MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 9 Banjarbaru Tahun Pelajaran 2010/2011) H. Muhammad Zaini 1 Widiati Hairina Otari 2 Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa yang meliputi proses dan hasil belajar siswa, mengetahui aktivitas siswa dan guru, serta mengetahui respon siswa dan guru terhadap kegiatan pembelajaran konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 9 Banjarbaru tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 35 orang. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan yang mana siklus 1 membahas tentang akar dan batang dan pada siklus 2 membahas tentang daun dan bunga. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII D SMP Negeri 9 Banjarbaru pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Hasil ini ditunjukkan oleh hasil belajar siswa pada siklus 1 sebesar 91,43% dan pada siklus 2 sebesar 88,57%. Hasil test pengetahuan yang diperoleh selama proses pembelajaran baik pada siklus 1 maupun siklus 2 tergolong kategori baik. Pada test keterampilan proses selama pembelajaran pada siklus 1 tergolong cukup baik sedangkan pada siklus 2 tergolong kategori baik. Proses pembelajaran belum sepenuhnya terpusat pada siswa, namun pembelajaran ini mendapatkan respon yang positif dari siswa dan guru. Kata kunci: Konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, pendekatan inkuiri terbimbing, proses dan hasil belajar siswa. 1 2 Alumni S1 Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjarmasin Dosen S1 dan S2 Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Norwahidah, S.Pd, pengajar biologi di SMP Negeri 9 Banjarbaru, diketahui bahwa pembelajaran biologi sebagian besar menekankan pada nilai ketuntasan belajar bukan pada proses pembelajaran, khususnya pada materi ”Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan.” Sekalipun hasil belajar telah mencapai ketuntasan dengan nilai standar ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu sebesar 65, namun proses pembelajaran belum banyak memperoleh pertimbangan sebagai keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran materi tersebut di sekolah pada tahun sebelumnya yaitu tahun pelajaran 2009/2010, masih dilakukan secara konseptual, dengan diskusi kelompok, padahal keadaan lingkungan sekitar sekolah masih berkaitan erat dengan alam. Jika hal ini dibiarkan maka pembelajaran hanya ditekankan pada nilai yang diperoleh, tanpa menghiraukan bagaimana pemahaman siswa dan proses pembelajarannya. Konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan merupakan konsep yang berhubungan dengan alam karena tumbuhan itu sendiri erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Dalam konsep ini siswa diharapkan dapat memahami bagian-bagian tumbuhan seperti akar, batang, daun dan bunga, tidak hanya morfologi tetapi juga anatomi dan fungsi organ-organ tumbuhan tersebut. Namun, dalam pembelajaran di sekolah penyampaian konsep ini biasanya hanya melalui diskusi kelompok, dengan demikian siswa menjadi kurang paham. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan dalam penyampaian konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dalam bentuk pembelajaran yang lebih konkrit, sehingga konsep lebih mudah dipahami siswa. Pembelajaran sains yang dikembangkan dari lingkungan diharapkan dapat mendorong dan membantu siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga dapat mengatasi kesulitan belajar siswa, menjadikan siswa lebih kreatif, teliti, terampil, dan mampu membekali siswa dalam memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari, serta sebagai bekal untuk pendidikan yang lebih tinggi, dan melestarikan sumber daya alam daerah. Salah satu pembelajaran yang menyajikan materi lingkungan adalah pembelajaran berbasis inkuiri. Inkuiri sebagai salah satu pembelajaran yang mengutamakan proses penemuan dalam kegiatan pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu di dalam pembelajaran inkuiri, guru harus selalu merancang kegiatan yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan penemuan di dalam mengajarkan materi pelajaran yang diajarkan (Ahmadi dan Amri, 2010). Pembelajaran inkuiri akan efektif manakala guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam pembelajaran dengan inkuiri, penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih utama adalah proses belajar. (Sanjaya, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa yang meliputi proses dan hasil belajar siswa, mengetahui aktivitas siswa dan guru, serta mengetahui respon siswa dan guru terhadap kegiatan pembelajaran konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas (Hamalik, 2004). Di dalam pembelajaran berbasis inkuiri mengikuti metode sains, sehingga peserta didik belajar menjadi ilmuwan, tidak hanya belajar tentang konsep atau fakta, tapi juga proses dan sikap. Peserta didik dilatih bagaimana memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Inkuiri menekankan pada proses penemuan yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran untuk memperoleh informasi. Atas dasar uraian di atas maka dosen/ guru yang merancang pembelajaran inkuiri, haruslah selalu memfasilitasi belajar dengan rancangan kegiatan yang memungkinkan peserta didik menemukan. (Ibrahim, 2005) Menurut Roestiyah (2008) inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. Dalam penelitian ini tipe inkuiri yang digunakan adalah tipe inkuiri terbimbing, karena dalam proses pembelajarannya siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sendiri dalam menemukan konsep yang ingin ditanamkan pada diri siswa namun masih dalam bimbingan guru sebagai fasilitator dan motivator. Siswa menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditemukan siswa dalam buku petunjuk. Inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri. Menurut Ibrahim (2007) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing merupakan kegiatan inkuiri di mana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya. METODE Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 pertemuan 1 mempelajari tentang struktur dan fungsi jaringan di akar; pertemuan 2 mempelajari tentang struktur dan fungsi jaringan di batang; sedangkan siklus 2 pertemuan 1 mempelajari tentang struktur dan fungsi jaringan di daun; sedangkan pada siklus 2 pertemuan 2 mempelajari tentang struktur dan fungsi jaringan pada bunga. Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti berkolaborasi dengan 2 orang dosen, 1 orang guru Biologi kelas VIII SMP Negeri 9 Banjarbaru dan 3 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unlam. Refleksi awal meliputi 1) konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di SMP Negeri 9 Banjarbaru hanya diberikan secara konseptual, padahal konsep ini menuntut model yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran, 2) guru Biologi belum pernah menggunakan model pembelajaran inkuiri, khususnya pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan pada kelas VIII, 3) para siswa SMP Negeri 9 Banjarbaru telah memiliki pengetahuan awal tentang konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dari pengalaman yang diterimanya dari jenjang pendidikan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. (Arikunto dkk, 2010). Perencanaan meliputi 1) peneliti menyiapkan instrumen yang diperlukan, 2) merancang rencana pembelajaran (RPP) menggunakan pendekatan inkuiri dan kooperatif tipe pembelajaran bersama, 3) RPP yang telah dibuat beserta perangkat pembelajarannya selanjutnya disampaikan kepada guru bidang studi untuk dipelajari, didiskusikan, dan diperbaiki seperlunya dengan mempertimbangkan alokasi waktu yang tersedia. 4) menyusun instrumen kinerja siswa selama proses pembelajaran dan cara pemberian skornya, 5) membuat angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, 6) membuat angket respon guru terhadap kegiatan pembelajaran. Tahap observasi dan evaluasi tindakan meliputi 1) observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi (Borich, 1994 dalam Supramono, 2005), 2) penguasaan materi pelajaran diperoleh dari tes hasil belajar dan tes selama proses pembelajaran. Seluruh data hasil penelitian dicatat atau direkam untuk dijadikan bahan pertimbangan untuk memasuki siklus 2. Subjek pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII D SMP Negeri 9 Banjarbaru tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 35 orang. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dimulai pada bulan Agustus 2010 sampai pada bulan November 2010. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Banjarbaru yang beralamat di Jl. Karang Anyar No 1 Loktabat Utara Banjarbaru. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi LKS, alat evaluasi hasil belajar yang berpedoman pada indikator masing-masing rencana pembelajaran. Hasil penelitian data kuantitatif adalah data hasil belajar yang diambil dari pre test dan post test dan hasil selama proses pembelajaran diambil dari penilaian LKS. Sedangkan data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran serta respon siswa dan guru terhadap proses pembelajaran. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara deskriptif. Data kuantitatif yang diperoleh dari LKS menggunakan kategori yakni baik (76-100%), cukup baik (56-75%), kurang (40-55%), dan buruk (<40%) (Arikunto, 1998). Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan guru serta respon siswa dan guru, dilakukan melalui reduksi data, pemaparan data, dan analisis data. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian tentang penggunaan pendekatan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Banjarbaru tahun pelajaran 2010/2011 telah memperoleh sejumlah data kuantitatif berupa data hasil belajar yang diambil dari pre test dan post test dan hasil selama proses pembelajaran diambil dari penilaian LKS. Sedangkan data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran serta respon siswa dan guru terhadap proses pembelajaran. Hasil pre tes dan post tes pada siklus 1 dan siklus 2 seperti Tabel 1. Tabel 1. Ketuntasan Belajar pada Siklus 1 dan Siklus 2 Siklus 1 2 Test Pre tes Post tes Pre tes Post tes Hasil belajar Tuntas (Org) Tidak Tuntas (Org) 4 31 32 3 6 29 31 4 Tabel 1 menunjukkan hasil ketuntasan klasikal hasil Jumlah % Tuntas 35 35 35 35 11,43 91,43 17,14 88,57 pre test pada siklus 1 maupun siklus 2 belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan karena nilai ketuntasan klasikalnya hanya sebesar 11,43% dan 17,14%. Sedangkan ketuntasan klasikal hasil post test pada siklus 1 dan siklus 2 sudah mencapai ketuntasan. Hasil selama proses pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 seperti Tabel 2. Tabel 2. Hasil Selama Proses Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Siklus 1 2 Variabel Pengetahuan Proses Pengetahuan Proses Jumlah Kelompok 9 9 Skor ratarata 13,9 57,8 17,5 66,9 Skor maksimum 15 85 17,5 82,5 % Kategori 92,7 68 100 81 Baik Cukup Baik Baik Baik Keterangan: 76-100% = Baik; 56-75% = Cukup baik; 40-55% = Kurang; < 40% = Buruk (Arikunto, 1998) Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada siklus 1 menunjukkan hasil selama proses pembelajaran yang diperoleh dari LKS berupa test pengetahuan dengan skor ratarata 13,9 dengan persentase sebesar 92,7% tergolong pada kategori baik, sedangkan keterampilan proses skor rata-rata 57,8 dengan persentase sebesar 68% yang tergolong dalam kategori cukup baik. Pada siklus 2 menunjukkan hasil selama proses pembelajaran yang diperoleh dari LKS berupa test pengetahuan dengan skor rata-rata 17,5 dengan persentase sebesar 100% tergolong pada kategori baik, sedangkan keterampilan proses skor rata-rata 66,9 dengan persentase sebesar 81% juga tergolong dalam kategori baik. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan hasil selama proses pembelajaran siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 diperlihatkan seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Siswa yang diamati M. Erlangga R M. Akipul Safrin Desi Rosalina Wahyu Kausar Uma Parameter yang diamati (%) Siklus 1 2 1 2 1 1 29,03 28 28,13 25 18,18 2 9,68 8 12,5 10,71 15,15 3 12,90 24 18,75 17,86 15,15 4 12,90 8 12,5 3,57 18,18 5 22,58 12 15,63 21,43 18,18 6 6,45 4 6,25 7,14 9,09 7 0 4 0 3,57 0 8 0 4 0 3,57 0 9 6,45 8 6,25 7,14 6,06 2 1 2 23,33 16,13 23,33 10 16,13 10 20 12,90 20 6,67 16,13 10 16,67 22,58 13,33 3,33 6,45 3,33 0 3,23 0 13,33 0 13,33 6,67 6,45 6,67 Kategori Aktivitas Siswa < 10% rendah (buruk), ≥ 10% tinggi (baik) Keterangan parameter: 1. Memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. 2. Membaca LKS atau buku-buku yang relevan. 3. Melakukan pengamatan/percobaan 4. Menulis hal-hal yang relevan dengan KBM. 5. Berdiskusi antar siswa/ kelompok/ guru 6. Melakukan analisis dan mengevaluasi informasi dari hasil penyelidikan. 7. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. 8. Menyusun/melaporkan dan menyajikan hasil penyelidikan. 9. Membuat/menulis rangkuman pelajaran. Pada siklus 1 dan 2, aktivitas siswa dapat dikatakan baik karena 5 dari 9 parameter menunjukkan kategori aktivitas siswa ≥ 10%. Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa pada siklus 2 aktivitas siswa lebih baik dari siklus 1 karena aktivitas siswa lebih merata pada semua parameter pengamatan yang berarti ada kerjasama yang baik dalam kelompok dan parameter 7 dan 8 yang direduksi pada siklus 1 dapat dimasukkan pengamatannya pada siklus 2. Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran seperti pada Tabel 4. Pada Tabel 4, semua parameter pengamatan menunjukkan mengalami peningkatan, sebagian kecil mengalami penurunan. Tabel 4. Aktivitas Guru dalam pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Siklus 1 2 1 8,11 8,82 2 18,92 23,53 3 13,51 5,88 Parameter 4 5 13,51 13,51 23,53 14,71 6 10,81 8,82 7 16,22 8,82 8 5,4 5,88 Kategori Aktivitas Guru: ≤ 10% rendah (baik), > 10% tinggi (buruk) Keterangan parameter: 1. Membimbing siswa memahami LKS. 2. Membimbing siswa melakukan pengamatan/percobaan. 3. Membimbing siswa menulis hal-hal yang relevan dengan KBM. 4. Membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru. 5. Membimbing siswa melakukan analisis dan mengevalusi proses penyelidikan. 6. Mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. 7. Membimbing siswa menyusun/melaporkan dan menyajikan hasil penyelidikan. 8. Membimbing siswa membuat/menulis kesimpulan pelajaran. Aktivitas guru pada siklus 1 mendominasi, hal ini dapat dilihat dari persentase aktivitas guru yang dilakukan pada 6 parameter dari 8 parameter yang diamati masih di atas 10% yaitu pada parameter 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Pada siklus 2 aktivitas guru sudah kurang mendominasi dalam proses pembelajaran. Respon siswa di dalam pembelajaran seperti Tabel 5. Tabel 5. Respon siswa di dalam pembelajaran No. 1. 2. 3. Soal Respon Pendapat siswa mengenai LKS, cara guru mengajar, cara belajar, dan proses pembelajaran a. menyenangkan b. tidak menyenangkan bahkan membosankan Pendapat siswa mengenai LKS, cara guru mengajar, cara belajar, dan proses pembelajaran a. Merupakan hal baru dan sangat membantu siswa dalam belajar b. Merupakan hal yang tidak baru tetapi membantu siswa dalam belajar c. Merupakan hal yang tidak baru dan tidak membantu siswa dalam belajar Kegiatan yang dilakukan selama berlangsungnya proses belajar a. Dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan b. c. Dapat melakukan penyelidikan/pengamatan untuk menjawab pertanyaan Berminat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti ini F % 34 1 97,14 2,86 25 10 0 71,43 28,57 0 30 85,71 34 33 97,14 94,29 4. 5. Siswa dapat memahami dengan baik LKS atau buku-buku sumber yang digunakan Menurut siswa susunan kalimat, gambar atau tabel dalam LKS atau bukubuku sumber yang digunakan a. Tidak baik b. Cukup baik c. Baik d. Sangat baik 29 82,86 0 4 24 7 0 11,42 68,57 20 Pembahasan Berdasarkan data kuantitatif pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar ≥ 85%. Hal ini ditandai dengan hasil pembelajaran pada siklus 1 sebesar 91,43%. dan siklus 2 sebesar 88,57%. Pada siklus 1 ke siklus 2 terlihat terjadi penurunan hasil belajar, dilihat dari perolehan nilai ketuntasan klasikal. Hal ini mungkin disebabkan karena instrumen soal pada siklus 2 lebih banyak aspek pengetahuannya dibandingkan prosesnya dan soal pada siklus 2 memang cukup sulit, khususnya pada pilihan jawabannya. Namun, penurunan hasil ini tidak mengurangi ketuntasan klasikalnya menjadi tidak tuntas. Ketuntasan klasikal ini diperoleh tidak lepas dari kemampuan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang baru, disamping itu kemampuan guru juga berperan penting yaitu dari cara mengelola kelas. Hasil belajar siswa dalam banyak hal tercermin pada aspek pengetahuan maupun proses (Afriyani, 2005). Kadangkala lebih menekankan pada aspek produk, proses, dan keterampilan (Naparin, 2004), dan bahkan lebih mengutamakan pada aspek proses. (Ishthifaiyah, 2010) Aspek proses pada kegiatan pembelajaran ini ditekankan pada hasil LKS yang dikerjakan oleh siswa. Pada siklus 1, hasil selama proses pembelajaran yang diperoleh dari LKS berupa test pengetahuan dengan skor rata-rata 13,9 dengan persentase sebesar 92,7% tergolong pada kategori baik, sedangkan keterampilan proses skor rata-rata 57,8 dengan persentase sebesar 68% tergolong dalam kategori cukup baik. Sedangkan pada siklus 2, hasil selama proses pembelajaran yang diperoleh dari LKS berupa test pengetahuan dengan skor rata-rata 17,5 dengan persentase sebesar 100% tergolong pada kategori baik, sedangkan keterampilan proses skor rata-rata 66,9 dengan persentase sebesar 81% juga tergolong dalam kategori baik. Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, misalnya pada penelitian yang telah dilakukan oleh Murtiani (2008) menunjukkan bahwa penggunaan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep Difusi dan Osmosis pada siswa SMP Negeri 1 Batu Ampar. Selain itu, Erdawati (2008) melaporkan penggunaan pendekatan Guide Inquiry dapat meningkatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Indikator keberhasilan proses belajar siswa ditunjukkan dari berkurangnya dominasi guru pada proses pembelajaran, pembelajaran lebih berpusat pada siswa, dan siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran. Dan penelitian terakhir yang dilakukan oleh Belawati (2009), melaporkan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri terhadap konsep kelangsungan hidup organisme melalui aktivitas outbond di kawasan hutan mangrove mengakibatkan peningkatan pemahaman siswa yang signifikan. Aktivitas siswa pada pembelajaran konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan melalui pendekatan inkuiri terbimbing dari siklus 1 ke siklus 2 sudah baik dan menunjukkan peningkatan, karena pada siklus 1 dan 2 terdapat 5 parameter dari 9 parameter yang diamati menunjukkan kategori aktivitas siswa ≥ 10%. Pada siklus 2 aktivitas siswa sudah merata pada semua siswa yang berarti kerjasama dalam kelompok sudah baik serta parameter yang direduksi pada siklus 1 sudah dapat dimasukkan pengamatannya pada siklus 2. Pada siklus 1 aktivitas siswa yang termasuk kategori baik adalah aktivitas pada parameter, 1, 2, 3, 4, dan 5 sedangkan pada siklus 2 aktivitas siswa yang menunjukkan kategori baik terdapat pada parameter 1, 2, 3, 5, dan 8. Perbedaan parameter yang termasuk kategori baik tersebut menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa hubungannya dengan pendekatan inkuiri yang digunakan dalam proses pembelajaran. Parameter 4 yaitu menulis hal-hal yang relevan dengan KBM sudah menurun dan parameter 8 yaitu menyusun/melaporkan dan menyajikan hasil penyelidikan pada siklus 2 meningkat. Hal ini berarti siswa sudah terbiasa dengan pendekatan inkuiri yang digunakan sehingga dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam hal ini berarti guru dapat mengurangi dominasinya dalam proses belajar mengajar. Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga beriorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari ”sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan. (Sanjaya, 2007) Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing juga sejalan dengan pemilihan konsep Struktur dan fungsi Jaringan Tumbuhan. Pada konsep ini di dalamnya terdapat kemampuan melakukan keterampilan proses melalui pengamatan secara langsung terhadap bagian-bagian tubuh tumbuhan seperti akar, batang, daun dan bunga. Peneliti menemukan adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan konsep dari Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan yang sedang mereka pelajari. Dengan demikian pemilihan konsep ini sudah sesuai dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas guru pada pembelajaran konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan melalui pendekatan inkuiri terbimbing ada yang mengalami penurunan dan ada juga yang malah mengalami peningkatan. Aktivitas guru pada siklus 1 dapat dikatakan masih mendominasi, hal ini dapat dilihat dari persentase aktivitas guru yang dilakukan pada 6 parameter dari 8 parameter yang diamati masih di atas 10 % yaitu pada parameter 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 yakni membimbing siswa melakukan pengamatan/percobaan, membimbing siswa menulis hal-hal yang relevan dengan KBM, membimbing siswa berdiskusi antar siswa/kelompok/guru, membimbing siswa melakukan analisis dan mengevaluasi proses penyelidikan, mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru dan membimbing siswa menyusun/melaporkan dan menyajikan hasil penyelidikan. Sedangkan pada siklus 2 aktivitas guru sudah baik karena aktivitas guru kurang mendominasi dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Hal ini terlihat pada grafik, hanya 3 parameter dari 8 parameter yang diamati yang menunjukkan kategori aktivitas guru di atas 10%, yaitu pada parameter 2, 4, dan 5. Hal ini sejalan dengan teori yang ada dalam pandangan konstruktivisme yakni peran guru dalam proses pembelajaran dan aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran sangat penting dan keduanya mempunyai hubungan terbalik. Keaktifan siswa meningkat jika guru mengurangi dominasinya dalam proses pembelajaran. Sebaliknya keaktifan siswa menurun jika guru cenderung mendominasi dalam proses pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme, keaktifan siswa harus meningkat dan guru mengurangi dominasinya di dalam proses pembelajaran (Bruner, 1990 dalam Ishthifaiyah, 2010). Hal ini terbukti dengan menurunnya aktivitas guru dari siklus 1 ke siklus 2 dan meningkatnya aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 2 distribusi aktivitas siswa lebih merata pada semua parameter pengamatan dibandingkan dengan aktivitas siswa pada siklus 1 sehingga aktivitas siswa pada siklus 2 dapat dikatakan lebih baik daripada aktivitas siswa pada siklus 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon guru dan siswa positif terhadap proses pembelajaran. Respon positif juga diungkapkan siswa yang dapat diihat pada angket yang diberikan. Ringkasan respon siswa setelah pembelajaran melalui pendekatan inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut : 1. Ada 34 orang siswa (97,14%) menyatakan senang dengan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Hal ini disebabkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing merupakan hal yang masih baru bagi siswa. Namun, masih ada 1 orang siswa (2,86%) yang menyatakan tidak senang terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. 2. Pembelajaran semacam ini merupakan hal yang baru dan sangat membantu dalam belajar bagi 25 orang siswa (71,43%), karena dalam pembelajaran ini siswa dapat menyatakan pendapat untuk menjawab pertanyaan bagi 30 orang siswa (85,71%), dapat melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan bagi 34 orang siswa (97,14%), dan berminat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran selanjutnya yang dinyatakan oleh 33 orang siswa (94,29%). Sedangkan bagi 10 orang siswa (28,57%) pembelajaran yang dilaksanakan merupakan hal yang tidak baru tetapi membantu siswa dalam belajar. 3. LKS dan buku-buku yang digunakan dapat dipahami oleh 29 orang siswa (82,86%), karena susunan kalimat, gambar atau tabel yang digunakan dianggap cukup baik bagi 4 orang siswa (11,42%), baik bagi 24 orang siswa (68,57%) dan sangat baik bagi 7 orang siswa (20%). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: 1) berdasarkan data kuantitatif, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang ditetapkan, baik pada siklus 1 maupun pada siklus 2. Hasil selama proses pembelajaran yang meliputi pengetahuan dan keterampilan proses pada siklus 2 tergolong baik. Hal ini berarti sudah terjadi peningkatan dibandingkan dengan proses pembelajaran pada siklus 1 yang pada keterampilan proses masih tergolong cukup baik. Jadi berdasarkan data kuantitatif, hasil belajar telah mencapai batas ketuntasan, 2) berdasarkan data kualitatif, pembelajaran telah berpusat kepada siswa meskipun belum optimal. Aktivitas siswa sudah menunjukkan peningkatan dan tergolong kategori baik dari siklus 1 maupun siklus 2. Dari 9 parameter aktivitas siswa yang teramati ada 5 parameter menunjukkan adanya peningkatan dan 4 parameter yang menunjukkan adanya penurunan aktivitas siswa. 3) berdasarkan data kualitatif, guru sudah bisa mengurangi dominasinya dalam proses pembelajaran dari siklus 1 ke siklus 2, 4) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing mendapatkan respon yang positif dari guru dan siswa SMP Negeri 9 Banjarbaru. Berdasarkan simpulan di atas disarankan 1) aktivitas siswa yang mengalami penurunan dari siklus 1 ke siklus 2 masih perlu diperhatikan dan diperbaiki lagi agar nantinya tidak terjadi penurunan aktivitas siswa meskipun hasilnya tetap dalam kategori baik. 2) perlu adanya perbaikan dalam soal-soal test agar perubahan peningkatan hasil lebih baik lagi meskipun hasil belajar siswa telah melampaui batas ketuntasan klasikal pada siklus 1 maupun pada siklus 2. 3) masih perlu adanya perbaikan pada LKS yang diberikan agar lebih membantu dalam kegiatan pembelajaran serta memberikan respon yang positif baik pada siswa maupun guru. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Ahmadi dan Amri. 2010. Proses pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. Belawati, Octa. 2009. Penggunaan Pendekatan Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep Kelangsungan Hidup Organisme Di Smp Negeri 1 Anjir Muara Batola. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNLAM. Banjarmasin. Erdawati, Gusti Marlina. 2008. Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas VIIIb SMP Negeri 16 Banjarmasin pada Sub Konsep kepadatan Penduduk Dan Permasalahannya dengan Menggunakan Pendekatan guide inquiry. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNLAM. Banjarmasin. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching & Learning) Hakikat, Filosofi, & Contoh Implementasinya. FKIP UNLAM. Banjarmasin. Ibrahim, Muslimin. 2007. Pembelajaran inkuiri. http://herfis.blogspot.com/2009/ 07/pembelajaran-inkuiri.html. Diakses tanggal 18 November 2010. Ishthifaiyah, Nurul. 2010. Meningkatkan Pemahaman Siswa Sdn Lawahan Pada Konsep Adaptasi Hewan Melalui Pendekatan Lingkungan. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNLAM. Banjarmasin. Murtiani. 2008. Penggunaan Pendekatan Inkuiri Dengan Pendekatan Kooperatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Difusi dan Osmosis Pada Siswa SMP Negeri Batu Ampar. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNLAM. Banjarmasin. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Supramono. 2005. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penerapannya dalam KBM dengan Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa SD. Universitas Negeri Malang (disertasi tidak dipublikasikan).