PDF - Jurnal UNESA

advertisement
PENGEMBANGAN MEDIA KARTU PERMAINAN AKSARA JAWA SEBAGAI
VARIASI PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA SISWA
KELAS 2 SDN NGAGEL REJO III SURABAYA
Pritha Reti Prihaningtyas1 , Irena Yolanita Maureen2
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
Kampus Lidah Wetan
1
[email protected]
2
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan beberapa variasi
pembelajaran di dalam kelas, dengan memanfaatkan media kartu permainan
Aksara Jawa pada mata pelajaran Bahasa Jawa dengan materi Aksara Jawa.
Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan media
dari Arief Sadiman, yang tersusun secara sistematis untuk menentukan hasil
akhir berupa produk. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan
teknik pengumpulan data menggunakan instrument observasi.
Teknik observasi digunakan untuk memantau peran guru dalam
menggunakan variasi pembelajaran dengan memanfaatkan media kartu
permainan Aksara Jawa. Selain itu teknik observasi juga digunakan untuk
memantau kegiatan siswa didalam kelas selama guru mengadakan variasi
pembelajaran, dengan memanfaatkan media kartu permainan Aksara Jawa.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011 dengan subyek penelitian siswa
siswi kelas 2 SDN Ngagel Rejo III Surabaya sebanyak 32 anak.
Variasi pembelajaran dapat digunakan pada persiapan pembelajaran, inti
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan satu perangkat pembelajaran. Hasil
analisis observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa proses pemanfaatan
media kartu permainan Aksara Jawa berlangsung sangat baik. Hal tersebut
dapat dikatakan karena pada saat guru, memanfaatkan media kartu permainan
Aksara Jawa, proses belajar mengajar berlangsung sangat atraktif. Variasi
pembelajaran yang telah dirancang berjalan sesuai dengan prosedur. Hasil
observasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pemanfaatan media
kartu permainan Aksara Jawa dapat digunakan sebagai variasi pembelajaran
khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Jawa siswa kelas 2 SDN Ngagel
Rejo III Surabaya.
Kata kunci : media kartu permainan Aksara Jawa, variasi pembelajaran
1. PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Jawa merupakan
salah satu sarana untuk melaksanakan
pembinaan dan pengembangan Bahasa Jawa.
Tujuan pembelajaran Bahasa Jawa dalam
Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
kelas 1 sampai kelas 6 SD cenderung pada
pemenuhan keterampilan berbahasa yang
ideal yaitu mendengarkan, membaca,
berbicara, dan menulis. Pembelajaran tersebut
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam berkomunikasi Bahasa
Jawa dengan baik dan benar, secara lisan
maupun tulis serta menumbuhkan apresiasi
terhadap kesusastraan manusia daerah Jawa.
penerima pesan. Dalam proses belajar
mengajar, penggunaan media mempunyai arti
yang cukup penting karena dalam kegiatan
tersebut
ketidakjelasan
materi
yang
disampaikan oleh guru dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara dalam
pengajaran.
Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah
Dasar (SD) secara umum mengajarkan siswa
untuk
mendengarkan
(ngrungokake),
berbicara (micara), membaca (maca), dan
menulis (nulis). Adapun tujuan dari keempat
kemampuan tersebut adalah mendengarkan
memiliki tujuan melatih kemampuan siswa
untuk menyimak bacaan yang sudah
didengarkan, setelah siswa mendengarkan
diharapkan dapat mengerti isi dan pesan atau
amanat yang terkandung dalam bacaan
tersebut. Berbicara memiliki tujuan untuk
melatih siswa mengungkapkan gagasan
melalui komunikasi baik dengan cara lisan,
percakapan, pidato, dan lain-lain. Siswa
dilatih untuk menggunakan bahasa santun
yang benar seperti boso ngoko lugu, ngoko
alus, krama lugu, dan krama alus yang sesuai
dengan penggunaannya. Membaca memiliki
tujuan untuk mengukur kemampuan para
siswa untuk membaca tulisan Bahasa Jawa
dalam aksara latin maupun aksara Jawa.
Sedangkan menulis bertujuan untuk melatih
para siswa agar dapat berkomunikasi lewat
tulisan. Materi menulis ini menyakup
kompetensi seperti menulis laporan, cerita,
surat, puisi,dan siswa juga dilatih untuk
keterampilan menulis Aksara Jawa.
Berdasarkan dokumentasi Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
selama 1 semester, bahwa mata pelajaran
Bahasa Jawa guru hanya menggunakan
metode ceramah (40%), tanya jawab (20%),
dan penugasan (40%). Jadi siswa hanya
memperhatikan keterangan dari guru,
menyimak
pembelajaran
yang
sudah
disampaikan oleh guru. Siswa hanya
menerima tugas yang sudah diberikan guru.
Setelah itu guru dapat merefleksikan dan
mengoreksi tugas siswa, guru menggunakan
sumber belajar berupa beberapa buku yang
dapat menunjang pembelajaran di kelas,
seperti Pinter Basa Ngeluri Basa Jawa,
maupun Pepak yang digunakan untuk
membantu materi tentang Aksara Jawa. Guru
tidak menggunakan media untuk membantu
pembelajaran Bahasa Jawa. Berdasarkan hasil
dokumentasi yaitu nilai rata-rata mata
pelajaran Bahasa Jawa dikelas 2 adalah 54,
dimana 64 % dari jumlah siswa dibawah
Standart Ketuntasan Minimal (SKM) 60.
Berdasarkan observasi di dalam kelas
yang dilakukan pada semester gasal tahun
2010, pembelajaran Bahasa Jawa di SDN
Ngagel Rejo III Surabaya guru hanya
mengajar dengan cara menjelaskan materi
yang diajarkan, dan memberikan latihan soal,
namun siswa mendengarkan saja. Apabila
siswa mengalami kesulitan guru berusaha
menjelaskan kembali dan setelah itu siswa
dapat membaca buku paket Bahasa Jawa.
Selain itu dapat dilihat melalui beberapa
faktor yaitu aktivitas siswa yang siswa hanya
mendengarkan penjelasan dari guru dan
mengerjakan soal Aksara Jawa, sumber
belajar, siswa hanya melihat melalui Pepak
Bahasa Jawa yang isinya huruf-huruf Jawa
dan pasagannya, maupun arti-arti khusus
dalam Bahasa Jawa seperti nama-nama anak
hewan, tembung-tembung Bahasa Jawa,
peribahasa, gamelan Jawa maupun wayang.
Adapun selain Pepak Bahasa Jawa adalah
buku sapintar bahasa Jawa yang isinya tidak
jauh berbeda dengan Pepak Bahasa Jawa.
Pembelajaran tentang penulisan Aksara Jawa
memang membutuhkan latihan dan praktek
secara bertahap. Faktor yang ketiga adalah
media, di SDN Ngagel Rejo III Surabaya
pembelajaran
Bahasa
Jawa
hanya
menggunakan buku paket saja dan pada siswa
kelas 2 terdapat lima siswa yang tidak
memiliki buku paket, seharusnya untuk
mengatasi pembelajaran tersebut diperlukan
media pembantu dalam pembelajaran.
Adanya sebuah media maka dapat
menunjang siswa dalam memahami materi
pelajaran Bahasa Jawa khususnya Aksara
Jawa karena beberapa alasan media dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun
manfaat media pengajaran menurut Sudjana
(2005: 2): (1) Pengajaran akan lebih menarik
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar (2) Bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh para siswa, dan mungkinkan siswa lebih
menguasai tujuan pengajaran lebih baik (3)
Metode pengajaran akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk
setiap jam pelajaran (4) Siswa lebih banyak
melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktif lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
2. KAJIAN PUSTAKA
Bila dihubungkan dengan Teknologi
Pembelajaran judul ini termasuk pada
kategori teknologi cetak. Teknologi cetak
merupakan cara untuk memproduksi atau
menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan
bahan visual yang statis, terutama melalui
proses pencetakan mekanis atau fotografis.
Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan dari pengirim
ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi. (Sadiman, 2007:7).
Istilah pembelajaran yang ditekankan adalah
proses belajar maka usaha–usaha yang
terencana dalam proses memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses
belajar dalam diri siswa.
Terdapat empat pola pembelajaran, tetapi
yang sesuai dengan pemanfaatan media kartu
permainan Aksara Jawa adalah pola ketiga
yaitu pola pembelajaran guru dengan media
karena
sesuai
dengan media
yang
dikembangkan yakni media kartu permainan
Aksara Jawa yang digunakan sebagai variasi
pembelajaran dengan pengawasan guru.
Disini guru sebagai media fasilitator yang
memberikan tuntunan kepada siswa.
Menurut Hasibuan (2006:64) variasi
diartikan sebagai perbuatan guru dalam
konteks proses belajar mengajar yang
bertujuan mengatasi kebosanan siswa,
sehingga dalam proses belajarnya siswa
senantiasa
menunjukkan
ketekunan.
keantusiasan, serta berperan serta secara
aktif. Kegunaan keterampilan menggunaan
variasi di dalam kelas,menurut Hasibuan
(2006:65) antara lain memelihara dan
meningkatkan perhatian siswa terhadap halhal yang berkaitan dengan aspek belajar,
meningkatkan
kemungkinan
berfungsi
motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan
investigasi dan eksplorasi, membentuk sikap
positif terhadap guru dan sekolah,
kemungkinan dilayaninya siswa secara
individual sehingga memberi kemudahan
belajar, mendorong aktivitas belajar dengan
cara melibatkan siswa dengan berbagai
kegiatan atau pengalaman belajar yang
menarik dan berguna dalam berbagai tingkat
kognitif.
Prinsip-prinsip menggunakan variasi,
menurut Hasibuan (2006:66) yaitu perubahan
yang digunakan harus bersifat efektif,
penggunaan teknik variasi harus lancar dan
tepat, penggunaan komponen-komponen
variasi harus benar-benar terstruktur dan
direncanakan
sebelumnya,
penggunaan
komponen variasi harus luwes dan spontan
berdasarkan
balikan
siswa.
Variasi
penggunaan
media
dan
bahan-bahan
pengajaran.Ditinjau dari reseptor penerima
rangsang yang disampaikan, maka media dan
bahan
pengajaran
penerimaan
dapat
digolongkan menjadi (1) Media dan bahan
pengajaran yang dapat di dengar (oral), (2)
Media dan bahan pengajaran yang dapat
dilihar (visual), (3) Media dan bahan
pengajaran yang dapat disentuh, diraba, atau
dimanipulasikan (media taktil), (4) Variasi di
dalam setiap jenis media atau variasi antar
jenis media perlu diperhatikan dalam proses
belajar mengajar.
Pengertian interaksi menurut Sardiman
(2008:7) interaksi akan selalu terkait dengan
istilah komunikasi atau hubungan. Dalam
proses komunikasi, dikenal adanya unsur
komunikan dan komunikator. Hubungan
antara komunikator dengan komunikan
biasanya karena menginteraksikan sesuatu,
yang dikenal dengan istilah pesan (message).
Kemudian untuk menyampaikan atau
mengontakkan pesan itu diperlukan adanya
media atau saluran (chanel). Tujuan dari
komunikasi dan interaksi adalah mencapai
pengertian bersama, sesudah itu mencapai
persetujuan mengenai sesuatu pokok ataupun
masalah yang merupakan kepentingan
bersama. Interaksi yang dikatakan sebagai
interaksi edukatif, apabila secara sadar
mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk
mengantarkan
anak
didik
ke
arah
kedewasaanya.
Menurut Sardiman (2008:14) proses
belajar-mengajar akan senantiasa merupakan
proses kegiatan interaksi antara dua unsur
manusiawi, yakni sebagai pihak yang belajar
dan guru sebagai pihak yang mengajar,
dengan siswa sebagai subjek pokoknya.
Menurut Suardi (dalam Sardiman,
2008:11) dalam bukunya Pedagogik (1980)
merinci ciri-ciri interaksi belajar-mengajar
sebagai berikut (1) Interaksi belajar-mengajar
memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak
dalam suatu perkembangan tertentu, (2) Ada
suatu prosedur (jalannya interaksi) yang
terencana, didesain untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, (3) Interaksi belajarmengajar ditandai dengan satu penggarapan
materi yang khusus, (4) Ditandai dengan
aktivitas siswa. Sebagai konsekuensi, bahwa
siswa merupakan sentral, maka aktivitas
siswa merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya belajar-mengajar. Aktivitas
siswa dalam hal ini, baik secara fisik maupun
secara menta aktif, (5) Dalam interaksi
belajar-mengajar, guru berperan sebagai
pembimbing. Guru harus menghidupkan dan
memberikan motivasi agar terjadi proses
interaksi yang kondusif, (6) Di dalam
interaksi
belajar-mengajar
dibutuhkan
disiplin. Hal ini dapat diartikan sebagai suatu
pola tingkah laku yang diatur sedemikian
rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati
oleh semua pihakdengan secara sadar, baik
guru maupun siswa, (7) Ada batas waktu.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dalam sistem berkelas (kelompok siswa),
batas waktu untuk mencapai tujuan serta
perlu adanya kegiatan penilaian.
Konsep Mata Pelajaran Bahasa Jawa di
Sekolah Dasar Kelas II yaitu (1)
Mendengarkan, siswa mampu mendengarkan
dan memahami ragam wacana lisan melalui
mendengarkan pembacaan teks pendek,
menyimak pesan pendek, dan mendengarkan
dongeng, (2) Berbicara, siswa mampu
mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan,
dan perasaan secara lisan dalam berbagai
ragam Bahasa Jawa yang santun, (3)
Membaca, siswa mampu membaca dan
memahami isi bacaan dengan cara membaca
lancar, (4) Menulis, siswa mampu
menuliskan kalimat/karangan pendek dengan
huruf tegak bersambung, menulis kalimat
yang didektekan, dan menulis rapi, (5)
Apresiasi
Sastra,
siswa
mampu
mengapresiasikan sastra Jawa. Materi Pokok
Pengajaran Bahasa Jawa, dalam pembelajaran
Bahasa Jawa materi pokok kelas II yang
dipelajari antara lain : Teks bacaan tentang
budi pekerti, Teks tembang dolanan,
Konsonan (d,dh,t,th,kr,tr,dy), Boso Ngoko
dan Krama, Dongeng, Huruf Jawa, Tulisan
Huruf Jawa.
Masa usia yang digunakan adalah
masa usia sekolah dasar. Yusuf (2011:24)
mengemukakan bahwa masa usia sekolah
dasar sering disebut sebagai masa
intelektual
atau
masa
keserasian
bersekolah. Pada umur berapa tepatnya
anak matang untuk masuk sekolah dasar,
sebenarnya sukar dikatakan karena
kematangan tidak ditentukan oleh umur
semata-mata. Namun, pada umur 6 atau 7
tahun, biasanya anak telah matang untuk
memasuki sekolah dasar. Pada masa
keserasian bersekolah ini secara relatif,
anak-anak lebih mudah dididik daripada
masa sebelum dan sesudahnya.
3. METODE
DAN
PENGEMBANGAN
PROSEDUR
Model Pengembangan dalam media kartu
permainan Aksara Jawa yang telah dipilih
dan digunakan untuk penelitian yaitu model
pengambangan Arief Sadiman. Model
pengembangan ini dipilih karena langkah –
langkah dalam model pengembangan
sederhana dan mudah, dilaksanakan dalam
penelitian lapangan, urutan setiap langkah
dalam model pengembangan tersusun secara
sistematis, sehingga dalam pelaksanaan setiap
langkahnya lebih terkontrol dengan baik, dan
menghemat waktu, biaya, dan tenaga,
sehingga menguntungkan dalam melakukan
uji coba produk lapangan.
Gambar 1 : Model Pengembangan Arief Sadiman
Prosedur
pengembangan
memaparkan langkah-langkah prosedural
yang ditempuh dalam membuat produk.
Model pengembangan Arief Sadiman,
maka prosedur pengembangannya adalah
sebagai berikut :
(1)Analisis kebutuhan dan karakteristik
siswa, kebutuhan adalah kesenjangan antara
kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa
yang kita inginkan dengan kemampuan,
keterampilan, dan sikap siswa yang mereka
miliki
sekarang
(Sadiman,2007:100).
Identifikasi kebutuhan dilakukan sebagai
tahap awal pengembangan, untuk mengetahui
apa yang akan dibutuhkan oleh peserta didik.
Langkah pertama adalah mengidentifikasi
kebutuhan dengan metode observasi. Metode
observasi ini dapat digunakan untuk
menetapkan kebutuhan pada lingkungan
belajar mengajar. Dari hasil observasi
lingkungan belajar siswa dapat dilihat antara
lain lingkungan sekolah dan penantaan ruang
kelas. Sedangkan karakteristik siswa meliputi
kondisi sosial ekonomi, penguasaan isi atau
materi pelajaran, dan gaya belajar. Untuk
melihat karakteristik dan gaya belajar siswa
diatas melalui wawancara yang dilakukan
dengan guru. Penguasaan materi dapat dilihat
melalui dokumentasi nilai, (2) merumuskan
tujuan pembelajaran, tujuan merupakan
pernyataan yang harus dimiliki peserta didik
setelah proses
instruksional. Perumusan
tujuan akan memberikan arahan atas tindakan
yang telah dilakukan. Tujuan memberi arah
kemana peserta didik akan diarahkan. Tujuan
pembelajaran dapat dianalisis melalui metode
dokumentasi untuk memperoleh silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
selama 1 semester, (3) Merumuskan butirbutir materi, merumuskan butir-butir materi
dilakukan untuk mengembangkan bahan yang
dipelajari atau pengalaman belajar yang harus
dilakukan peserta didik agar tujuan tercapai.
Butir-butir materi dapat diketahui melalui
metode wawancara dan dokumentasi dengan
kedua metode tersebut dapat mengumpulkan
data secara lengkap dan mendapat informasi
sebanyak
mungkin
sehingga
dalam
perumusan meteri dapat lebih terperinci.
Bahan untuk merumuskan materi juga dapat
diperoleh dari silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang telah
dikonsultasikan dengan ahli materi, (4)
mengembangkan alat pengukur keberhasilan
Dalam setiap kegiatan instruksional, perlu
mengkaji apakah media yang digunkan dapat
mmbantu peserta didik untuk mencapai
tujuan instruksional atau tidak pada akhir
kegiatan instruksional. Untuk menilai kualitas
dan keberhasilan produk maka diperlukan
suatu alat pengukur. Alat pengukur
keberhasilan harus dikembangkan sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai dan pokokpokok materi pembelajaran yang akan
disajikan pada peserta didik. Alat yang
dipergunakan untuk menilai produk ini
adalah angket dan observasi sebagai pedoman
kelayakan media kartu permainan Aksara
Jawa sebagai pembelajaran. Angket diberikan
kepada ahli materi dan ahli media, sedangkan
observasi digunkan untuk melihat saat siswa
memanfaatkan media kartu permainan Aksara
Jawa, (5) membuat layout media kartu
permainan Aksara Jawa, dalam pembuatan
layout yang harus dilakukan adalah
menentukan desain untuk merancang media
yang akan diproduksi dan disesuaikan dengan
karakteristik siswa, konsultasi dengan ahli
materi, konsultasi dengan ahli media,
memproduksi media, dan mengadakan uji
coba dan revisi
Pada tahap ini media kartu permainan
Aksara Jawa yang telah didesain dan
diujicobakan pada ahli materi, ahli media,
perorangan, kelompok kecil, dan kelompok
besar akan menghasilkan data yang dapat
ditarik suatu kesimpulan, apakah produk
tersebut layak atau harus melalui tahap revisi
untuk memperbaiki. Jika dalam hasil uji coba
diperoleh hasil yang kurang memuaskan,
maka media yang akan dikembangkan harus
direvisi kembali. Revisi dilakukan sebagai
proses
penyempurnaan
produk
yang
dikembangkan, yang diperoleh berdasarkan
hasil uji coba. Revisi menghasilkan prtotype
media kartu permainan Aksara Jawa yang
siap pakai dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
Pada penelitian ini, prototype (produk)
sebelum
dipergunakan
pada
proses
pembelajaran
yang
sebenarnya
akan
diujicobakan terlebih dahulu pada ahli materi
selaku satu orang guru yang berkompentensi
dalam mata pelajaran Bahasa Jawa, ahli
media yang terdiri dari dua orang dosen yang
berkompenten dalam bidang grafis, siswa
kelas II SDN Ngagel Rejo III Surabaya terdiri
dari 32 siswa, dengan ketentuan 2 orang
siswa untuk review perorangan, 5 orang
siswa untuk kelompok kecil,dan 25 siswa
utuk kelompok besar.
Jenis data yang digunakan pada
pengembangan media pembelajaran yang
berupa media kartu permainan Aksara Jawa
adalah data kualitatif merupakan data yang
diperoleh dari tanggapan ahli meteri, dan ahli
media yang berisi saran. Saran dan tanggapan
yang diperoleh dari ahli materi dan ahli
media digunakan sebagai acuan dalam
melakukan revisi produk. Data kualitatif dari
ahli materi meliputi tentang kesesuaian
materi dalam produk terhadap kualitas
produk yang dikembangkan. Sedangkan dari
ahli media, meliputi tentang kualitas produk
yang dikembangkan. Selain itu observasi
yang dilakukan pada uji coba satu-satu,
kelompok kecil dan kelompok besar yang
digunakan untuk melihat guru memanfaatkan
media dalam mengadakan variasi belajar dan
saat siswa memanfaatkan media tersebut.
Data Kuantitatif diperoleh dari ahli materi
dan ahli media. Data yang terkumpul
kemudian dianalisis. Data kuantitatif dari ahli
materi meliputi tujuan pembelajaran,
perubahan tingkah laku, dan penguasaan
media sedangkan untuk ahli media meliputi
daya tarik produk yaitu media pembelajaran
berupa media kartu permainan Aksara Jawa.
Metode pengumpulan data yang
digunakan untuk penelitian ini adalah berupa
angket tertutup dan observasi. Angket yang
digunakan dalam pengembangan media kartu
permainan Aksara Jawa ini adalah angket
tertutup, yaitu yang sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal
memilih.
Angket
digunakan
sebagai
pengumpulan data untuk mengetahui
kelayakan produk. Obeservasi yang dipilih
adalah
observasi
sistematis
dengan
mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap suatu proses kegiatan pembelajaran
untuk menilai aktivitas peserta didik dan guru
dengan menggunakan pedoman observasi.
Teknik analisis data sangat diperlukan
dalam kegiatan penelitian. Dalam penelitian
pengembangan ini, analisis data digunakan
untuk mengetahui kesimpulan dari media
yang telah diujicobakan. Data-data yang telah
diperoleh dari ahli materi dan ahli media
dihitung menggunakan rating scale (skala
bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti
oleh kolom-kolom yang menunjukkan
tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari
sangat setuju sampai ke tidak setuju.
4. HASIL PENGEMBANGAN
Hasil pengembangan ini terdiri dari 2
tahapan, yang pertama yaitu persiapan
pengembangan dan produksi media kartu
permainan
Aksara
Jawa.
Persiapan
pengembangan terdiri dari 4 tahapan, antara
lain : analisis kebutuhan dan karakteristik
siswa, merumuskan tujuan, merumuskan
butir-butir materi, dan merumuskan alat ukur
keberhasilan. Dari keempat tahapan diatas
dapat dijelaskan seperti dibawah ini :
4.1 Persiapan
Pengembangan
Media
Kartu Permainan Aksara Jawa
Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa
Dengan
menganalisis
kebutuhan
menggunakan metode observasi tidak
terstruktur dapat diketahui bahwa lingkungan
sekolah terletak disekitar perkampungan dan
dekat dengan pasar. Sedangkan untuk pola
penataan ruang kelas disesuaikan dengan
karakteristik siswa SD dan kondisi
pembelajaran. Melalui metode wawancara
dengan guru, dapat diketahui bahwa siswa
kelas 2 SDN Ngagel Rejo III Surabaya
dengan kondisi ekonomi yang menengah
kebawah, 70% merupakan anak pedagang
yang tinggal di daerah perkampungan
setempat.
Sedangkan
untuk
tingkat
penguasaan
materi
diperoleh
dari
dokumentasi rekap nilai yang dimiliki oleh
guru, serta tingkat pencapaian Standart
Ketuntasan Minimal (SKM) 60 sedangkan
64% siswa belum memenuhi kriteria tersebut.
Gaya belajar siswa kelas 2 di SDN Ngagel
Rejo III Surabaya adalah gaya belajar visual
yang berarti gaya belajar melalui indera
penglihatan. Dengan kata lain siswa yang
memiliki gaya belajar visual akan mudah
belajar melalui kegiatan membaca atau
melihat dengan sendirinya.
Keadaan Riil :
a. Kemampuan siswa pada pelajaran Bahasa
Jawa khususnya materi Aksara Jawa, 64%
siswa dibawah SKM.
b. Media pembelajaran yang digunakan oleh
guru khususnya untuk mata pelajaran
Bahasa Jawa sangat terbatas hanya berupa
LKS.
c. Peserta didik memiliki karakteristik
belajar
sambil
bermain,
sehingga
dibutuhkan variasi pembelajaran berupa
media kartu permainan Aksara Jawa untuk
mempermudah pembelajaran siswa.
Keadaan Ideal :
a.Kemampuan siswa pada mata pelajaran
Bahasa Jawa sesuai atau lebih dari SKM.
b.Terdapat
media
sebagai
variasi
pembelajaran untuk mata pelajaran Bahasa
Jawa khususnya materi Aksara Jawa. Dapat
disimpulkan bahwa permasalahan yang
terjadi adalah keterbatasan media pada mata
pelajaran Bahasa Jawa khususnya untuk
materi Aksara Jawa. Untuk itu diperlukan
media kartu permainan Aksara Jawa sebagai
variasi
pembelajaran
yang
dapat
dimanfaatkan peserta didik. Pengembangan
media kartu permainan Aksara Jawa ini
dipilih sebagai media pembelajaran Aksara
Jawa
karena
pembelajaran
melalui
permainan sesuai karakteristik peserta didik
Sekolah Dasar kelas 2 yang rata-rata berusia
7-8 tahun.
Merumuskan
tujuan
untuk
merumuskan tujuan pembelajar dapat
diperoleh melalui dokumentasi RPP maupun
silabus, yang didalamnya terdapat tugas
pembelajar
yang harus dikuasai siswa
berupa:
Standart Kompetensi: MENULIS, Siswa
mampu menulis menggunakan huruf latin dan
Aksara Jawa sesuai aturan serta dapat
menggunakan dalam berbagai keperluan.
Kompetensi Dasar: Menulis Aksara Jawa (ha
s.d la), menulis Aksara Jawa (pa s.d nga),
menulis Aksara Jawa (ha s.d nga)
Merumuskan butir-butir materi,
dirumuskan bersama ahli materi. Langkah ini
dilakukan untuk mengetahui bahan apa yang
harus dipelajari atau pengalaman belajar apa
yang harus dilakukan siswa agar tujuan dapat
tercapai. Butir materi harus ditentukan dan
dipilih untuk menunjang tercapainya tujuan.
Materi yang disajikan harus dapat menarik
peserta didik, dengan cara tersebut akan dapat
memperoleh bahan pembelajaran yang
lengkap untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai.Dalam
mengembangkan
materi
pembelajaran ini harus melakukan konsultasi
dengan guru mata pelajaran Bahasa Jawa.
Butir materi yang digunakan dalam media
kartu permainan Aksara Jawa adalah :
Gambar 2 : Butir-butir materi
Merumuskan alat ukur keberhasilan,
alat ukur ini digunakan untuk mengetahui
kelayakan produk dengan menggunakan data
kualitatif yang diperoleh hasil tanggapan,
masukan dari ahli materi dan ahli media
selain itu hasil observasi yang digunakan
untuk mengetahui pemanfaatan media kartu
permainan Aksara Jawa. Dan angket yang
sudah diisi oleh ahli materi dan ahli media
akan dianalisis melalui data kuantitatif
sebagai berikut :
a. Terdiri dari 7 butir pertanyaan pada
angket ahli materi, 13 butir pertanyaan
pada angket ahli media.
b. Angket bersifat tertutup, yang sudah
tersedia jawabannya sehingga responden
tinggal memilih.
c. Angket berbentuk rating scale yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan.
4.2 Pengembangan
Aksara Jawa
Kartu
Permainan
Dalam memproduksi media kartu
permainan Aksara Jawa langkah-langkah
yang harus ditentukan adalah :
a. Spesifikasi produk
Spesifikasi produk terdiri dari (1) Bentuk
kartu: Persegi panjang; (2) Ukuran kartu:
Panjang (8,6 cm), Lebar (5,4 cm)
disesuaikan dengan genggaman anak SD
berumur 7-8 tahun; (3) Ukuran tulisan:
Aksara Jawa (89,40); (4) Ukuran tulisan
latin (76,01); (5) Jenis tulisan: Aksara
Jawa dan Berlin Sans FB Demi; (6) Warna
yang dipilih : Warna biru, merah, dan
kuning; (7) Gambar yang dipilih:
Disesuaikan dengan desain Jawa
dan
karakteristik siswa SD; (8) Bahan yang
digunakan: PVC (bahan yang terbuat dari
Plastik dan tidak bisa robek).
b. Konsultasi dengan ahli materi
Konsultasi dilakukan pada tanggal 13 Mei
2011, ahli materi selaku guru kelas 2 di SDN
Ngagel Rejo III Surabaya. Konsultasi
dilakukukan selama 3 kali tatap muka, dan
mendapatkan masukan:
a. Ahli materi mengumpulkan materi yang
susah diterima oleh siswa khususnya
pada mata pelajaran Bahasa Jawa.
b. Menyesuaikan
dengan
tingkat
kemampuan siswa kelas 2.
c. Menentukan materi yang dianggap
paling susah yaitu tentang Aksara Jawa
dan pasangan Aksara Jawa seperti
sandang, pepet, wulu.
d. Mempertimbangkan secara matang
sesuai dengan kemampuan siswa dan
kesulitan siswa pada mata pelajaran
Bahasa Jawa.
e. Memutuskan
materi
yang
akan
dimanfaatkan sebagai media yaitu materi
Aksara Jawa.
5. SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian diatas dapat diambil
simpulan dan saran yang akan dijelaskan
pada sub bab selanjutnya.
5.1 Simpulan
Dari uraian dan hasil pembahasan pada
penelitian ini tentang “Pengembangan Media
Kartu Permainan Aksara Jawa Sebagai
Variasi Pembelajaran Pada Mata Pelajaran
Bahasa Jawa Siswa Kelas 2 SDN Ngagel
Rejo III Surabaya” dapat diambil kesimpulan
bahwa :
Kartu permainan Aksara Jawa yang telah
dikembangkan dan dimodifikasi dari kartu
permainan domino ini dapat digunakan
sebagai variasi pembelajaran mata pelajaran
Bahasa Jawa khususnya materi Aksara Jawa
untuk siswa kelas 2. Pada saat memanfaatkan
kartu permainan Aksara Jawa suasana dikelas
pun terasa lebih menyenangkan dan siswa
menjadi lebih aktif. Berdasarkan hasil uji
coba kepada ahli materi dan ahli media
diperoleh data kuantitatif dan data kualitatif
yang menyatakan bahwa media kartu
permainan Aksara Jawa berkategorikan
sangat baik. Sehingga media kartu permainan
Aksara Jawa yang diproduksi layak
dimanfaatkan karena membantu guru dalam
mengadakan variasi pembelajaran. Media
kartu permainan Aksara Jawa dapat
digunakan dalam 4 strategi bermain yaitu
sebagai
persiapan
pembelajaran,
inti
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan
digunakan
dalam
satu
perangkat
pembelajaran
5.2 Saran
Penelitian pengembangan media kartu
permainan Aksara Jawa ini, memiliki saran
berupa pemanfaatan permainan antara lain :
a. Hendaknya guru memanfaatkan media
kartu permainan Aksara Jawa sebagai
media utama untuk siswa Sekolah Dasar
kelas 2, khususnya untuk mata pelajaran
Bahasa Jawa materi Aksara Jawa agar
dapat memberikan variasi pembelajaran.
b. Media kartu permainan Aksara Jawa dapat
dimainkan lebih dari 5 orang siswa dan
maksimal jumlah siswa adalah 7 orang.
Dengan memperbanyak jumlah siswa
dalam 1 kelompok, permainan kartu ini
akan lebih cepat selesai asalkan masingmasing siswa tetap kompak sehingga
dapat mempersingkat waktu.
c. Guru bukan satu-satunya sumber belajar,
tetapi
merupakan
fasilitator
yang
berpengaruh pada siswa untuk mengikuti
pembelajaran di kelas, agar pembelajaran
lebih bervariatif maka guru harus dapat
menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan
agar
siswa
lebih
termotivasi dan aktif salah satunya yaitu
dengan memanfaatkan media kartu
permainan Aksara Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
AECT
(diterjemahkan oleh Yusufhadi
Miarso,dkk).
1986.
Definisi
Teknologi Pendidikan Satuan Tugas
dan Terminologi AECT. Jakarta:
CV. Rajawali.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Press.
Chusum, Windy. 2006. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Surabaya : Kashiko.
Ginnis, Paul.2008. TRIK DAN TAKTIK
Strategi Meningkatkan Pencapaian
Pengajaran di Kelas. Jakarta :
PT.Indeks.
Hasibuan, JJ dan Moedjiono. 2006. Proses
Belajar Mengajar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Pribadi, Benny A. 2010. Model Desain
Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian
Rakyat.
Sardiman,A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Seels, Barbara dan Rita C. Richey. 1994.
Teknologi Pembelajaran Definisi
dan Kawasannya. Jakarta: Unit
Percetakan Universitas Negeri
Jakarta.
Soeharto,
Karti.
2003.
Teknologi
Pembelajaran. Surabaya : Surabaya
Intellectual Club.
Smith, Patricia L, Tillman J. Ragan. 1999.
Instructional Design. New York:
Wiley
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005.
Media Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Sugiyono.
2010.
Metode
Penelitian
Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Warsita,
Bambang.
2008.
Teknologi
Pembelajaran
Landasan
dan
Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Yusuf,
Syamsu.
2004.
Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Download