1.2 Persentase Peningkatan Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol KELAS Kontrol Eksperimen XMINAT 66,97 67,35 YMINAT 68,65 69,21 SELISIH 1,68 1,86 PENINGKATAN 2,51% 2,76% Hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol diukur dengan memberikan tes uraian sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (posttest). Rerata nilai awal dan nilai akhir hasil belajar kognitif serta peningkatannya dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut. Tabel 1.3 Persentase Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol KELAS Kontrol Eksperimen XTES 51,62 56,68 YTES 61,94 69,29 SELISIH 10,32 12,61 PENINGKATAN 19,99% 22,25% Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi data pretest minat belajar adalah 0,533 dan data posttest minat belajar adalah 0,253. Nilai signifikansi data pretest hasil belajar kognitif adalah 0,299 dan data posttest hasil belajar kognitif adalah 0,347. Kesimpulan yang didapat dari hasil uji tersebut adalah data hasil minat belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol telah terdistribusi normal. Ringkasan hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut ini. Tabel 1.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Variabel Minat Belajar Pretest Posttest Hasil Belajar Kognitif Pretest Posttest Mean Std Deviation Asymp sig. Keterangan 67,16 68,93 4,580 4,440 0,533 0,253 Normal Normal 54,15 65,62 9,975 10,806 0,299 0,347 Normal Normal Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi data pretest minat belajar adalah 0,533 dan data posttest minat belajar adalah 0,253. Nilai signifikansi data pretest hasil belajar kognitif adalah 0,299 dan data posttest hasil belajar kognitif adalah 0,347. Kesimpulan yang didapat dari hasil uji tersebut adalah varian data hasil minat belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol tidak berbeda atau homogen. Ringkasan hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut ini. Tabel 1.5 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Variabel Minat Belajar Pretest Posttest Hasil Belajar Kognitif Pretest Posttest F df1 df2 Sig. Keterangan 0,057 0,089 1 1 66 66 0,813 0,767 Homogen Homogen 4,421 0,979 1 1 66 66 0,039 0,326 Homogen Homogen Hasil uji Anakova minat belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 1.6. Berdasarkan hasil uji Anakova dapat dilihat bahwa nilai signifikansi p = 0,703 > 0,05 dan Fhitung (0,147) < Ftabel (3,99). Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak, yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing tidak berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Tabel 1.6 Ringkasan Anakova Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Minat Belajar Siswa Type III Sum of df Squares Corrected Model 577.856a Intercept 209.560 XMINAT 572.547 KELAS 1.679 Error 742.776 Total 324379.000 Corrected Total 1320.632 a. R Squared = .438 (Adjusted R Squared = .420) Source Mean Square 2 1 1 1 65 68 67 288.928 209.560 572.547 1.679 11.427 F Sig. 25.284 18.338 50.103 .147 .000 .000 .000 .703 Hasil uji Anakova menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing tidak berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Hasil ini tidak sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh As’ad (2015) yang menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar dan minat belajar siswa. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor guru, faktor sintaks, dan faktor jam pelaksanaan pembelajaran. Faktor guru, yaitu kelas eksperimen dan kontrol diajar oleh peneliti sehingga berpengaruh pada hasil angket minat belajar siswa. Siswa merasa lebih nyaman dan senang belajar dengan peneliti sehingga minat belajar siswa menjadi tinggi sejak awal hingga akhir perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slameto (2010) bahwa hubungan yang terjalin dengan baik antara guru dan siswa akan mempermudah siswa untuk belajar, begitu pula sebaliknya. Seharusnya kelas kontrol tetap diajar oleh guru pamong, sedangkan peneliti hanya mengajar di kelas eksperimen. Selanjutnya adalah faktor sintaks, yaitu siswa belum terbiasa belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sehingga siswa malu untuk bertanya, memberi tanggapan, dan menyajikan hasil diskusi pada kelompok lain. Sebaiknya guru mengenalkan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa terlebih dahulu agar terbentuk kultur pembelajaran inkuiri di dalam kelas. Kultur pembelajaran inkuiri yang telah terbentuk akan memudahkan siswa untuk belajar sesuai dengan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing. Faktor jam pelaksanaan pembelajaran, yaitu mata pelajaran IPA pada kelas eksperimen dilaksanakan pada siang hari sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pada pagi hari. Hal ini memunculkan perbedaan tingkat konsentrasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Slameto (2010) menyatakan bahwa jika siswa belajar dalam keadaan tubuh yang lelah akan mengalami kesulitan menerima pelajaran. Sebaliknya siswa yang belajar di pagi hari akan lebih mudah dalam menerima pelajaran. Sebaiknya kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki jam pelaksanaan pembelajaran IPA yang sama atau berdekatan agar hasil penelitian lebih akurat. Hasil uji Anakova hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat pada Tabel 1.7. Berdasarkan hasil uji Anakova dapat dilihat bahwa nilai signifikansi p = 0,049 < 0,05 dan Fhitung (4,026) > Ftabel (3,99). Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Tabel 1.7 Ringkasan Anakova Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Type III Sum of df Squares Corrected Model 3450.234a Intercept 1994.478 XTES 2531.117 KELAS 270.890 Error 4373.825 Total 300610.000 Corrected Total 7824.059 a. R Squared = .441 (Adjusted R Squared = .424) Source Mean Square 2 1 1 1 65 68 67 1725.117 1994.478 2531.117 270.890 67.290 F Sig. 25.637 29.640 37.615 4.026 .000 .000 .000 .049 Hasil uji Anakova menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Hasil ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2014). Penelitian tersebut membuktikan bahwa ada pengaruh metode inkuiri terbimbing dengan hasil belajar kognitif siswa. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memfasilitasi siswa untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Siswa memiliki ruang seluas-luasnya untuk melakukan hal tersebut. Siswa pada awalnya masih belum terbiasa mencari sendiri namun bimbingan dari guru memunculkan keinginan siswa untuk menemukan informasi yang digunakan untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran inkuiri terbimbing juga menerapkan aktivitas-aktivitas ilmiah sehingga dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa selama pembelajaran. Anam (2015) menyatakan bahwa strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Siswa ditempatkan sebagai subyek belajar yang tidak hanya berperan sebagai penerima pembelajaran namun juga sebagai pencari dan penemu materi pembelajaran yang disampaikan. Guru lebih berperan sebagai pembimbing siswa untuk belajar dan bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, yaitu sebanyak 19,99% pada kelas kontrol dan 22,25% pada kelas eksperimen. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki rerata terkoreksi hasil belajar kognitif lebih besar daripada pembelajaran konvensional, yaitu dengan selisih sebesar 4,13 atau 6,50% lebih besar daripada rerata terkoreksi kelas kontrol. Hasil belajar kognitif kelas yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Pembelajaran inkuiri terbimbing tidak berpengaruh terhadap minat belajar IPA siswa kelas VII SMP Negeri 19 Malang. 2. Pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas VII SMP Negeri 19 Malang. Hasil belajar kognitif pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 22,25%, sedangkan kelas kontrol sebesar 19,99%. Berdasarkan penelitian yang telah diajukan, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. 1. Jam pelaksanaan pembelajaran IPA pada kelas eksperimen dan kontrol harus diperhatikan agar jarak waktu antara kedua kelas tidak berbeda jauh dan hasil penelitian menjadi lebih akurat. 2. Sebelum menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing sebaiknya membangun kultur inkuiri di dalam kelas agar siswa terbiasa dengan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing. DAFTAR RUJUKAN Anam, K.. 2015. PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. As’ad, S. 2015. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Minat dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X Teknik Audio Video SMKN 3 Mataram Mata Pelajaran Teknik Elektronika Dasar. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: FT UNY Rahmawati, Rizka S.. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Tuckman, Bruce W.. 1999. Conducting Educational Research: Second Edition. New York City: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.. Wartini, S.. 2012. Peningkatan Minat Belajar Seni Tari Melalui Hypnoteaching di SD Negeri 1 Prambanan Klaten. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni UNY.