PENGEMBANGAN MEDIA KARTU PERMAINAN AKSARA JAWA SEBAGAI VARIASI PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA SISWA KELAS 2 SDN NGAGEL REJO III SURABAYA Pritha Reti Prihaningtyas1 , Irena Yolanita Maureen2 Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan 1 [email protected] 2 [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan beberapa variasi pembelajaran di dalam kelas, dengan memanfaatkan media kartu permainan Aksara Jawa pada mata pelajaran Bahasa Jawa dengan materi Aksara Jawa. Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan media dari Arief Sadiman, yang tersusun secara sistematis untuk menentukan hasil akhir berupa produk. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan instrument observasi. Teknik observasi digunakan untuk memantau peran guru dalam menggunakan variasi pembelajaran dengan memanfaatkan media kartu permainan Aksara Jawa. Selain itu teknik observasi juga digunakan untuk memantau kegiatan siswa didalam kelas selama guru mengadakan variasi pembelajaran, dengan memanfaatkan media kartu permainan Aksara Jawa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011 dengan subyek penelitian siswa siswi kelas 2 SDN Ngagel Rejo III Surabaya sebanyak 32 anak. Variasi pembelajaran dapat digunakan pada persiapan pembelajaran, inti pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan satu perangkat pembelajaran. Hasil analisis observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa proses pemanfaatan media kartu permainan Aksara Jawa berlangsung sangat baik. Hal tersebut dapat dikatakan karena pada saat guru, memanfaatkan media kartu permainan Aksara Jawa, proses belajar mengajar berlangsung sangat atraktif. Variasi pembelajaran yang telah dirancang berjalan sesuai dengan prosedur. Hasil observasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pemanfaatan media kartu permainan Aksara Jawa dapat digunakan sebagai variasi pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Jawa siswa kelas 2 SDN Ngagel Rejo III Surabaya. Kata kunci : media kartu permainan Aksara Jawa, variasi pembelajaran 1. PENDAHULUAN Pembelajaran Bahasa Jawa merupakan salah satu sarana untuk melaksanakan pembinaan dan pengembangan Bahasa Jawa. Tujuan pembelajaran Bahasa Jawa dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) kelas 1 sampai kelas 6 SD cenderung pada pemenuhan keterampilan berbahasa yang ideal yaitu mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Pembelajaran tersebut diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi Bahasa Jawa dengan baik dan benar, secara lisan maupun tulis serta menumbuhkan apresiasi terhadap kesusastraan manusia daerah Jawa. penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penggunaan media mempunyai arti yang cukup penting karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan materi yang disampaikan oleh guru dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara dalam pengajaran. Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar (SD) secara umum mengajarkan siswa untuk mendengarkan (ngrungokake), berbicara (micara), membaca (maca), dan menulis (nulis). Adapun tujuan dari keempat kemampuan tersebut adalah mendengarkan memiliki tujuan melatih kemampuan siswa untuk menyimak bacaan yang sudah didengarkan, setelah siswa mendengarkan diharapkan dapat mengerti isi dan pesan atau amanat yang terkandung dalam bacaan tersebut. Berbicara memiliki tujuan untuk melatih siswa mengungkapkan gagasan melalui komunikasi baik dengan cara lisan, percakapan, pidato, dan lain-lain. Siswa dilatih untuk menggunakan bahasa santun yang benar seperti boso ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus yang sesuai dengan penggunaannya. Membaca memiliki tujuan untuk mengukur kemampuan para siswa untuk membaca tulisan Bahasa Jawa dalam aksara latin maupun aksara Jawa. Sedangkan menulis bertujuan untuk melatih para siswa agar dapat berkomunikasi lewat tulisan. Materi menulis ini menyakup kompetensi seperti menulis laporan, cerita, surat, puisi,dan siswa juga dilatih untuk keterampilan menulis Aksara Jawa. Berdasarkan dokumentasi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama 1 semester, bahwa mata pelajaran Bahasa Jawa guru hanya menggunakan metode ceramah (40%), tanya jawab (20%), dan penugasan (40%). Jadi siswa hanya memperhatikan keterangan dari guru, menyimak pembelajaran yang sudah disampaikan oleh guru. Siswa hanya menerima tugas yang sudah diberikan guru. Setelah itu guru dapat merefleksikan dan mengoreksi tugas siswa, guru menggunakan sumber belajar berupa beberapa buku yang dapat menunjang pembelajaran di kelas, seperti Pinter Basa Ngeluri Basa Jawa, maupun Pepak yang digunakan untuk membantu materi tentang Aksara Jawa. Guru tidak menggunakan media untuk membantu pembelajaran Bahasa Jawa. Berdasarkan hasil dokumentasi yaitu nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Jawa dikelas 2 adalah 54, dimana 64 % dari jumlah siswa dibawah Standart Ketuntasan Minimal (SKM) 60. Berdasarkan observasi di dalam kelas yang dilakukan pada semester gasal tahun 2010, pembelajaran Bahasa Jawa di SDN Ngagel Rejo III Surabaya guru hanya mengajar dengan cara menjelaskan materi yang diajarkan, dan memberikan latihan soal, namun siswa mendengarkan saja. Apabila siswa mengalami kesulitan guru berusaha menjelaskan kembali dan setelah itu siswa dapat membaca buku paket Bahasa Jawa. Selain itu dapat dilihat melalui beberapa faktor yaitu aktivitas siswa yang siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan mengerjakan soal Aksara Jawa, sumber belajar, siswa hanya melihat melalui Pepak Bahasa Jawa yang isinya huruf-huruf Jawa dan pasagannya, maupun arti-arti khusus dalam Bahasa Jawa seperti nama-nama anak hewan, tembung-tembung Bahasa Jawa, peribahasa, gamelan Jawa maupun wayang. Adapun selain Pepak Bahasa Jawa adalah buku sapintar bahasa Jawa yang isinya tidak jauh berbeda dengan Pepak Bahasa Jawa. Pembelajaran tentang penulisan Aksara Jawa memang membutuhkan latihan dan praktek secara bertahap. Faktor yang ketiga adalah media, di SDN Ngagel Rejo III Surabaya pembelajaran Bahasa Jawa hanya menggunakan buku paket saja dan pada siswa kelas 2 terdapat lima siswa yang tidak memiliki buku paket, seharusnya untuk mengatasi pembelajaran tersebut diperlukan media pembantu dalam pembelajaran. Adanya sebuah media maka dapat menunjang siswa dalam memahami materi pelajaran Bahasa Jawa khususnya Aksara Jawa karena beberapa alasan media dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun manfaat media pengajaran menurut Sudjana (2005: 2): (1) Pengajaran akan lebih menarik siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar (2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan mungkinkan siswa lebih menguasai tujuan pengajaran lebih baik (3) Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran (4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktif lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. 2. KAJIAN PUSTAKA Bila dihubungkan dengan Teknologi Pembelajaran judul ini termasuk pada kategori teknologi cetak. Teknologi cetak merupakan cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Sadiman, 2007:7). Istilah pembelajaran yang ditekankan adalah proses belajar maka usaha–usaha yang terencana dalam proses memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Terdapat empat pola pembelajaran, tetapi yang sesuai dengan pemanfaatan media kartu permainan Aksara Jawa adalah pola ketiga yaitu pola pembelajaran guru dengan media karena sesuai dengan media yang dikembangkan yakni media kartu permainan Aksara Jawa yang digunakan sebagai variasi pembelajaran dengan pengawasan guru. Disini guru sebagai media fasilitator yang memberikan tuntunan kepada siswa. Menurut Hasibuan (2006:64) variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan. keantusiasan, serta berperan serta secara aktif. Kegunaan keterampilan menggunaan variasi di dalam kelas,menurut Hasibuan (2006:65) antara lain memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap halhal yang berkaitan dengan aspek belajar, meningkatkan kemungkinan berfungsi motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi, membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi kemudahan belajar, mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif. Prinsip-prinsip menggunakan variasi, menurut Hasibuan (2006:66) yaitu perubahan yang digunakan harus bersifat efektif, penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat, penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan sebelumnya, penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan balikan siswa. Variasi penggunaan media dan bahan-bahan pengajaran.Ditinjau dari reseptor penerima rangsang yang disampaikan, maka media dan bahan pengajaran penerimaan dapat digolongkan menjadi (1) Media dan bahan pengajaran yang dapat di dengar (oral), (2) Media dan bahan pengajaran yang dapat dilihar (visual), (3) Media dan bahan pengajaran yang dapat disentuh, diraba, atau dimanipulasikan (media taktil), (4) Variasi di dalam setiap jenis media atau variasi antar jenis media perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Pengertian interaksi menurut Sardiman (2008:7) interaksi akan selalu terkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message). Kemudian untuk menyampaikan atau mengontakkan pesan itu diperlukan adanya media atau saluran (chanel). Tujuan dari komunikasi dan interaksi adalah mencapai pengertian bersama, sesudah itu mencapai persetujuan mengenai sesuatu pokok ataupun masalah yang merupakan kepentingan bersama. Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaanya. Menurut Sardiman (2008:14) proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Menurut Suardi (dalam Sardiman, 2008:11) dalam bukunya Pedagogik (1980) merinci ciri-ciri interaksi belajar-mengajar sebagai berikut (1) Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu, (2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang terencana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (3) Interaksi belajarmengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus, (4) Ditandai dengan aktivitas siswa. Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya belajar-mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara menta aktif, (5) Dalam interaksi belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Guru harus menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif, (6) Di dalam interaksi belajar-mengajar dibutuhkan disiplin. Hal ini dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihakdengan secara sadar, baik guru maupun siswa, (7) Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok siswa), batas waktu untuk mencapai tujuan serta perlu adanya kegiatan penilaian. Konsep Mata Pelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar Kelas II yaitu (1) Mendengarkan, siswa mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan pembacaan teks pendek, menyimak pesan pendek, dan mendengarkan dongeng, (2) Berbicara, siswa mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan dalam berbagai ragam Bahasa Jawa yang santun, (3) Membaca, siswa mampu membaca dan memahami isi bacaan dengan cara membaca lancar, (4) Menulis, siswa mampu menuliskan kalimat/karangan pendek dengan huruf tegak bersambung, menulis kalimat yang didektekan, dan menulis rapi, (5) Apresiasi Sastra, siswa mampu mengapresiasikan sastra Jawa. Materi Pokok Pengajaran Bahasa Jawa, dalam pembelajaran Bahasa Jawa materi pokok kelas II yang dipelajari antara lain : Teks bacaan tentang budi pekerti, Teks tembang dolanan, Konsonan (d,dh,t,th,kr,tr,dy), Boso Ngoko dan Krama, Dongeng, Huruf Jawa, Tulisan Huruf Jawa. Masa usia yang digunakan adalah masa usia sekolah dasar. Yusuf (2011:24) mengemukakan bahwa masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar dikatakan karena kematangan tidak ditentukan oleh umur semata-mata. Namun, pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. 3. METODE DAN PENGEMBANGAN PROSEDUR Model Pengembangan dalam media kartu permainan Aksara Jawa yang telah dipilih dan digunakan untuk penelitian yaitu model pengambangan Arief Sadiman. Model pengembangan ini dipilih karena langkah – langkah dalam model pengembangan sederhana dan mudah, dilaksanakan dalam penelitian lapangan, urutan setiap langkah dalam model pengembangan tersusun secara sistematis, sehingga dalam pelaksanaan setiap langkahnya lebih terkontrol dengan baik, dan menghemat waktu, biaya, dan tenaga, sehingga menguntungkan dalam melakukan uji coba produk lapangan. Gambar 1 : Model Pengembangan Arief Sadiman Prosedur pengembangan memaparkan langkah-langkah prosedural yang ditempuh dalam membuat produk. Model pengembangan Arief Sadiman, maka prosedur pengembangannya adalah sebagai berikut : (1)Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang (Sadiman,2007:100). Identifikasi kebutuhan dilakukan sebagai tahap awal pengembangan, untuk mengetahui apa yang akan dibutuhkan oleh peserta didik. Langkah pertama adalah mengidentifikasi kebutuhan dengan metode observasi. Metode observasi ini dapat digunakan untuk menetapkan kebutuhan pada lingkungan belajar mengajar. Dari hasil observasi lingkungan belajar siswa dapat dilihat antara lain lingkungan sekolah dan penantaan ruang kelas. Sedangkan karakteristik siswa meliputi kondisi sosial ekonomi, penguasaan isi atau materi pelajaran, dan gaya belajar. Untuk melihat karakteristik dan gaya belajar siswa diatas melalui wawancara yang dilakukan dengan guru. Penguasaan materi dapat dilihat melalui dokumentasi nilai, (2) merumuskan tujuan pembelajaran, tujuan merupakan pernyataan yang harus dimiliki peserta didik setelah proses instruksional. Perumusan tujuan akan memberikan arahan atas tindakan yang telah dilakukan. Tujuan memberi arah kemana peserta didik akan diarahkan. Tujuan pembelajaran dapat dianalisis melalui metode dokumentasi untuk memperoleh silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama 1 semester, (3) Merumuskan butirbutir materi, merumuskan butir-butir materi dilakukan untuk mengembangkan bahan yang dipelajari atau pengalaman belajar yang harus dilakukan peserta didik agar tujuan tercapai. Butir-butir materi dapat diketahui melalui metode wawancara dan dokumentasi dengan kedua metode tersebut dapat mengumpulkan data secara lengkap dan mendapat informasi sebanyak mungkin sehingga dalam perumusan meteri dapat lebih terperinci. Bahan untuk merumuskan materi juga dapat diperoleh dari silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang telah dikonsultasikan dengan ahli materi, (4) mengembangkan alat pengukur keberhasilan Dalam setiap kegiatan instruksional, perlu mengkaji apakah media yang digunkan dapat mmbantu peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional atau tidak pada akhir kegiatan instruksional. Untuk menilai kualitas dan keberhasilan produk maka diperlukan suatu alat pengukur. Alat pengukur keberhasilan harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan pokokpokok materi pembelajaran yang akan disajikan pada peserta didik. Alat yang dipergunakan untuk menilai produk ini adalah angket dan observasi sebagai pedoman kelayakan media kartu permainan Aksara Jawa sebagai pembelajaran. Angket diberikan kepada ahli materi dan ahli media, sedangkan observasi digunkan untuk melihat saat siswa memanfaatkan media kartu permainan Aksara Jawa, (5) membuat layout media kartu permainan Aksara Jawa, dalam pembuatan layout yang harus dilakukan adalah menentukan desain untuk merancang media yang akan diproduksi dan disesuaikan dengan karakteristik siswa, konsultasi dengan ahli materi, konsultasi dengan ahli media, memproduksi media, dan mengadakan uji coba dan revisi Pada tahap ini media kartu permainan Aksara Jawa yang telah didesain dan diujicobakan pada ahli materi, ahli media, perorangan, kelompok kecil, dan kelompok besar akan menghasilkan data yang dapat ditarik suatu kesimpulan, apakah produk tersebut layak atau harus melalui tahap revisi untuk memperbaiki. Jika dalam hasil uji coba diperoleh hasil yang kurang memuaskan, maka media yang akan dikembangkan harus direvisi kembali. Revisi dilakukan sebagai proses penyempurnaan produk yang dikembangkan, yang diperoleh berdasarkan hasil uji coba. Revisi menghasilkan prtotype media kartu permainan Aksara Jawa yang siap pakai dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Pada penelitian ini, prototype (produk) sebelum dipergunakan pada proses pembelajaran yang sebenarnya akan diujicobakan terlebih dahulu pada ahli materi selaku satu orang guru yang berkompentensi dalam mata pelajaran Bahasa Jawa, ahli media yang terdiri dari dua orang dosen yang berkompenten dalam bidang grafis, siswa kelas II SDN Ngagel Rejo III Surabaya terdiri dari 32 siswa, dengan ketentuan 2 orang siswa untuk review perorangan, 5 orang siswa untuk kelompok kecil,dan 25 siswa utuk kelompok besar. Jenis data yang digunakan pada pengembangan media pembelajaran yang berupa media kartu permainan Aksara Jawa adalah data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari tanggapan ahli meteri, dan ahli media yang berisi saran. Saran dan tanggapan yang diperoleh dari ahli materi dan ahli media digunakan sebagai acuan dalam melakukan revisi produk. Data kualitatif dari ahli materi meliputi tentang kesesuaian materi dalam produk terhadap kualitas produk yang dikembangkan. Sedangkan dari ahli media, meliputi tentang kualitas produk yang dikembangkan. Selain itu observasi yang dilakukan pada uji coba satu-satu, kelompok kecil dan kelompok besar yang digunakan untuk melihat guru memanfaatkan media dalam mengadakan variasi belajar dan saat siswa memanfaatkan media tersebut. Data Kuantitatif diperoleh dari ahli materi dan ahli media. Data yang terkumpul kemudian dianalisis. Data kuantitatif dari ahli materi meliputi tujuan pembelajaran, perubahan tingkah laku, dan penguasaan media sedangkan untuk ahli media meliputi daya tarik produk yaitu media pembelajaran berupa media kartu permainan Aksara Jawa. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah berupa angket tertutup dan observasi. Angket yang digunakan dalam pengembangan media kartu permainan Aksara Jawa ini adalah angket tertutup, yaitu yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Angket digunakan sebagai pengumpulan data untuk mengetahui kelayakan produk. Obeservasi yang dipilih adalah observasi sistematis dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap suatu proses kegiatan pembelajaran untuk menilai aktivitas peserta didik dan guru dengan menggunakan pedoman observasi. Teknik analisis data sangat diperlukan dalam kegiatan penelitian. Dalam penelitian pengembangan ini, analisis data digunakan untuk mengetahui kesimpulan dari media yang telah diujicobakan. Data-data yang telah diperoleh dari ahli materi dan ahli media dihitung menggunakan rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke tidak setuju. 4. HASIL PENGEMBANGAN Hasil pengembangan ini terdiri dari 2 tahapan, yang pertama yaitu persiapan pengembangan dan produksi media kartu permainan Aksara Jawa. Persiapan pengembangan terdiri dari 4 tahapan, antara lain : analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, merumuskan tujuan, merumuskan butir-butir materi, dan merumuskan alat ukur keberhasilan. Dari keempat tahapan diatas dapat dijelaskan seperti dibawah ini : 4.1 Persiapan Pengembangan Media Kartu Permainan Aksara Jawa Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa Dengan menganalisis kebutuhan menggunakan metode observasi tidak terstruktur dapat diketahui bahwa lingkungan sekolah terletak disekitar perkampungan dan dekat dengan pasar. Sedangkan untuk pola penataan ruang kelas disesuaikan dengan karakteristik siswa SD dan kondisi pembelajaran. Melalui metode wawancara dengan guru, dapat diketahui bahwa siswa kelas 2 SDN Ngagel Rejo III Surabaya dengan kondisi ekonomi yang menengah kebawah, 70% merupakan anak pedagang yang tinggal di daerah perkampungan setempat. Sedangkan untuk tingkat penguasaan materi diperoleh dari dokumentasi rekap nilai yang dimiliki oleh guru, serta tingkat pencapaian Standart Ketuntasan Minimal (SKM) 60 sedangkan 64% siswa belum memenuhi kriteria tersebut. Gaya belajar siswa kelas 2 di SDN Ngagel Rejo III Surabaya adalah gaya belajar visual yang berarti gaya belajar melalui indera penglihatan. Dengan kata lain siswa yang memiliki gaya belajar visual akan mudah belajar melalui kegiatan membaca atau melihat dengan sendirinya. Keadaan Riil : a. Kemampuan siswa pada pelajaran Bahasa Jawa khususnya materi Aksara Jawa, 64% siswa dibawah SKM. b. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Jawa sangat terbatas hanya berupa LKS. c. Peserta didik memiliki karakteristik belajar sambil bermain, sehingga dibutuhkan variasi pembelajaran berupa media kartu permainan Aksara Jawa untuk mempermudah pembelajaran siswa. Keadaan Ideal : a.Kemampuan siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa sesuai atau lebih dari SKM. b.Terdapat media sebagai variasi pembelajaran untuk mata pelajaran Bahasa Jawa khususnya materi Aksara Jawa. Dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah keterbatasan media pada mata pelajaran Bahasa Jawa khususnya untuk materi Aksara Jawa. Untuk itu diperlukan media kartu permainan Aksara Jawa sebagai variasi pembelajaran yang dapat dimanfaatkan peserta didik. Pengembangan media kartu permainan Aksara Jawa ini dipilih sebagai media pembelajaran Aksara Jawa karena pembelajaran melalui permainan sesuai karakteristik peserta didik Sekolah Dasar kelas 2 yang rata-rata berusia 7-8 tahun. Merumuskan tujuan untuk merumuskan tujuan pembelajar dapat diperoleh melalui dokumentasi RPP maupun silabus, yang didalamnya terdapat tugas pembelajar yang harus dikuasai siswa berupa: Standart Kompetensi: MENULIS, Siswa mampu menulis menggunakan huruf latin dan Aksara Jawa sesuai aturan serta dapat menggunakan dalam berbagai keperluan. Kompetensi Dasar: Menulis Aksara Jawa (ha s.d la), menulis Aksara Jawa (pa s.d nga), menulis Aksara Jawa (ha s.d nga) Merumuskan butir-butir materi, dirumuskan bersama ahli materi. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui bahan apa yang harus dipelajari atau pengalaman belajar apa yang harus dilakukan siswa agar tujuan dapat tercapai. Butir materi harus ditentukan dan dipilih untuk menunjang tercapainya tujuan. Materi yang disajikan harus dapat menarik peserta didik, dengan cara tersebut akan dapat memperoleh bahan pembelajaran yang lengkap untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.Dalam mengembangkan materi pembelajaran ini harus melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran Bahasa Jawa. Butir materi yang digunakan dalam media kartu permainan Aksara Jawa adalah : Gambar 2 : Butir-butir materi Merumuskan alat ukur keberhasilan, alat ukur ini digunakan untuk mengetahui kelayakan produk dengan menggunakan data kualitatif yang diperoleh hasil tanggapan, masukan dari ahli materi dan ahli media selain itu hasil observasi yang digunakan untuk mengetahui pemanfaatan media kartu permainan Aksara Jawa. Dan angket yang sudah diisi oleh ahli materi dan ahli media akan dianalisis melalui data kuantitatif sebagai berikut : a. Terdiri dari 7 butir pertanyaan pada angket ahli materi, 13 butir pertanyaan pada angket ahli media. b. Angket bersifat tertutup, yang sudah tersedia jawabannya sehingga responden tinggal memilih. c. Angket berbentuk rating scale yang menunjukkan tingkatan-tingkatan. 4.2 Pengembangan Aksara Jawa Kartu Permainan Dalam memproduksi media kartu permainan Aksara Jawa langkah-langkah yang harus ditentukan adalah : a. Spesifikasi produk Spesifikasi produk terdiri dari (1) Bentuk kartu: Persegi panjang; (2) Ukuran kartu: Panjang (8,6 cm), Lebar (5,4 cm) disesuaikan dengan genggaman anak SD berumur 7-8 tahun; (3) Ukuran tulisan: Aksara Jawa (89,40); (4) Ukuran tulisan latin (76,01); (5) Jenis tulisan: Aksara Jawa dan Berlin Sans FB Demi; (6) Warna yang dipilih : Warna biru, merah, dan kuning; (7) Gambar yang dipilih: Disesuaikan dengan desain Jawa dan karakteristik siswa SD; (8) Bahan yang digunakan: PVC (bahan yang terbuat dari Plastik dan tidak bisa robek). b. Konsultasi dengan ahli materi Konsultasi dilakukan pada tanggal 13 Mei 2011, ahli materi selaku guru kelas 2 di SDN Ngagel Rejo III Surabaya. Konsultasi dilakukukan selama 3 kali tatap muka, dan mendapatkan masukan: a. Ahli materi mengumpulkan materi yang susah diterima oleh siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Jawa. b. Menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa kelas 2. c. Menentukan materi yang dianggap paling susah yaitu tentang Aksara Jawa dan pasangan Aksara Jawa seperti sandang, pepet, wulu. d. Mempertimbangkan secara matang sesuai dengan kemampuan siswa dan kesulitan siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa. e. Memutuskan materi yang akan dimanfaatkan sebagai media yaitu materi Aksara Jawa. 5. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian diatas dapat diambil simpulan dan saran yang akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. 5.1 Simpulan Dari uraian dan hasil pembahasan pada penelitian ini tentang “Pengembangan Media Kartu Permainan Aksara Jawa Sebagai Variasi Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa Siswa Kelas 2 SDN Ngagel Rejo III Surabaya” dapat diambil kesimpulan bahwa : Kartu permainan Aksara Jawa yang telah dikembangkan dan dimodifikasi dari kartu permainan domino ini dapat digunakan sebagai variasi pembelajaran mata pelajaran Bahasa Jawa khususnya materi Aksara Jawa untuk siswa kelas 2. Pada saat memanfaatkan kartu permainan Aksara Jawa suasana dikelas pun terasa lebih menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif. Berdasarkan hasil uji coba kepada ahli materi dan ahli media diperoleh data kuantitatif dan data kualitatif yang menyatakan bahwa media kartu permainan Aksara Jawa berkategorikan sangat baik. Sehingga media kartu permainan Aksara Jawa yang diproduksi layak dimanfaatkan karena membantu guru dalam mengadakan variasi pembelajaran. Media kartu permainan Aksara Jawa dapat digunakan dalam 4 strategi bermain yaitu sebagai persiapan pembelajaran, inti pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan digunakan dalam satu perangkat pembelajaran 5.2 Saran Penelitian pengembangan media kartu permainan Aksara Jawa ini, memiliki saran berupa pemanfaatan permainan antara lain : a. Hendaknya guru memanfaatkan media kartu permainan Aksara Jawa sebagai media utama untuk siswa Sekolah Dasar kelas 2, khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Jawa materi Aksara Jawa agar dapat memberikan variasi pembelajaran. b. Media kartu permainan Aksara Jawa dapat dimainkan lebih dari 5 orang siswa dan maksimal jumlah siswa adalah 7 orang. Dengan memperbanyak jumlah siswa dalam 1 kelompok, permainan kartu ini akan lebih cepat selesai asalkan masingmasing siswa tetap kompak sehingga dapat mempersingkat waktu. c. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi merupakan fasilitator yang berpengaruh pada siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas, agar pembelajaran lebih bervariatif maka guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa lebih termotivasi dan aktif salah satunya yaitu dengan memanfaatkan media kartu permainan Aksara Jawa. DAFTAR PUSTAKA AECT (diterjemahkan oleh Yusufhadi Miarso,dkk). 1986. Definisi Teknologi Pendidikan Satuan Tugas dan Terminologi AECT. Jakarta: CV. Rajawali. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Chusum, Windy. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Kashiko. Ginnis, Paul.2008. TRIK DAN TAKTIK Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas. Jakarta : PT.Indeks. Hasibuan, JJ dan Moedjiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Pribadi, Benny A. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Sardiman,A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Seels, Barbara dan Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya. Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta. Soeharto, Karti. 2003. Teknologi Pembelajaran. Surabaya : Surabaya Intellectual Club. Smith, Patricia L, Tillman J. Ragan. 1999. Instructional Design. New York: Wiley Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.