PENERAPAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM

advertisement
PENERAPAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Studi Komparatif Pemahaman Konsep dan Kreatifitas dalam
Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas VII SMP)
Arizal Fahmi
Prodi PGMI STIT Al-Hilal, Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Aceh
ABSTRACT
ABSTRAK
Cooperative Learning of Jigsaw Type
Implementation in Mathematics Learning
(Comparative
Study
in
Conceptual
Understanding and creativity in Problem
Solving in First Grade Students of Junior
High School). 2012.
The aims of this study are: (1) to describe the
comprehension level of students in
comparative of jigsaw type and conventional
class, (2) to describe the creativity level of
students in mathematics problem solving in
comparative jigsaw type class and
conventional.
This research is a half experiment research.
The population of this research is the first
grade students of SMP Negeri 2 Indrajaya.
Then, the researcher chose two of six classes
randomly. The experimental class is the class
which was taught by using cooperative
jigsaw type and the control class which was
taught by conventional style. The instruments
that used consist of: the ability test of
mathematics concepts understanding, the
ability test of creativity in mathematics
problem solving, and observation. Those
instruments have fulfilled the validity of
content requirement, and the coefficient of
reliability was 0,952 for the ability of
mathematics concepts understanding and
0,952 for the ability of creativity test in
problem solving.
Descriptively, it is also learnt the answer
from the research problem that can be seen
as follows: (1) classically the ability of
concepts understanding in control class is
only 3,125 %, whereas in experimental class
is about 84,375 %, (2) classically, the
creativity of students in problem solving is
just 0,00%, while in experimental class is
9,375%.
Penerapan Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam
Pembelajaran Matematika (Studi Komparatif
Pemahaman Konsep dan Kreatifitas dalam
Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas VII
SMP). 2012.
Tujuan dari penelitian ini untuk menelaah:
(1) Mendeskripsikan tingkat pemahaman
konsep siswa yang mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dan konvensional, (2)
Mendeskripsikan tingkat kreatifitas siswa
dalam pemecahan masalah matematika yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dan konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian semi
eksperimen. Populasi penelitian ini adalah
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Indrajaya.
Kemudian secara acak dipilih dua kelas dari
enam kelas. Kelas eksperimen diberi
perlakuan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dan kelas kontrol diberi perlakuan
model pengajaran konvensional. Instrumen
yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan
pemahaman
konsep
matematika,
tes
kemampuan kreativitas dalam pemecahan
masalah matematika dan lembar observasi.
Instrumen
tersebut
dinyatakan
telah
memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien
reliabilitas sebesar 0,952 dan 0,952 berturutturut
untuk kemampuan kemampuan
pemahaman konsep matematika dan tes
kemampuan kreativitas dalam pemecahan
masalah.
Secara deskriptif juga dikaji jawaban dari
rumusan masalah yaitu: (1) secara klasikal
tingkat kemampuan pemahaman konsep pada
kelas kontrol hanya sebesar 3,125%,
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar
84,375%, (2) secara klasikal tingkat
kreativitas dalam pemecahan masalah pada
kelas kontrol hanya sebesar 0,00%,
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar
9,375%.
Kata Kunci: Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw, Kemampuan
Pemahaman konsep Matematika dan
Kreativitas dalam Pemecahan Masalah
24
pemecahan masalah, 5) memiliki sikap
I. PENDAHULUAN
menghargai matematika dalam kehidupan.
A. Latar Belakang Masalah
Pandangan itu mengisyaratkan juga bahwa
Matematika
merupakan
salah satu
kemampuan
pemahaman
konsep
dan
cabang ilmu yang sangat penting. Karena
kreatifitas
pentingnya, matematika diajarkan mulai dari
menjadi fokus perhatian dalam kurikulum
jenjang SD sampai dengan Perguruan Tinggi.
dan tujuan pembelajaran matematika dan
Sampai saat ini matematika merupakan salah
menjadi keharusan bagi guru perlu ditumbuh
satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam
kembangkan di kalangan siswa.
dalam
pemecahan
masalah
daftar mata pelajaran yang di ujikan secara
Hal yang mengejutkan bagi siswa
nasional, mulai dari tingkat SD sampai
ketika mereka diminta untuk memberikan
dengan SMA. Bagi siswa selain untuk
pertimbangan
menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu
jawabannya dalam belajar matematika. Hal
lainnya, matematika juga diperlukan untuk
ini
bekal
jarangnya
terjun
dan
bersosialisasi
dalam
kehidupan bermasyarakat.
terjadi
atau
sebagai
para
penjelasan
akibat
siswa
atas
dan
sangat
dituntut
untuk
menyediakan penjelasan dalam pelajaran
Kecakapan dan kemahiran matematika
matematika, sehingga sangat asing bagi
yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar
mereka untuk berbicara tentang matematika.
matematika mulai SD dan MI sampai SMA
Untuk mengurangi terjadinya hal seperti ini,
dan MA Depdiknas (2003: 3) adalah sebagai
siswa perlu dibiasakan mengkomunikasikan
berikut: 1) menunjukkan pemahaman konsep,
secara lisan maupun tulisan idenya kepada
yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan
orang lain sesuai dengan penafsirannya
konsep dan mengaplikasikan konsep atau
sendiri. Sehingga orang lain dapat menilai
algoritma secara luwes, akurat, dan tepat,
dan
dalam pemecaham masalah, 2) memiliki
penafsirannya itu. Melalui kegiatan seperti
kemampuan mengkomunikasikan gagasan
ini siswa akan mendapatkan pengertian yang
matematika dengan simbol atau tabel, grafik,
lebih bermakna baginya tentang apa yang
atau diagram untuk memperjelas keadaan
sedang ia lakukan. Ini berarti guru perlu
atau masalah, 3) menggunakan penalaran
mendorong
pada pola, sifat atau melakukan manipulasi
memecahkan
matematika dalam membuat generalisasi,
pembelajaran. Pugalee (2001) mengatakan
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
bahwa
dan pernyataan matematika, 4) menunjukkan
pembelajaran untuk memberikan argumen
kemampuan
membuat
atas setiap jawabannya serta memberikan
dan
tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh
(merumuskan),
strategis
dalam
menafsirkan,
menyelesaikan model matematika dalam
25
memberikan
tanggapan
kemampuan
siswa
masalah
perlu
atas
siswa
dalam
pada
setiap
dibiasakan
dalam
orang lain, sehingga apa yang sedang
B. Rumusan Masalah
dipelajari menjadi lebih bermakna baginya.
Berdasarkan latar belakang masalah
Alasan pentingnya matematika untuk
yang telah dikemukakan, maka dirumuskan
dipelajari karena begitu banyak kegunaan-
masalah dalam penelitian ini, yakni
nya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa
1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep
kegunaan matematika sederhana yang praktis
siswa yang mengikuti pembelajaran
menurut Russeffendi (2006:208), yaitu:
kooperatif
1.
Dengan belajar matematika kita
perhitungan-per-
Matematika
dalam pemecahan masalah matematika
yang
merupakan
per-
belajar
perhitungan
Dengan
menjadi
belajar
dan
telah dikemukakan, maka tujuan penulisan
dalam artikel ini adalah: Sejalan dengan latar
matematika
belakang dan rumusan masalah yang telah
disebutkan di atas, maka tujuan yang ingin
manusia yang berpikir logis,
dicapai dalam penelitian ini adalah:
kritis, tekun, bertanggung jawab,
mampu
jigsaw
Berdasarkan rumusan masalah yang
lebih
diharapkan kita mampu menjadi
dan
tipe
B. Tujuan Penelitian
matematika
sederhana dan praktis.
4.
pembelajaran
konvensional?
pelajaran lainnya.
Dengan
mengikuti
kooperatif
syaratan untuk beberapa mata
3.
dan
2. Bagaimana tingkat kreatifitas siswa
hitungan lainnya.
2.
jigsaw
konvensional?
mampu berhitung dan mampu
melakukan
tipe
1. Mendeskripsikan tingkat pemahaman
menyelesaikan
konsep
persoalan.
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dan konvensional.
Tujuan afektif belajar matematika di
2. Mendeskripsikan
sekolah adalah sikap kritis, cermat, obyektif,
dan
terbuka,
menghargai
siswa
keindahan
matematika.
Oleh
karena
kreatifitas
pemecahan
matematika
matematika, serta rasa ingin tahu dan senang
belajar
dalam
tingkat
yang
masalah
mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
itu,
dan konvensional
matematika sebagai disiplin ilmu perlu
dikuasai dan dipahami dengan baik oleh
II. LANDASAN TEORITIS
segenap lapisan masyarakat, terutama siswa
A.
sekolah formal.
Pemahaman Konsep Matematika
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari
pada
pengetahuan
Misalnya
26
adalah
menjelaskan
pemahaman.
dengan
susunan
kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau
menarik serta mendukung mereka untuk
didengarnya, memberi contoh lain dari yang
belajar yang baik. Pembelajaran efektif juga
telah
memerlukan pengetahuan dan pemahaman
dicontohkan,
petunjuk
atau
penerapan
pada
Bloom
(1989:
menggunakan
lain.
matematika, Siswa sebagai pembelajar, dan
bahwa
strategi pendidikan. Para guru memerlukan
“kesanggupan memahami setingkat lebih
beberapa macam pengetahuan matematika
tinggi
yang
Taksonomi
dari
pada
kasus
24)
pengetahuan.
Namun,
berbeda,
pengetahuan
tentang
tidaklah berarti bahwa pengetahuan perlu
keseluruhan materi; pengetahuan fleksibel
ditanyakan sebab, untuk dapat memahami,
tentang sasaran dan tujuan kurikulum serta
perlu
tentang gagasan yang penting pada setiap
terlebih
dahulu
mengetahui
atau
mengenal.
tingkatan
Pemahaman
merupakan
konsep
perangkat
matematika
standar
kelas;pengetahuan
tantangan
program
para
membutuhkan
siswa
tentang
dalam
bimbingan
belajar
pengetahuan
pendidikan matematika yang mencerminkan
tentang bagaimana gagasan dapat diwakili
kompetensi. Di sisi lain, pemahaman konsep
untuk mengajar siswa secara efektif dan
matematika merupakan dasar bagi siswa
pengetahuan
untuk membangun kemampuan pemecahan
pemahaman
masalah
membantu para guru dalam pertimbangan
matematika.
bangunan
teori
pemahaman
Oleh
untuk
konsep
itu,
pengembangan
ketika
siswa.
membuat
bagaimana
pengetahuan
kurikulum,
dapat
banyak
merespon
kemampuan
terhadap pertanyaan siswa, dan melihat hal
pemecahan masalah matematika bagi siswa
yang penting pada konsep yang sedang
sangat
secara
dikemukakan serta merencanakan sesuatu
mendalam. Berdasarkan hasil kajian secara
yang sesuai. Pengetahuan pendidikan, banyak
teoretis dan empiris dalam penelitian ini,
diperoleh
ditemukan bangunan teori pengembangan
membantu guru memahami bagaimana siswa
pemahaman
kemampuan
belajar matematika, menjadi mahir dengan
pemecahan masalah matematika bagi siswa.
teknik mengajar yang berbeda dan dapat
Teori tersebut mensinergikan teori pem-
megelola/
belajaran perubahan konseptual dan teori
memahami gagasan pokok dalam matematika
interaksi sosial melalui model pembelajaran
dan bisa menghadirkan matematika sebagai
kooperatif
Sinergi
satu hubungan. Keputusan dan tindakan guru
kedua teori pembelajaran tersebut meng-
di dalam kelas dapat mempengaruhi para
gunakan pengetahuan awal sebagai basis.
siswa ketika belajar matematika.
strategis
untuk
konsep
Group
dan
sebab
tentang
dan
dikaji
Investigation.
melalui
mengatur
praktek
kelas.
mengajar,
Guru
Mengajar matematika yang efektif
memerlukan pemahaman dan pengetahuan
B. Berpikir Kreatif Matematika
siswa serta kebutuhan untuk belajar, sehingga
27
perlu
Kemampuan berpikir matematis adalah
Dapat mencari berbagai argument
proses dinamis yang menuntut lahirnya
pembenaran atau penyelahan
beragam ide yang kompleks sehingga terjadi
Dapat memeriksa, memodifikasi, dan
peningkatan pemahaman. Menurut mason
membuat beragam alternatif
(1973), ada tiga faktor yang mempengaruhi
seberapa
efektif
kemampuan
3. Pemikiran yang begitu mendalam
berpikir
(reflective)
matematika seseorang adalah:
Dapat mengkritisi
a. Kemampuan proses dalam memecah-
Dapat memperkirakan dan menilai
kan masalah matematika
beragam pendekatan,
b. Pengendalian emosi dan psikologi
Dapat mengangkat, merundingkan
untuk menguatkan proses pemecahan
kembali, dan
masalah matematika
mengubah arah.
c. Pemahaman
konsep
matematika
Berpikir merupakan suatu kegiatan
berikut aplikasinya.
Untuk
meningkatkan
mental yang dialami seseorang bila mereka
kemampuan
dihadapkan pada suatu masalah atau situasi
berpikir matematika, dua hal yang perlu
yang harus dipecahkan. Ruggioro (dalam
diperhatikan adalah:
tatag: 2008) mengartikan: “berpikir sebagai
a. Proses penemuan
suatu aktivitas mental untuk membantu
b. Pengendalian emosi
memformulasikan atau memecahkan suatu
Kegiatan yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan
masalah, membuat suatu keputusan, atau
berpikir
memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a
matematis adalah perlu mempraktekkan dan
disere to understand)”. Sedangkan Chaedar
selalu melakukan refleksi (by practice with
(2007: 214), “Berpikir kreatif adalah sebuah
reflection). Yang merangsang kemampuan
kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan
berpikir matematis adalah tantangan, tekanan
memperhatikan
atau desakan, kejutan, kontradiksi. Untuk
imajinasi,
mensuport kemampuan berpikir matematika
kemungkinan baru, membuka sudut pandang
diperlukan atmosfir:
yang menakjubkan dan membangkitkan ide-
intuisi,
menghidupkan
mengungkap
kemungkinan-
ide yang tidak terduga”.
1. Pertanyaan (questioning)
Dapat mengidentivikasi pertanyaan-
Berdasarkan dari beberapa pendapat
pertanyaan untuk investigasi
ahli di atas maka dapat disimpulan bahwa
Dapat menquery asumsi
berpikir kreatif adalah sebagai suatu aktivitas
Dapat bernegosiasi dengan makna-
mental untuk membantu memformulasikan
makna dari istilah
atau memecahkan suatu masalah, membuat
2. Tantangan (challenging)
suatu keputusan, atau memenuhi hasrat
Dapat membuat banyak konjektur
keingintahuan.
28
jawab
atas
pelajaran
tanggung
teman di Universitas Texas, dan kemudian
(Lie, A., 2011). Para anggota dari tim-tim
siswa mengaktifkan skema ini agar bahan
yang berbeda dengan topik yang sama
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu,
bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling
siswa bekerja sama dengan sesama siswa
membantu satu sama lain tentang topik
dan
pembelajaran
untuk
yang
ditugaskan
kepada
mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali
meningkatkan
pada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan
keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran
kepada anggota kelompok yang lain tentang
kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe
apa yang telah mereka pelajari sebelumnya
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
pada pertemuan tim ahli.
beberapa anggota dalam satu kelompok yang
Pada model pembelajaran kooperatif
bertanggung jawab atas penguasaan bagian
tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan
materi belajar dan mampu mengajarkan
kelompok
materi tersebut kepada anggota lain dalam
ahli.
Kelompok
asal
yaitu
kelompok induk siswa yang beranggotakan
kelompoknya (Arends, 1997).
siswa dengan kemampuan, asal, dan latar
Model pembelajaran kooperatif tipe
model
juga
untuk mempelajari materi yang ditugaskan”
belakang pengalaman siswa dan membantu
merupakan
dan
lain dan harus bekerja sama secara kooperatif
guru memperhatikan skemata atau latar
Jigsaw
sendiri
terhadap
“siswa saling tergantung satu dengan yang
kan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini,
dan
siswa
kelompoknya yang lain. Dengan demikian,
pengajaran membaca, menulis, mendengar-
informasi
jawab
mengajarkan materi tersebut pada anggota
Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam
mengolah
kepada
mereka juga harus siap memberikan dan
Aronson et. al. sebagai metode Cooperative
kesempatan
tersebut
dan
mempelajari materi yang diberikan, tetapi
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh
banyak
dipelajari
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
mempunyai
materi
pembelajarannya
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
royong
harus
materi
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
gotong
bagian
anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan
suasana
yang
menyampaikan
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
dalam
ketuntasan
belakang keluarga yang beragam. Kelompok
pembelajaran
asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
kooperatif dimana siswa belajar dalam
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang
kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang
terdiri dari anggota kelompok asal yang
secara heterogen dan bekerja sama saling
berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari
ketergantungan yang positif dan bertanggung
dan mendalami topik tertentu dan me-
29
nyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan
bebasnya adalah pendekatan pembelajaran
dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
yang terdiri atas pendekatan pembelajaran
kepada anggota kelompok asal.
kooperatif
Hubungan
antara
kelompok
asal
tipe
jigsaw
dan
pendekatan
dan
konvensional. Sedangkan variabel terikatnya
kelompok ahli digambarkan sebagai berikut
adalah kemampuan pemahaman konsep dan
(Arends, 1997):
kreativitas dalam pemecahan masalah.
Kelompok Asal
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2
Indrajaya yang berjumlah 6 kelas. Sampel
penelitian dipilih dua kelas secara acak
(random). Pemilihan kelas secara acak
dimungkinkan karena berdasarkan laporan
dari
Kelompok ahli
guru
bidang
studi
matematika
pendistribusian siswa pada tiap kelas merata
Gambar 1. Langkah-langkah Penerapan
secara heterogen. Hal ini sesuai dengan
Teknik Jigsaw
pendapat Russefendi (1998: 78): “Salah satu
Setelah melakukan tes hasil belajar
cara memilih sampel mewakili populasinya
maka dilakukan perhitungan skor kelompok
adalah cara random sederhana, yaitu bila
yang dilakukan dengan cara menjumlahkan
setiap anggota dari populasi mempunyai
masing-masing sumbangan skor individu
kesempatan
anggota dalam kelompoknya hasilnya dibagi
yang
sama
untuk
dipilih.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah
sesuai dengan jumlah anggota, sehingga
dengan
dapat skor rata-rata.
menggunakan
penomoran
yang
ditulis di kertas potongan kecil-kecil yang
nantinya dimasukkan dalam kotak untuk
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian
ini
berbentuk
dilakukan undian. Russefendi (1998: 79)
kuasi-
mengatakan salah satu cara memperoleh
eksperimen dengan desain kelompok kontrol
sampel
non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005:53):
kertas-kertas
O
adalah
dengan
kecil,
kemudian
digulung,
dimasukkan kedalam suatu tempat lalu
Keterangan:
dikocok dan diambil sesuai dengan yang
O
: Pretes dan Postes
X
: Pembelajaraan
diperlukan. Sampel dalam penelitian ini
kooperatif
tipe
adalah kelas VII-A dan kelas VII-B, kelas
jigsaw
Penelitian
random
memberi nomor anggota populasi pada
O X O
O
secara
VII-A sebagai kelas kontrol berjumlah 32
ini
melibatkan
variabel
siswa
bebas dan variabel terikat. Adapun variabel
dan
kelas
VII-B
sebagai
eksperimen berjumlah 32 siswa.
30
kelas
tercapai pada kelas ekperimen, yaitu terdapat
27 orang dari 32 siswa atau 84,375% dari
IV.
HASIL
PENELITIAN
jumlah siswa di kelas eksperimen yang tuntas
DAN
belajar
PEMBAHASAN
Berdasarkan
berdasarkan
kriteria
ketuntasan
belajar kurikulum. Sedangkan pada kelas
hasil tes kemampuan
kontrol terdapat 1 siswa atau 3%. Artinya
pemahaman konsep dari kelas kontrol dan
kelas
kelas eksperimen dapat dilihat dari gabungan
eksperimen
yang
menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
gambar berikut:
Jumlah Siswa
meningkatkan kemampuan kognitif anak. Hal
Hasil Tes Kontrol dan
Eksperimen
senada juga diungkapkan oleh Slavin ( 1991)
17
20
15
14
12
15
10
5
5
1 0 00
0
0
1 2 3 4 5
yang berbeda kebolehan yang belajar dalam
ia akan memberi faedah kepada golongan
banyak siswa
kontrol
satu
kumpulan.
Kajian
menunjukkan
banyak siswa
eksperimen
pencapaian dan kemahiran kognitif pelajar.
pembelajaran kooperatif boleh meningkatkan
Model pembelajaran kooperatif tipe
Kategori Penilaian
jigsaw
secara
meningkatkan
Gambar 2. Tingkat Kemampuan
signifikan
telah
kemampuan
berhasil
pemahaman
konsep matematika siswa jika dibandingkan
Pemahaman Konsep Matematika
dengan pengajaran konvensional.
Hasil
Seperti telah dikemukakan sebelum-
penelitian dilihat dari konstanta persamaan
nya, bahwa yang dimaksud dengan ke-
regresi untuk pembelajaran kooperatif tipe
mampuan pemahaman konsep adalah pe-
jigsaw yaitu 61,92 sedangkan pengajaran
nyerapan makna dari materi matematika yang
konvensional 37,12.
sedang dipelajari, kemampuan menangkap
Aspek melakukan perhitungan, ada
konsep materi matematika dan pemahaman
beberapa soal yang dikerjakan siswa dengan
konsep yang akan dicapai siswa yang dapat
lengkap, ada juga yang salah dalam me-
dilihat dari: 1) menuliskan konsep, 2) mem-
lakukan
berikan contoh konsep dan bukan contoh
penyelesaian masalah (jawaban) para siswa
konsep,
harus mampu memanfaatkan pengetahuan
3)
pemecahan
menerapkan
masalah.
konsep
Hasil
dalam
penelitian
mereka.
perhitungan.
Penyelesaian
Untuk
akhir
mencari
(jawaban)
menunjukkan, pencapaian ketuntasan hasil
bukanlah tujuan akhir dari pembelajaran
kemampuan pemahaman konsep dan siswa
matematika,
dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
terbesar dari aktivitas ini (Turmudi, 2008).
jauh lebih besar daripada kelas yang dikenai
Dari penelitian ini jumlah siswa yang
pengajaran konvensional. Ketuntasan belajar
menuliskan penyelesaian masalah secara
31
melainkan
sebagai
bagian
lengkap
dan
benar
pada
pembelajaran
sesuai
dengan
kurikulum
yaitu
80%.
kooperatif tipe jigsaw sebanyak 27 siswa
Sedangkan pada pengajaran konvensional
sedangkan pada pengajaran konvensional
tidak ada siswa yang tuntas (0%). Namun
terdapat 1 siswa. Variasi jawaban di kelas
demikian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
eksperimen
dalam
lebih
banyak
dibandingkan
dengan kelompok kontrol.
penelitian
ini
lebih
berhasil
meningkatkan kemampuan kreativitas dalam
pemecahan masalah matematika jika di-
A.
Tingkat
Kemampuan
Kreativitas
Pemecahan
Masalah
dalam
bandingkan dengan pengajaran konvensional.
Hasil
Matematika
penelitian
persamaan
dilihat
regresi
dari
untuk
konstanta
pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw yaitu 41,89 sedangkan
Berdasarkan
hasil tes kemampuan
pengajaran konvensional 36,44.
kreativitas dalam pemecahan masalah dari
Dari penelitian ini, pada pembelajaran
kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat
berbasis
dilihat dari gabungan gambar berikut ini:
masalah
ada 3 siswa tuntas,
sedangkan pada pengajaran konvensional
tidak ada siswa yang tuntas dalam materi
bangun datar. Sehingga rata-rata jawaban
Jumlah Siswa
Hasil Tes Kontrol dan
Eksperimen
20
10
18 20
14
9
siswa kelompok pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw memiliki jawaban yang lebih baik jika
banyak
siswa
kontrol
3
0 00 00
0
1 2 3 4 5
Kategori Penilaian
dibandingkan dengan kelompok pengajaran
konvensional.
banyak
siswa
eksperimen
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
Gambar 3. Tingkat Kemampuan
temuan
Kreativitas dalam Pemecahan Masalah
penelitian
selama
pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dengan menekankan
Matematika Siswa
pada kemampuan pemahaman konsep dan
Secara umum kemampuan kreativitas
kreativitas dalam pemecahan masalah, maka
dalam pemecahan matematika siswa masih
peneliti memperoleh kesimpulan sebagai
rendah. Ini terlihat dari jumlah (prosentase)
berikut:
siswa
1. Tingkat
yang
tuntas
belajarnya
pada
kemampuan
pemahaman
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat
konsep
3 siswa dari 32 siswa atau 9,375%.
memperoleh
Persentase ini belum mencapai nilai yang
kooperatif tipe jigsaw rata-ratanya
32
matematika
model
siswa
yang
pembelajaran
adalah
72,15
kemampuan
sedangkan
pemahaman
tingkat
menekankan
kemampuan
konsep
pemahaman konsep dan kreativitas
matematika siswa yang memperoleh
dalam
model pengajaran konvensional rat-
matematika siswa dapat dijadikan
ratanya adalah 46,34. Bila ditinjau
sebagai salah satu alternatif untuk
ketuntasan
menerapkan
secara
klasikal
nilai
pemecahan
masalah
pembelajaran
kemampuan pemahaman konsep minimal
matematika yang innovatif khusus-
kategori
nya
cukup
pada
kelas
kontrol
sebesar 3,125%, sedangkan pada kelas
dalam
mengajarkan
materi
pembelajaran
yang
bangun datar.
eksperimen sebesar 84,375%.
b. Perangkat
2. Tingkat kemampuan kreativitas dalam
dihasilkan dapat dijadikan sebagai
pemecahan masalah matematika siswa
bandingan
yang
mengembangkan
memperoleh
model
pem-
bagi
guru
dalam
perangkat
pem-
belajaran kooperatif tipe jigsaw rata-
belajaran matematika dengan pem-
ratanya
belajaran kooperatif tipe jigsaw pada
adalah
50,25
sedangkan
tingkat kemampuan kreativitas dalam
pokok bahasan bangun datar.
pemecahan masalah matematika siswa
c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran
yang memperoleh model pengajaran
kooperatif tipe jigsaw adalah efektif.
konvensional
adalah
Diharapkan guru matematika dapat
44,09. Bila ditinjau ketuntasan secara
menciptakan suasana pembelajaran
klasikal
yang
rata-ratanya
nilai
kreativitas
dalam
menyenangkan,
pada
memberi
pemecahan masalah minimal kategori
kesempatan
siswa
cukup pada kelas kontrol hanya sebesar
mengungkapkan gagasanya dalam
0,00%, sedangkan pada kelas eksperimen
bahasa dan cara mereka sendiri,
sebesar 9,375%.
berani
berargumentasi
untuk
sehingga
siswa akan lebih percaya diri dan
B. Rekomendasi
Berdasarkan
kreatif dalam menyelesaikan masalah
hasil
penelitian,
yang dihadapinya. Dengan demikian
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang
diterapkan
pada
kegiatan
matematika bukan lagi momok yang
pembelajaran
sangat menyulitkan bagi siswa.
memberikan hal-hal penting untuk perbaikan.
d. Agar model pembelajaran kooperatif
Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal
tipe jigsaw lebih efektif diterapkan
berikut:
pada
1. Bagi guru matematika
pembelajaran
sebaiknya
a. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
guru
matematika,
harus
membuat
perencanaan mengajar yang baik
pada pembelajaran matematika yang
dengan
33
daya
dukung
sistem
pembelajaran yang baik (Buku Guru,
untuk pokok bahasan matematika
Buku Siswa, RPP, LAS).
yang lain.
e. Diharapkan guru perlu menambah
wawasan
tentang
pembelajaran
dan
teori-teori
model
pem-
3. Kepada peneliti lanjutan
belajaran yang innovatif agar dapat
melaksanakannya
belajaran
dalam
matematika
a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan
pem-
dengan pembelajaran kooperatif tipe
sehingga
jigsaw
dalam
meningkatkan
ke-
pembelajaran konvensional secara
mampuan pemahaman konsep dan
sadar dapat ditinggalkan sebagai
kreativitas dalam pemecahan masalah
upaya
matematika siswa secara maksimal
peningkatan
hasil
belajar
siswa.
untuk memperoleh hasil penelitian
2. Kepada Lembaga terkait
yang maksimal.
a. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan
menekankan
b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan
kemampuan
dengan pembelajaran kooperatif tipe
pemahaman konsep dan kreativitas
jigsaw
dalam
masalah
mampuan matematika lain dengan
matematika masih sangat asing bagi
menerapkan lebih dalam agar implikasi
guru maupun siswa, oleh karenanya
hasil penelitian tersebut dapat diterap-
perlu disosialisasikan oleh sekolah
kan di sekolah.
pemecahan
atau lembaga terkait dengan harapan
dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep dan kreativitas dalam pemecahan masalah matematika siswa.
b. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif
dalam
meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep dan
kreativitas
masalah
dalam
matematika
pemecahan
siswa
pada
pokok bahasan bangun datar sehingga dapat dijadikan masukan bagi
sekolah untuk dikembangkan sebagai
strategi pembelajaran yang efektif
34
dalam
meningkatkan
ke-
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. 1997. Classroom Instruction and
Management. New York: Mc Grawhill
Arends, R.; Winitzky, N.E. dan Tannenbaum,
M.D. 2001. Exploring Teaching: An
Introduction to education. New York:
McGraw-Hill.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Matematika SMP. Jakarta.
www.depdiknas.go.id
Lie.
A (2011). Cooperative Learning.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Pugalee, D.A. 2001. Using Communication
to Develop Students’ Mathematical
Literacy. Journal Research of
Mathematics Education, 6, 296-299.
Diambil pada tanggal
http://www.my.nctm.org/ercsources/art
icle-summary.asp?URI=MTMS200101-296a&from=B.
Ruseffendi. 1998. Dasar-dasar penelitian
pendidikan dan bidang noneksakta
lainnya. Cetakan Kedua. Semarang:
IKIP Semarang Press
Russeffendi. 2006. Pengantar Kepada Guru
Mengembangkan kompetensinya dalam
Pengajaran
Matematika
untuk
Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
Turmidi, R.D.S. 2008. Matkita:
(online), (www.matkita.com)
profil,
35
Download