MODUL PERKULIAHAN Perilaku dan Proses Mental Modul Learning, Classical Conditioning, Operant Conditioning Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh 61093 (A21616AA) Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Abstract Kompetensi Penjelasan tentang Belajar Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengkomunikasikan tentang pengertian belajar melalui classical conditioning dan operant conditioning serta observational learning Classical Conditioning Ivan Petrovich Pavlov (bahasa rusia: Иван Петрович Павлов) (14 September 1849 – 27 Februari 1936) adalah seorang fisiolog dan dokter dari Rusia. Ia dilahirkan di sebuah desa kecil di Rusia tengah. Keluarganya mengharapkannya menjadi pendeta, sehingga ia bersekolah di Seminari Teologi. Setelah membaca Charles Darwin, ia menyadari bahwa ia lebih banyak peduli untuk pencarian ilmiah sehingga ia meninggalkan seminari ke Universitas St. Petersburg. Di sana ia belajar kimia dan fisiologi, dan menerima gelar doktor pada 1879. Ia melanjutkan studinya dan memulai risetnya sendiri dalam topik yang menarik baginya: sistem pencernaan dan peredaran darah. Karyanya pun terkenal, dan diangkat sebagai profesor fisiologi di Akademi Kedokteran Kekaisaran Rusia. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal inilah yang dikenang darinya hingga kini. Ivan Petrovich Pavlov, Sarjana Rusia ini dilahirkan di Rusia pada tanggal 14 September 1849 dan meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Ia tidak pernah memiliki hambatan serius dalam sepanjang kariernya meskipun terjadi kekacauan dalam revolusi Rusia. Sebenarnya ia bukan seorang sarjana psikologi dan ia pun tidak berkeinginan disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Cara berpikirnya adalah sepenuhnya cara berpikir ahli ilmu faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi karena dianggapnya kurang ilmiah. Dalam penelitian-penelitiannya ia selalu berusaha menghindari konsep-konsep maupun istilah-istilah psikologi. Sekalipun demikian, peranan Pavlov dalam psikologi sangat penting, karena studinya mengenai refleks-refleks merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviorisme. Pandangannya yang paling penting adalah bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak lain daripada rangkaian-rangkaian refleks belaka. Karena itu, untuk mempelajari aktivitas psikis (psikologi) kita cukup mempelajari refleks-refleks saja. Pandangan yang sebenarnya bermula dari seorang tokoh Rusia lain bernama I.M. Sechenov. Sechenov yang banyak mempengaruhi Pavlov ini, kemudian dijadikan dasar pandangan pula oleh John B. Watson di Amerika Serikat dalam aliran Behaviorismenya setelah mendapat perubahan-perubahan seperlunya. Karya yang membuat Pavlov memiliki reputasi sebenarnya bermula sebagai studi dalam pencernaan. Ia sedang mencari proses pencernaan pada anjing, khususnya hubungan timbal balik antara air ludah dan kerja perut. Ia sadar kedua hal itu berkaitan erat dengan refleks dalam sistem syaraf otonom. Tanpa air liur, perut tidak membawa pesan untuk memulai pencernaan. Pavlov ingin melihat bahwa rangsangan luar dapat memengaruhi proses ini, maka ia membunyikan metronom dan di saat yang sama ia 2016 2 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengadakan percobaan makanan anjing. Setelah beberapa saat, anjing itu -- yang hanya sebelum mengeluarkan liur saat mereka melihat dan memakan makanannya -- akan mulai mengeluarkan air liur saat metronom itu bersuara, malahan jika tiada makanan ada. Pada 1903 Pavlov menerbitkan hasil eksperimennya dan menyebutnya "refleks terkondisi," berbeda dari refleks halus, seperti. Pavlov menyebut proses pembelajaran ini (sebagai contoh, saat sistem syaraf anjing menghubungkan suara metronom dengan makanan) "pengkondisian". Ia juga menemukan bahwa refleks terkondisi akan tertekan bila rangsangan ternyata terlalu sering "salah". Jika metronom bersuara berulang-ulang dan tidak ada makanan, anjing akan berhenti mengeluarkan ludah. Pavlov lebih tertarik pada fisiologi ketimbang pdikologi. Ia melihat pada ilmu psikiatri yang masih baru saat itu sedikit meragukan. Namun ia sungguh-sungguh berpikir bahwa refleks terkondisi dapat menjelaskan perilaku orang gila. Sebagai contoh, ia mengusulkan, mereka yang menarik diri dari dunia bisa menghubungkan semua rangsangan dengan luka atau ancaman yang mungkin. Gagasannya memainkan peran besar dalam teori psikologi behavioris, diperkenalkan oleh John Watson sekitar 1913. Pavlov amat dihormati di negerinya sendiri -- baik sebagai Kekaisaran Rusia maupun Uni Soviet -- dan di seluruh dunia. Pada 1904, ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisiologi dan Kedokteran dalam penelitiannya tentang pencernaan. Ia adalah orang yang terang-terangan dan sering bersilang pendapat dengan pemerintah Soviet dalam hidupnya, namun karena reputasinya, dan juga karena bangganya penduduk senegerinya kepadanya, membuatnya terjaga dari penganiayaan. Ia aktif bekerja di laboratorium sampai kematiannya dalam usia 86. Teori pengkondisian klasik dan eksperimennya Ivan Pavlov mengadakan percobaan pada anjing. Anjing dibedah sehingga kelenjar ludahnya berada di luar pipinya dan dimasukkan di kamar gelap serta ada sebuah lubang di depan untuk tempat memberikan makanan atau menyemprotkan cahaya. Pada mulut yang dibedah dipasang selang yang dihubungkan dengan tabung di luar kamar sehingga dapat diketahui keluar atau tidaknya air liur pada waktu percobaan. Hasil percobaan mengatakan bahwa gerakan reflex itu juga dapat dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan, sehingga dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks bersyarat/refleks yang dipelajari, yaitu keluarnya air liur karena menerima/bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suatu bunyi tertentu. Teori di atas juga disebut dengan teori classical, yang merupakan sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Disebut classical karena yang mengawali nama teori ini untuk menghargai karya ivan Pavlov yang paling pertama di bidang conditioning (upaya pembiasan) , serta untuk membedakan dari teori lainnya. Teori ini disebut juga respondent conditioning (pembiasan 2016 3 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang dituntut). Teori ini sering disebut juga contemporary behaviorists atau juga disebut S-R psychologists yang berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Jadi tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru yang menganut pandangan ini bahwa masa lalu dan pada masa sekarang dan segenap tingkah laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka merupakan hasil belajar. Teori ini menganalis kejadian tingkah laku dengan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut. Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia. Eksperimen yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing sebagai subjek penelitian. Berikut adalah gambar dari experimen Pavlov. Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas. 1. Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR). 2. Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur. 3. Gambar ketiga. Dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan. 4. Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR). Dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses pengondisian (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan 2016 4 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi. Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov menyimpulkan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu. Hal ini dikarenakan classical conditioningadalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Suatu stimulus akan menimbulkan respons tertentu apabila stimulus itu sering diberikan bersamaan dengan stimulus lain yang secara alamiah menimbulkan respons tersebut. Dalam hal ini perubahan perilaku terjadi karena adanya asosiasi antara kedua stimulus tersebut. Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, Pavlov juga menyimpulkan bahwa hasil eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada manusia untuk belajar. Implikasi hasil eksperimen tersebut pada kegiatan belajar manusia adalah bahwa belajar pada dasarnya membentuk asosiasi antara stimulus dan respons secara reflektif, proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat. Contoh kondisioning klasik dalam kehidupan : Alan selalu menyukai baseball (kasti), tetapi dalam sebuah pertandingan tahun lau ia terluka parah oleh lemparan liar ketika dia sedang memukul. Sekarang walaupun masih menyukai baseball, dia menjadi gugup setiap kali mendapat giliran memukul, sampai pada titik dimana jantungnya berdebyut kencang dan dia seringkali menghindari bola daripada mengayunkan tongkat kastinya ke arah bola tersebut. Satu penjelasan yang mungkin terhadap perilaku alan adalah kondisioning klasik , yakni sebuah teori yang menjelaskan bagaimana kita terkadang mempelajari respons baru sebagai hasil dari dua stimulus yang muncul pada waktu yang hamper bersamaan (dalam kasus ini , pandangan tentang pertandingan kasti yang suadah dekat dan dampak menyakitkan dari lemparan liar yang baru sja terjadi). Respons-respons terkini alan terhadap bola yanga dilemparkan, reaksi fisiologinya dan usahanya untuk menghinadar adalah respons2 yang tidak ia tampilkan sebelum pengalaman menyakitkan dengan baseball itu terjadi. Proses kondisioning klasik berlangsung sebagai berikut: 1. Dimulai dengan asosiasi stimulus-respons yang telah ada sebelumnya, dengan kata lain, sebuah asosiasi stimulus respons tak terkondisi(unconditioned). Anjing Pavlov mengeluarkan liur secara otomatis setiap kali mencium baud aging dan alan merasa cemas dan menghindar setiap kali menjumpai stimulus yang menyakitkan.: tidak ada pembelajaran pada kedua kasus ini. Ketiak sebuah stimulus mengarah pada sebuah respons khusus 2016 5 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tanpa ada pembelajaran sebelumnya (prior learning), kita mengatakan bahwa sebuah stimulus tak terkondisi menimbulkan sebuah respons tak terkondisi pula, respon tak terkondisi umumnya adalah sebuah respons otomatis dan tidak diengaja, atasnya pembelajar kurang atau tidak memiliki control sama sekali. 2. Kondisioning terjadi ketika sebuah stimulus netral yang tidak menimbulkan respons khusus apapun disajikan segera sebelum stimulus tak terkondisi. Dalam kasus anjing Pavlov , cahaya disajikan segera sebelum daging . dalam kasus alan, bola kasti dipukul segera sebelum dampak pukulan yang menyakitkan. Kondisioning secara khusus mungkin terjadi ketika kedua stimulus dihadirkan secara bersamaan dalam beberapa kesempatan dan ketika stimulus netral muncul hanya ketika stimulus tak terkondisi akan mengikutinya (R.R. Miller & Barnet, 1993; Rachlin,1991,Rescorla,1967) 3. Segera setelahnya , stimulus yang baru itu juga menimbulkan sebuah respons, biasanya mirip sangat dnegan respons tak terkondisi. Stimulus netral ini telah menjadi stimulus terkondisi, dan respons terhadap stimulus ini dinamakan respon terkondisi. Sebagai contoh, anjing Pavlov menampilkan respns terkondisi berupa air liur terhadap sebuah stimulus baru, yaitu terkondisi yakni, cahaya. Begitu pula alan menampilkan respons terkondisi berupa kecemasan dan menghindari memukul bola dalam permainan kasti. Seperti halnya respons tak terkondisi, respons ini muncul secara otomatis setiap kali stimulus terkondisi dihadirkan. Dua fenomena umum dalam kondisioning klasik adalah generalisasi dan ekstinksi. 1. Generalisasi Generalisasi yaitu fenomena dimana seseorang mempelajari sebuah respons terhadap stimulus tertentu dan kemudian membuat respons yang sama terhadap stimulus yang serupa; dalam kondisioning klasik, hal ini mencakup membuat respons terkondisi terhadap suatu stimulus yang serupa dengan stimulus terkondisi. Ketika orang mempelajari respons terkondisi terhadap stimulus baru, respon yang sama terhadap stimulus yang serupa juga bisa terjadi fenomena ini dikenal dengan nama generalisasi. Sebagai contoh, seorang anak laki2 yang merasa cemas dengan soal pembagian panjang dapat menggeneralisasikan kecemasannya pada aspek2 lain dari pelajaran matematika. Dan seorang anak perempuan yang mengalami penghinaan di sebuah kelas dapat menggeneralisasikan rasa melunya dikelas2 lainnya. Dalam teori perilsku, generalisasi adalah alat utama dimana pembelajar mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam satu situasi ke situasi yang baru. Di sini kita melihat satu alasan lagi mengapa siswa seharusnya mengaitkan (asociatea0 perasaan-perasaan yang menyenangkan dengan materi peljaran di kelas. Reaksi2 siswa terhadap topic pelajaran, kegiatan, atau konteks tertentu dapat digeneralisasikan yaitu mereka mengalihkannya ke topic kegiatan, atau konteks yang serupa. 2016 6 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Ekstinksi Ekstinksi penghilangan secara bertahap sebuah respons yang telah diperoleh; dalam kondisioning klasik , hal itu merupakan hasil kehadiran secara berulang dari stimulus terkondisi tanpa disertai kehadiran stimulus tak terkondisi. Pavlov menemukan bahwa respoms terkondisi tidak bertahan selamanya. Dengan memasangkan cahaya dan daging , Pavlov mengkondisikan seekor anjing supaya air liur hanya terhadap cahaya. Tetapi selanjutnya, ketika Pavlov menyalakan cahaya berulang-ulang tanpa dilanjutkan tanpa pemberian daging, air liur anjing semakin berkurang. Pada akhirnya anjing tidak lagi mengeluarkan air liur ketika melihat kilatan cahaya. Ketika stimulus terkondisi muncul berulang-ulang tanpa disertai stimulus tak terkondisi misalnya ketika pelajaran matematika tidak pernah lagi dihubungkan dengan kegagalan, atau ketika guru tidak pernah lagi diasosiasikan dengan penghinaan, respons terkondisi akan berkurang dan pada akhirnya menghilang. Dengan kata lain , ekstinksi telah terjadi. Banyak respons terkondisi hilang seiring berjalannya waktu. Sayangnya banyak respons lain yang bertahan. Ketakutan seorang anak terhadap air atau kecemasan mengenai mata pelajaran matematika bisa terus bertahan selama bertahun2. Satu alasan yang membuat ketakutan dan kecemasan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama adalah orang2 yang belajar cenderung menghindari situasi2 yang menyebabkan reaksi2 emosional negative. tetapi jika orang yang belajar itu menghindar dari stimulus menyebabkan mereka ketakutan, mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengalami stimulus itu bila stimulus tak terkondisi yang awalnya berpasangan dengan stimulus itu tidak ada/hadir. Akibatnya mereka tidak memiliki kesempatan belajar menjadi tidak takut, tidak ada lagi kesempatan bagi respons itu untuk mengalami ekstinks Operant Conditioning Dalam operant conditoning, individu belajar mengenai hubungan antara sebuah perilaku dan konsekuensinya. Setiap individu belajar untuk meningkatkan perilaku yang diikuti dengan pemberian ganjaran dan mengurangi perilaku yang diikuti dengan hukuman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian operant conditioning adalah sebuah bentuk dari pembelajaran asosiatif di mana konsekuensi dari sebuah perilaku mengubah kemungkinan berulangnya perilaku (King, 2010 :356). 2016 7 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Prinsip-Prinsip Operant Conditioning Penguatan (reinforcement) Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. a. Positive Reinforcement (Penguatan Positif) Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut dan temanteman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang. Rangsangan yang diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex, dan kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai rangsangan penguatan positif b. Negative Reinforcement (Penguatan Negatif) Negative Reinforcement adalah peningkatan frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan yang merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ibu yang memarahi anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi sikap kemarahan dari ibunya. Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yangbaik. * Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik * Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku baik Hukuman (Punishment) Penguatan negatif (negative reinforcement) tidaklah sama dengan hukuman, keduanya sangat berbeda. Penguatan negatif lebih bertujuan untuk meningkatkan probabilitas dari sebuah perilaku, sedangkan hukuman lebih bertujuan untuk menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Dalam penguatan negatif respon akan meningkat karena konsekuensinya, sedangkan pada hukuman respon akan menurun karena konsekuensinya. 2016 8 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebagai contoh, ketika kita meminum obat saat kita sakit kepala dan hasilnya sakit kepala kita hilang , maka kita akan meminum obat yang sama saat kita mengalami sakit kepal. Penghilangan rasa sakit kepala pada kasus ini merupakan penguatan negatif, sedangkan apabila setelah meminum obat ternyata kita mendapat alergi, maka tentunya kita tidak akan meminum obat yang sama lagi sebab mendapat alergi dalam kasus ini merupakan sebuah hukuman sehingga perilaku berikutnya tidak akan mengulangi hal yang sama. Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkian sebuah perilaku akan muncul. Sebagai contoh, seorang anak bermain-main pedang-pedangan menggunakan pisau, kemudian kulit jari tanganya terpotong ketika pisau tersebut salah diarahkan. Pada akhirnya anak tersebut akan sedikit kemungkinannya bermain-main menggunakan pisau. Hukuman positif dan hukuman negatif Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara positif dan negatif. Hukuman positif (positive punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti dengan rangsangan yang tidak menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya akan memarahinya hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai jelek). Hukuman negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang ketika sebuah rangsangan positif atau menyenagkan diambil. Sebagai contoh, seorang anak mendapat nilai jelek akibat terlalu sering bermain-main dengan temannya dan malas belajar, kemudian anak tersebut dihukum oleh orangtuanya untuk tidak boleh bermain dengan teman-temannya selama sebulan, akhirnya anak tersebut tidak akan terlalu sering bermain-main dengan temannya atau lebih mengutamakan pelajarannya Stimulus Operant Conditioning 1. Generalization (Generalisasi) Generalization pada operant conditioning adalah memberikan respon yang sama terhadap stimulus yang sama atau mirip. Fokus perhatiannya adalah tingkat dimana perilaku disamaratakan dari satu situasi ke situasi yang lain. Sebagai contoh, anak kecil yang mendapatkan penguatan oleh orang tuanya karena menimang dan menyayangi anjing keluarga, ia akan segera mengeneralisasikan respon menimang anjing itu dengan anjing yang lain. Contoh lain, seorang guru memuji siswanya apabila siswa itu mengajukan pertanyaan yang bagus yang berhubungan dengan bahasa Inggris, hal ini disamaratakan dengan kerja keras dalam sejarah, matematika maupun dalam mata pelajaran yang lain. 2016 9 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Discrimination (diskriminasi) Diskriminasi dalam operant conditioning berarti melibatkan perbedaan antara stimulusstimulus dan kejadian-kejadian lingkungan, atau dapat diartikan merespon stimulus yang menunjukkan bahwa sebuah perilaku akan atau tidak akan dikuatkan. Sebagai contoh, Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan mengeneralisasikan menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang lainnya, sedangkan hal itu bisa saja berbahaya ( dapat dikatakan, anjing tetangga sangat galak dan suka menggigit) maka orang tua harus memberikan latihan diskriminasi, sehingga anak mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga dan bukan anjing tetangga, dengan cara oranng tua menunjukkan aspek-aspek anjing yang melihatkan keramahannya( misalnya ekornya biasa dikibas-kibas) sehingga anak akan bisa mengenali mana anjing yang rmah dan biisa disayang dan mana anjing yang galak. Contoh lain, seorang siswa tahu bahwa wadah di meja guru yang bertulisan “ Matematika” adalah tempat ia harus meletakkan tugas matematika hari ini, sementara wadah lainnya yang bertulisan “ Bahasa Inggris “ adalah tempat tugas bahasa inggris hari ini harus diletakkan. 3. Extinction Extinction merupakan suatu penghentian penguatan. Jika dalam suatu kasus dimana pada perilaku sebelumnya individu mendapat penguatan kemudian tidak lagi dikuatkan sehingga akan ada kecenderungan penurunan perilaku, maka hal inilah yang dinamakan munculnya suatu pelenyapan (extinction). Seorang siswa mendapatkan beasiswa setiap kali berhasil menjadi juara kelas. Namun, suatu ketika beasiswa dihentikan karena adanya kekurangan dana dari pihak si pemberi beasiswa sehingga tidak sanggup lagi memberi bantuan. Ketika pihak pemberi beasiswa tersebut tidak memberi lagi beasiswa, semangat belajar siswa tersebut menjadi menurun. Pelenyapan juga merupakan suatu strategi menghentikan penguatan dimana pelenyapan ini menarik penguatan positif terhadap perilaku tidak tepat atau tidak pantas. Hal ini dikarenakan banyaknya perilaku yang tidak tepat dipertahankan akibat adanya penguatan positif terhadap perilaku tersebut. Sebagai contoh, orangtua yang kurang peka terkadang cenderung lebih memperhatikan perilaku yang tidak baik dari anaknya, seperti menegur, memarahi, membentak, dan sebagainya tanpa sedikitpun memperhatikan hal-hal baik yang dilakukan oleh anaknya, seperti memuji prestasi-prestasi dan kelakuan baik anakanaknya. Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya suatu pelenyapan terhadap penguatan pada hal-hal negatif yang dilakukan anaknya dan lebih memperhatikan dan memunculkan penguatan pada hal-hal positif yang dilakukan si anak. 2016 10 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Perbedaan Classical Conditioning dengan Operant Conditioning Pada dasarnya teori belajar klasik (classical conditioning) dan teori belajar instrumental (operant conditioning) memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat pada: Classical conditioning muncul akibat adanya asosiasi (hubungan) antara dua stimulus atau rangsangan, seperti yang kita ketahui pada percobaan Ivan Pavlov mengenai hubungan antara makanan dan bunyi bel. Sebaliknya, operant conditioning muncul akibat adanya asosiasi antara respon dan konsekuensi yang timbul, seperti halnya berlatih dengan giat akan dapat memenangkan pertandingan. Pada classical conditioning biasanya meliputi mengenai refleks-refleks, perilaku yang timbul adalah prilaku yang tidak disengaja yang dikontrol oleh syaraf otonom. Sebaliknya pada Operant conditioning lebih kepada prilaku-prilaku yang sadar dan diatur oleh syaraf simpatis. Pada Classical conditioning UCS (Unconditioned Stimulus) dipasangkan dengan CS (Conditioned Stimulus), tetapi prilaku yang timbul bersifat independent. Pada operant conditioning, konsekuensi penguatan diberikan hanya jika respon yang dikondisikan terjadi. 2016 11 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Atkinson & Hilgard’s, 2009, Introduction to Psychology, Cengage Learning, UK Robert E. Slavin, Psikologi pendidikan teori dan praktik, (Jakarta:PT Indeks, 2011) Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, edisi keenam, jilid 1, (Jakarta:Penerbit Erlangga, 2008) 2016 12 Perilaku dan Proses Mental Popi Avati.,S.Psi.,M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id