1 BAB II LANDASAN TEORI Hakekat Model Kooperatif Type Jigsaw

advertisement
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakekat Model Kooperatif Type Jigsaw
1. Deskripsi Model Kooperatif Type Jigsaw
Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk
strategis mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Salah satu
tujuan pengadaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan
siswa selama belajar dan kemampuan dalam berhasil. Kooperatif dalam kamus
ilmiah berarti “secara bersama-sama atau bersifat kerja sama”1. Dan menurut
istilah adalah :
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa
belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja
sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum
selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan
pembelajaran2.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Adapun elemen-elemen tersebut yaitu : “1)
Saling ketergantungan positif; 2) Interaksi tatap muka; 3) Akuntabilitas
1
Puis Abdullah, Kamus Ilmiah (popular Lengkap), Surabaya, tth, Arkola, h, 306
2
Http://trisnimath.blogspot.com, diakses 19-10-2011
8
9
individual; 4) Keterapilan untuk menjalin hubungan antar pribadiatau
keterammpilan sosial yang secara sengaja dianjurkan” 3.
Sedangkan Jigsaw menurut Masitoh dan Laksmi Dewi adalah :
Jigsaw adalah sebuah teknik mengajar yang dikembangkan oleh Aronson Et
Al. Sebagai model Cooperative Learning. Teknik ini bisa digunakan
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara4.
Jadi Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan model atau model pembelajaran
yang sangat penting dalam proses pembelajaran kerana dengan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw siswa di tuntut untuk kreatif, bertanggung jawab dan
bekerjasama antara
siswa baik secara kelompok maupun secara individual.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
kelompok kecil yang terdri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan,
bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari
masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain.
Kooperatif type jigsaw ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan
jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan
materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi
ini dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam dan sekaligus mengajarkan
kepada orang lain5.
3
Http://www.strukturaljabar.co.cc, diakses 19-10-2011
4
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta, Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, h, 246
5
h, 58
Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Yokyakarta, PT Pustaka Intan Madani, 2008,
10
Keungggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang
lain, dan meningkatkann bekerjasama untuk mempelajarii
materi yang
ditugaskan.
Dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terdapat 2 kelompok
yaitu “kelompok asal dan kelompok ahli”6. Dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota
kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar
belakang. Lebih jelasnya sebagai berikut :
Dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang
berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika
mungkin anggota dari kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda
serta kesetaraan jender kelompok ini di sebut kelompok asal7.
2. Kelompok ahli yatu; kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain
(kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topic tertentu untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Lebih jelasnya sebagai
berikut :
Setiap siswa diberikan tugas mempelajari salah satu bagian materi pelajaran
tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (counterpart group).
6
Rustaman, Pembelajaran Kooperatif, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, h. 236
7
Ibid, h. 237
11
Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian mater pembelajarann yang
sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikann kepada temanya
jika kembali ke kelompok asal8.
Berdasarkan hal tersebut petapa penting pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw di terapkan dalam proses pembelajaran, yang mana siswa diberikan
kebebasan dalam berfikir dan mecahkan permasalahan yang ada sehingga mereka
di tuntut untuk berinteraksi dan berkerjasama dengan teman-temannya serta
bertanggung jawab dengan apa yang mereka dapatkan untuk di berikan kepada
kelompoknya, sehingga mereka mampu meraih hasil secara akademi maupun
sosial.
Sejalan dengan itu salah satu tujuan model pembelajaran kooperatif adalah
“hasil belajar siswa akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima
berbagai keragaman dari teannya, serta pengembangan keterampilan siswa”9.
Selain tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga mempunyai prinsip dalam
pembelajar kooperatif menurut Nur sebagai berikut :
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harusmembagi tugas dan tanggung
jawab yang saa diantara kelompoknya
4. Setiap anggota kelompok (siswa)akan dikenai evaluai
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersaa selama proses
belajarnya.
8
Ibid
9
www.ppp.pembelajaran. Kooperatif.co.id:3, diakses 19-10-2011
12
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dimintai mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif10.
Berdasarkan
hal
tersebut
diatas,
bahwa
pembelajaran
kooperatif
memberikan nuansa kepercayaan kepada para siswa untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan kemampuan dan keterampilan mereka, dan dilatih untuk sosok
seorang pemimpinan dalam kelompok sekaligus kerjasama yang posisf dalam
kelompok mereka dan menghilangkan rasan ego, suku, ras, status sosial dan
budaya. Model pembelajaran ini dapat mengajarkan kepada para siswa untuk
selalu berbuat dan bertindak secara bersama atau secara berkelompok untuk
memecahkan masalah tanpa ada perbedaan.
2. Ciri-ciri Kooperatif Type Jigsaw
Dalam aplikasiannya model pembelajaran kooperatif jigsaw tidak hanya
menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan sisi akademik. Dalam
pembelajaran kooperatif juga melatih siswa
dalam mencapai tujuan-tujuan
hubungan sosial dan manusia yang mana pada khirnya hal ini berpengarug
terhadap hasil akademik siswa.
Pembelajaran kooperatif jigsaw dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan
penghargaan kooperatif, yang melahirkan sikap ketergantungan yang positif
diantara sesama siswa , penerimaan terhadap perbedaan individu dan
pengembangan keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Kondisi seperti ini akan
10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta,
Kencana, 2006, h. 246-247
13
memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk membantu siswa yang kurang
pintar dalam mempelajari konsep-konsep yang dirasa sulit dalam mata pelajaran
khusus misalnya matematika. Pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat
mencapai hasil belajar siswa yang maksimal dan sejajar.
Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, aktivitas belajar lebih banyak
berpusat pada siswa. Dalam proses diskusi dan kerja kelompok guru hanya
berfungsi sebagai fasilitator, konsultan, dan manager yang mengkoordinir proses
pembelajaran. Suasana beajar dan interaksi yang santai antara siswa dengan guru
maupun antar siswa membuat proses berfikir siswa lebih optimal dan siswa
mengkontruksi sendiri ilmu yang dipelajarinya menjadi pengetahuan yang akan
bermmakna dan tersimpan dalam ingatanya untuk periode waktu yang lama. Ha
ini bisa memupuk minatdan perhatian siswa dalam mempelajari mata pelajaran
yang dianggap sulit sehingga dapat berefektivitas model baik terhadap hasil
belajara siswa atau hasil belajar siswa siswa. Berdasarkan hal tersebut Stahl
mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut ;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Belajar bersama dengan teman
Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok
Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
Belajar dalam kelompok kecil
Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
Keputusan tergantung pada mahasiswa/siswa sendiri
Mahasiswa/siswa aktif11.
11
Ibid, h. 248-249
14
Senada dengan ciri-ciri tersebut, Johnson dan Johnson serta Hilke
mempertegas bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Terdapat saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok
Dapat dipertanggung jawabkan secara individu
Heterogen
Berbagi kepemimpinan
Berbagi tanggung jawab
Menekankan pada tugas dan kebersamaan
Membentuk keterampilan sosial
Peran guru/dosen mengamati proses belajar siswa
Efektifitas belajar tergantung pada kelompok. Proses belajar terjadi dalam
kelompok-kelompok kecil (3-4 orang anggota), bersifat heterogen tanpa
memperhatika perbedaan kemampuan akademik, jender, suku, maupun
lainnya12.
Berdasarkan pendapat diatas, bahwa model atau model pembelajaran
kooperatif type jigsaw merupakan tolak ukur keberhasila siswa dalam proses
pembelajaran dimana
siswa diberi kemandirian dalam belajar
sendiri serta
bekerjasama dengan kelompknya tanpa memandanng sosial budaya atau latar
belakang mereka masing-mmasing tetapi ditekankan bahwa dalam satu kelompok
adalah satu tujuan sehingga tercipta seasana damai dan mampu meraih hasil
belajar siswa yang diingikan secara bersama dalam kelompok.
Selain ciri-ciri pembelajaran kooperatif type jigsaw masih banyak lagi ciriciri yang lain diantaranya:
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
12
Ibid
15
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbedabeda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, suku, dan budaya yang berbeda serta
memperhatikan kesejahteraan jender
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individu13.
Berdasarkan cir-ciri pembelajaran kooperatif jigsaw tersebut dapat kita
simpulkan bahwa proses pembelajaran koperatif type jigsaw merupakan
pembelajar yang harus diterapkan dalam setiap pembelajaran atau mata pelajaran
yang dianggap susah karena dengan model pembelajaran ini siswa dintuntun
untuk memecahkan masalahnya dengan kelompknya masing-masing agar masalah
yang besar sekalipun dapat di pecahkan (dicarikan solusi) dengan baik. Selain itu
siswa dalam menerima materi akan lebih mudah karena setiap siswa diberi
kesempatan untuk membahas materi yang diajarkan, baik secara kelompok
maupun individu. Oleh karena itu, seorang guru haruslah pintar-pintar dalam
memilih dan menerapkan model pembalajarn karena dengan model pembelajaran
yang sesuai akan memberikan membuahkan hasil atau dampak yang positif bagi
siswa.
3. Langkah-langkah Penerapan Kooperatif Type Jigsaw
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat tercapai
secara maksimal apabila setiap siswa mampu memberikan infommasi yang akurat
kepada anggotanya. “Kunci tipe jigsaw ini adalah interpendence setiap siswa
13
Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya, Unesa-University Press, 2000, h. 112
16
terhadap anggota tim yang memberikan informmasi yang diperlukan”14. Artinya
para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerjasama yang positif dan saling
ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang
diberikan.
Adapun langkah-langkah dalam penerapan jigsaw adalah sebagai berikut :
1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, Dengan setiap
kelomok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota
dari kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan
jender, kelompok ini di sebut kelompok asal. Setiap siswa diberikan tugas
mempelajari salah satu bagian materi pelajaran tersebut. Semua siswa
dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok
yang disebut kelompok ahli (counterpart group). Dalam kelompok ahli
siswa mendiskusikan bagian materi pembelajarann yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikann kepada temanya jika
kembali ke kelompok asal.
2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentase masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok
yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah di diskusikan.
3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual
4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar siswa individu dari
skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi bagian materi
pembelajaran.
6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi
baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntutan dan isi materi yang beruntut
serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai15.
14
http://www.ziddu.com/download/kooperatfiftiypejigsaw.doc.html , diakses 7-10-2009
15
Rustaman, Pembelajaran Kooperatif, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, h. 231
17
Dengan penerapan model pembelajaran type jigsaw dapat memberikan
proses pembelajaran bagi siswa kearah yang lebih baik, dalam hal ini siswa akan
lebih bertanggung jawab dengan apa yang telah di berikan berupa materi yang di
bahasnya dan dapat diberikan oleh kelompoknya untuk di persentasekan sehingga
siswa yang lain dapat menerima seperti yang didapatkannya. Dalam penerapan
ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skema tersebut agar bahan pelajaran mmenjadi
lebih bermakna selain itu, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengelolah informasi
dan
meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi,
karena
dengan
model
pembelajaran ini siswa dapat mengaktifkan berbagai alat indera yang digunakan
dalam peroses
pembelajarann diantaranya seperti, membaca, menulis,
mendenganr, ataupun berbicara.
B. Deskripsi Hasil Belajar PAI
1. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan masalah yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Hasil belajar sangat identik dengan perolehan nilai akhir yang
diperoleh siswa, sedangkan dijelaskan bahwa “nilai akhir adalah nilai final yang
dapat berupa angka atau huruf, yang melambangkan tingkat keberhasilan siswa
setelah mengikuti program pembelajaran yang telah mereka ikuti”16. Nana
16
Sudijiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo, 2007, h. 431
18
Sudjana menjelaskan bahwa:” hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
melalui pengaruh-pengaruh lingkungan”17. Hal ini dapat dipahami bahwa hasil
belajar merupakan pengaruh-pengaruh dari lingkungan baik lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitar. Dijelaskan pula bahwa:”
hasil belajar adalah tingkat pencapaian murid dalam proses pendidikan dalam
jangka waktu tertentu yang dapat diketahui melalui tes hasil belajar”.18
Hasil belajar tersebut diperoleh dari proses evaluasi, dimana evaluasi
merupakan “Proses yang terdiri dari mengukur (kuantitatif) dan menilai
(memberikan nilai baik buruk)”19. Dari uraian singkat di atas, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh murid setelah mengikuti
proses pembelajaran melalui tes hasil belajar atau evaluasi yang telah ditentukan
guru
2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum, faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar murid
dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri murid), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani murid.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri murid), yakni kondisi lingkungan di
sekitar murid.
17
Nana Sudjana, Evaluasi Hasil Belajar, Ciamis, Publikasi STKIP Siliwangi, 1981, h. 93
18
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1994, h. 25
19
Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 1999, h. 3
19
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar murid yang meliputi strategi dan model yang digunakan murid
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.20
Dari faktor-faktor di ataslah, dapat menghasilkan murid- murid yang
berhasil tinggi, ada murid yang berhasil rendah dan bahkan ada yang gagal sama
sekali. Dari beberapa faktor di atas, penulis dapat memberikan sedikit penjelasan,
sebagai berikut:
1. Faktor internal murid
Faktor yang berasal dari dalam diri murid sendiri meliputi dua aspek yaitu
aspek fisiologis dan aspek psikologis.
a. Aspek fisiologis
Kondisi fisiologis (jasmani) umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar murid. Tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran
organ- organ tubuh dan sendi- sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas murid dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah dengan
disertai kepala yang pusing, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)
sehingga kurang mampu menyerap materi pelajaran yang sedang dihadapinya.
Selain itu tidak kalah pentingnya kondisi panca indera (penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap dan tubuh) juga sangat berpengaruh pada
kemampuan murid. Daya pendengaran dan penglihatan yang terganggu akan
20
Muhibbin Syah, Op.Cit, h.144
20
mempersulit murid dalam menerima informasi yang disajikan di dalam kelas.
Akibatnya dapat menyebabkan terhambatnya informasi menuju memori murid.
Kondisi seperti tersebut di atas dapat menimbulkan kurangnya rasa percaya
diri murid, yang cepat atau lambat dapat mempengaruhi hasil/ hasil belajar murid
atau mungkin dapat menyebabkan murid mengalami kegagalan.
b. Aspek Psikologis
Kondisi psikologis sebagai faktor dari dalam diri murid merupakan hal
yang utama dalam menentukan intensitas dan hasil belajar seseorang. Faktofaktor psikologis murid yang umumnya ada dan dibutuhkan oleh murid
diantaranya adalah:
1) Intelegensi/ kecerdasan murid
M. dalyono dalam Djamarah secara tegas mengatakan bahwa hasil atau
hasil belajar pada umumnya dipengaruhi oleh intelegensi murid dimana murid
yang memiliki intelegensi (IQ) yang tinggi maka akan mudah belajar dan hasilnya
pun baik. Sebaliknya murid yang memiliki intelegensi (IQ) rendah maka akan
mengalami kesulitan dalam belajar dan mendapatkan hasil belajar yang rendah
pula.21
2) Bakat
Di samping intelegensi (kecerdasan), bakat merupakan faktor yang sangat
besar pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. Tidak dapat dipungkiri
21
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2002, h. 160,
21
bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar peluang
kemungkinan untuk berhasil tidaknya seseorang dalam bidang yang ia geluti
tersebut, begitu pula dalam belajar. Karena bakat itu mirip dengan intelegensi,
maka seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas disebut juga anak yang
berbakat.
3) Minat
Minat merupakan suatu rasa kecenderungan, kegairahan atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu. Minat juga dapat mempengaruhi pencapaian hasil
belajar. Misalnya, seseorang murid yang memiliki minat yang besar terhadap
pelajaran Bahasa Arab akan memiliki perhatian yang besar pula untuk
mempelajarinya. Berasal dari perhatian yang besar itu akan menimbulkan rasa
giat untuk belajar dan akhirnya dapat mencapai hasil yang baik.
4) Motivasi
“Motivasi adalah suatu dorongan perubahan energy dalam diri seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”22.
Oleh karena itu, seseorang harus memiliki motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan hal yang berasal dari dalam diri murid
sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan hal yang berasal dari luar diri
seseorang yang juga mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Misalnya, adanya
pujian/ hadiah, tata tertib, suri tauladan orang tua atau guru dan sebagainya.
22
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya, Insan Cendekia,
2002, h. 50
22
Kurangnya atau ketiadaan motivasi, baik internal maupun eksternal, dapat
menyebabkan
kurang
semangatnya
seseorang
untuk
melakukan
proses
mempelajari materi pelajaran baik di rumah maupun di sekolah yang kemudian
dapat mempengaruhi hasil belajar mereka
5) Sikap murid
Sikap merupakan berupa kecenderungan untuk merespons/ mereaksi
sesuatu baik positif maupun negatif. Sikap murid yang positif terhadap mata
pelajaran merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar murid tersebut.
reksi positif tersebut dapat membawa murid memperoleh hasil belajar yang lebih
baik. sebaliknya sikap negatif murid ditambah kebencian terhadap mata pelajaran
akan menimbulkan kesulitan belajar pada murid dan dapat menghasilkan hasil
belajar yang kurang memuaskan.
2. Faktor Eksternal Murid
Seperti halnya faktor internal murid, faktor eksternal murid juga terdiri atas
dua macam, yakni :
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar seorang
murid. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang baik serta
memperlihatkan suri tauladan yang baik dalam belajar, dapat menjadi daya
dorong yang positif bagi kegiatan belajar murid.
Lingkungan masyarakat, tetangga dan teman- teman sepermainan juga
termasuk lingkungan sosial murid. Kondisi masyarakat yang serba kekurangan
23
dan anak- anak penganggur misalnya, sangat berpengaruh pada aktivitas belajar
anak. Mereka akan mengalami kesulitan pada saat membutuhkan teman- teman
untuk belajar dan meminjam alat- alat belajar yang belum mereka miliki.
Lingkungan sosial murid yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar murid adalah orang tua atau keluarga murid itu sendiri. Keadaan di dalam
keluarga/ rumah semuanya dapat menimbulkan dampak baik atau buruk terhadap
kegiatan belajar dan hasil belajar murid. Misalnya kebiasaan- kebiasaan yang
diterapkan orang tua murid yang keliru, dalam hal ini bukan saja murid tidak mau
belajar bahkan dapat melakukan hal- hal yang menyimpang.
b. Lingkungan Non Sosial
Faktor- faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah
dan letaknya, alat- alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan
murid. Semua hal tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar murid.
3. Hasil Belajar PAI
Pada dasarnya setiap mata pelajaran atau bidang keilmuan tertentu, dibatasi
oleh ruang lingkup keilmuanya bila dilihat dari segi isi materi. Dari segi sifatnya,
bidang studi dapat dibedakan menjadi bidang studi yang memiliki sifat bahan
yang konseptual dan aktual serta abstrak. Konseptual berarti suatu mata pelajaran
banyak berisi tentang konsep-konsep seperti ilmu ekonomi, sosiologi dan lainya.
Sedangkan aktual berarti berisi tentang bahan aplikatif yang harus dipraktekan,
24
seperti fiqhi ibadah, olah raga dan lainya. Sedangkan abstrak adalah bahan yang
sulit untuk dijelaskan secara fisik seperti materi keimanan dan lain sebagainya.
Demikian halnya dengan mata pelajaran PAI (Pendais di Sekolah Dasar)
merupakan bagian dari Mata paelajaran yang diamanahkan dalam UU Pendidikan
Sisdiknas, yang membahas tentang Keimanan, ibadah dan akhlah serta sejarah
keislaman. Beberapa aspek tersebut diajarkan secara bertahap terutama pada
sekolah tingkat Sekolah Dasar (SD), sebagai standar minimal lulusan, murid yang
telah tamat belajar dari sekolah dasar harus mampu menghapal dan mengerti
rukun iman dan Islam, serta dapat mengahapal beberapa surat dalam al-qur’an
yaitu surah-surah pendek. Oleh sebab iru, sebagai mata pelajaran PAI juga pun
terkadang sulit dipahami secara menyeluruh bahan ajarnya, sehingga para guru
harus menunjukkan perang yang lebih maksimal dalam pembelajaran.
Senada dengan itu, maka pada dasarnya hasil belajar murid pada mata
pelajaran PAI pada tingkat kognitif atau pengetahuannya dapat di ukur dan di
amati dalam proses pembelajaran melalui tes hasil belajar yang dilakukan guru
setelah proses pembelajaran berakhir.
Download