FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia PERSEPSI FARMASIS TENTANG KEBIJAKAN SUBSTITUSI GENERIK DAN PELAKSANAANNYA DI KABUPATEN KONAWE Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara HOTEL HORISON MAKASSAR, 28-29 September 2011 LATAR BELAKANG Obat merupakan salah satu komponen pelayanan kesehatan yang paling mahal Harga obat bervariasi, misalnya : untuk amoxicillin 250 mg (generik) Rp. 259 sedangkan amoxan 250 mg (sanbe) Rp. 1.584 (Budiharto ,2004) Salah satu cara pemerintah untuk menjamin keterjangkauan obat yaitu dengan program obat generik (Permenkes RI 02.02 tahun 2010) Farmasis dapat berperan meningkakan penggunaan obat dengan biaya optimal melalui obat generik, hal ini sesuai dengan PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pada pasal 24b Substitusi generik di Kabupaten Konawe belum sepenuhnya berjalan maksimal terutama di apotek swasta dan pelaksanaan substitusi terkadang hanya dilakukan jika obat yang diresepkan oleh dokter tidak tersedia atau obat kosong. Rumusan Masalah Bagaimana persepsi farmasis tentang kebijakan substitusi generik dan pelaksanaannya di Kab. Konawe Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Menganalisis persepsi apoteker, dan tenaga teknis kefarmasian di Kab. Konawe tentang kebijakan substitusi generik Tujuan Khusus : 1. Menilai pelaksanaan substitusi generik oleh farmasis di Kab. Konawe setelah dikeluarkannya PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pada pasal 24b dan Permenkes RI 02.02 tahun 2010 tentang kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. 2. Menghitung frekuensi substitusi generik di Kab. Konawe setelah dikeluarkannya PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pada pasal 24b dan Permenkes RI 02.02 tahun 2010 tentang kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Landasan teori Regulasi/kebijakan Farmasis Persepsi Membentuk Sikap Mempengaruhi Perilaku KERANGKA PIKIR PENELITIAN PP Nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pada pasal 24b Permenkes RI 02.02 tahun 2010 tentang kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah Farmasis Persepsi tentang kebijakan substitusi generik Pelaksanaan substitusi generik Frekuensi substitusi generik Kerangka konsep penelitian Variabel bebas PP No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pasal 24b Permenkes RI 02 02 Tahun 2010 Tentang kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan pemerintah Variabel terikat Persepsi farmasis tentang kebijakan substitusi generik Pelaksanaan kebijakan subtitusi generik Indikator : Indikator : 1.pendapat tentang substitusi generik 1.Sikap substitusi generik 2.pengetahuan tentang substitusi generik 2. tindakan substitusi generik 3. Persentase Substitusi generik METODE PENELITIAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan cross sectional survey pada farmasis yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah 47 orang Farmasis yang terdiri atas apoteker, dan tenaga teknis kefarmasian yang bekerja di apotek, puskesmas, dan instalasi farmasi rumah sakit di Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. CARA ANALISIS DATA DATA TERKUMPUL OBSERVASI RESEP KUESIONER ANALISIS DISTRIBUSI FREKUENSI ANALISIS BIVARIAT TABEL PERSENTASE HASIL PENELITIAN GAMBARAN DAERAH PENELITIAN • Ibukota : Unaaha • Luas wilayah : 11.669,91 km² • Kepadatan penduduk : 33,7 jiwa pada tahun 2009 • Tersedia : 1 rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 111 bed pada tahun 2010, 29 Puskesmas, 10 apotek, dan 2 toko obat. KARAKTERISTIK RESPONDEN No. 1. 2. 3. 4. Karakteristik Responden Keterangan Jumlah (f) Persentase (%) a. Laki-Laki 13 28 b. Perempuan 34 72 a. 20-30 tahun 37 79 b. 31-40 tahun 7 15 c. 41-50 tahun 2 4 d. 51-60 tahun 1 2 a. 1- 5 tahun 37 79 b. 6 -10 tahun 3 6 c. ≥10 tahun 6 13 Pendidikan a. Apoteker 14 30 Kefarmasian b. Sarjana Farmasi 13 28 c. D3 Farmasi 17 36 d. Sekolah Menengah Farmasi 3 6 Jenis Kelamin Umur Lama bekerja Persepsi Farmasis Tentang Kebijakan Substitusi Generik dan Pelaksanaannya di Kabupaten Konawe Pengetahuan Farmasis di Kabupaten Konawe Tentang Kebijakan Substitusi Generik Pertanyaan dan respon Ya Tidak n % n % 1. Apakah ada peraturan yang mengharuskan substitusi generik oleh farmasis ? 40 85 7 15 2. Apakah ada peraturan yang mengharuskan farmasis untuk mengganti obat 32 68 15 32 3. Apakah apotek mempunyai daftar obat esensial nasional 2008 ? 40 85 7 15 4. Apakah apotek wajib memiliki satu produk untuk setiap obat yang termasuk 37 79 10 21 5. Dapatkah apotek menentukan produk generik yang akan dijual ? 29 62 18 38 6. a. Apakah farmasis memberikan informasi kepada konsumen mengenai 36 77 11 23 31 66 16 34 34 72 13 28 28 60 19 40 35 74 12 26 merek lain, tetapi dengan obat yang sejenis ? dalam daftar obat esensial nasional 2008? substitusi generik dengan alasan harga obat generik lebih murah ? b. Apakah farmasis memberikan informasi kepada konsumen mengenai produk obat ? c. Apakah farmasis memberikan informasi kepada konsumen mengenai masa kadaluarsa obat ? 7. Ketika ada beberapa obat generik dari pabrik yang berbeda bisakah konsumen menentukan produk generik yang akan dibeli ? 8. Apakah ada insentif dari pemilik pabrik kepada apote yang memberikan obat generik ? Pendapat Farmasis di Kabupaten Konawe Tentang Implementasi Kebijakan Substitusi Generik Pertanyaan dan respon 1. Apakah anda setuju bahwa farmasis harus diberi hak substitusi generik ? a. (ya) b. (tidak) 2. Manakah dari standar kompetensi farmasis yang memperbolehkan farmasis melakukan substitusi generik ? a. Asuhan kefarmasian b. Akuntabilitas praktek farmasis c. Manajemen praktis farmasis d. Pendidikan dan pelatihan farmasis 3. Manakah dari standar praktek berikut yang anda pilih ? a. Apoteker diperbolehkan untuk melakukan substitusi generik tanpa berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep b. Apoteker harus berkonsultasi dengan dokter yang menuliskan resep ketika melakukan substitusi generik c. Apoteker hanya diminta untuk berkonsultasi dengan dokter yang menuliskan resep ketika menggantikan obat tertentu 4. Kelompok obat mana yang anda lebih pilih untuk berkonsultasi dengan dokter yang menuliskan resep ketika melakukan substitusi generik ? a. Obat daftar W (obat bebas dan obat bebas terbatas) b. Obat daftar G (obat keras) c. Obat daftar O (Narkotika) d. Obat psikotropika e. Obat dengan indeks terapi sempit f. Lain-lain (jelaskan) n % 46 1 94 2 35 3 1 9 74 6 2 19 19 40 20 42 10 21 6 28 20 14 21 1 12 60 42 29 44 2 PELAKSANAAN SUBSTITUSI GENERIK Pertanyaan dan respon n % a. Tidak pernah 5 11 b. Jarang (1 x dalam sebulan) 3 6 c. Kadang-kadang 30 64 d. Sering 8 17 e. Selalu 1 2 39 83 5 11 b. Tidak punya nomor telepon dari dokter 7 15 c. Terlalu sibuk 5 11 d. Kurangnya kepercayaan diri untuk berkomunikasi dengan dokter 2 4 e. Tidak tertarik untuk berkonsultasi dengan dokter 5 11 f. Tidak merasa perlu berkonsultasi dengan dokter 2 4 a. Alasan untuk substitusi generik 34 72 b. Pilihan obat generik 11 23 c. Harga obat generik 15 32 d. Alasan hemat biaya 13 28 e. Kualitas obat generik 9 19 f. Kepuasan pasien dengan obat generik 7 15 g. Pengalaman anda sendiri dengan obat generik 4 9 a. Alasan untuk substitusi generik 25 53 b. Pilihan obat generik 10 21 c. Harga obat generik 29 62 d. Alasan hemat biaya 26 55 e. Kualitas obat generik 21 45 f. Kepuasan pasien dengan obat generik 6 13 1. Dalam praktek, seberapa sering anda berkonsultasi dengan dokter ketika melakukan substitusi ? f. Tidak menjawab 2. Tolong beritahu alasan anda mengapa tidak berkonsultasi dengan dokter ketika melakukan substitusi generik ? Jawaban boleh lebih dari 1 pilihan a. Obat-obatan yang diresepkan adalah obat bebas atau bebas terbatas yang tidak memerlukan konsultasi dengan dokter yang menuliskan resep g. lain-lain (jelaskan) 3. Apa jenis informasi yang anda berikan kepada dokter saat melakukan substitusi generik ? Ja waban boleh lebih dari 1 pilihan h. Lain-lain (jelaskan) 4. Apa jenis informasi yang anda berikan kepada pasien ketika melakukan substitusi generik ? Jawaban boleh lebih dari 1 pilihan g. Pengalaman anda sendiri dengan obat generik h. Lain-lain (jelaskan) PERSENTASE SUBSTITUSI GENERIK No. Periode Substitusi Total jumlah resep % substitusi 1. Desember 2010 45 7220 0,62 % 2. Januari 2011 71 8040 0,88% KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Persepsi Farmasis di Kabupaten Konawe sangat setuju dengan kebijakan substitusi generik hal ini sejalan dengan dukungan penerapan kebijakan substitusi generik baik di fasilitas pelayanan pemerintah maupun swasta. Tetapi umumnya farmasis lebih sering melakukan substitusi untuk obat bebas atau obat bebas terbatas. 2. Farmasis di Kabupaten Konawe mayoritas mengetahui kebijakan substitusi generik, dalam hal ini pemahaman tentang peraturan substitusi generik yang mengacu pada PP No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian dan Permenkes RI 02.02 Tahun 2010 tentang kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. 3. Farmasis di Kabupaten Konawe mayoritas berpendapat bahwa susbtitusi generik wajib dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk kondisi pasien kurang mampu. 4. Farmasis di Kabupaten Konawe sangat mendukung pelaksanaan kebijakan substitusi generik baik di fasilitas pelayanan pemerintah maupun di swasta hal ini dibuktikan dengan selalu merkomendasikan kepada pasien untuk substitusi generik pada saat praktek. 5. Substitusi generik di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kabupaten Konawe pada bulan Desember 2010 mencapai 0,62% dan pada bulan Januari 2011 mencapai 0,88%, tingkat frekuensinya sangat kecil disebabkan resep yang diterima umumnya adalah resep generik, sedangkan di Puskesmas dan di Apotek swasta tidak terdapat resep yang disubstitusi. 6. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik responden (jenis kelamin, umur, lama bekerja, dan tingkat pendidikan) berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi farmasis tentang kebijakan substitusi generik. SARAN Adapun saran dari penelitian ini yaitu : 1. Farmasis harus lebih meningkatkan kompetensi kefarmasiannya agar mempunyai kepercayaan diri dalam melakukan substitusi generik tanpa harus konsultasi kepada dokter penulis resep. 2. Pemerintah Kabupaten Konawe perlu membuat suatu sistem/ prosedur tetap pelaksanaan subtitusi generik untuk memaksimalkan pelaksanaan substitusi generik. 3. Farmasis harus selalu menginformasikan keuntungan penggunaan obat generik kepada pasien maupun dokter penulis resep untuk meningkatkan substitusi generik di semua fasilitas pelayanan kesehatan. 4. Perlu dilakukan evaluasi frekuensi substitusi generik oleh farmasis secara terus menerus untuk memaksimalkan pelaksanaan kebijakan substitusi generik. 5. Untuk apotek swasta diharapkan meningkatkan substitusi generik terutama untuk obat-obat yang mengeluarkan biaya paling mahal. SEKIAN DAN TERIMAKASIH