PENERAPAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Komparatif Pemahaman Konsep dan Kreatifitas dalam Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas VII SMP) Arizal Fahmi Prodi PGMI STIT Al-Hilal, Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Aceh ABSTRACT ABSTRAK Cooperative Learning of Jigsaw Type Implementation in Mathematics Learning (Comparative Study in Conceptual Understanding and creativity in Problem Solving in First Grade Students of Junior High School). 2012. The aims of this study are: (1) to describe the comprehension level of students in comparative of jigsaw type and conventional class, (2) to describe the creativity level of students in mathematics problem solving in comparative jigsaw type class and conventional. This research is a half experiment research. The population of this research is the first grade students of SMP Negeri 2 Indrajaya. Then, the researcher chose two of six classes randomly. The experimental class is the class which was taught by using cooperative jigsaw type and the control class which was taught by conventional style. The instruments that used consist of: the ability test of mathematics concepts understanding, the ability test of creativity in mathematics problem solving, and observation. Those instruments have fulfilled the validity of content requirement, and the coefficient of reliability was 0,952 for the ability of mathematics concepts understanding and 0,952 for the ability of creativity test in problem solving. Descriptively, it is also learnt the answer from the research problem that can be seen as follows: (1) classically the ability of concepts understanding in control class is only 3,125 %, whereas in experimental class is about 84,375 %, (2) classically, the creativity of students in problem solving is just 0,00%, while in experimental class is 9,375%. Penerapan Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika (Studi Komparatif Pemahaman Konsep dan Kreatifitas dalam Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas VII SMP). 2012. Tujuan dari penelitian ini untuk menelaah: (1) Mendeskripsikan tingkat pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan konvensional, (2) Mendeskripsikan tingkat kreatifitas siswa dalam pemecahan masalah matematika yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Indrajaya. Kemudian secara acak dipilih dua kelas dari enam kelas. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kelas kontrol diberi perlakuan model pengajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan pemahaman konsep matematika, tes kemampuan kreativitas dalam pemecahan masalah matematika dan lembar observasi. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,952 dan 0,952 berturutturut untuk kemampuan kemampuan pemahaman konsep matematika dan tes kemampuan kreativitas dalam pemecahan masalah. Secara deskriptif juga dikaji jawaban dari rumusan masalah yaitu: (1) secara klasikal tingkat kemampuan pemahaman konsep pada kelas kontrol hanya sebesar 3,125%, sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 84,375%, (2) secara klasikal tingkat kreativitas dalam pemecahan masalah pada kelas kontrol hanya sebesar 0,00%, sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 9,375%. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Kemampuan Pemahaman konsep Matematika dan Kreativitas dalam Pemecahan Masalah 24 pemecahan masalah, 5) memiliki sikap I. PENDAHULUAN menghargai matematika dalam kehidupan. A. Latar Belakang Masalah Pandangan itu mengisyaratkan juga bahwa Matematika merupakan salah satu kemampuan pemahaman konsep dan cabang ilmu yang sangat penting. Karena kreatifitas pentingnya, matematika diajarkan mulai dari menjadi fokus perhatian dalam kurikulum jenjang SD sampai dengan Perguruan Tinggi. dan tujuan pembelajaran matematika dan Sampai saat ini matematika merupakan salah menjadi keharusan bagi guru perlu ditumbuh satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam kembangkan di kalangan siswa. dalam pemecahan masalah daftar mata pelajaran yang di ujikan secara Hal yang mengejutkan bagi siswa nasional, mulai dari tingkat SD sampai ketika mereka diminta untuk memberikan dengan SMA. Bagi siswa selain untuk pertimbangan menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu jawabannya dalam belajar matematika. Hal lainnya, matematika juga diperlukan untuk ini bekal jarangnya terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. terjadi atau sebagai para penjelasan akibat siswa atas dan sangat dituntut untuk menyediakan penjelasan dalam pelajaran Kecakapan dan kemahiran matematika matematika, sehingga sangat asing bagi yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar mereka untuk berbicara tentang matematika. matematika mulai SD dan MI sampai SMA Untuk mengurangi terjadinya hal seperti ini, dan MA Depdiknas (2003: 3) adalah sebagai siswa perlu dibiasakan mengkomunikasikan berikut: 1) menunjukkan pemahaman konsep, secara lisan maupun tulisan idenya kepada yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan orang lain sesuai dengan penafsirannya konsep dan mengaplikasikan konsep atau sendiri. Sehingga orang lain dapat menilai algoritma secara luwes, akurat, dan tepat, dan dalam pemecaham masalah, 2) memiliki penafsirannya itu. Melalui kegiatan seperti kemampuan mengkomunikasikan gagasan ini siswa akan mendapatkan pengertian yang matematika dengan simbol atau tabel, grafik, lebih bermakna baginya tentang apa yang atau diagram untuk memperjelas keadaan sedang ia lakukan. Ini berarti guru perlu atau masalah, 3) menggunakan penalaran mendorong pada pola, sifat atau melakukan manipulasi memecahkan matematika dalam membuat generalisasi, pembelajaran. Pugalee (2001) mengatakan menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan bahwa dan pernyataan matematika, 4) menunjukkan pembelajaran untuk memberikan argumen kemampuan membuat atas setiap jawabannya serta memberikan dan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh (merumuskan), strategis dalam menafsirkan, menyelesaikan model matematika dalam 25 memberikan tanggapan kemampuan siswa masalah perlu atas siswa dalam pada setiap dibiasakan dalam orang lain, sehingga apa yang sedang B. Rumusan Masalah dipelajari menjadi lebih bermakna baginya. Berdasarkan latar belakang masalah Alasan pentingnya matematika untuk yang telah dikemukakan, maka dirumuskan dipelajari karena begitu banyak kegunaan- masalah dalam penelitian ini, yakni nya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa 1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep kegunaan matematika sederhana yang praktis siswa yang mengikuti pembelajaran menurut Russeffendi (2006:208), yaitu: kooperatif 1. Dengan belajar matematika kita perhitungan-per- Matematika dalam pemecahan masalah matematika yang merupakan per- belajar perhitungan Dengan menjadi belajar dan telah dikemukakan, maka tujuan penulisan dalam artikel ini adalah: Sejalan dengan latar matematika belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan yang ingin manusia yang berpikir logis, dicapai dalam penelitian ini adalah: kritis, tekun, bertanggung jawab, mampu jigsaw Berdasarkan rumusan masalah yang lebih diharapkan kita mampu menjadi dan tipe B. Tujuan Penelitian matematika sederhana dan praktis. 4. pembelajaran konvensional? pelajaran lainnya. Dengan mengikuti kooperatif syaratan untuk beberapa mata 3. dan 2. Bagaimana tingkat kreatifitas siswa hitungan lainnya. 2. jigsaw konvensional? mampu berhitung dan mampu melakukan tipe 1. Mendeskripsikan tingkat pemahaman menyelesaikan konsep persoalan. siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan konvensional. Tujuan afektif belajar matematika di 2. Mendeskripsikan sekolah adalah sikap kritis, cermat, obyektif, dan terbuka, menghargai siswa keindahan matematika. Oleh karena kreatifitas pemecahan matematika matematika, serta rasa ingin tahu dan senang belajar dalam tingkat yang masalah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu, dan konvensional matematika sebagai disiplin ilmu perlu dikuasai dan dipahami dengan baik oleh II. LANDASAN TEORITIS segenap lapisan masyarakat, terutama siswa A. sekolah formal. Pemahaman Konsep Matematika Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan Misalnya 26 adalah menjelaskan pemahaman. dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau menarik serta mendukung mereka untuk didengarnya, memberi contoh lain dari yang belajar yang baik. Pembelajaran efektif juga telah memerlukan pengetahuan dan pemahaman dicontohkan, petunjuk atau penerapan pada Bloom (1989: menggunakan lain. matematika, Siswa sebagai pembelajar, dan bahwa strategi pendidikan. Para guru memerlukan “kesanggupan memahami setingkat lebih beberapa macam pengetahuan matematika tinggi yang Taksonomi dari pada kasus 24) pengetahuan. Namun, berbeda, pengetahuan tentang tidaklah berarti bahwa pengetahuan perlu keseluruhan materi; pengetahuan fleksibel ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, tentang sasaran dan tujuan kurikulum serta perlu tentang gagasan yang penting pada setiap terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. tingkatan Pemahaman merupakan konsep perangkat matematika standar kelas;pengetahuan tantangan program para membutuhkan siswa tentang dalam bimbingan belajar pengetahuan pendidikan matematika yang mencerminkan tentang bagaimana gagasan dapat diwakili kompetensi. Di sisi lain, pemahaman konsep untuk mengajar siswa secara efektif dan matematika merupakan dasar bagi siswa pengetahuan untuk membangun kemampuan pemecahan pemahaman masalah membantu para guru dalam pertimbangan matematika. bangunan teori pemahaman Oleh untuk konsep itu, pengembangan ketika siswa. membuat bagaimana pengetahuan kurikulum, dapat banyak merespon kemampuan terhadap pertanyaan siswa, dan melihat hal pemecahan masalah matematika bagi siswa yang penting pada konsep yang sedang sangat secara dikemukakan serta merencanakan sesuatu mendalam. Berdasarkan hasil kajian secara yang sesuai. Pengetahuan pendidikan, banyak teoretis dan empiris dalam penelitian ini, diperoleh ditemukan bangunan teori pengembangan membantu guru memahami bagaimana siswa pemahaman kemampuan belajar matematika, menjadi mahir dengan pemecahan masalah matematika bagi siswa. teknik mengajar yang berbeda dan dapat Teori tersebut mensinergikan teori pem- megelola/ belajaran perubahan konseptual dan teori memahami gagasan pokok dalam matematika interaksi sosial melalui model pembelajaran dan bisa menghadirkan matematika sebagai kooperatif Sinergi satu hubungan. Keputusan dan tindakan guru kedua teori pembelajaran tersebut meng- di dalam kelas dapat mempengaruhi para gunakan pengetahuan awal sebagai basis. siswa ketika belajar matematika. strategis untuk konsep Group dan sebab tentang dan dikaji Investigation. melalui mengatur praktek kelas. mengajar, Guru Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman dan pengetahuan B. Berpikir Kreatif Matematika siswa serta kebutuhan untuk belajar, sehingga 27 perlu Kemampuan berpikir matematis adalah Dapat mencari berbagai argument proses dinamis yang menuntut lahirnya pembenaran atau penyelahan beragam ide yang kompleks sehingga terjadi Dapat memeriksa, memodifikasi, dan peningkatan pemahaman. Menurut mason membuat beragam alternatif (1973), ada tiga faktor yang mempengaruhi seberapa efektif kemampuan 3. Pemikiran yang begitu mendalam berpikir (reflective) matematika seseorang adalah: Dapat mengkritisi a. Kemampuan proses dalam memecah- Dapat memperkirakan dan menilai kan masalah matematika beragam pendekatan, b. Pengendalian emosi dan psikologi Dapat mengangkat, merundingkan untuk menguatkan proses pemecahan kembali, dan masalah matematika mengubah arah. c. Pemahaman konsep matematika Berpikir merupakan suatu kegiatan berikut aplikasinya. Untuk meningkatkan mental yang dialami seseorang bila mereka kemampuan dihadapkan pada suatu masalah atau situasi berpikir matematika, dua hal yang perlu yang harus dipecahkan. Ruggioro (dalam diperhatikan adalah: tatag: 2008) mengartikan: “berpikir sebagai a. Proses penemuan suatu aktivitas mental untuk membantu b. Pengendalian emosi memformulasikan atau memecahkan suatu Kegiatan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masalah, membuat suatu keputusan, atau berpikir memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a matematis adalah perlu mempraktekkan dan disere to understand)”. Sedangkan Chaedar selalu melakukan refleksi (by practice with (2007: 214), “Berpikir kreatif adalah sebuah reflection). Yang merangsang kemampuan kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan berpikir matematis adalah tantangan, tekanan memperhatikan atau desakan, kejutan, kontradiksi. Untuk imajinasi, mensuport kemampuan berpikir matematika kemungkinan baru, membuka sudut pandang diperlukan atmosfir: yang menakjubkan dan membangkitkan ide- intuisi, menghidupkan mengungkap kemungkinan- ide yang tidak terduga”. 1. Pertanyaan (questioning) Dapat mengidentivikasi pertanyaan- Berdasarkan dari beberapa pendapat pertanyaan untuk investigasi ahli di atas maka dapat disimpulan bahwa Dapat menquery asumsi berpikir kreatif adalah sebagai suatu aktivitas Dapat bernegosiasi dengan makna- mental untuk membantu memformulasikan makna dari istilah atau memecahkan suatu masalah, membuat 2. Tantangan (challenging) suatu keputusan, atau memenuhi hasrat Dapat membuat banyak konjektur keingintahuan. 28 jawab atas pelajaran tanggung teman di Universitas Texas, dan kemudian (Lie, A., 2011). Para anggota dari tim-tim siswa mengaktifkan skema ini agar bahan yang berbeda dengan topik yang sama pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling siswa bekerja sama dengan sesama siswa membantu satu sama lain tentang topik dan pembelajaran untuk yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali meningkatkan pada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran kepada anggota kelompok yang lain tentang kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pembelajaran kooperatif yang terdiri dari pada pertemuan tim ahli. beberapa anggota dalam satu kelompok yang Pada model pembelajaran kooperatif bertanggung jawab atas penguasaan bagian tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan materi belajar dan mampu mengajarkan kelompok materi tersebut kepada anggota lain dalam ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan kelompoknya (Arends, 1997). siswa dengan kemampuan, asal, dan latar Model pembelajaran kooperatif tipe model juga untuk mempelajari materi yang ditugaskan” belakang pengalaman siswa dan membantu merupakan dan lain dan harus bekerja sama secara kooperatif guru memperhatikan skemata atau latar Jigsaw sendiri terhadap “siswa saling tergantung satu dengan yang kan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, dan siswa kelompoknya yang lain. Dengan demikian, pengajaran membaca, menulis, mendengar- informasi jawab mengajarkan materi tersebut pada anggota Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam mengolah kepada mereka juga harus siap memberikan dan Aronson et. al. sebagai metode Cooperative kesempatan tersebut dan mempelajari materi yang diberikan, tetapi Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh banyak dipelajari pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya Universitas John Hopkins (Arends, 2001). mempunyai materi pembelajarannya diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di royong harus materi Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman- gotong bagian anggota kelompok yang lain (Arends, 1997). Jigsaw pertama kali dikembangkan dan suasana yang menyampaikan B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam ketuntasan belakang keluarga yang beragam. Kelompok pembelajaran asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. kooperatif dimana siswa belajar dalam Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang terdiri dari anggota kelompok asal yang secara heterogen dan bekerja sama saling berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari ketergantungan yang positif dan bertanggung dan mendalami topik tertentu dan me- 29 nyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan bebasnya adalah pendekatan pembelajaran dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan yang terdiri atas pendekatan pembelajaran kepada anggota kelompok asal. kooperatif Hubungan antara kelompok asal tipe jigsaw dan pendekatan dan konvensional. Sedangkan variabel terikatnya kelompok ahli digambarkan sebagai berikut adalah kemampuan pemahaman konsep dan (Arends, 1997): kreativitas dalam pemecahan masalah. Kelompok Asal Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Indrajaya yang berjumlah 6 kelas. Sampel penelitian dipilih dua kelas secara acak (random). Pemilihan kelas secara acak dimungkinkan karena berdasarkan laporan dari Kelompok ahli guru bidang studi matematika pendistribusian siswa pada tiap kelas merata Gambar 1. Langkah-langkah Penerapan secara heterogen. Hal ini sesuai dengan Teknik Jigsaw pendapat Russefendi (1998: 78): “Salah satu Setelah melakukan tes hasil belajar cara memilih sampel mewakili populasinya maka dilakukan perhitungan skor kelompok adalah cara random sederhana, yaitu bila yang dilakukan dengan cara menjumlahkan setiap anggota dari populasi mempunyai masing-masing sumbangan skor individu kesempatan anggota dalam kelompoknya hasilnya dibagi yang sama untuk dipilih. Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sesuai dengan jumlah anggota, sehingga dengan dapat skor rata-rata. menggunakan penomoran yang ditulis di kertas potongan kecil-kecil yang nantinya dimasukkan dalam kotak untuk III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini berbentuk dilakukan undian. Russefendi (1998: 79) kuasi- mengatakan salah satu cara memperoleh eksperimen dengan desain kelompok kontrol sampel non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005:53): kertas-kertas O adalah dengan kecil, kemudian digulung, dimasukkan kedalam suatu tempat lalu Keterangan: dikocok dan diambil sesuai dengan yang O : Pretes dan Postes X : Pembelajaraan diperlukan. Sampel dalam penelitian ini kooperatif tipe adalah kelas VII-A dan kelas VII-B, kelas jigsaw Penelitian random memberi nomor anggota populasi pada O X O O secara VII-A sebagai kelas kontrol berjumlah 32 ini melibatkan variabel siswa bebas dan variabel terikat. Adapun variabel dan kelas VII-B sebagai eksperimen berjumlah 32 siswa. 30 kelas tercapai pada kelas ekperimen, yaitu terdapat 27 orang dari 32 siswa atau 84,375% dari IV. HASIL PENELITIAN jumlah siswa di kelas eksperimen yang tuntas DAN belajar PEMBAHASAN Berdasarkan berdasarkan kriteria ketuntasan belajar kurikulum. Sedangkan pada kelas hasil tes kemampuan kontrol terdapat 1 siswa atau 3%. Artinya pemahaman konsep dari kelas kontrol dan kelas kelas eksperimen dapat dilihat dari gabungan eksperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat gambar berikut: Jumlah Siswa meningkatkan kemampuan kognitif anak. Hal Hasil Tes Kontrol dan Eksperimen senada juga diungkapkan oleh Slavin ( 1991) 17 20 15 14 12 15 10 5 5 1 0 00 0 0 1 2 3 4 5 yang berbeda kebolehan yang belajar dalam ia akan memberi faedah kepada golongan banyak siswa kontrol satu kumpulan. Kajian menunjukkan banyak siswa eksperimen pencapaian dan kemahiran kognitif pelajar. pembelajaran kooperatif boleh meningkatkan Model pembelajaran kooperatif tipe Kategori Penilaian jigsaw secara meningkatkan Gambar 2. Tingkat Kemampuan signifikan telah kemampuan berhasil pemahaman konsep matematika siswa jika dibandingkan Pemahaman Konsep Matematika dengan pengajaran konvensional. Hasil Seperti telah dikemukakan sebelum- penelitian dilihat dari konstanta persamaan nya, bahwa yang dimaksud dengan ke- regresi untuk pembelajaran kooperatif tipe mampuan pemahaman konsep adalah pe- jigsaw yaitu 61,92 sedangkan pengajaran nyerapan makna dari materi matematika yang konvensional 37,12. sedang dipelajari, kemampuan menangkap Aspek melakukan perhitungan, ada konsep materi matematika dan pemahaman beberapa soal yang dikerjakan siswa dengan konsep yang akan dicapai siswa yang dapat lengkap, ada juga yang salah dalam me- dilihat dari: 1) menuliskan konsep, 2) mem- lakukan berikan contoh konsep dan bukan contoh penyelesaian masalah (jawaban) para siswa konsep, harus mampu memanfaatkan pengetahuan 3) pemecahan menerapkan masalah. konsep Hasil dalam penelitian mereka. perhitungan. Penyelesaian Untuk akhir mencari (jawaban) menunjukkan, pencapaian ketuntasan hasil bukanlah tujuan akhir dari pembelajaran kemampuan pemahaman konsep dan siswa matematika, dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terbesar dari aktivitas ini (Turmudi, 2008). jauh lebih besar daripada kelas yang dikenai Dari penelitian ini jumlah siswa yang pengajaran konvensional. Ketuntasan belajar menuliskan penyelesaian masalah secara 31 melainkan sebagai bagian lengkap dan benar pada pembelajaran sesuai dengan kurikulum yaitu 80%. kooperatif tipe jigsaw sebanyak 27 siswa Sedangkan pada pengajaran konvensional sedangkan pada pengajaran konvensional tidak ada siswa yang tuntas (0%). Namun terdapat 1 siswa. Variasi jawaban di kelas demikian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw eksperimen dalam lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol. penelitian ini lebih berhasil meningkatkan kemampuan kreativitas dalam pemecahan masalah matematika jika di- A. Tingkat Kemampuan Kreativitas Pemecahan Masalah dalam bandingkan dengan pengajaran konvensional. Hasil Matematika penelitian persamaan dilihat regresi dari untuk konstanta pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu 41,89 sedangkan Berdasarkan hasil tes kemampuan pengajaran konvensional 36,44. kreativitas dalam pemecahan masalah dari Dari penelitian ini, pada pembelajaran kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat berbasis dilihat dari gabungan gambar berikut ini: masalah ada 3 siswa tuntas, sedangkan pada pengajaran konvensional tidak ada siswa yang tuntas dalam materi bangun datar. Sehingga rata-rata jawaban Jumlah Siswa Hasil Tes Kontrol dan Eksperimen 20 10 18 20 14 9 siswa kelompok pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki jawaban yang lebih baik jika banyak siswa kontrol 3 0 00 00 0 1 2 3 4 5 Kategori Penilaian dibandingkan dengan kelompok pengajaran konvensional. banyak siswa eksperimen V. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan Gambar 3. Tingkat Kemampuan temuan Kreativitas dalam Pemecahan Masalah penelitian selama pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menekankan Matematika Siswa pada kemampuan pemahaman konsep dan Secara umum kemampuan kreativitas kreativitas dalam pemecahan masalah, maka dalam pemecahan matematika siswa masih peneliti memperoleh kesimpulan sebagai rendah. Ini terlihat dari jumlah (prosentase) berikut: siswa 1. Tingkat yang tuntas belajarnya pada kemampuan pemahaman pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat konsep 3 siswa dari 32 siswa atau 9,375%. memperoleh Persentase ini belum mencapai nilai yang kooperatif tipe jigsaw rata-ratanya 32 matematika model siswa yang pembelajaran adalah 72,15 kemampuan sedangkan pemahaman tingkat menekankan kemampuan konsep pemahaman konsep dan kreativitas matematika siswa yang memperoleh dalam model pengajaran konvensional rat- matematika siswa dapat dijadikan ratanya adalah 46,34. Bila ditinjau sebagai salah satu alternatif untuk ketuntasan menerapkan secara klasikal nilai pemecahan masalah pembelajaran kemampuan pemahaman konsep minimal matematika yang innovatif khusus- kategori nya cukup pada kelas kontrol sebesar 3,125%, sedangkan pada kelas dalam mengajarkan materi pembelajaran yang bangun datar. eksperimen sebesar 84,375%. b. Perangkat 2. Tingkat kemampuan kreativitas dalam dihasilkan dapat dijadikan sebagai pemecahan masalah matematika siswa bandingan yang mengembangkan memperoleh model pem- bagi guru dalam perangkat pem- belajaran kooperatif tipe jigsaw rata- belajaran matematika dengan pem- ratanya belajaran kooperatif tipe jigsaw pada adalah 50,25 sedangkan tingkat kemampuan kreativitas dalam pokok bahasan bangun datar. pemecahan masalah matematika siswa c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang memperoleh model pengajaran kooperatif tipe jigsaw adalah efektif. konvensional adalah Diharapkan guru matematika dapat 44,09. Bila ditinjau ketuntasan secara menciptakan suasana pembelajaran klasikal yang rata-ratanya nilai kreativitas dalam menyenangkan, pada memberi pemecahan masalah minimal kategori kesempatan siswa cukup pada kelas kontrol hanya sebesar mengungkapkan gagasanya dalam 0,00%, sedangkan pada kelas eksperimen bahasa dan cara mereka sendiri, sebesar 9,375%. berani berargumentasi untuk sehingga siswa akan lebih percaya diri dan B. Rekomendasi Berdasarkan kreatif dalam menyelesaikan masalah hasil penelitian, yang dihadapinya. Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang diterapkan pada kegiatan matematika bukan lagi momok yang pembelajaran sangat menyulitkan bagi siswa. memberikan hal-hal penting untuk perbaikan. d. Agar model pembelajaran kooperatif Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal tipe jigsaw lebih efektif diterapkan berikut: pada 1. Bagi guru matematika pembelajaran sebaiknya a. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guru matematika, harus membuat perencanaan mengajar yang baik pada pembelajaran matematika yang dengan 33 daya dukung sistem pembelajaran yang baik (Buku Guru, untuk pokok bahasan matematika Buku Siswa, RPP, LAS). yang lain. e. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang pembelajaran dan teori-teori model pem- 3. Kepada peneliti lanjutan belajaran yang innovatif agar dapat melaksanakannya belajaran dalam matematika a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan pem- dengan pembelajaran kooperatif tipe sehingga jigsaw dalam meningkatkan ke- pembelajaran konvensional secara mampuan pemahaman konsep dan sadar dapat ditinggalkan sebagai kreativitas dalam pemecahan masalah upaya matematika siswa secara maksimal peningkatan hasil belajar siswa. untuk memperoleh hasil penelitian 2. Kepada Lembaga terkait yang maksimal. a. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menekankan b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan kemampuan dengan pembelajaran kooperatif tipe pemahaman konsep dan kreativitas jigsaw dalam masalah mampuan matematika lain dengan matematika masih sangat asing bagi menerapkan lebih dalam agar implikasi guru maupun siswa, oleh karenanya hasil penelitian tersebut dapat diterap- perlu disosialisasikan oleh sekolah kan di sekolah. pemecahan atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kreativitas dalam pemecahan masalah matematika siswa. b. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kreativitas masalah dalam matematika pemecahan siswa pada pokok bahasan bangun datar sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif 34 dalam meningkatkan ke- DAFTAR PUSTAKA Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc Grawhill Arends, R.; Winitzky, N.E. dan Tannenbaum, M.D. 2001. Exploring Teaching: An Introduction to education. New York: McGraw-Hill. Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta. www.depdiknas.go.id Lie. A (2011). Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Pugalee, D.A. 2001. Using Communication to Develop Students’ Mathematical Literacy. Journal Research of Mathematics Education, 6, 296-299. Diambil pada tanggal http://www.my.nctm.org/ercsources/art icle-summary.asp?URI=MTMS200101-296a&from=B. Ruseffendi. 1998. Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang noneksakta lainnya. Cetakan Kedua. Semarang: IKIP Semarang Press Russeffendi. 2006. Pengantar Kepada Guru Mengembangkan kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Turmidi, R.D.S. 2008. Matkita: (online), (www.matkita.com) profil, 35