PENERAPAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN SALING KETERGANTUNGAN POSITIF DALAM PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SLH CURUG TANGERANG Pendahuluan Manusia adalah pribadi yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Kejatuhan manusia dalam dosa mengakibatkan gambar dan rupa Allah menjadi rusak. Pendidikan dapat menjadi lengan Tuhan untuk memperbaiki gambar dan rupa Allah yang telah rusak. Pendidikan Kristen memiliki misi untuk ikut serta dalam karya penebusan manusia dari dosa dan penciptaan kembali melalui Kristus (Van Brummelen, 2009). Sekolah harus bisa mendidik siswa untuk menjadi warga kerajaan Allah. Salah satu karakteristik warga kerajaan Allah adalah menjadi murid Kristus yang tidak individualistis. Kelas merupakan suatu komunitas bagi setiap siswa yang memiliki talenta dan karakteristik unik untuk menjadi satu kesatuan tubuh Kristus. Setiap siswa harus melayani dan saling percaya satu sama lain untuk memuliakan Tuhan. Kelas sebagai agen sosial harus mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial yang mencakup keterampilan untuk berbagi dan berpartisipasi. Siswa juga membutuhkan keterampilan sosial dan keterampilan kelompok dalam hidup bermasyarakat. Hasil observasi di Sekolah Lentera Harapan Curug kelas VIIIB menunjukkan bahwa siswa bersikap individualistis. Sikap individualistis siswa dapat dilihat dari 1) siswa lebih memilih membaca sendiri submateri yang seharusnya dijelaskan oleh anggota kelompok lain, 2) siswa tidak melakukan diskusi kelompok sekalipun dalam posisi tempat duduk berkelompok, 3) siswa tidak saling berbagi informasi, 4) sebagian besar siswa tidak mendengarkan dan mencatat pendapat anggota kelompok lain. Pembelajaran kelompok adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi sikap individualistis. Pembelajaran kelompok menuntut siswa bertanggungjawab untuk saling membantu selama proses pembelajaran (Li & Lam, 2013). Jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran kelompok yang dapat digunakan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif. Metode Jigsaw memberi kesempatan untuk setiap anggota kelompok menguasai satu submateri sehingga setiap anggota kelompok mempunyai bagian yang penting dalam kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok pada pelajaran Biologi siswa kelas VIIIB SLH Curug. Metode Penelitian Metode penelitian yang diterapkan adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis dan McTaggart. Menurut Hopkins (2011, hal. 92) metode penelitian tindakan kelas model spiral memiliki empat tahapan yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisoner, lembar observasi, dan catatan reflektif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B di SLH Curug yang terdiri dari 17 siswa dan 18 siswi. Penelitian dilakukan pada tanggal 13 November 2014 sampai dengan tanggal 20 November 2014. Hasil dan Pembahasan Persentase hasil peningkatan kuesioner siswa tentang saling ketergantungan positif dapat dilihat pada table 1. Tabel 1. Persentase hasil peningkatan kuesioner siswa tentang saling ketergantungan positif pada siklus I dan II kategori sangat setuju. Peningkatan No Pernyataan Indikator SS 1. Anggota kelompok Saya mengemukakan pendapat atau informasi 40 % membagi ide informasi dan penting dalam kelompok dengan orang lain. 2. Anggota kelompok Saya mendengarkan ketika anggota kelompok 20% banyak belajar hal lain sedang menjelaskan. penting dari anggota lain. 3. Anggota kelompok Saya mencatat hasil diskusi kelompok. 22.8% Saya bertanya ketika mengalami kesulitan. 0% Saya mengoreksi atau memberi masukan kepada 20% saling membantu jika anggota kelompok lain ada yang mengalami kesulitan. Saya menjelaskan ulang ketika ada anggota yang 20% belum mengerti. Tabel hasil kuesioner siswa di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan antara siklus I dan II. Peningkatan persentase siswa sangat setuju bahwa mereka mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok adalah sebesar 40%. Hasil kuesioner siswa yang sangat setuju bahwa mereka mendengarkan ketika anggota kelompok lain sedang berbicara adalah sebesar 20%. Hasil kuesioner siswa untuk siswa yang sangat setuju bahwa mereka mencatat hasil diskusi kelompok adalah sebesar 22,8%. Siswa yang sangat setuju bahwa mereka mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain mengalami kenaikan sebesar 20%. Hasil kuesioner siswa untuk siswa yang sangat setuju bahwa mereka menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti adalah sebesar 20%. Tabel 1 menunjukan bahwa penerapan metode jigsaw dapat meningkatan sikap saling ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok. Peningkatan hasil kuesioner siswa terjadi pada siklus II karena metode jigsaw mengkondisikan siswa untuk saling berbagi. Siswa saling berbagi pada saat berada di kelompok asal karena setiap siswa memiliki informasi penting yang berbeda-beda. Tidak ada anggota kelompok yang lebih dominan karena setiap siswa mempunyai porsi informasi yang sama sesuai pembagian dari guru. Siswa saling berbagi dengan cara 1) mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok, 2) bertanya ketika mengalami kesulitan, 3) mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain, 4) menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti. Arends (2009, hal. 27) menyatakan bahwa saling ketergantungan positif dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kemampuan sosial yang terdiri dari kemampuan berbagi dan berpartisipasi. Peningkatan yang terjadi pada hasil kuesioner siswa disebabkan oleh metode yang sudah dilakukan berulang-ulang. Slameto (2010, hal. 195) mengatakan bahwa cara untuk mempengaruhi sikap seseorang dapat dilakukan melalui pengalaman yang diulang-ulang. Nabi Musa dalam Ulangan 6:7 menyebutkan bahwa hal yang diajarkan harus diajarkan berulangulang. Ajaran harus dilakukan berulang-ulang agar tertanam dalam diri siswa. Metode jigsaw sudah dilaksanakan oleh siswa dalam dua kali pertemuan sehingga siswa sudah terbiasa dan sudah tertanam dalam diri siswa. Hasil perbandingan observasi mentor tentang saling ketergantunga positif dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Perbandingan hasil observasi mentor tentang saling ketergantungan positif pada siklus I dan II. Hasil perbandingan observasi mentor pada gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang mendengarkan ketika anggota kelompok lain sedang berbicara sebesar 48,6% dan mencatat hasil diskusi kelompok sebesar 40%. Hal ini menunjukan bahwa penerapan metode jigsaw dapat meningkatkan saling ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok. Peningkatan terjadi karena melalui metode jigsaw siswa mempunyai informasi yang berbeda-beda dalam satu kelompok. Informasi diperoleh siswa ketika berdiskusi di dalam kelompok ahli. Informasi yang berbeda membuat siswa membutuhkan informasi dari anggota kelompok lain dan mengkondisikan siswa untuk menjelaskan informasi yang dimiliki kepada anggota kelompok lain. Setiap siswa bertanggungjawab agar setiap anggota kelompok mengerti materi yang sedang dipelajari bersama melalui penjelasannya. Kagan (2007, hal 6) mengungkapkan bahwa saling ketergantungan positif dapat ditingkatkan dengan memastikan informasi penting pada setiap siswa berbeda-beda dan setiap siswa menjelaskannya kepada anggota kelompok lain. Hasil catatan refleksi guru menunjukkan bahwa persentase siswa yang mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok tetap sama yaitu 100%. Hasil perbandingan catatan refleksi guru pada siklus I dan II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada pernyataan kedua hingga keenam. Peningkatan siswa yang mendengarkan ketika anggota kelompok lain sedang berbicara sebesar 40%, siswa yang mencatat hasil diskusi kelompok sebesar 60%, siswa yang bertanya ketika mengalami kesulitan sebesar 30%, siswa yang mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain sebesar 45%, siswa yang menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti juga mengalami peningkatan sebesar 30%. Perbandingan hasil catatan refleksi guru pada siklus I dan II menunjukkan terjadi peningkatan saling ketergantungan positif dalam diri siswa pada pembelajaran kelompok. Peningkatan hasil catatan refleksi guru terjadi karena siswa melakukan komunikasi antar anggota kelompok melalui metode jigsaw. Komunikasi terdiri dari menyampaikan dan menerima pesan (Arends, 2009). Siswa menyampaikan pesan dengan cara mengemukakan pendapat atau informasi penting dalam kelompok, mengoreksi atau memberi masukan kepada anggota kelompok lain dan menjelaskan ulang ketika ada anggota yang belum mengerti. Metode jigsaw mengkondisikan siswa untuk menerima pesan melalui pernyataan siswa mendengarkan ketika anggota kelompok lain yang sedang berbicara. Siswa menyampaikan dan menerima pesan pada saat siswa melakukan diskusi dalam kelompok ahli dan saling bertukar informasi di kelompok asal. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Penerapan metode jigsaw dapat meningkatkan saling ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok pada pelajaran biologi siswa kelas VIIIB SLH Curug Tangerang. 2) Penerapan metode jigsaw meningkatkan saling ketergantungan positif dengan cara memastikan informasi penting pada setiap siswa berbeda-beda sehingga siswa dapat berbagi, berpartisipasi, berkomunikasi dalam kelompok pembelajaran, dan melakukan metode ini secara berulang-ulang. 3) Meningkatkan saling ketergantungan positif dalam kelas berarti mempersiapkan siswa untuk hidup dalam komunitas sebagaimana gereja yang terdiri dari beberapa bagian yang harus saling bergantung (1 Korintus 12:5, versi The Message). Daftar Pustaka Arends, R. I. (2009). Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar Edisi Dalam Kelas: Ketujuh/Jilid 2 . Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Van Brummelen, H. (2009). Berjalan Bersama Tuhan di Pendekatan Kristiani untuk Pembelajaran. Jakarta: Universitas Pelita Harapaan. Hopskins, D. (2011). Panduan Guru: Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kagan, S. The Two Dimensions of Positive Interdependence. San Clemente, CA: Kagan Publishing. Kagan Online Magazine, Fall 2007. www.KaganOnline.com Li, M. P & B. H. Lam. (2013). Cooperative Learning. The Active Classroom, 1- 33. dikutip dari www.ied.edu.hk/aclass/ Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.