8 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Model Kooperatif Type Jigsaw 1. Deskripsi Model Kooperatif Type Jigsaw Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategis mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Salah satu tujuan pengadaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar dan kemampuan dalam berhasil. Kooperatif dalam kamus ilmiah berarti “secara bersama-sama atau bersifat kerja sama”1. Dan menurut istilah adalah : Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran2. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun elemen-elemen tersebut yaitu : “1) Saling ketergantungan positif; 2) Interaksi tatap muka; 3) Akuntabilitas 1 Puis Abdullah, Kamus Ilmiah (popular Lengkap), Surabaya, tth, Arkola, h, 306 2 Http://trisnimath.blogspot.com, diakses 19-10-2011 8 9 individual; 4) Keterapilan untuk menjalin hubungan antar pribadiatau keterammpilan sosial yang secara sengaja dianjurkan” 3. Sedangkan Jigsaw menurut Masitoh dan Laksmi Dewi adalah : Jigsaw adalah sebuah teknik mengajar yang dikembangkan oleh Aronson Et Al. Sebagai model Cooperative Learning. Teknik ini bisa digunakan pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara4. Jadi Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan model atau model pembelajaran yang sangat penting dalam proses pembelajaran kerana dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa di tuntut untuk kreatif, bertanggung jawab dan bekerjasama antara siswa baik secara kelompok maupun secara individual. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kelompok kecil yang terdri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Kooperatif type jigsaw ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain5. 3 Http://www.strukturaljabar.co.cc, diakses 19-10-2011 4 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, h, 246 5 h, 58 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Yokyakarta, PT Pustaka Intan Madani, 2008, 10 Keungggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, dan meningkatkann bekerjasama untuk mempelajarii materi yang ditugaskan. Dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terdapat 2 kelompok yaitu “kelompok asal dan kelompok ahli”6. Dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Lebih jelasnya sebagai berikut : Dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota dari kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender kelompok ini di sebut kelompok asal7. 2. Kelompok ahli yatu; kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topic tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Lebih jelasnya sebagai berikut : Setiap siswa diberikan tugas mempelajari salah satu bagian materi pelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (counterpart group). 6 Rustaman, Pembelajaran Kooperatif, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, h. 236 7 Ibid, h. 237 11 Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian mater pembelajarann yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikann kepada temanya jika kembali ke kelompok asal8. Berdasarkan hal tersebut petapa penting pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di terapkan dalam proses pembelajaran, yang mana siswa diberikan kebebasan dalam berfikir dan mecahkan permasalahan yang ada sehingga mereka di tuntut untuk berinteraksi dan berkerjasama dengan teman-temannya serta bertanggung jawab dengan apa yang mereka dapatkan untuk di berikan kepada kelompoknya, sehingga mereka mampu meraih hasil secara akademi maupun sosial. Sejalan dengan itu salah satu tujuan model pembelajaran kooperatif adalah “hasil belajar siswa akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari teannya, serta pengembangan keterampilan siswa”9. Selain tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga mempunyai prinsip dalam pembelajar kooperatif menurut Nur sebagai berikut : 1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. 3. Setiap anggota kelompok (siswa) harusmembagi tugas dan tanggung jawab yang saa diantara kelompoknya 4. Setiap anggota kelompok (siswa)akan dikenai evaluai 5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersaa selama proses belajarnya. 8 Ibid 9 www.ppp.pembelajaran. Kooperatif.co.id:3, diakses 19-10-2011 12 6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dimintai mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif10. Berdasarkan hal tersebut diatas, bahwa pembelajaran kooperatif memberikan nuansa kepercayaan kepada para siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan keterampilan mereka, dan dilatih untuk sosok seorang pemimpinan dalam kelompok sekaligus kerjasama yang posisf dalam kelompok mereka dan menghilangkan rasan ego, suku, ras, status sosial dan budaya. Model pembelajaran ini dapat mengajarkan kepada para siswa untuk selalu berbuat dan bertindak secara bersama atau secara berkelompok untuk memecahkan masalah tanpa ada perbedaan. 2. Ciri-ciri Kooperatif Type Jigsaw Dalam aplikasiannya model pembelajaran kooperatif jigsaw tidak hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan sisi akademik. Dalam pembelajaran kooperatif juga melatih siswa dalam mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial dan manusia yang mana pada khirnya hal ini berpengarug terhadap hasil akademik siswa. Pembelajaran kooperatif jigsaw dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif, yang melahirkan sikap ketergantungan yang positif diantara sesama siswa , penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Kondisi seperti ini akan 10 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana, 2006, h. 246-247 13 memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk membantu siswa yang kurang pintar dalam mempelajari konsep-konsep yang dirasa sulit dalam mata pelajaran khusus misalnya matematika. Pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar siswa yang maksimal dan sejajar. Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, aktivitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa. Dalam proses diskusi dan kerja kelompok guru hanya berfungsi sebagai fasilitator, konsultan, dan manager yang mengkoordinir proses pembelajaran. Suasana beajar dan interaksi yang santai antara siswa dengan guru maupun antar siswa membuat proses berfikir siswa lebih optimal dan siswa mengkontruksi sendiri ilmu yang dipelajarinya menjadi pengetahuan yang akan bermmakna dan tersimpan dalam ingatanya untuk periode waktu yang lama. Ha ini bisa memupuk minatdan perhatian siswa dalam mempelajari mata pelajaran yang dianggap sulit sehingga dapat berefektivitas model baik terhadap hasil belajara siswa atau hasil belajar siswa siswa. Berdasarkan hal tersebut Stahl mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut ; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Belajar bersama dengan teman Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok Belajar dari teman sendiri dalam kelompok Belajar dalam kelompok kecil Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat Keputusan tergantung pada mahasiswa/siswa sendiri Mahasiswa/siswa aktif11. 11 Ibid, h. 248-249 14 Senada dengan ciri-ciri tersebut, Johnson dan Johnson serta Hilke mempertegas bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Terdapat saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok Dapat dipertanggung jawabkan secara individu Heterogen Berbagi kepemimpinan Berbagi tanggung jawab Menekankan pada tugas dan kebersamaan Membentuk keterampilan sosial Peran guru/dosen mengamati proses belajar siswa Efektifitas belajar tergantung pada kelompok. Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang anggota), bersifat heterogen tanpa memperhatika perbedaan kemampuan akademik, jender, suku, maupun lainnya12. Berdasarkan pendapat diatas, bahwa model atau model pembelajaran kooperatif type jigsaw merupakan tolak ukur keberhasila siswa dalam proses pembelajaran dimana siswa diberi kemandirian dalam belajar sendiri serta bekerjasama dengan kelompknya tanpa memandanng sosial budaya atau latar belakang mereka masing-mmasing tetapi ditekankan bahwa dalam satu kelompok adalah satu tujuan sehingga tercipta seasana damai dan mampu meraih hasil belajar siswa yang diingikan secara bersama dalam kelompok. Selain ciri-ciri pembelajaran kooperatif type jigsaw masih banyak lagi ciriciri yang lain diantaranya: 1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. 12 Ibid 15 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbedabeda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, suku, dan budaya yang berbeda serta memperhatikan kesejahteraan jender 3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu13. Berdasarkan cir-ciri pembelajaran kooperatif jigsaw tersebut dapat kita simpulkan bahwa proses pembelajaran koperatif type jigsaw merupakan pembelajar yang harus diterapkan dalam setiap pembelajaran atau mata pelajaran yang dianggap susah karena dengan model pembelajaran ini siswa dintuntun untuk memecahkan masalahnya dengan kelompknya masing-masing agar masalah yang besar sekalipun dapat di pecahkan (dicarikan solusi) dengan baik. Selain itu siswa dalam menerima materi akan lebih mudah karena setiap siswa diberi kesempatan untuk membahas materi yang diajarkan, baik secara kelompok maupun individu. Oleh karena itu, seorang guru haruslah pintar-pintar dalam memilih dan menerapkan model pembalajarn karena dengan model pembelajaran yang sesuai akan memberikan membuahkan hasil atau dampak yang positif bagi siswa. 3. Langkah-langkah Penerapan Kooperatif Type Jigsaw Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat tercapai secara maksimal apabila setiap siswa mampu memberikan infommasi yang akurat kepada anggotanya. “Kunci tipe jigsaw ini adalah interpendence setiap siswa 13 Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya, Unesa-University Press, 2000, h. 112 16 terhadap anggota tim yang memberikan informmasi yang diperlukan”14. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan. Adapun langkah-langkah dalam penerapan jigsaw adalah sebagai berikut : 1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, Dengan setiap kelomok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota dari kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender, kelompok ini di sebut kelompok asal. Setiap siswa diberikan tugas mempelajari salah satu bagian materi pelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (counterpart group). Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pembelajarann yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikann kepada temanya jika kembali ke kelompok asal. 2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentase masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah di diskusikan. 3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual 4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar siswa individu dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini). 5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi bagian materi pembelajaran. 6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntutan dan isi materi yang beruntut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai15. 14 http://www.ziddu.com/download/kooperatfiftiypejigsaw.doc.html , diakses 7-10-2009 15 Rustaman, Pembelajaran Kooperatif, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, h. 231 17 Dengan penerapan model pembelajaran type jigsaw dapat memberikan proses pembelajaran bagi siswa kearah yang lebih baik, dalam hal ini siswa akan lebih bertanggung jawab dengan apa yang telah di berikan berupa materi yang di bahasnya dan dapat diberikan oleh kelompoknya untuk di persentasekan sehingga siswa yang lain dapat menerima seperti yang didapatkannya. Dalam penerapan ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema tersebut agar bahan pelajaran mmenjadi lebih bermakna selain itu, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengelolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi, karena dengan model pembelajaran ini siswa dapat mengaktifkan berbagai alat indera yang digunakan dalam peroses pembelajarann diantaranya seperti, membaca, menulis, mendenganr, ataupun berbicara. B. Deskripsi Hasil Belajar PAI 1. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar merupakan masalah yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar sangat identik dengan perolehan nilai akhir yang diperoleh siswa, sedangkan dijelaskan bahwa “nilai akhir adalah nilai final yang dapat berupa angka atau huruf, yang melambangkan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang telah mereka ikuti”16. Nana 16 Sudijiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo, 2007, h. 431 18 Sudjana menjelaskan bahwa:” hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh melalui pengaruh-pengaruh lingkungan”17. Hal ini dapat dipahami bahwa hasil belajar merupakan pengaruh-pengaruh dari lingkungan baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitar. Dijelaskan pula bahwa:” hasil belajar adalah tingkat pencapaian murid dalam proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu yang dapat diketahui melalui tes hasil belajar”.18 Hasil belajar tersebut diperoleh dari proses evaluasi, dimana evaluasi merupakan “Proses yang terdiri dari mengukur (kuantitatif) dan menilai (memberikan nilai baik buruk)”19. Dari uraian singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh murid setelah mengikuti proses pembelajaran melalui tes hasil belajar atau evaluasi yang telah ditentukan guru 2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara umum, faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar murid dibedakan menjadi tiga macam, yakni: a. Faktor internal (faktor dari dalam diri murid), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani murid. b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri murid), yakni kondisi lingkungan di sekitar murid. 17 Nana Sudjana, Evaluasi Hasil Belajar, Ciamis, Publikasi STKIP Siliwangi, 1981, h. 93 18 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1994, h. 25 19 Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 1999, h. 3 19 c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar murid yang meliputi strategi dan model yang digunakan murid untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.20 Dari faktor-faktor di ataslah, dapat menghasilkan murid- murid yang berhasil tinggi, ada murid yang berhasil rendah dan bahkan ada yang gagal sama sekali. Dari beberapa faktor di atas, penulis dapat memberikan sedikit penjelasan, sebagai berikut: 1. Faktor internal murid Faktor yang berasal dari dalam diri murid sendiri meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. a. Aspek fisiologis Kondisi fisiologis (jasmani) umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar murid. Tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ- organ tubuh dan sendi- sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas murid dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah dengan disertai kepala yang pusing, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga kurang mampu menyerap materi pelajaran yang sedang dihadapinya. Selain itu tidak kalah pentingnya kondisi panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan tubuh) juga sangat berpengaruh pada kemampuan murid. Daya pendengaran dan penglihatan yang terganggu akan 20 Muhibbin Syah, Op.Cit, h.144 20 mempersulit murid dalam menerima informasi yang disajikan di dalam kelas. Akibatnya dapat menyebabkan terhambatnya informasi menuju memori murid. Kondisi seperti tersebut di atas dapat menimbulkan kurangnya rasa percaya diri murid, yang cepat atau lambat dapat mempengaruhi hasil/ hasil belajar murid atau mungkin dapat menyebabkan murid mengalami kegagalan. b. Aspek Psikologis Kondisi psikologis sebagai faktor dari dalam diri murid merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas dan hasil belajar seseorang. Faktofaktor psikologis murid yang umumnya ada dan dibutuhkan oleh murid diantaranya adalah: 1) Intelegensi/ kecerdasan murid M. dalyono dalam Djamarah secara tegas mengatakan bahwa hasil atau hasil belajar pada umumnya dipengaruhi oleh intelegensi murid dimana murid yang memiliki intelegensi (IQ) yang tinggi maka akan mudah belajar dan hasilnya pun baik. Sebaliknya murid yang memiliki intelegensi (IQ) rendah maka akan mengalami kesulitan dalam belajar dan mendapatkan hasil belajar yang rendah pula.21 2) Bakat Di samping intelegensi (kecerdasan), bakat merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. Tidak dapat dipungkiri 21 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2002, h. 160, 21 bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar peluang kemungkinan untuk berhasil tidaknya seseorang dalam bidang yang ia geluti tersebut, begitu pula dalam belajar. Karena bakat itu mirip dengan intelegensi, maka seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas disebut juga anak yang berbakat. 3) Minat Minat merupakan suatu rasa kecenderungan, kegairahan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat juga dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Misalnya, seseorang murid yang memiliki minat yang besar terhadap pelajaran Bahasa Arab akan memiliki perhatian yang besar pula untuk mempelajarinya. Berasal dari perhatian yang besar itu akan menimbulkan rasa giat untuk belajar dan akhirnya dapat mencapai hasil yang baik. 4) Motivasi “Motivasi adalah suatu dorongan perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”22. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan hal yang berasal dari dalam diri murid sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan hal yang berasal dari luar diri seseorang yang juga mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Misalnya, adanya pujian/ hadiah, tata tertib, suri tauladan orang tua atau guru dan sebagainya. 22 Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya, Insan Cendekia, 2002, h. 50 22 Kurangnya atau ketiadaan motivasi, baik internal maupun eksternal, dapat menyebabkan kurang semangatnya seseorang untuk melakukan proses mempelajari materi pelajaran baik di rumah maupun di sekolah yang kemudian dapat mempengaruhi hasil belajar mereka 5) Sikap murid Sikap merupakan berupa kecenderungan untuk merespons/ mereaksi sesuatu baik positif maupun negatif. Sikap murid yang positif terhadap mata pelajaran merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar murid tersebut. reksi positif tersebut dapat membawa murid memperoleh hasil belajar yang lebih baik. sebaliknya sikap negatif murid ditambah kebencian terhadap mata pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar pada murid dan dapat menghasilkan hasil belajar yang kurang memuaskan. 2. Faktor Eksternal Murid Seperti halnya faktor internal murid, faktor eksternal murid juga terdiri atas dua macam, yakni : a. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar seorang murid. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang baik serta memperlihatkan suri tauladan yang baik dalam belajar, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar murid. Lingkungan masyarakat, tetangga dan teman- teman sepermainan juga termasuk lingkungan sosial murid. Kondisi masyarakat yang serba kekurangan 23 dan anak- anak penganggur misalnya, sangat berpengaruh pada aktivitas belajar anak. Mereka akan mengalami kesulitan pada saat membutuhkan teman- teman untuk belajar dan meminjam alat- alat belajar yang belum mereka miliki. Lingkungan sosial murid yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar murid adalah orang tua atau keluarga murid itu sendiri. Keadaan di dalam keluarga/ rumah semuanya dapat menimbulkan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar murid. Misalnya kebiasaan- kebiasaan yang diterapkan orang tua murid yang keliru, dalam hal ini bukan saja murid tidak mau belajar bahkan dapat melakukan hal- hal yang menyimpang. b. Lingkungan Non Sosial Faktor- faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, alat- alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan murid. Semua hal tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar murid. 3. Hasil Belajar PAI Pada dasarnya setiap mata pelajaran atau bidang keilmuan tertentu, dibatasi oleh ruang lingkup keilmuanya bila dilihat dari segi isi materi. Dari segi sifatnya, bidang studi dapat dibedakan menjadi bidang studi yang memiliki sifat bahan yang konseptual dan aktual serta abstrak. Konseptual berarti suatu mata pelajaran banyak berisi tentang konsep-konsep seperti ilmu ekonomi, sosiologi dan lainya. Sedangkan aktual berarti berisi tentang bahan aplikatif yang harus dipraktekan, 24 seperti fiqhi ibadah, olah raga dan lainya. Sedangkan abstrak adalah bahan yang sulit untuk dijelaskan secara fisik seperti materi keimanan dan lain sebagainya. Demikian halnya dengan mata pelajaran PAI (Pendais di Sekolah Dasar) merupakan bagian dari Mata paelajaran yang diamanahkan dalam UU Pendidikan Sisdiknas, yang membahas tentang Keimanan, ibadah dan akhlah serta sejarah keislaman. Beberapa aspek tersebut diajarkan secara bertahap terutama pada sekolah tingkat Sekolah Dasar (SD), sebagai standar minimal lulusan, murid yang telah tamat belajar dari sekolah dasar harus mampu menghapal dan mengerti rukun iman dan Islam, serta dapat mengahapal beberapa surat dalam al-qur’an yaitu surah-surah pendek. Oleh sebab iru, sebagai mata pelajaran PAI juga pun terkadang sulit dipahami secara menyeluruh bahan ajarnya, sehingga para guru harus menunjukkan perang yang lebih maksimal dalam pembelajaran. Senada dengan itu, maka pada dasarnya hasil belajar murid pada mata pelajaran PAI pada tingkat kognitif atau pengetahuannya dapat di ukur dan di amati dalam proses pembelajaran melalui tes hasil belajar yang dilakukan guru setelah proses pembelajaran berakhir.