Disusun Oleh: Tim Peneliti JARI Indonesia Borneo Barat Kabupaten

advertisement
ANALISIS PEMAHAMAN DAN PRILAKU POLITIK MASYARAKAT
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PEMILIHAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA
Disusun Oleh:
Tim Peneliti
JARI Indonesia Borneo Barat
Kabupaten Kubu Raya
2015
SUSUNAN TIM PENELITI
Peneliti:
1. Hasymi Rinaldi (Ketua Peneliti)
2. Gusti Charma Husada (Anggota Peneliti)
3. Khairul Sani (Anggota Peneliti)
4. Rudini (Anggota Peneliti)
5. Fitriyanti (Anggota Peneliti)
6. Ridwan Rawing (Anggota Peneliti)
Reviewer
1. Faisal Riza
i
KATA SAMBUTAN KETUA KPU
KABUPATEN KUBU RAYA
Riset pemilu merupakan salah satu elemen strategis dalam manajemen
pemilu karena Riset bias dijadikan salah satu pijakan empirik mengenai persoalan
atas hal yang menjadi perdebatan. Hasil riset memastikan program dan kebijakan
kepemiluan tidak dibangun kemungkinan-kemungkinan akan tetapi dikonstruksi
berlandaskan pada argumen empirik dan rasional dengan proses yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Riset tentang partisipasi dalam
Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2014 telah selesai kami laksanakan.
Riset Analisis Pemahaman Dan Prilaku Politik Masyarakat Dan Pengaruhnya
Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Di Kabupaten Kubu
Raya ini akan menjadi pelengkap yang tidak terpisahkan dari serangkaian laporan
KPU Kabupaten Kubu Raya terkait evaluasi penyelenggaraan Pemilu yang telah
dibuat.
Dalam pelaksanaan riset oleh KPU Kabupaten Kubu Raya yang melibatkan
pihak ketiga Lembaga Riset Jari selaku konsultan Tim Ahli, memang terdapat
beberapa kendala berupa anggaran dan waktu pelaksanaan yang dirasa belum
maksimal. Namun dengan niat yang tulus demi tercapainya pemilih cerdas pemilu
berkualitas dan beradap serta demi terbangunnya pemilu yang bermartabat maka
kegiatan riset ini dapat terlaksana. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya Riset Partisipasi Pemilu
ini.
Sungai Raya,
Juli 2015
Ketua Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Kubu Raya
GUSTIAR
ii
KATA PENGANTAR
Laporan penelitian ini berhasil disusun atas berkat Tuhan YME dan bantuan
secara langsung dari tim penyusun. Tak lupa pula diucapkan terima kasih kepada
KPU Kabupaten Kubu Raya dan Staf yang memiliki kontribusi sangat besar
dalam penyelesaian penelitian. Khususnya dalam menyediakan data dasar yang
mendukung proses analisis dan kajian.
Penelitian ini berupaya melihat kecenderungan memilih masyarakat dalam
tiap pemilu. Setidaknya terdapat dua tujuan utama yang dijawab dalam penelitian
ini, yaitu (1) mengidentifikasi prilaku sosial masyarakat, serta mendeskripsikan
proses prilaku sosial dalam mempengaruhi pemahaman dan prilaku politik
masyarakat, dan (2) mengidentifikasi prilaku politik masyarakat, serta
mendeskripsikan
bagaimana
prilaku
politik
dapat
mendorong
ataupun
menghambat tingkat partisipasi pemilih. Diharapkan, hasil yang telah disusun
dapat berkontribusi secara praktis dalam meningkatkan kwalitas dari hasil pemilu.
Meskipun memiliki banyak keterbatasan yang mempengaruhi hasil analisa dan
kajian, namun setidaknya dua tujuan utama dalam penelitian dapat terjawab.
Pontianak, 3 Juli 2015
Hasymi Rinaldi.S.Sos.,MPA
(Ketua Tim Peneliti)
iii
ABSTRAK
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi pemilih dalam menentukan
pilihan ataupun terlibat maupun tidak terlibat dalam pemilu. Secara teoritis,
banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa prilaku memilih masyarakat
menunjukkan prilaku politik masyarakat. Faktor utama yang mempengaruhi
prilaku politik masyarakat, salah satunya, adalah prilaku sosial.
Untuk mengidentifikasi prilaku sosial masyarakat, penelitian ini melakukan
kajian interaksi individu dalam keluarga dan lingkungan sekitar individu,
termasuklah tempat kerja. Melalui identifikasi tersebut, penelitian ini berupaya
melihat karakteristik individu dan melihat pengaruh interaksi tersebut dalam
prilaku politik individu.
Penelitian yang dilakukan bersifat kwalitatif dengan pendekatan
konstruktivisme, yaitu berupaya mengidentifikasi realita yang terbentuk, tidak
hanya berdasarkan data yang diperoleh langsung melalui sumber data primer.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya relasi antara prilaku sosial,
prilaku politik, dan prilaku memilih individu.
Kata Kunci: Pemilu, Partisipasi, Prilaku Politik, Prilaku Sosial
iv
DAFTAR ISI
SUSUNAN TIM PENELITI .................................................................................. I
KATA SAMBUTAN KETUA KPU KABUPATEN KUBU RAYA ................ II
KATA PENGANTAR ......................................................................................... III
ABSTRAK ........................................................................................................... IV
DAFTAR ISI ..........................................................................................................V
DAFTAR SKEMA ............................................................................................ VII
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ VIII
DAFTAR TABEL ............................................................................................... IX
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 2
C. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................................... 2
D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................................. 2
E. KERANGKA KONSEP ...................................................................................... 3
E.1. Relasi antara Prilaku Politik dengan Prilaku Sosial ........................... 3
E.2. Partisipasi Politik dan Partisipasi Memilih dalam Pemilu .................. 5
F. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 7
F.1. Jenis dan Sifat Penelitian ..................................................................... 7
F.2. Populasi, Sampel, dan Subjek Penelitian ............................................. 8
F.3. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 9
F.4. Pendekatan/Model Analisis .................................................................. 9
BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................ 11
A.
B.
C.
D.
WILAYAH .................................................................................................... 11
KEPENDUDUKAN ......................................................................................... 12
PENDIDIKAN ................................................................................................ 14
PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU 2014 ................................................... 15
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 18
A. PRILAKU SOSIAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMAHAMAN DAN
PRILAKU POLITIK MASYARAKAT ....................................................................... 18
A.1. Prilaku Sosial...................................................................................... 18
A.2. Pengaruh Prilaku Sosial terhadap Pemahaman dan Prilaku Politik . 32
B. PENGARUH PEMAHAMAN DAN PRILAKU POLITIK TERHADAP PARTISIPASI
MEMILIH DALAM PEMILU ................................................................................... 42
BAB IV. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN .. 48
v
A. KESIMPULAN ............................................................................................... 48
B. SARAN......................................................................................................... 49
C. REKOMENDASI KEBIJAKAN ......................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... IX
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN ...................................................X
LAMPIRAN 2. JADWAL PENELITIAN................................................... XXIX
LAMPIRAN 3. DOKUMENTASI LAPANGAN ....................................... XXXI
vi
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Pola Interaksi Individu dalam Keluarga ................................................ 23
Skema 2. Prilaku Sosial Kelompok Individu di Sei Raya Dalam terhadap
Lingkungan Sekitar ............................................................................................... 27
Skema 3. Prilaku Sosial Kelompok Individu di Teluk. Empening terhadap
Lingkungan Sekitar ............................................................................................... 30
Skema 4. Pengaruh Prilaku Sosial terhadap Prilaku Politik di Desa Sui Raya
Dalam .................................................................................................................... 37
Skema 5. Pengaruh Prilaku Sosial terhadap Prilaku Politik di Desa Teluk
Empening .............................................................................................................. 40
Skema 6. Relasi Prilaku Sosial, Prilaku Politik, dan Prilaku Memilih individu ... 45
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gerbang Masuk Desa Teluk Empening .......................................... xxxii
Gambar 2. Pemukiman di Desa Teluk Empening ............................................. xxxii
Gambar 3. Kondisi Tempat Tinggal di Desa Teluk Empening ....................... xxxiii
Gambar 4. Kantor Desa Sui Raya Dalam......................................................... xxxiii
Gambar 5. Jalan disalah satu titik di Desa Sui Raya Dalam ............................ xxxiv
Gambar 6. Jalan disalah satu titik di Desa Sui Raya Dalam ............................ xxxiv
Gambar 7. Salah satu tempat ibadah di Desa Sui Raya Dalam ......................... xxxv
Gambar 8. Salah satu tempat ibadah di Desa Sui Raya Dalam ......................... xxxv
Gambar 9. Salah satu tempat ibadah di Desa Sui Raya Dalam ........................ xxxvi
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kecamatan dan Luas Kecamatan di KKR............................................... 11
Tabel 2. Luas dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan ...................................... 12
Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin per Kecamatan ........ 13
Tabel 4. Jumlah rumah tangga per kecamatan dan rata-rata anggota rumah tangga
............................................................................................................................... 14
Tabel 5. Jumlah sekolah negeri di KKR ............................................................... 14
Tabel 6. Perbedaan Karakteristik Individu di Desa Teluk Empening dan Desa Sui
Raya Dalam ........................................................................................................... 30
Tabel 7. Prilaku Politik Kelompok Individu dilingkungan Heterogen dan
Homogen ............................................................................................................... 40
ix
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Relatif tingginya pemilih yang tidak menggunakan hak pilih dapat
diakibatkan oleh banyak faktor, semisal dampak yang dihasilkan pemilu tidak
sesuai dengan yang diharapkan masyarakat, perbaikan dan peningkatan
kesejahteraan yang terjadi sebelum dan paska pemilu tidak terjadi secara
signifikan, ataupun tidak aksesibelnya perangkat pemungutan suara. Beranjak dari
pemahaman tersebut, maka rendahnya partisipasi pemilih tidak dapat dianggap
sebagai wujud dari rendahnya kedewasaan berpolitik masyarakat.
Masyarakat tidak secara otomatis menarik diri dari isu-isu politik dan
mengabaikan segala hal yang bernuansa politik pemerintahan. Pada banyak hal,
prilaku politik masyarakat masih berlangsung dan bahkan mungkin mengalami
peningkatan. Namun, prilaku politik yang ditunjukkan tidak lagi melalui saluransaluran yang disediakan oleh pemerintah. Semisal terbentuknya serikat tani
dibeberapa desa, masih berlangsungnya kelompok-kelompok majelis taklim,
pengakuan terhadap keberadaan perempuan dalam jabatan-jabatan strategis
sebuah organisasi, dan banyak hal lainnya. Kelompok-kelompok masyarakat yang
terorganisir tersebut terbentuk secara mandiri dalam menghadapi isu tertentu.
Muncul kesadaran ditingkat masyarakat bahwa terdapat ancaman yang hanya
dapat diatasi ketika jalur-jalur partisipasi politik yang tersedia tidak dapat
sepenuhnya diandalkan. Akibatnya, masyarakat cenderung untuk mengandalkan
cara-cara unkonvensional (Munroe 2002, 4).
1
B.
Rumusan Masalah
Beranjak dari fenomena yang melatar belakangi permasalahan penelitian
diatas, maka beberapa pertanyaan mendasar yang menjadi rumusan masalah
adalah:
1.
Bagaimana prilaku sosial masyarakat mempengaruhi pemahaman dan
prilaku politik masyarakat?
2.
Bagaimana prilaku politik masyarakat mempengaruhi tingkat partisipasi
pemilih dalam pemilu?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan kedua rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi prilaku sosial masyarakat, serta mendeskripsikan proses
prilaku sosial dalam mempengaruhi pemahaman dan prilaku politik
masyarakat.
2.
Mengidentifikasi prilaku politik masyarakat,
serta mendeskripsikan
bagaimana prilaku politik dapat mendorong ataupun menghambat tingkat
partisipasi pemilih.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui hasil penelitian ini adalah:
1.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan
dalam
merumuskan
kebijakan
meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu.
2
dan
program
dalam
2.
Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan
keilmuan dan kajian politik, khususnya prilaku politik masyarakat
E.
Kerangka Konsep
E.1. Relasi antara Prilaku Politik dengan Prilaku Sosial
Prilaku politik didefinisikan oleh Munroe (2002, 3) sebagai segala tindakan
yang terkait dengan kekuasaan pada umumnya, ataupun pemerintahan pada
khususnya. Kekuasaan yang dimaksud dapat muncul dalam banyak bentuk,
namun akan lebih mudah teridentifikasi sebagai kekuasaan pemerintahan.
Mengacu pada definisi tersebut, maka prilaku politik akan muncul ketika
masyarakat melakukan sesuatu yang berhubungan langsung ataupun tidak
langsung dengan pemerintah diberbagai lini. Beranjak dari pemahaman tersebut,
tiap individu tidak dapat menghindari ataupun menyembunyikan prilaku politik
dalam kesehariannya.
Terlebih, ketika Munroe (2002, 3) menambahkan bahwa prilaku politik
bukan merupakan variabel bebas. Prilaku politik memiliki keterkaitan dengan
prilaku ekonomi dan prilaku sosial. Prilaku sosial muncul ketika individu
berinteraksi dengan pihak lain yang tidak mencerminkan prilaku ekonomi maupun
prilaku politik (Munroe 2002, 3). Keterkaitan antar prilaku tersebut menunjukkan
bahwa prilaku politik individu tidak terlepas dari peristiwa yang ada disekitarnya.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Zuckerman (2005, 8) bahwa manusia saling
bergantung satu sama lain, dan terdapat hubungan yang cukup rumit antar
individu, komunitas, dan kelompok yang lebih luas. Herbert Simon (dalam
3
Zuckerman 2005, 10) juga menjelaskan bahwa lingkungan sosial merupakan
sumber awal dari pilihan politik seseorang.
Hasil studi Festinger (dalam Zuckerman 2005, 9) menjelaskan bahwa
seseorang yang berada dalam satu kelompok yang sama cenderung menghasilkan
perubahan dan sikap yang mengarahkan pada keseragaman dalam group. Dalam
hal ini Festinger menegaskan bahwa seseorang cenderung menyesuaikan
prilakunya berdasarkan nilai-nilai yang diterima oleh kelompok masyarakat
disekitarnya.
Kondisi yang digambarkan Festinger tersebut hanya terjadi pada masyarakat
yang homogen dan cenderung tertutup. Masyarakat cenderung mengkonsumsi
jenis informasi yang sesuai dengan nilai-nilai yang disepakati dalam kelompok
tersebut. Informasi yang beredar ditingkat masyarakat tersebut saling mendukung
satu sama lain dan sangat jarang sekali muncul bantahan terhadap informasi yang
dianggap
sesuai
dengan
nilai-nilai
yang
disepakati.
Keadaan
tersebut
mengakibatkan sulitnya terjadi perubahan pandangan politik.
Keadaan tersebut tidak dapat disamakan ketika kelompok masyarakat
bersifat terbuka dan heterogen. Kondisi tersebut sangat memungkinkan terjadinya
perubahan prilaku politik. Mc Phee (dalam Huckfeldt, Johnson dan Sprague 2005,
21) menjelaskan bahwa ketidaksepakatan dalam politik memberi peluang terhadap
perubahan politik. Penjelasan tersebut mengindikasikan
bahwa semakin
heterogen dan terbukanya sebuah komunitas, maka semakin besar perubahan
prilaku individu yang ada dalam kelompok tersebut.
4
Dari beragam penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa prilaku politik
seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya. Munroe (2002,
25) menjelaskan bahwa prilaku politik seseorang dipengaruhi oleh beberapa
lapisan. Pada lapisan pertama terdiri dari dua agen yaitu keluarga dan teman.
Selanjutnya, pada lapisan kedua terdiri dari tiga agen yaitu lembaga pendidikan,
lembaga keagamaan, media massa, partai politik.
E.2. Partisipasi Politik dan Partisipasi Memilih dalam Pemilu
Rosanvallon (2008, 20) menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam
pemilihan telah memenuhi seluruh dimensi demokrasi, yaitu ekspresi,
keterlibatan, dan intervensi. Dalam pemilihan umum, masyarakat bersepakat
melalui pemungutan suara untuk mencapai keinginan bersama, dan keinginan
tersebut terpenuhi oleh suara terbanyak. Jika penyelenggaraan pemilu berlangsung
sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat, maka tidak akan muncul
alternatif lain dalam melakukan partisipasi politik selain menggunakan jalur-jalur
yang telah disediakan oleh negara.
Dalam pemilihan umum, Masyarakat cenderung memilih partai yang
reliabel, artinya partai yang dianggap dapat mengusung kepentingan masyarakat
dan prilaku partai dapat diprediksi dalam mengusung isu tertentu (Stokes 2004, 78). Permasalahannya, sikap partai yang cenderung mengalami perubahan akibat
kepentingan tertentu mengakibatkan sulitnya menentukan partai yang reliabel.
Perubahan yang terjadi ditingkat elit politik mendorong terjadinya perubahan
ditingkat masyarakat. Perubahan sosial berkontribusi dalam meningkatkan
kecurigaan satu sama lain ditingkat masyarakat (Rosanvallon 2008, 10-11).
5
Kecurigaan interpersonal, dipertegas oleh Rosanvallon, juga dipengaruhi oleh
rendahnya kepercayaan terhadap pemerintah. Kondisi ini mengakibatkan
rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap manfaat saluran partisipasi yang
telah disediakan oleh pemerintah, termasuklah pemilu.
Menurunnya partisipasi pemilih menunjukkan adanya ketidak percayaan
masyarakat terhadap institusi-institusi politik. Pemilu yang telah dilaksanakan
tidak menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Namun,
menurunnya partisipasi pemilih bukan menunjukkan bahwa masyarakat memiliki
sikap apatis terhadap politik, ketika disisi lain masyarakat menggunakan cara-cara
yang unkonvensional dalam berpartisipasi (Rosanvallon 2008, 19).
Fenomena munculnya banyak kelompok masyarakat sipil yang terorganisir
membantah bahwa rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum
mengindikasikan ketidakdewasaan berpolitik, ataupun rendahnya pemahaman
terhadap politik.
Rosanvalon (2008, 19) menjelaskan bahwa terjadi perubahan bentuk dalam
kepedulian terhadap politik. Masyarakat memiliki cara-cara unkonvesional yang
menunjukkan tingkat partisipasi politik cukup tinggi disaat partisipasi memilih
mengalami penurunan. Dalam hal ini, Munroe (2002, 4) membagi partisipasi
politik menjadi dua, yaitu partisipasi politik konvensional dan unkonvensional.
Dijelaskan oleh Munroe bahwa partisipasi politik konvensional terjadi ketika
masyarakat melakukan rutinitas dan kebiasaan dalam sistem politik sebuah
negara. Masyarakat menggunakan saluran yang sudah disediakan oleh negara
dalam berpartisipasi. Sedangkan yang dimaksud dengan partisipasi politik
6
unkonvensional terjadi ketika masyarakat secara mandiri menggunakan cara-cara
yang dinilainya efektif dan tidak mengandalkan jalur yang disediakan pemerintah.
Beranjak dari definisi yang dijelaskan oleh Munroe, partisipasi pemilih
dalam pemilihan umum dapat dikategorikan sebagai partisipasi politik
konvensional. Masyarakat menggunakan jalur yang disediakan negara dalam
memenuhi seluruh dimensi demokrasi sebagaimana halnya yang dijelaskan
Stokes. Permasalahannya, menurut Munroe (2002, 6) partisipasi politik
konvensional dan partisipasi politik unkonvensional berbanding terbalik. Ketika
partisipasi politik konvensional mengalami peningkatan, maka secara otomatis
partisipasi politik unkonvensional mengalami penurunan. Dan kondisi tersebut
berlaku sebaliknya.
F.
Metodologi Penelitian
F.1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi dan memetakan prilaku
masyarakat, sehingga jenis penelitian yang digunakan adalah kwalitatif.
Disamping itu, menurut Snape dan Spencer (2003, 4), bahwa penelitian kwalitatif
memiliki perspektif antara lain mengamati kehidupan sosial sebagai sebuah
proses, bukan kejadian yang statis, dan menyediakan perspektif yang menyeluruh
sesuai dengan konteks penelitian. Beranjak dari pertimbangan tersebut, maka
penelitian yang akan dilakukan berupaya mencapai tujuan sesuai dengan yang
dijelaskan oleh Snape dan Spencer.
7
Mengacu pada tujuan penelitian yang berupaya menjawab prilaku sosial,
prilaku politik, dan partisipasi memilih, maka penelitian ini bersifat explanatory
research. Menurut Ritchie (2003, 28) menjawab permasalahan mengapa sebuah
fenomena terjadi dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi fenomena tersebut.
Ritchie memperjelas bahwa dalam explanatory research dapat mengidentifikasi
input dan output dari sebuah fenomena dan pengaruh terhadap fenomena lainnya
sesuai dengan konteks penelitian.
F.2. Populasi, Sampel, dan Subjek Penelitian
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Pemilih yang menjadi
penduduk Kabupaten Kubu Raya, sedangkan yang dijadikan sampel adalah
masyarakat pada kecamatan yang dianggap dapat mewakili konteks penelitian.
Pemilihan sampel bersifat non-probability sampling mengingat jenis penelitian
bersifat kwalitatif. Dalam pemilihan sampel berbasiskan kriteria, artinya sampel
yang dipilih memiliki karakteristik tertentu yang dianggap dapat menjawab tujuan
penelitian.
Karakteristik sampel berbasiskan pada kelurahan, dan kriteria kelurahan
terpilih adalah:
1.
Satu desa yang berada pada kecamatan di ibukota kabupaten
2.
Satu desa yang berada pada kecamatan diluar kecamatan dari ibukota
kabupaten
Berdasarkan kedua kategori tersebut, terangkum dua titik yang menjadi
sampel, yaitu
Desa Sui Raya Dalam dan Desa Teluk Empening (yang juga
merupakan desa pada kecamatan dengan tingkat partisipasi pemilih terendah
8
dalam tiap kali pemilu 2014). Dari masing-masing sampel tersebut, subjek
penelitian yang dipilih adalah Kepala Desa setempat, Aktivis Lokal, dan
masyarakat yang cenderung apatis dalam aktivitas sosial dan politik ditingkat
lokal.
F.3. Metode Pengumpulan Data
Data akan dikumpulkan melalui tiga cara, yaitu observasi, wawancara
mendalam, dan studi dokumentasi. Observasi akan difokuskan pada rutinitas
masyarakat dalam melakukan aktivitas sosial dan politik pada beberapa tempat
yang dijadikan sampel. Sedangkan wawancara mendalam akan ditujukan pada
masing-masing subjek penelitian.
Studi dokumentasi merupakan pendukung terhadap data-data yang
diperoleh melalui wawancara dan observasi. Studi dokumentasi akan difokuskan
pada dokumen-dokumen yang dimiliki oleh penyelenggara pemilu lokal desa
yang menjelaskan tentang prilaku sosial dan prilaku politik masyarakat setempat.
Disamping itu, studi dokumentasi pun akan dilakukan terhadap dokumendokumen yang telah dipublikasikan oleh media massa setempat terkait dengan
tujuan penelitian pada wilayah-wilayah yang menjadi sampel penelitian.
F.4. Pendekatan/Model Analisis
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah konstruktivisme,
yaitu dengan menampilkan realitas yang terkonstruksi melalui proses pencarian
data (Snape dan Spencer 2003, 12). Data yang diperoleh tidak hanya berasal dari
9
satu sumber dan beranjak dari satu fenomena, namun terkonstruksi berdasarkan
rangkaian peristiwa yang hadir sesuai dengan konteks penelitian. Informasi yang
diterima dari subjek penelitian.
Sedangkan pendekatan dalam melakukan analisa adalah pendekatan induktif
dengan tidak memberlakukan hipotesis sebelum penelitian dilaksanakan. Data
yang diperoleh tidak dikelompokkan secara baku berdasarkan kategori yang telah
ditentukan sebelum penelitian, namun dapat mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan informasi yang diperoleh ketika penelitian
berlangsung.
10
BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A.
Wilayah
Kabupaten Kubu Raya (KKR) merupakan kabupaten pemekaran dari
Kabupaten Pontianak (sekarang kabupaten mempawah) melalui Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu Raya dengan luas
wilayah administratif seluas 6.985,24 Km2 (BPS Kab. Kubu Raya 2014). Secara
geografis, wilayah KKR berada pada posisi 00 13’40,83” sampai dengan 10
00’53,09” Lintang Selatan, dan 1090 02’19,32” Bujur Timur sampai dengan 1090
58’32,16” Bujur Timur.
Secara administratif, wilayah KKR berbatasan dengan Kota Pontianak dan
Kabupaten Mempawah (bagian utara), Kabupaten Ketapang (bagian selatan), Laut
Natuna (bagian barat), dan Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau (bagian
timur). Secara keseluruhan, luas wilayah administratif KKR terbagi dalam 9
kecamatan dengan kecamatan terluas adalah kecamatan Batu Ampar. Untuk lebih
jelas tentang kecamatan dan luas wilayah di KKR, dapat dilihat pada tabel
dibawah:
Tabel 1. Kecamatan dan Luas Kecamatan di KKR
No
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
Batu Ampar
Terentang
Kubu
Teluk Pakedai
Sungai Kakap
Rasau Jaya
Sungai Raya
Ibukota
Kecamatan
Padang Tikar
Terentang
Kubu
Teluk Pakedai
Sungai Kakap
Rasau Jaya
Arang Limbung
11
Luas Kecamatan
(Km2)
2,002.70
786.40
1,211.60
291.90
453.17
111.07
929.30
%
29%
11%
17%
4%
6%
2%
13%
8
9
Sungai
Ambawang
Ambawang
Kuala
Kuala Mandor B
Kuala Mandor
Kabupaten Kubu Raya
726.10
10%
473.00
6,985.24
7%
Sumber: KKR Dalam Angka 2014
B.
Kependudukan
Jumlah populasi di KKR sebanyak 529.320 jiwa dengan rata-rata tingkat
kepadatan penduduk yaitu sebanyak 76 jiwa per Km2 (BPS Kab. Kubu Raya
2014). Untuk lebih jelas tentang distribusi penduduk per kecamatan dapat dilihat
pada tabel dibawah:
Tabel 2. Luas dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan
Luas
No
Kecamatan
Km2
1
Batu Ampar
2,002.70
2
Terentang
786.4
3
Kubu
1,211.60
4
Teluk Pakedai
291.9
5
Sungai Kakap
453.17
6
Rasau Jaya
111.07
7
Sungai Raya
929.3
8
Sungai Ambawang
726.1
9
Kuala Mandor B
473
Sumber: KKR Dalam Angka 2014
Penduduk
%
Jumlah
%
29%
11%
17%
4%
6%
2%
13%
10%
7%
34,554
10,720
37,434
19,549
108,939
25,123
198,885
69,554
24,572
7%
2%
7%
4%
21%
5%
38%
13%
5%
Kepadatan
Penduduk
(per km2)
17
14
31
67
240
226
214
96
52
Jika melihat tabel 2 diatas, dapat terlihat bahwa kecamatan yang memiliki
tingkat kepadatan tertinggi berada dikecamatan Kecamatan Sui Kakap yaitu
sebanyak 240 jiwa per Km2, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah
berada di kecamatan Terentang yaitu sebanyak 14 jiwa per Km2. Meskipun
kecamatan dengan tingkat populasi tertinggi berada di Kecamatan Sungai Raya,
namun luas wilayah yang ada pada kecamatan Sungai Kakap mengakibatkan
wilayah tersebut memiliki kepadatan tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya.
12
Sedangkan kecamatan dengan tingkat populasi terendah, yaitu hanya sebanyak
4% dari total populasi di KKR yaitu berada di Kecamatan Terentang.
Sedangkan rasio jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan di KKR,
jumlah masyarakat berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah masyarakat perempuan dengan rasio 51:49 antara laki-laki dan perempuan.
Untuk lebih jelas tentang rasio penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel 3 dibawah.
Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin per Kecamatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jenis Kelamin
L
P
Total
Batu Ampar
17,625
16,929
34,554
Terentang
5,605
5,115
10,720
Kubu
18,899
18,535
37,434
Teluk Pakedai
9,960
9,589
19,549
Sungai Kakap
54,767
54,172
108,939
Rasau Jaya
12,666
12,457
25,123
Sungai Raya
100,922
97,963
198,885
Sungai Ambawang
35,699
33,845
69,554
Kuala Mandor B
12,447
12,125
24,572
TOTAL
268,590
260,730
529,330
Sumber: KKR Dalam Angka 2014
Rasio
Kecamatan
L
51
52
50
51
50
50
51
51
51
P
49
48
50
49
50
50
49
49
49
50
51
Seperti yang terlihat pada tabel 3 diatas, hanya tiga kecamatan yang
memiliki rasio berimbang antara laki-laki dan perempuan, yaitu kecamatan Teluk
Pakedai, kecamatan Kubu, dan kecamatan Rasau Jaya. Selebihnya, jumlah lakilaki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan.
Untuk jumlah rumah tangga per kecamatan, Kecamatan Sungai Raya
merupakan kecamatan dengan jumlah rumah tangga terbanyak, yaitu sebesar
45.595 atau sebesar 37% dari seluruh jumlah rumah tangga di KKR. Sedangkan
kecamatan Terentang merupakan kecamatan dengan jumlah rumah tangga
terkecil, yaitu sebanyak 2,831 atau sebesar 2% dari total jumlah rumah tangga di
13
KKR. Tingkat jumlah rumah tangga di KKR berbanding lurus dengan tingkat
kepadatan penduduk. Untuk lebih jelas terhadap jumlah rumah tangga per
kecamatan, dapat dilihat pada tabel 4 dibawah.
Tabel 4. Jumlah rumah tangga per kecamatan dan rata-rata anggota rumah tangga
No
Kecamatan
Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Batu Ampar
8,187
Terentang
2,831
Kubu
8,757
Teluk Pakedai
4,386
Sungai Kakap
24,809
Rasau Jaya
6,138
Sungai Raya
45,595
Sungai Ambawang
15,355
Kuala Mandor B
5,602
TOTAL
268,590
Sumber: KKR Dalam Angka 2014
C.
Rumah Tangga
Jml Anggota
%
Rata-rata
7%
4
2%
4
7%
4
4%
4
20%
4
5%
4
37%
4
13%
4
5%
4
Pendidikan
Secara keseluruhan, jumlah total sekolah negeri di KKR adalah sebanyak
435 sekolah dengan jumlah terbanyak berada di kecamatan Sungai Raya, yaitu
sebanyak 94 sekolah negeri. Sedangkan untuk kecamatan dengan jumlah sekolah
paling sedikit yaitu berada di kecamatan Rasau Jaya, yaitu sebanyak 27 sekolah,
atau hanya sebesar 6% dari jumlah total sekolah di KKR.
Tabel 5. Jumlah sekolah negeri di KKR
No
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
Batu Ampar
Terentang
Kubu
Teluk Pakedai
Sungai Kakap
Rasau Jaya
Sungai Raya
SD/MI
Negeri
Jml
%
31
10%
20
6%
41
13%
25
8%
49
15%
19
6%
71
22%
SMP/MTS
Negeri
Jml
%
7
8%
6
7%
10
12%
7
8%
14
16%
5
6%
18
21%
14
SMA/SMK
/MA Negeri
Jml
%
3
12%
1
4%
3
12%
1
4%
5
19%
3
12%
5
19%
Total
Jml
41
27
54
33
68
27
94
%
9%
6%
12%
8%
16%
6%
22%
8
9
Sungai
Ambawang
Kuala Mandor B
44
14%
11
13%
3
12%
58
13%
22
7%
7
8%
322
85
Sumber: Data olahan dari KKR Dalam Angka 2014
2
8%
31
435
7%
26
Seperti yang ditampilkan pada tabel 5 diatas, dapat terlihat bahwa jumlah
tingkat sekolah terbanyak di KKR adalah tingkat SD/Sederajat yaitu sebanyak 322
yang tersebar di 9 kecamatan. Sedangkan jumlah tingkat sekolah yang paling
sedikit adalah SMA/Sederajat, yaitu hanya sebanyak 26 sekolah tersebar di 9
kecamatan.
D.
Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014
Pada tahun 2014 lalu, telah diselenggarakan pemilihan umum sebanyak 2
kali, yaitu pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden. Berdasarkan data
yang diperoleh dari KPU KKR, menunjukkan terjadinya penurunan tingkat
partisipasi pemilih dari pemilu legislatif ke pemilu presiden. Data tentang tingkat
partisipasi pemilih pada pemilu legislatif dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 6. Partisipasi Pemilih pada Pemilu Legislatif 2014
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pemilih Terdaftar
KECAMATAN
Sungai Raya
Kuala Mandor
B
Sungai
Ambawang
Terentang
Batu Ampar
Kubu
Rasau Jaya
Teluk Pakedai
Sungai Kakap
JUMLAH
TINGKAT PARTISIPASI
Penggunaan Hak Pilih
L
P
Jumlah
L
79,878
79,330
159,208
55,230
69
54,693
69
109,923
69
10,094
9,679
19,773
8,144
81
8,124
84
16,268
82
28,135
26,018
54,153
22,773
81
21,598
83
44,371
82
4,938
13,522
15,234
10,040
7,403
42,172
211,416
4,463
12,411
14,594
9,696
7,163
41,094
204,448
9,401
25,933
29,828
19,736
14,566
83,266
415,864
3,027
9,751
10,886
6,729
5,552
31,045
153,137
61
72
71
67
75
74
72
2,804
9,188
10,951
7,159
5,332
30,936
150,785
63
74
75
74
74
75
74
5,831
18,939
21,837
13,888
10,884
61,981
303,922
62
73
73
70
75
74
73
Sumber: KPU KKR 2014
15
%
P
%
Total
%
Seperti yang ditampilkan pada tabel 6 diatas, bahwa sebanyak 73 persen
dari pemilih yang terdaftar menggunakan hak pilihnya. Kecamatan yang memiliki
tingkat partisipasi pemilih tertinggi, yaitu sebesar 82% berada di kecamatan Kuala
Mandor B dan kecamatan Sui Ambawang. Sedangkan kecamatan yang memiliki
tingkat partisipasi terendah adalah di Kecamatan Terentang. Disamping itu,
berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 6 diataspun menunjukkan, bahwa
perempuan
merupakan
pemilih
dengan
tingkat
partisipasi
yang
tinggi
dibandingkan dengan laki-laki, kecuali di kecamatan Teluk Pakedai.
Selanjutnya, terjadi penurunan partisipasi pemilih pada pemilu presiden
2014. Dari tingkat partisipasi sebelumnya pada pemilu legislatif sebesar 73%
menjadi 66% dari jumlah pemilih yang terdaftar di Kab. Kubu Raya.
Tabel 7. Partisipasi Pemilih pada Pemilu Presiden 2014
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pemilih Terdaftar
KECAMATAN
Sungai Raya
Kuala Mandor
B
Sungai
Ambawang
Terentang
Batu Ampar
Kubu
Rasau Jaya
Teluk Pakedai
Sungai Kakap
JUMLAH
TINGKAT PARTISIPASI
Penggunaan Hak Pilih
L
P
Jumlah
L
%
P
%
Total
%
80,960
80,482
161,442
51,242
63
53,678
67
104,920
65
9,928
9,600
19,528
7,394
74
7,211
75
14,605
75
28,047
26,144
54,191
21,417
76
20,403
78
41,820
77
4,876
13,403
15,179
10,013
7,412
42,514
212,332
4,393
12,308
14,516
9,603
7,189
41,476
205,711
9,269
25,711
29,695
19,616
14,601
83,990
418,043
2,760
7,746
9,485
6,455
4,457
26,967
137,923
57
58
62
64
60
63
65
2,656
7,678
9,498
6,991
4,183
27,586
139,884
60
62
65
73
58
67
68
5,416
15,424
18,983
13,446
8,640
54,553
277,807
58
60
64
69
59
65
66
Sumber: KPU KKR 2014
Seperti halnya yang terjadi pada pemilu legislatif, tingkat partisipasi
tertinggi berada di Kecamatan Sungai Ambawang, yaitu sebesar 77% dan yang
terendah berada di Kecamatan Terentang, yaitu sebesar 58%. Secara keseluruhan,
penurunan tingkat partisipasi terjadi disemua kecamatan. Disamping itu, data pada
16
tabel 7 pun menunjukkan bahwa secara umum tingkat partisipasi perempuan lebih
tinggi dibandingkan tingkat partisipasi laki-laki, kecuali di Kecamatan Teluk
Pakedai.
17
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Prilaku Sosial dan Pengaruhnya terhadap Pemahaman dan Prilaku
Politik Masyarakat
A.1. Prilaku Sosial
Secara teoritis, terdapat keterkaitan antara prilaku politik dan prilaku sosial.
Banyak ilmuwan, seperti Munroe (2002, 3), Zuckerman (2005), Festinger (dalam
Zuckerman 2005), Huckfeldt, Johnson dan Sprague (2005). beranggapan bahwa
pemahaman dan tindakan seseorang dalam politik dipengaruhi oleh prilaku sosial.
Beranjak dari anggapan ilmuwan tersebut, maka untuk melihat kecenderungan
prilaku politik masyarakat, maka penting untuk mengidentifikasi prilaku individu.
Untuk melihat prilaku sosial masyarakat yang berpotensi mempengaruhi
pemahaman dan prilaku politik masyarakat, dilihat dari interaksi dengan keluarga,
lingkungan kerja, masyarakat disekitar individu.
A.1.1. Interaksi di Keluarga
Keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi prilaku sosial
seseorang
(Munroe
2002,
25).
Anggapan
tersebut
muncul
dengan
mempertimbangkan kecenderungan waktu dan aktivitas terbanyak seseorang,
secara umum, dilakukan dirumah. Sehingga wajar jika Stoker dan Jennings (2005,
51) beranggapan bahwa seseorang merupakan cerminan dari keluarganya.
Beranjak dari pemikiran tersebut, maka prilaku sosial seseorang dalam keluarga
menjadi penting untuk menjadi kajian dalam melihat prilaku politik dan
kecenderungan memilih seseorang dalam pemilu. Secara umum, dalam keluarga
inti memiliki kedua orang tua dan anak. Keberadaan masing-masing pelaku dalam
18
keluarga dapat saling mempengaruhi satu sama lain, maupun dipengaruhi oleh
segala perangkat yang tersedia dalam rumah tangga (termasuk teknologi
informasi).
Berdasarkan data yang diperoleh, interaksi yang berlangsung dalam
keluarga menunjukkan bahwa interaksi tersering adalah bersama dengan pasangan
ataupun dengan anak yang telah dewasa. Pemilihan lawan bicara didalam keluarga
informan sangat tergantung dengan intensitas tatap muka. Meskipun pelaku
didalam rumah tangga sangat terbatas, namun sangat memungkinkan interaksi
tidak terjadi antar pelaku mengingat banyaknya komponen lain yang berpotensi
mengganggu komunikasi antar pelaku. Semisal kesibukan individual (baik dalam
konteks mencari nafkah, hobi, dan lain sebagainya), ataupun gangguan dari pihak
luar yang masuk (semisal tamu baik teman ataupun keluarga).
Disamping itu, intensitas interaksi antar pelaku dalam rumah tangga
bergantung
pula
dengan
perspektif
pelaku
terhadap
lawan
bicara.
Kemampuan/kompetensi dalam menyikapi isu tertentu dari lawan bicara dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membangun komunikasi. Beberapa
informan mengaku tidak berbagi semua informasi yang diperoleh dari luar ke
pasangan ataupun pihak lain dalam rumah tangga. Keinginan untuk berbagi
informasi dan tidak berbagi dapat disengaja maupun tidak disengaja (ataupun
terlupakan). Biasanya, informasi yang ingin dibagi dengan orang tertentu dalam
rumah tangga bergantung dari anggapan individu bersangkutan bahwa informasi
tersebut cukup penting untuk dibagi.
19
Keinginan berbagi ataupun tidak berbagi informasi yang disengaja dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan rasa aman dan nyaman, baik secara
individual bagi komunikator maupun secara kolektif (pihak komunikator dan
komunikan, ataupun melibatkan pihak lain dalam keluarga).
Ketika rasa aman dan nyaman telah dimiliki untuk berbagi informasi,
meskipun tidak selalu menghasilkan solusi, namun banyak individu beranggapan
bahwa hal tersebut dirasa perlu dan penting untuk dibicarakan. Hal-hal yang dapat
dipastikan untuk dibagi biasanya hal-hal yang tidak sering terjadi, ataupun
dianggap luar biasa untuk keadaan tertentu bagi informan. Meskipun terkadang,
banyak pula komunikasi yang dibangun tanpa kepentingan ataupun tujuan tertentu
untuk mempengaruhi lawan bicara.
Namun, terdapat pula informasi-informasi yang dengan sengaja tidak
dibangun dengan pihak lain dalam keluarga, seperti teknis pekerjaan, lawan bicara
dan tema komunikasi semasa diluar rumah, dan banyak hal lainnya. Informan
beranggapan bahwa tidak semua informasi yang dimiliki dapat dibagi dengan
banyak alasan.
Dari sekian banyak alasan yang dipaparkan, secara umum terdapat tiga hal
mendasar, yaitu (1) pemahaman lawan bicara (komunikan) terhadap tema
komunikasi yang akan dibangun, (2) resiko yang muncul ketika informasi tersebut
dibagi, dan (3) kadar kepentingan informasi tersebut bagi keluarga. Informan
tidak akan berbagi informasi dengan individu lain dalam rumah tangga untuk
teknis pekerjaan, dengan anggapan bahwa tidak ada lawan bicara didalam rumah
yang dianggap dapat memahami secara menyeluruh tentang tema yang akan
20
dibangun. Namun, hal-hal lain terkait masalah pekerjaan (selain teknis pekerjaan)
dapat dibagi dengan anggapan pihak lain dalam rumah tangga dapat memahami,
ataupun informan dapat menjelaskan topik yang akan dibangun dengan cara yang
sangat sederhana. Disamping pemahaman terhadap tema yang akan dibangun, rasa
aman dan nyaman untuk berbagi juga mempengaruhi seseorang untuk berbagi
informasi. Meskipun pelaku lain dalam rumah tangga, merupakan agen terdekat,
namun tidak semua informasi yang dibagi akan memberikan rasa aman dan
nyaman. Seseorang cenderung akan memilih pihak lain (bahkan diluar rumah
tangga) dalam berbagi informasi tertentu ataupun menyimpan informasi tersebut
sendiri dengan tidak berbagi dengan pihak manapun.
Meskipun demikian, dalam rumah tangga, informan mengakui bahwa waktu
terbanyak yang digunakan dimanfaatkan adalah berinteraksi dengan pelaku lain
dalam rumah tangga, terlepas bahwa komunikasi yang dibangun secara disengaja
ataupun berlangsung secara alamiah. Aktivitas individual, semisal menonton TV,
mengerjakan hal-hal lain yang dianggap mengganggu interaksi, sangat terbatas.
Dengan relatif banyaknya waktu yang diluangkan dalam berkomunikasi,
terjadi proses saling mempengaruhi, meskipun seringkali proses saling
mempengaruhi tersebut muncul tanpa disadari. Terjadi kecenderungan untuk
sepakat dalam nilai-nilai tertentu, seperti halnya prilaku pihak lain, keputusan
dalam memilih, dan banyak hal lainnya, melalui interaksi yang dibangun.
Meskipun diakui oleh informan, bahwa ketidaksepakatan pernah mengakibatkan
perselisihan.
Kecenderungan
untuk
sepakat
terhadap
nilai-nilai
tertentu
diakibatkan rasa percaya dan kecocokan satu sama lain. Masing-masing pihak
21
dalam rumah tangga meyakini bahwa pihak lawan bicara merupakan sumber yang
dapat dipercaya untuk hal-hal tertentu. Kondisi ini persis yang dijelaskan oleh
Stoker dan Jennings (2005, 53) bahwa kecenderungan banyaknya kesamaan
dalam nilai-nilai tertentu pada pasangan suami istri diakibatkan oleh banyaknya
pengalaman yang dibagi satu sama lain, hidup dalam lingkungan yang sama, dan
cenderung menggunakan saluran dan sumber yang sama dalam memperoleh
informasi.
Untuk melihat pola interaksi yang terjadi didalam keluarga, dapat dilihat
pada diagram dibawah.
22
Skema 1. Pola Interaksi Individu dalam Keluarga
Seperti yang terlihat pada skema 1 diatas, dapat terlihat bagaimana satu
sama lain dapat saling mempengaruhi dan cenderung memiliki pilihan yang sama
dalam pengambilan keputusan. Seberapa besar pengaruh yang dapat dikirimkan
satu sama lain, dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain yaitu seberapa
sering komunikasi yang terjadi, dan pihak mana yang lebih mendominasi. Nilainilai yang disepakati dapat menjadi nilai-nilai baru hasil peleburan dua nilai yang
dimiliki oleh antar pelaku, dan dapat juga nilai-nilai lama yang dimiliki oleh pihak
dominan dalam interaksi tersebut.
23
A.1.2. Interaksi dengan Lingkungan
Disamping keluarga, agen yang dianggap turut mempengaruhi prilaku
politik seseorang adalah masyarakat yang berada disekitar individu (Munroe
2002, 25). Hasil studi Festinger (dalam Zuckerman 2005, 9) menjelaskan bahwa
seseorang yang berada dalam satu kelompok yang sama cenderung menghasilkan
perubahan dan sikap yang mengarahkan pada keseragaman dalam kelompok.
Kesamaan yang ada pada kelompok tertentu dapat berbentuk kesamaan identitas
dan juga kesamaan pandangan/nilai-nilai.
Dalam hal ini Festinger menegaskan bahwa seseorang cenderung
menyesuaikan prilakunya berdasarkan nilai-nilai yang diterima oleh kelompok
masyarakat disekitarnya. Jika mengacu pada hasil studi Festinger, lokasi sampel
dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori, yaitu (1) desa pada
kecamatan di ibukota Kabupaten, yang juga berbatasan dengan wilayah Kota
Pontianak, dan (2) desa pada kecamatan diluar wilayah ibukota kabupaten. Untuk
desa yang berada pada kecamatan di ibukota kabupaten, dipilih Desa Sui Raya
Dalam yang berbatasan dengan Kota Pontianak. Kondisi geografis desa berpotensi
terhadap terbukanya peluang informasi yang masuk pada masyarakat di desa
tersebut. Dengan besar ataupun sempitnya peluang beragam informasi yang
masuk, maka akan mempengaruhi peluang perubahan prilaku politik pada
masyarakat. Pertimbangan yang sama juga dilakukan pada desa terpilih diluar
kecamatan ibukota kabupaten. Disamping berada diluar kecamatan ibukota, desa
Teluk Empening pun berada pada kecamatan dengan tingkat partisipasi pemilih
terendah.
24
Terjadi perbedaan karakteristik pada dua lokasi yang berbeda perihal
prilaku sosial individu dilingkungan sekitar. Berdasarkan data yang diperoleh,
individu yang berada pada Desa Sui Raya Dalam cenderung membatasi diri dalam
membangun interaksi dilingkungan sekitar tempat tinggal.
Beberapa hal yang dianggap mengakibatkan terbatasnya interaksi sosial
pada masyarakat di Sui Raya Dalam diakibatkan oleh:
1) Rendahnya peluang melakukan interaksi.
Dikarenakan secara geografis desa Sui Raya Dalam berbatasan dengan
wilayah Kota Pontianak, serta banyak waktu yang dimanfaatkan di Kota
Pontianak, maka karakteristik yang dimiliki menyerupai dengan masyarakat
diwilayah Kota Pontianak. Berdasarkan data yang diperoleh, teridentifikasi
adanya keterbatasan individu (waktu, tenaga, kondisi lingkungan) untuk
melakukan interaksi dilingkungan sekitar tempat tinggal. Waktu terbanyak
yang dimiliki oleh individu adalah berada ditempat kerja dan berada di rumah.
Keterbatasan tersebut diluar kendali individu dan berlangsung rutin. Waktu
dan beban kerja yang dimiliki mengkondisikan individu untuk membatasi
interaksi yang berlangsung.
Disamping itu, kondisi lingkungan pun mendukung keterbatasan dengan
berprilaku sama dengan yang dilakukan oleh informan. Jika terjadi interaksi,
maka berlangsung cenderung tanpa perencanaan dan bersifat kebetulan.
Akibatnya, waktu yang diluangkan untuk melakukan interaksi pun sangat
terbatas dan relatif sedikit. Sangat jarang waktu yang digunakan untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitar lebih dari 30 menit.
25
2) Rendahnya keinginan untuk melakukan interaksi.
Meskipun terdapat keterbatasan dalam melakukan interaksi, namun peluang
untuk
membangun
komunikasi
sebenarnya
dapat
diciptakan.
Permasalahannya, individu bersangkutan tidak memanfaatkan peluang
tersebut. Selain bersama dengan anggota keluarga lainnya didalam rumah,
komunikasi sehari-hari dilakukan pada lingkungan tempat kerja. Meskipun,
jika dibandingkan, keberadaan interaksi ditempat kerja tidak se intensif seperti
halnya dengan komunikasi di dalam rumah tangga.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pilihan untuk melakukan interaksi
dikarenakan rasa aman
dan nyaman dalam berkomunikasi. Diakibatkan
pilihan tersebut, maka individu cenderung selektif dalam memilih lawan
bicara. Meskipun membangun komunikasi merupakan pilihan utama bagi
informan ketika berada didalam rumah, namun komunikasi dapat dibangun
atas kesediaan pihak komunikan. Permasalahannya, diakibatkan selektifnya
dalam memilih lawan bicara, informan lebih memilih untuk menunda
komunikasi jika seandainya komunikan tidak bersedia melakukan interaksi.
Informan tidak berupaya mencari komunikan pengganti. Fenomena tersebut
mengindikasikan bahwa adanya tingkat kebutuhan untuk berkomunikasi yang
rendah.
3) Lingkungan yang heterogen
Lingkungan tempat tinggal cenderung dihuni oleh banyak orang dengan
identitas yang beragam, seperti etnis, agama, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Keberagaman yang relatif tinggi tersebut berakibat pada beragamnya nilai dan
26
karakteristik individu. Untuk membangun komunikasi
yang intensif
membutuhkan proses yang cukup lama dan kompleks. Setidaknya, salah satu
harus dapat menerima nilai-nilai yang ada pada
pihak lain terhadap hal
tertentu agar komunikasi intensif dapat terbangun. Permasalahannya, tidak
semua individu dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai pihak lain dan
cenderung mempertahankan nilai-nilai yang diyakininya benar. Sehingga,
“menghargai privasi pihak lain” dianggap sebagai hal yang positif dan penting
untuk dipertahankan. Prinsip menghargai privasi mendorong seseorang untuk
membatasi interaksi dengan harapan privasi kehidupan dirinya pun tidak
terganggu oleh pihak lain.
Skema 2. Prilaku Sosial Kelompok Individu di Sei Raya Dalam terhadap Lingkungan Sekitar
Fenomena yang ditunjukkan oleh informan di Desa Sei Raya Dalam
berbeda dengan individu yang berada di Desa Teluk Empening. Berdasarkan data
yang diperoleh mengindikasikan bahwa adanya keinginan untuk membangun
komunikasi dengan lingkungan sekitar. Meskipun pemanfaatan waktu terbanyak
27
perhari tetap berada didalam rumah tangga dan ditempat kerja, namun kebutuhan
untuk bersilahturahmi dengan sengaja dibangun oleh informan. Keinginan untuk
membangun interaksi ditunjukkan melalui waktu yang relatif lama (1-2 jam)
dihabiskan dengan pihak tertentu, dan kunjungan tidak hanya berdasarkan
keinginan/kepentingan tertentu, namun lebih dikarenakan rasa nyaman untuk
membangun komunikasi dengan pihak tertentu.
Keadaan untuk mendukung terjadinya interaksi yang ada pada kelompok
individu di Desa Teluk Empening dipengaruhi oleh homogennya karakteristik
masyarakat desa. Kondisi pemukiman masyarakat di Desa Teluk Empening
berkelompok yang dipisahkan oleh dusun. Masing-masing dusun dihuni oleh
kelompok etnis tertentu dan berbeda dengan kelompok etnis pada dusun yang
berbeda. Homogenitas yang terjadi di desa tersebut mengakibatkan terdapatnya
kesepahaman terhadap nilai-nilai tertentu yang dikonstruksikan oleh banyak hal,
semisal budaya, sumber informasi, jaringan luar desa, dan banyak hal lainnya.
Homogenitas pada masing-masing dusun tersebut mendorong individu pada
kelompok tertentu percaya, aman, dan nyaman dalam membangun interaksi
dengan individu lain dikelompoknya. Meskipun demikian, tingkat intensitas
dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya dalam kelompok yang sama
tentunya cukup beragam. Namun setidaknya, berdasarkan data yang diperoleh,
masing-masing informan mengakui bahwa terjadi kecenderungan untuk
bersilahturahmi ke kediaman pihak lain disekitar tempat tinggal, ataupun
sebaliknya pihak lain yang mengunjungi kediamannya.
28
Meskipun terjadi pengelompokkan masyarakat berdasarkan etnis, tidak
berarti bahwa terjadi kesenjangan antar dusun. Nilai-nilai dari agama Islam yang
dipercaya oleh semua dusun turut mempengaruhi pola interaksi antar warga,
sehingga kesepahaman terhadap ide-ide tertentu dapat terbangun. Meskipun pada
beberapa hal tidak dapat dipaksakan untuk sama terkait dengan nilai-nilai yang
terkandung pada adat istiadat masing-masing.
Homogenitas pun terjadi pada mata pencaharian utama di desa tersebut.
Mayoritas masyarakat memiliki profesi sebagai petani/pekebun mengkondisikan
masing-masing individu cenderung memiliki pola yang sama. Meskipun pada saat
melakukan pekerjaan cenderung tidak berinteraksi dikarenakan kecenderungan
pekerjaan dilakukan sendirian, namun kemiripan pola kerja antar individu
memungkinkan mereka memiliki waktu yang sama untuk kerja, istirahat, pulang,
dan permasalahan yang sama. Keadaan tersebut mendorong banyak individu
untuk berbagi informasi tentang masalah tertentu dengan pihak terdekat.
29
Skema 3. Prilaku Sosial Kelompok Individu di Teluk. Empening terhadap Lingkungan Sekitar
Perbedaan karakteristik individu pada dua desa tersebut dapat dilihat pada
tabel dibawah:
Tabel 8. Perbedaan Karakteristik Individu di Desa Teluk Empening dan Desa Sui Raya Dalam
No
1
Karakteristik
Etnis
Tl.
Empening
Keterangan
Homogen
Pengelompokkan
individu berdasarkan
etnis dipisahkan oleh
3 dusun berbeda
2
Jarak Antar
Rumah
Berjarak
Bangunan tempat
tinggal berjarak
sekitar 1-2 meter
dengan bangunan
pihak lain (tetangga)
dan berkelompok
3
Kondisi rumah
Tidak
berpagar
-
4
Aksesibilitas
terhadap
informasi
Terbatas
5
Pekerjaan
Individual
6
Waktu
Terbanyak
Dirumah dan
tempat kerja
Jangkauan dan
pilihan terhadap
media massa dan
akses internet yang
terbatas
Bertani dan Beternak
yang dilakukan
sendiri tanpa adanya
pihak lain
Memilih untuk
berkomunikasi
dengan anggota
keluarga (dewasa)
30
Sui Raya
Dalam
Keterangan
Heterogen
Berbatasan dengan kota pontianak.
Banyak individu, selain berada
dirumah, menghabiskan waktu di
Kota Pontianak perhari, peluang
masuknya informasi lebih cepat
dan lebih banyak (jaringan internet,
media cetak, dll)
Berdempetan
Jika dibandingkan antara berjarak
dan tidak berjarak antar bangunan
tempat tinggal, dilokasi cenderung
tidak ada jarak (berdempetan) antar
bangunan tempat tinggal.
Berpagar
-
Luas
Jangkauan media massa dan akses
internet yang lebih lengkap dan
beragam
Berkelompok
Karyawan, terdapat pihak lain
ditempat kerja, dan beban
pekerjaan membutuhkan
keterlibatan pihak lain dikantor.
Dirumah dan
tempat kerja
Memilih untuk berkomunikasi
dengan anggota keluarga (dewasa)
No
Karakteristik
7
Kebutuhan
Interaksi dengan
lingkungan
sekitar
8
Inisiatif
melakukan
interaksi
Tl.
Empening
Keterangan
Muncul
Memiliki teman
akrab disekitar
tempat tinggal
Diri sendiri
Tingkat silahturahmi
ke kediaman pihak
lain dilingkungan
sekitar cukup sering.
Meskipun tidak
selalu dilakukan tiap
hari
Sui Raya
Dalam
Keterangan
Tidak Muncul
Tidak memiliki teman akrab
disekitar tempat tinggal
Pihak Lain
Tidak memiliki keinginan untuk
mengunjungi pihak lain
dilingkungan sekitar tempat
tinggal, kecuali untuk keadaan
mendesak dan harus diselesaikan
(cth. menyebarkan undangan, rapat
RT, dll)
Seperti yang ditampilkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa
sesungguhnya kelompok individu di Desa Sui Raya Dalam lebih diuntungkan oleh
lingkungan untuk melakukan interaksi sosial, jika dibandingkan dengan kelompok
individu di Desa Teluk Empening. Jarak antar rumah dan karakteristik pekerjaan
yang dimiliki, mendorong seseorang untuk bersikap lebih terbuka dengan individu
lainnya disekitar tempat tinggal. Dengan jarak antar rumah yang cenderung sangat
berdekatan (bahkan berdempetan) setidaknya mempermudah dalam melakukan
komunikasi satu sama lain.
Permasalahannya, kondisi tersebut tidak terjadi sebagaimana halnya yang
ada pada Desa Teluk Empening. Faktor utama yang mempengaruhi perbedaan
prilaku sosial tersebut diakibatkan oleh homogen dan heterogennya lingkungan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kondisi desa Teluk Empening
yang cenderung homogen dapat memberikan rasa aman dan nyaman dalam
melakukan interaksi antar individu. Homogenitas yang terjadi mendorong
kelompok individu cenderung untuk berbagi informasi dikarenakan kesepahaman
terhadap nilai-nilai tertentu dan cenderung memiliki permasalahan yang sama.
31
Berbeda halnya dengan Desa Sui Raya Dalam yang heterogen. Lingkungan
tempat tinggal dapat dihuni oleh banyak orang dengan identitas yang berbeda,
seperti pekerjaan, etnis, agama, dan lain sebagainya. Heterogenitas tersebut
mendorong individu untuk membatasi interaksi dikarenakan rasa kurang nyaman
dan aman dalam membangun komunikasi intensif dengan pihak lain.
Kekhawatiran interaksi yang terbangun dapat mengganggu privasi salah satu
pihak
berakibat pada terbatasnya interaksi. Meskipun demikian, menjaga
hubungan baik satu sama lain tetap dibangun. Kebutuhan melakukan interaksi
terjadi hanya pada hal-hal yang dianggap penting dan berlangsung pada momen
tertentu, seperti hari besar keagamaan, gotong royong, rapat RT, yang tidak
semuanya merata pada tiap individu dilingkungan yang sama. Artinya interaksi
antar hanya terjadi pada pihak-pihak tertentu.
A.2. Pengaruh Prilaku Sosial terhadap Pemahaman dan Prilaku Politik
Munroe (2002, 3) mendefinisikan prilaku politik sebagai segala tindakan
yang terkait dengan kekuasaan pada umumnya, ataupun pemerintahan pada
khususnya. Mengacu pada definisi tersebut, maka prilaku politik dapat berwujud
pada banyak bentuk, meskipun prilaku tersebut tidak selalu bersifat tangible
melalui tindakan. Prilaku politik dapat berupa tindakan ataupun tidak berbentuk
tindakan sama sekali. Dalam memahami prilaku politik masyarakat, maka perlu
untuk memahami budaya politik masyarakat. Yang dimaksud dengan budaya
politik yaitu seperangkat nilai, ide, ataupun gagasan yang dimiliki seseorang
terkait dengan kekuasaan ataupun pemerintahan (Munroe 2002, 8). Beranjak dari
pemahaman tersebut maka perlu untuk memahami pemahaman politik kelompok
32
masyarakat yang terangkum dalam budaya politik masyarakat. Terlebih ketika
keberadaan politik, yang memiliki keterkaitan erat dengan kekuasaan, tidak dapat
terlepas dari kehidupan sehari-hari tiap individu (Aristotle 1973, 6). Untuk
melihat seperangkat nilai, ide, ataupun gagasan tentang politik dilakukan dengan
mengidentifikasi kepekaan masyarakat terhadap politik, dorongan dalam
melakukan ataupun tidak melakukan tindakan, dan pemahaman dan tindakan
dalam memenuhi hak dan kewajiban.
Mengacu pada prilaku sosial pada bagian sebelumnya, teridentifikasi dua
karakteristik yang berbeda antara dua lokasi yang dijadikan sampel. Tingkat
heterogenitas dan homogenitas masyarakat mempengaruhi pola prilaku sosial
individu. Diakibatkan pola pada prilaku sosial yang berbeda, maka untuk
mempermudah proses analisis, relasi antara prilaku sosial dan pemahaman dan
prilaku politik dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan yang heterogen dan
lingkungan yang homogen, yang diwakili oleh dua sampel desa tersebut.
A.2.1. Prilaku Politik dalam Lingkungan yang Heterogen
Seperti yang telah dipaparkan pada bagian A.1.2, Desa Sui Raya Dalam
memiliki kecenderungan sebagai desa yang heterogen. Artinya dalam satu
lingkungan tempat tinggal dapat dihuni oleh sekelompok orang dengan identitas
yang berbeda. Heterogenitas tersebut mendorong individu untuk membatasi
interaksi.
Namun, cenderung terbatasnya interaksi dengan lingkungan sekitar tidak
mengakibatkan kelompok individu tersebut tidak memahami dan sadar terhadap
hak-hak politik. Kelompok individu di Sui Raya Dalam, setidaknya memahami
33
hak-hak politik yang seharusnya dapat diperoleh dan siapa ataupun apa yang
seharusnya memenuhi hak-hak politik tersebut.
Pemahaman yang dimiliki oleh kelompok individu dalam lingkungan yang
heterogen bukan diakibatkan oleh informasi yang dibagi bersama dengan pihak
lain melalui interaksi sosial secara langsung, namun lebih diakibatkan luasnya
akses informasi yang tersedia. Kelompok individu di Sei Raya Dalam memiliki
keuntungan geografis dalam memperoleh banyak informasi yang dibutuhkan.
Lokasi yang berbatasan langsung dengan Kota Pontianak mendukung tersedianya
banyak pilihan untuk memperoleh bentuk dan jenis informasi. Meskipun tidak
semua beragam informasi dapat dimanfaatkan ataupun dengan sengaja diperoleh
dikarenakan kebutuhan dan kepentingan tertentu. Namun, banyaknya pilihan
media massa, dan relatif lengkapnya infrastruktur dasar yang mendukung
teknologi informasi (seperti menara telepon, jaringan kabel dan nirkabel, dan lain
sebagainya) mempermudah banyak individu untuk menyerap beragam informasi.
Keadaan tersebut didorong pula dengan karakteristik individu yang
membatasi interaksi sosial secara langsung. Berdasarkan data yang diperoleh,
kelompok individu di Sei Raya Dalam cenderung menghabiskan waktu didalam
rumah tangganya masing-masing, selain ditempat kerja. Disamping melakukan
komunikasi dengan anggota keluarga yang lain, aktivitas yang diisi adalah
berinteraksi dengan teknologi informasi yang tersedia dirumah, seperti televisi,
komputer yang dilengkapi internet, dan telepon seluler. Beragam informasi yang
diperoleh tersebut, sebagian dibagi bersama anggota keluarga lain dan terkadang
dengan pihak lain diluar rumah melalui komunikasi yang dibangun tanpa
34
perencanaan. Meskipun tidak semuanya dibagi dengan pihak lain, namun beragam
informasi yang
masuk mempengaruhi penilaian seseorang terhadap sesuatu.
Dengan banyaknya informasi tersebut, maka dapat mendorong terjadinya
perubahan terhadap pemahanan dan prilaku politik individu.
Dikarenakan sumber informasi terbanyak berasal dari sumber-sumber yang
disediakan oleh teknologi informasi, maka kepekaan terhadap permasalahan yang
terjadi dilingkungan sekitar relatif rendah. Untuk melihat pemahaman dan
kepekaan individu terhadap politik, dapat teridentifikasi melalui dua hal, yaitu (1)
kemampuan mengidentifikasi hak sebagai warga negara dan warga dilingkungan
tempat tinggal, dan (2) kemampuan mengidentifikasi permasalahan yang ada
ditingkat nasional, dan permasalahan yang ada dilingkungan sekitar.
Meskipun dapat mengidentifikasi hak-hak sebagai warga negara, namun
kelompok individu pada Desa Sui Raya Dalam mengalami kesulitan untuk
mengidentifikasi hak-hak sebagai warga dilingkungan tempat tinggal, seperti
halnya memperoleh informasi agenda RT/desa, keterlibatan dalam merumuskan
agenda RT/desa, dan hak-hak lainnya. Sedangkan kemampuan mengidentifikasi
beragam permasalahan, sama halnya dengan kemampuan mengidentifikasi hak
sebagai warga. Kelompok
individu lebih memahami permasalahan yang ada
ditingkat nasional dibandingkan permasalahan lain yang ada dilingkungan sekitar
tempat tinggal.
Permasalahan disekitar tempat tinggal yang teridentifikasi lebih dipengaruhi
oleh pengalaman pribadi maupun pengalaman anggota keluarga yang terhambat
oleh gangguan lingkungan tersebut, semisal jalan, portal, tiang listrik, parit, dan
35
lain sebagainya. Tingkat kepekaan yang dimiliki pun sangat tergantung dengan
seberapa sering individu bersangkutan berinteraksi dengan gangguan yang ada.
Ketika individu tersebut seringkali mengalami gangguan pada jalan bagian depan
gang, maka hal yang pertama kali teridentifikasi adalah jalan tersebut harus
diperbaiki.
Fenomena yang terjadi di Desa Sui Raya Dalam mengindikasikan bahwa
prilaku sosial yang tertutup terhadap lingkungan sekitar, mengkondisikan individu
untuk memanfaatkan sumber informasi yang bersumber dari teknologi informasi
yang tersedia. Beragamnya sumber informasi yang tersedia mendukung semakin
beragamnya pola pikir kelompok individu dalam menafsirkan suatu peristiwa.
Penafsiran dapat secara mentah diterima oleh individu dari sumber informasi
tertentu, ataupun mengalami perubahan setelah informasi tersebut dibagi bersama
pihak lain (terutama pihak didalam rumah tangga).
Permasalahannya, sumber informasi yang disediakan oleh berbagai media
yang tersedia, cenderung menyajikan informasi-informasi ditingkat nasional
dibandingkan permasalahan ditingkat lokal, apalagi permasalahan disekitar tempat
tinggal. Kondisi tersebut mendorong individu untuk lebih peka dalam menyikapi
permasalahan-permasalahan ditingkat nasional. Permasalahan disekitar tempat
tinggal teridentifikasi melalui pengalaman yang dirasakan langsung (terkait
aktivitas keseharian) maupun pengalaman yang dimiliki oleh pihak lain dalam
rumah tangga. Pengaruh prilaku sosial terhadap prilaku politik kelompok individu
di Desa Sui Raya Dalam dapat dilihat pada skema dibawah.
36
Skema 4. Pengaruh Prilaku Sosial terhadap Prilaku Politik di Desa Sui Raya Dalam
A.2.2. Prilaku Politik Lingkungan yang Homogen
Dikarenakan lingkungan disekitar tempat tinggal cenderung homogen
sebagaimana halnya yang dijelaskan pada bagian A.1.2, masyarakat di Desa
Teluk Empening cenderung bersikap terbuka dalam melakukan interaksi sosial
dengan pihak lain yang berada disekitar tempat tinggal. Meskipun berdasarkan
pengakuan informan, bahwa waktu terbanyak tetap diluangkan didalam rumah
dan berinteraksi dengan pihak lain dalam rumah tangga, namun kelompok
37
individu ini tetap menjaga hubungan sosial dengan berinteraksi langsung dengan
pihak lain. Homogenitas yang terjadi mendorong kelompok individu di Desa
Teluk Empening untuk berbagi informasi yang dimiliki karena adanya kebutuhan
dan kesamaan pandangan. Kebutuhan berbagi informasi dengan pihak lain pun
didorong oleh rasa aman dan nyaman ketika berinteraksi. Hal ini diakibatkan oleh
adanya kecocokan dalam berinteraksi yang didukung kesamaan pandangan,
permasalahan, dan kecocokan lainnya.
Keterbukaan dalam melakukan interaksi dilingkungan sekitar tempat tinggal
yang didorong oleh banyaknya kesamaan, mengkondisikan masyarakat setempat
untuk lebih peka terhadap permasalahan disekitarnya dibandingkan dengan isu-isu
ditingkat nasional. Banyaknya kesamaan pada tiap individu dilingkungan
menjadikan topik utama dalam interaksi adalah hal-hal yang menjadi persamaan
tersebut, semisal agama, pekerjaan, dan kondisi sekitar. Interaksi yang
berlangsung dapat dengan disengaja ataupun berlangsung secara kebetulan.
Banyaknya kesamaan yang ada mendorong masyarakat disekitar pun lebih mudah
dalam mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan dapat mengancam
kepentingan bersama.
Permasalahannya pemahaman terhadap hak sebagai warga dilingkungan
tempat tinggal tidak dapat teridentifikasi dengan baik. Sama halnya dengan
prilaku warga dilingkungan yang heterogen, kelompok individu di Desa Teluk
Empening lebih mudah mengidentifikasi hak-haknya sebagai warga negara.
Hal ini diakibatkan oleh masuknya informasi yang diperoleh dari luar.
Meskipun memiliki keterbatasan dalam sumber informasi, namun bukan berarti
38
informasi-informasi dari luar tidak dapat masuk kedalam lingkungan, ataupun
terjadi penolakan masyarakat terhadap informasi dari luar. Pemahaman terhadap
hak-hak warga negara dipengaruhi oleh penetrasi informasi-informasi dari
organisasi masyarakat sipil (NGO) diluar desa yang memiliki agenda dalam
melakukan advokasi terhadap kepentingan masyarakat desa. Interaksi dengan
NGO tertentu berakibat pada meningkatnya pemahaman
masyarakat. Berbeda halnya
hak dan kewajiban
dengan kondisi yang terjadi di Desa Sui Raya
Dalam, meskipun sama-sama memahami hak-hak sebagai warga negara, namun
pemahaman hak-hak sebagai warga negara di Desa Teluk Empening lebih
menginternalisasi, dan beranggapan bahwa hak-hak tersebut harus dapat dipenuhi.
Kelompok individu di teluk empening lebih memahami hak-hak tersebut, dan
resiko terhadap pengabaian hak demi kepentingan bersama, dibandingkan hak-hak
sebagai warga negara yang dipahami kelompok individu di Desa Sui Raya Dalam.
Untuk lebih jelas tentang pengaruh prilaku sosial terhadap prilaku politik
kelompok individu di Desa Teluk Empening, dapat dilihat pada skema dibawah.
39
Skema 5. Pengaruh Prilaku Sosial terhadap Prilaku Politik di Desa Teluk Empening
Secara
sederhana,
perbedaan
prilaku
politik
pada
masing-masing
lingkungan yang berbeda dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 9. Prilaku Politik Kelompok Individu dilingkungan Heterogen dan Homogen
No
Pemahaman dan
Prilaku Politik
Kelompok Heterogen
1
Hak sebagai warga
dilingkungan tempat
tinggal
Tidak dapat
mengidentifikasi dengan
baik
2
Hak sebagai warga
Paham dalam konteks
40
Kelompok Homogen
Tidak dapat
mengidentifikasi dengan
baik, bahkan beberapa hak
dianggap sebagai
kewajiban
Paham dalam konteks lokal
negara
nasional (hubungan
dengan pemerintah secara
umum dan cenderung
normatif)
(hubungan dengan
pemerintah yang terkait
langsung dengan
kepentingan kelompok)
3
Kemampuan
mengidentifikasi
permasalahan
disekitar tempat
tinggal
Mampu mengidentifikasi
berdasarkan pengalaman
Mampu mengidentifikasi
berdasarkan pengalaman
dan interaksi interpersonal
4
Kemampuan
mengidentifikasi
permasalahan
nasional
Mampu mengidentifikasi,
namun dibatasi oleh
kepentingan dan
kenyamanan dalam
memperoleh informasi
tertentu
Mampu mengidentifikasi,
namun dibatasi oleh
kepentingan komunal dan
pilihan sumber informasi
5
Sumber informasi
dalam isu-isu terkait
dengan hak sebagai
warga
Media informasi yang
didukung oleh perangkat
teknologi informasi
Interaksi interpersonal dan
penetrasi informasi dari
NGO
6
Reaksi terhadap
permasalahan
ditingkat lokal
Sebagian membiarkan,
dan sebagian lagi
memperbaiki melalui
pemerintahan setempat
(RT/Desa)
Berinisiatif memperbaiki
sendiri, dan mengajak
pihak lain secara langsung,
maupun melalui
pemerintahan setempat
(RT/Desa)
7
Persepsi terhadap
masalah yang
dirasakan sangat
perlu untuk segera
diatasi
Permasalahan individual
Permasalahan komunal
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel diatas menunjukkan adanya
perbedaan tingkat kesadaran politik. Masyarakat dimasing-masing tempat telah
memiliki kesadaran politik dengan tingkatan yang berbeda. Tingkatan terhadap
pemahaman politik terkait dengan sejauhmana keyakinan yang dimiliki seseorang
terhadap politik berdampak terhadap prilaku politik. Permasalahannya, tidak
semua keyakinan seseorang dapat berwujud dalam sebuah tindakan, ketika
kondisi yang tersedia tidak memungkinkan seseorang untuk bertindak (Munroe
2002, 8). Sehingga untuk melihat seberapa yakin seseorang terhadap gagasan, ide,
41
ataupun keyakinan yang dimiliki dapat dilihat melalui seberapa linear antara
gagasan dan lingkungan untuk mendukung gagasan tersebut. Jika dibandingkan
antara masyarakat desa Sui Raya Dalam dan desa Teluk Empening, maka dapat
disimpulkan bahwa keberadaan masyarakat didesa Teluk Empening memiliki
kesadaran politik yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat melalui gagasan yang
diutarakan dan kemampuan dalam mewujudkan gagasan, serta dukungan
lingkungan yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak sesuai dengan
keyakinan. Berdasarkan data yang diperoleh, kelompok individu di desa Sui Raya
Dalam memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi permasalahan ditingkat
lokal, dan memiliki peluang untuk memperbaiki permasalahan tersebut
berdasarkan sumber daya yang dimiliki. Permasalahannya, hal tersebut tidak
dilaksanakan. Sebagian membiarkan keadaan tersebut dan sebagian lagi
mengandalkan pemerintah setempat untuk bertindak.
Hal berbeda terjadi di desa Teluk Empening. Kemampuan untuk
mengidentifikasi permasalahan ditingkat lokal ditindaklanjuti oleh tindakan yang
dianggap dapat memperbaiki permasalahan yang ditemukan. Jika mengacu pada
kondisi lingkungan dikedua tempat, lingkungan dimasing-masing lokasi
memberikan peluang pada banyak pihak untuk bertindak dalam memperbaiki
keadaan yang ada.
B.
Pengaruh Pemahaman dan Prilaku Politik terhadap Partisipasi
Memilih dalam Pemilu
Salah satu bentuk yang cukup jelas dalam melihat prilaku politik
masyarakat adalah partisipasi pemilih dalam pemilu (Munroe 2002, 3). Dengan
42
menggunakan hak pilih dalam pemilu, masyarakat dapat secara langsung
menentukan siapa yang pantas untuk berkuasa. Permasalahannya, keterlibatan
dalam menentukan kekuasaan tidak selalu dapat diwujudkan melalui pemilihan
dalam pemilu. Dengan tidak memberikan pilihan sekalipun, masyarakat dapat
mempengaruhi kekuasaan. Dengan tidak terlibat dalam pemilihan bukan berarti
masyarakat tidak melakukan aktivitas politik. Dalam hal ini, Munroe (2002, 4)
membagi partisipasi politik menjadi dua, yaitu konvensional dan unkonvensional.
Antara partisipasi konvensional dan unkonvensional cenderung berbanding
terbalik, artinya ketika partisipasi konvensional meningkat maka secara otomatis
partisipasi politik unkonvensional menurun, dan keadaan tersebut berlaku pula
sebaliknya.
Partisipasi pemilih dalam pemilu merupakan bentuk dari partisipasi politik
konvensional. Jika menggunakan logika Munroe, maka menurunnya tingkat
partisipasi pemilih dapat menumbuhkan partisipasi politik unkonvensional, seperti
protes ataupun pemblokiran jalan yang cenderung lebih agresif. Dan sebaliknya,
jika
terjadi
peningkatan
partisipasi
pemilih,
maka
partisipasi
politik
unkonvensional akan mengalami penurunan secara otomatis.
Bagian ini berupaya untuk mengidentifikasi peluang munculnya partisipasi
politik konvensional ataupun unkonvensional ditingkat masyarakat, serta mencari
celah bagaimana partisipasi politik unkonvensional tidak mempengaruhi
partisipasi pemilih.
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, terdapat perbedaan
prilaku sosial dan politik antara kelompok individu aktivis dan non-aktivis.
43
Perbedaan tersebut berdampak pula terhadap prilaku memilih dalam pemilu. Jika
mengacu pada pendapat Munroe tentang prilaku politik, sesungguhnya prilaku
memilih merupakan bentuk dari prilaku politik. Namun untuk mempermudah
dalam mengidentifikasi permasalahan, maka prilaku politik dibedakan dengan
prilaku memilih. Prilaku memilih dapat diasumsikan sebagai segala bentuk
aktivitas masyarakat, baik yang berbentuk tindakan ataupun tidak, terkait dengan
partisipasinya dalam memberikan pilihan dalam pemilu. Dengan membedakan
prilaku memilih dengan prilaku politik lainnya dapat membantu dalam
mengidentifikasi prilaku politik masyarakat dan peluang keikutsertaan dalam
pemilu. Untuk melihat prilaku memilih masyarakat dapat diukur melalui
penggunaan hak pilih dalam pemilu, dan faktor-faktor yang mendorong seseorang
untuk menggunakan hak pilih ataupun tidak.
Seperti yang telah ditampilkan pada bagian A.2 dapat terlihat perbedaan
prilaku sosial pada dua kelompok individu yang berbeda lokasi. Perbedaan
tersebut diakibatkan oleh tingkat homogenitas maupun heterogenitas yang ada
dilingkungan tersebut. Perbedaan prilaku tersebut menunjukkan adanya perbedaan
tingkat kepekaan dan kesadaran terhadap permasalahan yang ada dan reaksi yang
diberikan terhadap masalah yang teridentifikasi tersebut.
Untuk lebih mudah dalam mengidentifikasi relasi prilaku sosial, prilaku
politik, dan prilaku memilih individu dapat dilihat pada skema dibawah.
44
Skema 6. Relasi Prilaku Sosial, Prilaku Politik, dan Prilaku Memilih individu
Meskipun masing-masing kelompok individu di dua lokasi yang berbeda
memiliki kesadaran politik dalam tingkat yang berbeda, tiap individu mengaku
selalu berpartisipasi dalam pemilu yang diselenggarakan dengan beragam alasan.
Secara umum, partisipasi dalam pemilihan dikarenakan keinginan perbaikan
hidup, baik secara individual maupun komunal. Permasalahannya, berdasarkan
kajian yang telah ditampilkan pada bagian A.2, bahwa masing-masing kelompok
individu didua lokasi sampel memiliki perbedaan karakteristik dalam pemahaman
dan prilaku politik. Kesadaran politik di desa Teluk Empening lebih tinggi dan
sensitif dibandingkan dengan kesadaran politik kelompok individu di desa Sui
45
Raya Dalam. Kesadaran politik yang berbeda tersebut mempengaruhi prilaku
memilih masyarakat dalam pemilu.
Masing-masing kelompok individu didua tempat berbeda mengakui cukup
kenal dengan peserta pemilu melalui berbagai media. Pada pemilihan legislatif,
peluang masyarakat untuk mengenal calon legislatif secara langsung cukup besar,
mengingat cukup banyak calon berada ditengah-tengah kelompok individu.
Namun, berdasarkan hasil wawancara, kelompok individu mengenal calon
legislatif secara langsung dan pernah melakukan komunikasi. Sedangkan bagi
masyarakat di desa Sui Raya Dalam, informan lebih mengenal calon berdasarkan
alat peraga kampanye dan berdasarkan interaksi interpersonal dengan pihak ketiga
(teman sekerja yang mengenal calon secara langsung ataupun tidak langsung,
pihak keluarga, dan pihak lain dilingkungan sekitar dalam momen-momen
tertentu).
Jika mengacu pada data yang diperoleh pada bagian sebelumnya, prilaku
sosial yang terbuka pada masyarakat Teluk Empening membuka peluang
masyarakat setempat untuk lebih mengenal peserta pemilu dibandingkan dengan
masyarakat di desa Sui Raya Dalam. Sehingga keyakinan terhadap masing-masing
calon dan mempengaruhi masyarakat untuk
memilih berada pada kelompok
individu di desa Teluk Empening.
Sedangkan untuk pemilihan presiden, diakibatkan aksesibilitas terhadap
informasi bagi masyarakat di desa Sui Raya Dalam lebih luas, maka pemahaman
kelompok individu di desa Sei Raya Dalam terhadap isu-isu nasional cukup luas.
Setidaknya masyarakat di desa Sui Raya Dalam memiliki pilihan lebih rasional
46
dalam pemilihan presiden diakibat banyaknya pilihan media yang menyediakan
informasi dengan beragam sudut pandang. Sedangkan masyarakat di Desa Teluk
Empening sangat dipengaruhi oleh kemampuan tim sukses yang berada diwilayah
tersebut beserta alat peraga kampanye yang tersedia.
Meskipun tiap individu mengakui terlibat dalam pemilu berdasarkan
keyakinan, namun terdapat beberapa hal yang berpotensi terhadap menurunnya
partisipasi pemilih pada dua lokasi yang berbeda. Di desa Teluk Empening,
potensi tidak berpartisipasi dalam pemilu lebih diakibatkan ketidakyakinan
masyarakat terhadap peserta pemilu. Kondisi tersebut beranjak pada tingkat
kesadaran politik yang relatif tinggi pada kelompok individu di desa Teluk
Empening. Keyakinan dan gagasan terhadap sesuatu cenderung ditindaklanjuti
dalam bentuk aksi. Artinya ketika kelompok individu tesebut tidak meyakini
terhadap hasil pemilu, ataupun kecewa terhadap hasil pemilu yang telah
dilakukan, maka berpotensi akan diwujudkan kedalam tindakan untuk tidak
memilih. Namun, aksi tersebut bersifat komunal. Artinya pertimbangan dalam
bertindak akan dilakukan ketika pengalaman yang sama dialami oleh individu lain
pada kelompok yang sama.
Sedangkan pada kelompok individu di Desa Sui Raya Dalam, peluang untuk
tidak memilih sulit teridentifikasi. Berdasarkan data yang diperoleh, keyakinan
terhadap peserta pemilu tidak menjadi prioritas dalam memilih, dan individu pun
tetap melakukan pemilihan. Bahkan dalam beberapa hal, kelompok individu di
Sui Raya Dalam mengakui bahwa hasil pemilihan tidak terlalu berdampak
terhadap kehidupan pribadi. Jika dilihat dari karakteristik prilaku sosial, prilaku
47
politik, dan prilaku memilih individu di Desa Sui Raya Dalam, maka potensi tidak
berpartisipasi dalam pemilu cukup rendah.
BAB IV. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
A.
Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan pada dua lokasi sampel berbeda menunjukkan
karakteristik prilaku sosial, prilaku politik, dan prilaku memilih yang berbeda
pada masing-masing tempat. Faktor utama yang mempengaruhi perbedaan
tersebut adalah tingkat heterogenitas masyarakat dalam lingkungan yang sama. Di
Desa Teluk Empening, masyarakat memiliki banyak kesamaan yang dapat
memberikan rasa aman dan nyaman dalam membangun interaksi dengan pihak
lain. Sedangkan pada Desa Sui Raya Dalam, lingkungan tempat tinggal dapat
dihuni oleh individu-individu yang berbeda identitas. Akibatnya, sikap
individualis lebih ditonjolkan dan diekspresikan dengan membatasi interaksi
dengan pihak lain selain dalam lingkungan rumah tangga.
Prilaku sosial yang ada pada diri masing-masing kelompok individu didua
tempat yang berbeda berakibat pada berbedanya pemahaman dan prilaku politik.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kelompok individu di Desa Teluk
Empening lebih sensitif dan sadar terhadap isu-isu lokal. Berbeda halnya dengan
kelompok individu di Desa Sui Raya Dalam yang lebih heterogen. Terbatasnya
interaksi dengan pihak lain mengakibatkan sumber informasi utama melalui
media-media yang didukung oleh perangkat teknologi informasi. Banyaknya
pilihan terhadap sumber informasi mengakibatkan kelompok individu tersebut
48
lebih peka terhadap isu-isu nasional dibandingkan dengan isu-isu dilingkungan
sekitar.
Permasalahannya adalah pada prilaku memilih. Untuk kelompok individu di
Desa Teluk Empening, potensi untuk tidak berpartisipasi memilih dapat
diakibatkan oleh keyakinan terhadap peserta pemilu. Hal tersebut tidak terlihat
pada kelompok individu di Desa Sui Raya Dalam, yang tetap melakukan
pemilihan meskipun tidak terlalu meyakini hasil pemilu dapat berdampak pada
kehidupan pribadinya. Sehingga yang perlu dievaluasi adalah variabel lain yang
memungkinkan masyarakat di Desa Sui Raya Dalam untuk tidak memilih.
B.
Saran
Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi melalui penelitian ini, maka
beberapa hal yang disarankan untuk dapat ditindak lanjuti antara lain:
1) Perlunya melakukan identifikasi terhadap permasalahan-permasalahan yang
dapat diusung menjadi isu kolektif ditingkat lokal (RT/Desa) yang merujuk
pada fenomena yang muncul pada kecamatan Kuala Mandor B.
Hal ini
mengacu pada data tingkat partisipasi pemilih 2014 bahwa keberadaan
masyarakat di Kecamatan Kuala Mandor B, yang diasumsikan memiliki
kencederungan karakteristik yang sama dengan kecamatan terentang, namun
memiliki tingkat partisipasi pemilih yang tinggi. Dalam hal ini terdapat
peluang bahwa tingginya kesadaran politik masyarakat dapat berbanding lurus
dengan tingkat partisipasi pemilih.
2) Perlunya agenda-agenda yang dapat mendorong keterbukaan prilaku sosial
masyarakat dengan memperhatikan tingkat heterogenitas masyarakat.
49
3) Untuk lingkungan yang memiliki heterogenitas tinggi, pertimbangan dalam
melakukan sosialisasi dan pendidikan politik lainnya diprioritaskan kepada
anggota keluarga yang diharapkan dapat menularkan nilai-nilai dan kesadaran
yang dimiliki pada anggota keluarga yang lain. Sedangkan untuk lingkungan
yang cenderung homogen, pertimbangan dalam sosialisasi dan pendidikan
politik lainnya perlu untuk mempertimbangkan isu-isu kolektif ditingkat lokal
dengan melibatkan beberapa tokoh masyarakat yang merepresentasikan
identitas kelompok (agama, etnis, pekerjaan, dan lain sebagainya)
C.
Rekomendasi Kebijakan
Dengan mempertimbangkan poin yang ada pada saran, maka perlu untuk
ditindaklanjuti kedalam kebijakan-kebijakan tertentu, seperti:
1) Perlunya program-program ditingkat lokal (RT/Desa) yang dapat mendorong
keterbukaan prilaku sosial dengan melibatkan masyarakat dan organisasiorganisasi dilingkungan setempat.
2) Perlunya menampilkan informasi secara utuh tentang peserta pemilu melalui
media-media yang aksesibel bagi masyarakat.
3) Perlu diperketat lagi kebijakan tentang penggunaan alat peraga kampanye dan
mendorong peserta pemilu untuk melakukan interaksi secara langsung
4) Perlunya agenda sosialisasi dan pendidikan politik lainnya yang berkelanjutan
dan
tidak
terbatas
hanya
50
pada
momen
pemilu.
DAFTAR PUSTAKA
Aristotle. 1973. Politics of Aristotle. Translated by Ernest Baker. New York:
Oxford University Press.
BPS Kab. Kubu Raya. 2014. Kabupaten Kubu Raya Dalam Angka 2014. Kab.
Kubu Raya: BPS Kab. Kubu Raya.
Evans, Jocelyn A.J. 2004. Voters and Voting: An Introduction. London,
California, New Delhi: SAGE Publications Ltd.
Indonesia, Kamus Besar Bahasa. n.d. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional . Accessed Juni 06, 2015. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/
kbbi/index.php.
Munroe, Trevor. 2002. An Introduction to Politics: Lectures for First-Year
Students-Third Edition. Mona, Jamaica: Canoe Press.
Ritchie, Jane. 2003. “TheApplications of Qualitative Methods to Social
Research.” Dalam Qualitative Research Practice: A Guide for Social
Science Students and Researchers, disunting oleh Jane Ritchie dan Jane
Lewis, 24-46. London, Thousand Oaks, NewDelhi: SAGE Publications.
Rosanvallon, Pierre. 2008. Counter-Democracy: Politics in an Age of Distrust.
New York: Cambridge University Press.
Snape, Dawn, dan Liz Spencer. 2003. “The Foundations of Qualitative Research.”
Dalam Qualitative Research Practice: A Guide for Social Science Students
and Researchers, disunting oleh Jane Ritchie dan Jane Lewis, 1-23.
London, Thousand Oaks, NewDelhi: SAGE Publications.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Stoker, Laura, and M. Kent Jennings. 2005. "Political Similarity and Influence
between Husbands and Wives." In The Social Logic of Politics: Personal
Networks as Contexts for Political Behavior, by Alan S. Zuckerman, 5174. Philadelphia: Temple University Press.
Stokes, Susan C. 2004. Mandates and Democracy: Neoliberalism by Surprise in
Latin America. Cambridge, United Kingdom: Cambridge University Press.
Zuckerman, Alan S. 2005. “Returning to the Social Logic of Political Behavior.”
Dalam Logic of Politics: Personal Networks as Contexts for Political
Behavior, disunting oleh Alan S. Zuckerman, 3-20. Philadelphia: Temple
University Press.
ix
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN
x
Instrumen Penelitian
Panduan wawancara dan observasi
Selamat pagi/siang/sore/malam, kami dari KPU Kab. Kubu Raya sedang
melakukan penelitian tentang “Prilaku Sosial dan Politik Masyarakat dan
Pengaruhnya Terhadap Partisipasi Pemilih.” Bapak/Ibu termasuk sebagai
sampel dalam penelitian ini, dan mohon kerjasamanya.
A.
Setting Pengambilan Data
Wawancara dimulai pada jam
:
Wawancara selesai pada jam
:
Hari wawancara
:
Pihak yang berada disekitar informan (jumlah orang) :
Jumlah
:
Hubungan dng Informan
B.
:
:
Informan:
Kategori
:
Tingkat partisipasi pemilih terendah pada
pemilu dengan tingkat partisipasi pemilih
terendah ditahun 2014
Satu kelurahan yang sama dengan
perguruan tinggi negeri
Kelurahan/Kecamatan
:
Alamat
:
Nama Informan
:
Jenis Kelamin
:
Pendidikan Terakhir
:
Pekerjaan Informan
:
Usia Informan
:
Kelurahan Bansir Laut/ Kec. Pontianak Tenggara
Laki-Laki
xi
Perempuan
C.
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Tanyakan tentang :
1. Mata Pencaharian Dominan warga setempat
2. Agama dominan
3. Etnis dominan
4. Dokumen-dokumen tentang penduduk setempat yang tersedia
D.
Dukungan dalam Meningkatkan Partisipasi
1. Hal hal apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan keharmonisan
warga dalam RT? (Jika jawabannya adalah TIDAK ADA, pertanyaan
langsung ke nomor 2)
a. Bagaimana reaksi warga menanggapi ide tersebut?
b. Adakah hambatan (dapat datang dari warga, lingkungan, pemda, dll)
dalam mewujudkan hal tersebut?
c. (Jika ide tersebut sudah direalisasi) apakah hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan sebelumnya?
2. Apakah semua kebijakan/keputusan yang menyangkut tentang warga,
selalu dirembukkan bersama warga?
a. Contoh kebijakan/keputusan yang dirembukkan bersama warga?
b. Contoh kebijakan/keputusan yang tidak dirembukkan bersama
warga?
c. Antara kebijakan/keputusan yang dirembukkan dan tidak
dirembukkan, mana yang paling sering dilakukan? Kenapa?
d. Antara kebijakan/keputusan yang dirembukkan dan tidak
dirembukkan, mana yang paling cepat pelaksanaannya? Kenapa?
Contoh?
e. Antara kebijakan/keputusan yang dirembukkan dan tidak
dirembukkan, mana yang paling baik hasil pelaksanaannya? Kenapa?
Contoh?
f. Antara kebijakan/keputusan yang dirembukkan dan tidak
dirembukkan, mana yang paling banyak mendapat dukungan warga
dalam pelaksanaannya? Kenapa?
xii
E.
Dukungan Masyarakat
1. Apakah tiap ide/gagasan/program RT pernah mendapat hambatan
(seperti penolakan) dari warga? (Jika jawabannya adalah TIDAK
ADA, pertanyaan langsung ke nomor 2)
a. Contoh program yang ditentang warga? Bentuk penentangannya
seperti apa (seperti datang langsung ke RT, menghasut orang lain
untuk menggagalkan program, dll)?
b. Menurut bapak, bagaimana karakter warga yang menentang
tersebut?
c. Apakah penentangan terhadap program bapak selalu dilakukan oleh
orang yang sama (kelompok orang yang sama)?
d. Menurut bapak, kenapa masyarakat melakukan penentangan
terhadap program bapak?
e. Apa yang bapak lakukan dalam menyikapi penentangan tersebut
(seperti menghentikan program, melanjutkan program dengan
melibatkan yang menentang, dll)?
2. Ketika program yang dijalankan tidak mendapat penentangan dari
masyarakat, apakah menurut bapak, masyarakat dengan sukarela dan
senang menerima gagasan/program tersebut? Kenapa?
F.
Partisipasi Pemilih
1. Pada saat pemilu, apa saja program yang dilakukan oleh bapak dalam
mensukseskan pemilu?
2. Apakah program-program tersebut merupakan inisiatif dari bapak/ibu,
ataukah hanya sekedar menjalankan instruksi dari pemda/KPU? Contoh
(Jika ada)?
3. Pada saat menjalankan program, apakah bapak/ibu melibatkan warga
setempat? Contoh?
4. Pada saat menjalankan program, apakah bapak/ibu pernah dimintai
oleh salah satu peserta pemilu (parpol/tim sukses/caleg) untuk
mendukung salah satu peserta tersebut? (jika jawaban adalah TIDAK
ADA, pertanyaan langsung ke nomor 5)
a. Apa kompensasi (imbalan) yang dijanjikan oleh peserta pemilu
tersebut?
b. Apa reaksi bapak (menerima/menolak)?
xiii
c. Apakah calon/partai yang dijanjikan tersebut, sebelumnya (sebelum
diminta dukungan) merupakan pilihan bapak/ibu? (jika ada) apa
yang membuat bapak/ibu tertarik dengan calon/partai tersebut?
5. Pada saat menjalankan program mensukseskan pemilu, adakah
warga setempat yang melakukan penentangan terhadap program
bapak/ibu sedang lakukan? (jika jawaban adalah TIDAK ADA,
pertanyaan langsung ke nomor 6)
a. Menurut bapak/ibu, kenapa warga tersebut melakukan
penentangan?
b. Bagaimana bentuk penentangan tersebut dilakukan warga?
6. Pada saat pemilu, adakah sekelompok orang yang bapak anggap
melakukan penentangan (menggagalkan pemilu), tetapi tidak secara
langsung menentang dihadapan bapak? (jika jawaban adalah TIDAK
ADA, pertanyaan SELESAI)
a. Bagaimana bapak/ibu mengetahui jika sekelompok orang tersebut
melakukan penentangan terhadap pemilu?
b. Tolong deskripsikan kelompok yang melakukan penentangan
tersebut?
G.
Rekomendasi Informan
1. Tanyakan ke pak RT, siapa aktivis lokal, dan alamatnya untuk jadi
informan.
Aktivitas lokal dapat sebagai orang yang menentang banyak program
dari RT, ataupun orang yang terlibat dalam banyak kegiatan RT, dll.
2. Tanyakan ke pak RT, warga yang cenderung tertutup dan hampir tidak
pernah mengikuti semua kegiatan/program RT, dan alamatnya untuk
jadi informan.
============ Terima kasih atas partisipasinya ============
xiv
Instrumen Penelitian
Panduan wawancara dan observasi
Selamat pagi/siang/sore/malam, kami dari KPU Kubu Raya sedang melakukan
penelitian tentang “Prilaku Sosial dan Politik Masyarakat dan Pengaruhnya
Terhadap Partisipasi Pemilih.” Bapak/Ibu termasuk sebagai sampel dalam
penelitian ini, dan mohon kerjasamanya.
Setting Pengambilan Data
Wawancara dimulai pada jam
:
Wawancara selesai pada jam
:
Hari wawancara
:
Pihak yang berada disekitar informan (jumlah orang) :
Jumlah
:
Hubungan dng Informan
:
:
Informan:
:
Tingkat partisipasi pemilih terendah pada
pemilu dengan tingkat partisipasi pemilih
terendah ditahun 2014
:
Satu kelurahan yang sama dengan
perguruan tinggi negeri
Kelurahan/Kecamatan
:
Kelurahan Bansir Laut/ Kec. Pontianak Tenggara
Alamat
:
Nama Informan
:
Jenis Kelamin
:
Pendidikan Terakhir
:
Kategori
Laki-Laki
xv
Perempuan
Pekerjaan Informan
:
Usia Informan
:
Etnis (Suku Bangsa)
:
Status Informan
:
Jumlah Anak
:
Pendapatan keluarga
perbulan*
:
Pengeluaran keluarga
perbulan*
:
menikah
menikah
belum
Keterangan:
* Pendapatan keluarga merupakan pendapatan yang diperoleh oleh seluruh anggota dalam 1
bulan
Observasi:
Observasi disertakan dengan foto lokasi dan kondisi sekitar lokasi
Kondisi antar rumah
A.1.1. Jarak antar rumah (berdempetan/ berpagar/ berjauhan)
Tempat keramaian/berkumpul
10.1.1.
Titik/tempat yang POTENSIALuntuk berkumpul (warung/ taman/ kursi
depan rumah)
10.1.2. JUMLAHtitik/tempat berkumpul yang potensial
10.1.3. Titik/tempat yang SERING DIGUNAKANuntuk berkumpul
10.1.4. PELAKUyang
menggunakan
(Bapak/Ibu/Pemuda)
titik
tertentu
10.1.5. Titik tertentu digunakan pada WAKTUtertentu
xvi
untuk
berkumpul
Waktu Penggunaan
No
Pelaku
Titik/ Tempat
H. Kerja
Pagi
Sng
Sore
H. Libur
Mlm
Pagi
Sng
Bapak
Ibu
Pemuda
Anak2
Wawancara
Gunakan alat perekam
Pekerjaan Informan
12.0.1. Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk melakukan pekerjaan
utama?(rutin/teratur ataukah tidak rutin/melakukan pekerjaan kantor di
rumah)
12.0.2. Pada saat istirahat di Kantor/Tempat Bekerja, apakah menghabiskan waktu
dengan mengobrol dengan teman di tempat kerja yang sama? (Jika
jawaban D.1.2 adalah TIDAK, langsung ke nomor D.2)
3. Apakah pembicaraan yang dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri
ataukah dilibatkan (dimulai) oleh orang lain? (mana yang paling sering)
4. Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk mengobrol dalam satu hari?
5. Tema/Topik apa yang paling sering dibicarakan?
6. Apakah wacana pembicaraan yang telah dilakukan diulang kembali
pada hari yang berbeda? (meskipun pembicaraan tidak persis sama, tapi
kejadian dan pelaku yang menjadi topik pembicaraan adalah sama)
xvii
Sore
Mlm
7. Dalam 1 hari, berapa orang teman sekantor yang diajak mengobrol lebih
dari 30 menit? (bisa jadi pembicaraan tersebut dilakukan secara
berkelompok dalam waktu bersamaan)
a. Apakah orang-orang yang ada pada nomor 4 merupakan orang yang
sama pada pembicaraan keesokan harinya
8. Dari keseluruhan pegawai/karyawan ditempat kerja anda, berapa persen
jumlah orang yang anda kenal namanya?
12.0.3. Apakah pernah merasakan ketidakpuasan terhadap kebijakan atasan
ditempat bekerja? (Jika jawaban D.1.3 adalah TIDAK, langsung ke
nomor D.2)
1. Pernahkah mendiskusikan permasalahan/ketidak puasan terhadap
kebijakan atasan dengan teman satu kantor? Contohnya?
a. Apakah teman pada nomor 1 merupakan orang yang seringkali diajak
berdiskusi/mengobrol pada topik yang berbeda (seperti halnya pada
nomor D.1.2)
2. Pernahkan ketidak puasan tersebut dinyatakan secara langsung kepada
atasan? (Jika ada berikan contoh dan kapan)?
3. Pernahkah bapak/ibu memberikan usulan/saran/rekomendasi terhadap
atasan (Jika tidak, langsung ke nomor D.2)?
a. Contoh dan kapan dilakukan?
b. Bagaimana anda menyampaikannya? Apakah cara tersebut efektif?
c. Bagaimana reaksi atasan? (positif atau negatif)
Interaksi dalam Keluarga
12.1.1.
Waktu yang digunakan dalam keluarga?
4. Interaksi terbanyak dengan salah satu anggota keluarga (pilih salah
satu antara anak/pasangan/orang tua)
5. Alasan berinteraksi terlama dengan orang pada nomor 1 diatas? (merasa
nyaman, sering jumpa)
6. Pernah/tidak bersama dengan anggota keluarga tapi tidak
berinteraksi (berbincang) secara langsung?
7. Aktivitas tersering yang dilakukan ketika tidak melakukan
interaksi dengan anggota keluarga meskipun bersama dengan anggota
keluarga? (semisal main game, mengerjakan pekerjaan tertentu, dll)
8. Ketika bersama dengan anggota keluarga, mana yang paling sering
antara bercakap/berkomunikasi ataukah tidak berinteraksi?
xviii
9. Jika dalam keadaan stress, bingung, galau, siapa diantara anggota
keluarga yang paling enak diajak bicara? Kenapa?
a. Pendidikan terakhir lawan bicara pada nomor 6?
b. Pekerjaan lawan bicara pada nomor 6?
Interaksi dilingkungan sosial
12.2.1. Berapa lama waktu rata-rata dalam 1 hariwaktu yang dihabiskan diluar
rumah selain melakukan pekerjaan utama?
10. Sebutkan dan jelaskan masing-masing aktivitas diluar rumah yang
dilakukan?
11. Berdasarkan aktivitas pada nomor 1 diatas, mana yang PALING SERING
dilakukan?
12. Berdasarkan aktivitas pada nomor 1 diatas, mana yang PALING
NYAMAN dilakukan?
13. Apakah aktivitas pada nomor 2 dan 3 merupakan inisiatif (jika tidak
dilakukan tidak menimbulkan resiko) ataukah kewajiban (jika tidak
dilakukan menimbulkan resiko)?
12.2.2. Apakah tetangga disekitar (dalam gang yang sama/ RT yang sama)
merupakan tetangga yang baik? Kenapa bisa beranggapan demikian
(pengalaman tertentu dengan tetangga)?(jika kebingungan menjawab,
tentukan saja lebih banyak yang baik ataukah tidak baik)
12.2.3. Dalam 1 RT yang sama, siapa orang yang paling sering diajak bicara?
Kenapa?
14. Apakah pembicaraan tersebut lebih sering berdasarkan inisiatif (dimulai
dengan sengaja) ataukah dimulai oleh lawan bicara? (jika bingung,
tentukan yang paling sering)
15. Kenal sejak kapan dengan lawan bicara?
16. Identitas lawan bicara?
a. Agama
b. Etnis
c. Jenis Kelamin
d. Tingkat Pendidikan
e. Pekerjaan
17. Topik/tema yang paling sering dibicarakan?
xix
18. Apakah pembicaraan yang seringkali dilakukan direncanakan terlebih
dahulu ataukah mengalir tanpa perencanaan?
19. Dalam satu kali pembicaraan, berapa lama waktu yang dihabiskan?
12.2.4. Dalam 1 Kampung/Kelurahan yang sama(lingkungan lebih luas dari RT),
siapa orang yang paling sering diajak bicara? Kenapa?
20.Kenal sejak kapan dengan lawan bicara?
21. Identitas lawan bicara?
a. Agama
b. Etnis
c. Jenis Kelamin
d. Tingkat Pendidikan
e. Pekerjaan
22. Topik/tema yang paling sering dibicarakan?
23. Apakah pembicaraan yang paling sering dilakukan direncanakan
terlebih dahulu ataukah mengalir tanpa perencanaan?
24.Dalam satu kali pembicaraan, berapa lama waktu yang dihabiskan?
12.2.5. Antara teman di 1 RT (nomor D.3.3) dan teman 1 kampung/kelurahan
(D.3.4), mana yang paling SERINGdiajak bicara? Kenapa?
12.2.6. Antara teman di 1 RT (nomor D.3.3) dan teman 1 kampung/kelurahan
(D.3.4), mana yang paling NYAMAN diajak bicara? Kenapa?
Interaksi dengan Lingkungan (RT/Kampung/Kelurahan)
12.3.1. Dari keseluruhan kondisi fisik yang ada di RT anda, adakah hal yang perlu
diperbaiki (semisal jalan, parit, tiang listrik, masjid, dll)?(Jika jawaban
adalah TIDAK, langsung ke nomor D.4.4)
25. Kenapa dianggap perlu diperbaiki?
26.Manfaat yang akan diperoleh jika diperbaiki
12.3.2. Apakah anda secara pribadipernah melakukan sesuatu untuk
memperbaiki hal tersebut?(Jika jawaban ya ataupun tidak) kenapa?(Jika
jawaban adalah TIDAK, langsung ke nomor D.4.4)
27. Contoh kejadian dan kapan?
28.Bagaimana melakukannya?
xx
29.Dilakukan secara individual (sendirian) ataukah mengajak orang
lain?(Jika jawaban D.1.2 adalah TIDAK, langsung ke nomor D.4.3)
a. Respon yang diberikan oleh teman? (ikut ajakan, membiarkan tanpa
melakukan sesuatu, ataukah menolak secara lisan)
b. Siapa dan berapa orang yang diajak?
c. Bagaimana cara mengajaknya? (melalui pembicaraan tanpa disengaja
ataukah disengaja)
12.3.3. Pernahkah anda mengusulkan kepada pimpinan wilayah tentang
hal/sesuatu yang harus diperbaiki (seperti pada nomor D.4.1) untuk
diperbaiki?(Jika jawaban adalah TIDAK, langsung ke nomor D.4.4)
30. Berapa kali (lebih dari satu kali/ jarang/ ataukah sering)
31. Contoh kejadian dan kapan?
32. Cara menyampaikan keluhan?
33. Reaksi yang diterima dari instansi tempat mengeluhkan pelayanan?
34. Puas ataukah tidak puas dengan respon yang diberikan instansi?
12.3.4. Pernahkah anda mengeluhkan permasalahan pelayanan publik kepada
pihak yang dianggap bertanggung jawab terhadap pelayanan tersebut,
(misalnya jalan ke PU, listrik ke PLN, kesehatan ke Puskesmas/RS, dll) (Jika
jawaban adalah TIDAK, langsung ke nomor D.4.4)
35. Berapa kali (lebih dari satu kali/ jarang/ ataukah sering)
36. Contoh kejadian dan kapan?
37. Cara menyampaikan keluhan?
38. Reaksi yang diterima dari instansi tempat mengeluhkan pelayanan?
39. Puas ataukah tidak puas dengan respon yang diberikan instansi?
Pemahaman
RT/Desa/Kelurahan
dan
Prilaku
Politik
12.4.1. Sebutkan sebanyak mungkin hak bapak/ibu
RT/Desa/Kelurahan tempat bapak/ibu tinggal?
di
sebagai
Tingkat
warga
40.
Dari sekian banyak hak yang sudah disebutkan, apakah sudah
diperoleh sepenuhnya ataukah ada yang tertunda?(Jika jawaban
adalah TERPENUHI/YA maka langsung ke nomor D.5.2)
41. Siapa yang paling bertanggung jawab ketika hak tersebut tidak dapat
terpenuhi?
42.Ketika hak tersebut tidak terpenuhi, apakah bapak/ibu akan
melakukan sesuatu agar hak tersebut dapat diperoleh/dipenuhi
xxi
di
ataukah membiarkan saja?(Jika jawaban adalah MEMBIARKAN
SAJA maka langsung ke nomor D.5.2)
a. Bagaimana caranya?
b. Apakah upaya memperoleh hak tersebut melibatkan orang lain?
Ataukah dilakukan sendirian?
c. Pernahkah hal tersebut dilakukan?
d. Apakah cara tersebut berhasil dan hak bapak/ibu dapat
diperoleh?(Jika Jawaban adalah YA, langsung ke nomor D.5.2 )
e. Ketika cara tersebut tidak berhasil, apakah bapak/ibu akan terus
memperjuangkannya dengan cara yang sama tetapi melibatkan
pihak lain, ataukah cara yang berbeda ataukah membiarkan hal
tersebut?(Langkahi pertanyaan selanjutnya, dan langsung ke
nomor D.5.2)
43. Jika seandainya, terdapat hak yang tidak terpenuhi, siapa yang paling
bertanggung jawab?
44.
Jika seandainya, hak tersebut tidak terpenuhi, apakah bapak/ibu
akan melakukan sesuatu agar hak tersebut dapat diperoleh/dipenuhi
ataukah membiarkan saja?(Jika jawaban adalah MEMBIARKAN
SAJA maka langsung ke nomor D.5.2)
a. Bagaimana caranya?
b. Apakah upaya memperoleh hak tersebut melibatkan orang lain?
Ataukah dilakukan sendirian?
c. Pernahkah hal tersebut dilakukan?
d. Apakah cara tersebut berhasil dan hak bapak/ibu dapat diperoleh?
(Jika Jawaban adalah YA, langsung ke nomor D.5.2 )
e. Ketika cara tersebut tidak berhasil, apakah bapak/ibu akan terus
memperjuangkannya dengan cara yang sama tetapi melibatkan
pihak lain, ataukah cara yang berbeda ataukah membiarkan hal
tersebut? (Langkahi pertanyaan selanjutnya, dan langsung ke
nomor D.5.2)
12.4.2. Pemahaman terhadap kewajiban
45. Sebutkan sebanyak mungkin kewajiban yang menjadi tanggung jawab
anda sebagai warga pada RT/Desa/Kelurahan ditempat Bapak/Ibu
tinggal?
46.
Dari sekian banyak kewajiban tersebut, mana saja yang seringkali
diabaikan? Kenapa?
xxii
47. Jelaskan kira-kira resiko apa saja yang akan bapak/ibu terima ketika
kewajiban tersebut diabaikan?
48.
Adakah hubungan antara hak dan kewajiban?
Pemahaman dan Prilaku Politik secara umum
12.5.1. Sebutkan sebanyak mungkin hak bapak/ibu sebagai warga negara
indonesia?
49.
Dari sekian banyak hak yang sudah disebutkan, apakah sudah
diperoleh sepenuhnya ataukah ada yang tertunda? (Jika jawaban
adalah TERPENUHI/YA maka langsung ke nomor D.7)
50. Siapa yang paling bertanggung jawab ketika hak tersebut tidak dapat
terpenuhi?
51. Ketika hak tersebut tidak terpenuhi, apakah bapak/ibu akan
melakukan sesuatu agar hak tersebut dapat diperoleh/dipenuhi
ataukah membiarkan saja? (Jika jawaban adalah MEMBIARKAN
SAJA maka langsung ke nomor D.7)
a. Bagaimana caranya?
b. Apakah upaya memperoleh hak tersebut melibatkan orang lain?
Ataukah dilakukan sendirian?
c. Pernahkah hal tersebut dilakukan?
d. Apakah cara tersebut berhasil dan hak bapak/ibu dapat diperoleh?
(Jika Jawaban adalah YA, langsung ke nomor D.7 )
e. Ketika cara tersebut tidak berhasil, apakah bapak/ibu akan terus
memperjuangkannya dengan cara yang sama tetapi melibatkan
pihak lain, ataukah cara yang berbeda ataukah membiarkan hal
tersebut? (Langkahi pertanyaan selanjutnya, dan langsung ke
nomor D.7)
52. Jika seandainya, terdapat hak yang tidak terpenuhi, siapa yang paling
bertanggung jawab?
53. Jika seandainya, hak tersebut tidak terpenuhi, apakah bapak/ibu akan
melakukan sesuatu agar hak tersebut dapat diperoleh/dipenuhi
ataukah membiarkan saja? (Jika jawaban adalah MEMBIARKAN
SAJA maka langsung ke nomor D.7)
a. Bagaimana caranya?
b. Apakah upaya memperoleh hak tersebut melibatkan orang lain?
Ataukah dilakukan sendirian?
c. Pernahkah hal tersebut dilakukan?
xxiii
d. Apakah cara tersebut berhasil dan hak bapak/ibu dapat diperoleh?
(Jika Jawaban adalah YA, langsung ke nomor D.7 )
54. Ketika cara tersebut tidak berhasil, apakah bapak/ibu akan terus
memperjuangkannya dengan cara yang sama tetapi melibatkan pihak
lain, ataukah cara yang berbeda ataukah membiarkan hal tersebut?
(Langkahi pertanyaan selanjutnya, dan langsung ke nomor D.7)
Pengalaman organisasi informan
12.6.1. Apakah ditingkat RT/Desa/Kelurahan bapak/ibu merupakan bagian dari
organisasi tertentu?(Jika jawaban adalah TIDAK, pertanyaan langsung
ke nomor D.7.2)
1. Jelaskan bagaimana bapak/ibu terlibat dalam organisasi tersebut?
(inisiatif sendiri/diajak teman/dll)
2. Jelaskan alasan kenapa terlibat dalam organisasi tersebut(apa yang
diharapkan oleh bapak/ibu dengan melibatkan diri dalam organisasi
tersebut)?
3. Bagaimana sikap pasangan bapak/ibu ataupun keluarga dengan
keterlibatan bapak/ibu dalam organisasi tertentu?
a. Bagaimana bentuk dukungan ataupun penentangan dari pasangan
bapak/ibu ataupun keluarga?
b. Apakah sikap pasangan bapak/ibu ataupun keluarga tersebut
mempengaruhi bapak/ibu dalam beraktivitas di organisasi tersebut?
4. Sebagai apa/posisi/jabatan yang dimiliki dalam organisasi tersebut?
5. Apakah posisi bapak/ibu dalam organisasi tersebut dapat dinilai
strategis(organisasi tidak akan berjalan jika posisi tersebut tidak ada)?
6. Berapa banyak waktu yang anda luangkan dalam 1 hari atau 1 minggu
untuk organisasi tersebut?
7. Apa saja yang anda lakukan dalam organisasi tersebut?
8. Apa hal yang dapat bapak/ibu anggap sebagai prestasi (banggakan) yang
pernah bapak/ibu lakukan dalam organisasi tersebut?
9. Apa tujuan organisasi tersebut?
10. Apakah tujuan organisasi tersebut dapat membawa manfaat bagi
orang banyak? Jelaskan?
11. Apakah tujuan organisasi tersebut dapat membawa manfaat bagi anda
dan keluarga anda? Jelaskan?
xxiv
12. Apa manfaat yang sudah anda rasakan dengan aktif terlibat dalam
organisasi tersebut?(semisal memperoleh gaji/honor, popularitas,
memiliki pengaruh, rasa bangga, dll)
13. Selain waktu dan tenaga, apa saja yang sudah bapak/ibu berikan pada
organisasi tersebut?
12.6.2. Apakah SELAINditingkat RT/Desa/Kelurahan bapak/ibu merupakan
bagian dari organisasi tertentu? (Jika jawaban adalah TIDAK,
pertanyaan langsung ke nomor D.7.3)
1. Jelaskan bagaimana bapak/ibu terlibat dalam organisasi tersebut?
(inisiatif sendiri/diajak teman/dll)
2. Jelaskan alasan kenapa terlibat dalam organisasi tersebut (apa yang
diharapkan oleh bapak/ibu dengan melibatkan diri dalam organisasi
tersebut)?
3. Bagaimana sikap pasangan bapak/ibu ataupun keluarga dengan
keterlibatan bapak/ibu dalam organisasi tertentu?
a. Bagaimana bentuk dukungan ataupun penentangan dari pasangan
bapak/ibu ataupun keluarga?
b. Apakah sikap pasangan bapak/ibu ataupun keluarga tersebut
mempengaruhi bapak/ibu dalam beraktivitas di organisasi tersebut?
4. Sebagai apa/posisi/jabatan yang dimiliki dalam organisasi tersebut?
5. Apakah posisi bapak/ibu dalam organisasi tersebut dapat dinilai
strategis (organisasi tidak akan berjalan jika posisi tersebut tidak ada)?
6. Berapa banyak waktu yang anda luangkan dalam 1 hari atau 1 minggu
untuk organisasi tersebut?
7. Apa saja yang anda lakukan dalam organisasi tersebut?
8. Apa hal yang dapat bapak/ibu anggap sebagai prestasi (banggakan) yang
pernah bapak/ibu lakukan dalam organisasi tersebut?
9. Apa tujuan organisasi tersebut?
10. Apakah tujuan organisasi tersebut dapat membawa manfaat bagi
orang banyak? Jelaskan?
11. Apakah tujuan organisasi tersebut dapat membawa manfaat bagi anda
dan keluarga anda? Jelaskan?
12. Apa manfaat yang sudah anda rasakan dengan aktif terlibat dalam
organisasi tersebut? (semisal memperoleh gaji/honor, popularitas,
memiliki pengaruh, rasa bangga, dll)
xxv
13. Selain waktu dan tenaga, apa saja yang sudah bapak/ibu berikan pada
organisasi tersebut?(lompati pertanyaan berikutnya dan langsung
ke nomor D.8)
12.6.3. Kenapa bapak/ibu tidak terlibat dalam organisasi tertentu?
1. Adakah pihak tertentu (semisal suami/istri/keluarga/teman) yang
mendorong ataupun menghalangi bapak/ibu terlibat dalam organisasi
tertentu?
2. Adakah organisasi sosial yang bapak/ibu tahu cukup ideal dalam
memperjuangkan hal tertentu?
3. Apakah bapak/ibu berniat untuk bergabung dengan organisasi (pada
nomor 2) tersebut? jelaskan
Partisipasi Pemilu Legislatif 2014
Jelaskan ke informan:
“pemilihan merupakan hak warga negara, artinya keikutsertaan dalam
pemilu tergantung dari keinginan tiap warga tanpa adanya resiko ataupun
sanksi bagi yang tidak memilih”
12.7.1. Apakah bapak/ibu memilih pada pemilu legislatif 2014 lalu?(Jika jawaban
adalah TIDAK, pertanyaan langsung ke nomor D.8.2)
1. Apa yang mendorong bapak/ibu ikut berpartisipasi dalam pemilihan
pada pemilu 2014?
2. Dalam pemilu legislatif, apakah bapak/ibu masih mengingat tiap
nama,sebagian, atau tidak mengingat sama sekalicaleg yang dipilih
untuk DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPR RI, dan DPD? (Jika
jawaban adalah MENGINGAT SEBAGIAN ataupun TIDAK
MENGINGAT SAMA SEKALI, pertanyaan langsung ke nomor 5)
3. Apakah bapak/ibu SEBELUM PEMILU, telah mengenal dengan caleg
yang dipilih pada pemilu legislatif tersebut?(Jika jawaban adalah
TIDAK, pertanyaan langsung ke nomor 4)
a. Pernah berkomunikasi secara langsung dengan caleg yang dipilih
tersebut?(Jika jawaban adalah TIDAK, pertanyaan langsung ke
nomor 4)
b. Apakah komunikasi yang dilakukan dengan caleg tersebut
berlangsung lebih dari 1 kali, lebih dari 5 kali, ataukah lebih dari 10
kali?
xxvi
c. Ketika berkomunikasi secara langsung, apa tanggapan bapak/ibu
tentang caleg yang dipilih tersebut?(lompati pertanyaan
berikutnya, dan langsung ke nomor 6)
4. Darimana bapak/ibu mengenal caleg yang dipilih tersebut?(jika
menyebutkan lebih dari 1 sumber informasi, pilih informasi yang paling
sering diterima darimana?)
a. Apakah sumber informasi tentang caleg tersebut dapat dipercaya?
b. Setelah memperoleh informasi tentang caleg tersebut, bagaimana
tanggapan bapak/ibu tentang karakter caleg yang dipilih tersebut?
5. Untuk nama-nama caleg yang bapak/ibu TIDAK INGAT, apakah
bapak/ibu mengenal caleg yang dipilih tersebut pada SAAT PEMILU
BERLANGSUNG?(Jika jawaban adalah TIDAK, pertanyaan
langsung ke nomor 6)
a. Darimana bapak/ibu mengenal caleg tersebut?
b. Dari sekian banyak SUMBER INFORMASItentang caleg
bersangkutan, mana yang paling mempengaruhi bapak/ibu dalam
memilih caleg tersebut? kenapa?
c. Seberapa yakin bahwa sumber informasi tersebut tentang caleg
tersebut adalah benar?
d. Setelah memperoleh informasi tentang caleg tersebut, bagaimana
tanggapan bapak/ibu tentang karakter caleg yang dipilih tersebut?
6. Jika melihat kondisi sekarang yang bapak/ibu alami/rasakan, apakah
bapak/ibu kecewa ataukah puas dengan pilihan yang sudah diberikan
pada pemilu lalu? Kenapa?
7. Jika seandainya akan dilakukan pemilihan ulang minggu depan dengan
peserta dan nama yang sama, apakah bapak/ibu akan memilih namanama dan partai yang sama ataukah mengganti dengan nama
berbedapada pemilu legislatif sebelumnya?Kenapa?
8. Mana yang lebih utama dalam memilih, partai ataukah caleg? Kenapa?
9. Apakah bapak/ibu pernah dengan sengaja mendatangi TPS pada pemilu
tetapi tidak memilih, ataupun dengan sengaja membuat surat suara
tidak sah? Kenapa?
12.7.2. Kenapa bapak/ibu tidak memilih pada pemilu legislatif 2014 lalu?
9. Apakah pada pemilu legislatif berikutnya (tahun 2019), bapak/ibu akan
menggunakan hak pilihnya ataukah tetap tidak memilih? Kenapa?
10. Jika bukan melalui pemilu, apakah ada cara lain yang dapat
memperbaiki kehidupan bapak/ibu maupun lingkungan sekitar?
xxvii
Partisipasi Pemilu Presiden 2014
12.8.1. Apakah bapak/ibu memilih pada pemilu presiden 2014 lalu? (Jika jawaban
adalah TIDAK, pertanyaan langsung ke nomor D.9.2)
1. Apa yang mendorong bapak/ibu ikut berpartisipasi dalam pemilihan
presiden 2014 lalu?
2. Apakah bapak/ibu SEBELUM PEMILU, telah mengenal dengan capres
yang dipilih? (Jika jawaban adalah TIDAK, pertanyaan langsung ke
nomor 3)
a. Pernah berkomunikasi secara langsung dengan capres yang dipilih
tersebut? (Jika jawaban adalah TIDAK, pertanyaan langsung ke
nomor 3)
b. Apakah komunikasi yang dilakukan dengan capres tersebut
berlangsung lebih dari 1 kali, lebih dari 5 kali, ataukah lebih dari 10
kali?
c. Ketika berkomunikasi secara langsung, apa tanggapan bapak/ibu
tentang capres yang dipilih tersebut? (lompati pertanyaan
berikutnya, dan langsung ke nomor 5)
3. Darimana bapak/ibu mengenal capres yang dipilih tersebut? (jika
menyebutkan lebih dari 1 sumber informasi, pilih informasi yang paling
sering diterima darimana?)
a. Apakah sumber informasi tentang capres tersebut dapat dipercaya?
b. Setelah memperoleh informasi tentang capres tersebut, bagaimana
tanggapan bapak/ibu tentang karakter capres yang dipilih tersebut?
4. Jika melihat kondisi sekarang, apakah bapak/ibu kecewa ataukah puas
dengan pilihan yang sudah diberikan pada pemilu lalu? Kenapa?
5. Jika seandainya akan dilakukan pemilihan ulang minggu depan dengan
capres yang sama, apakah bapak/ibu akan memilih capres yang sama
ataukah mengubah pilihan? Kenapa?
6. Mana yang lebih utama dalam memilih, partai yang mengusung capres
ataukah figur capres? Kenapa?(Pertanyaan selesai, dan abaikan
pertanyaan berikutnya)
12.8.2. Kenapa bapak/ibu tidak memilih pada pemilu presiden 2014 lalu?
11. Apakah pada pemilu presiden berikutnya (tahun 2019), bapak/ibu akan
menggunakan hak pilihnya ataukah tetap tidak memilih? Kenapa?
12. Jika bukan melalui pemilu, apakah ada cara lain yang dapat
memperbaiki kehidupan bapak/ibu maupun lingkungan sekitar?
============ Terima kasih atas partisipasinya ============
xxviii
LAMPIRAN 2. JADWAL PENELITIAN
xxix
JADWAL DAN TAHAPAN PENELITIAN
No
Tahapan
Lama
Tanggal
1
Penyusunan Instrumen Penelitian
5 hari
1-5 Juni
2
Pengumpulan Data
11 hari
6-20 Juni
3
Analisis Data
10 hari
21-26 Juni
4
Penyusunan Laporan
3 hari
27 Juni – 3 Juli
5
Cetak Laporan
2 hari
4-6 Juli
xxx
LAMPIRAN 3. DOKUMENTASI LAPANGAN
xxxi
Gambar 1. Gerbang Masuk Desa Teluk Empening
Gambar 2. Pemukiman di Desa Teluk Empening
xxxii
Gambar 3. Kondisi Tempat Tinggal di Desa Teluk Empening
Gambar 4. Kantor Desa Sui Raya Dalam
xxxiii
Gambar 5. Jalan disalah satu titik di Desa Sui Raya Dalam
Gambar 6. Jalan disalah satu titik di Desa Sui Raya Dalam
xxxiv
Gambar 7. Salah satu tempat ibadah di Desa Sui Raya Dalam
Gambar 8. Salah satu tempat ibadah di Desa Sui Raya Dalam
xxxv
Gambar 9. Salah satu tempat ibadah di Desa Sui Raya Dalam
xxxvi
Download