perkembangan akuntansi - Dosen Go-2-Blog

advertisement
114
PERKEMBANGAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
Tugas Mata Kuliah
Seminar Akuntansi
Disusun oleh :
SUNARDI
NPM. 4309500767
Kelas Konversi
Program Studi Akuntansi S-1
Fakultas Ekonomi
Universitas Pancasakti Tegal
1
214
PENDAHULUAN
Akuntansi Indonesia mengalami pasang surut perkembangan. Ada berbagai
faktor yang mempengaruhi perkembangan akuntansi di Indonesia. Faktor tersebut
antara lain lingkungan politik dan ekonomi serta organisasi profesi.
Seperti diketahui Indonesia telah mengalami perubahan dalam lingkungan
politik dengan ditandai pergantian kepemimpin yang memiliki karakter berbeda.
Perbedaan karakter kepemimpinan ini pada akhirnya akan mempengaruhi model
ekonomi Negara serta mempengaruhi praktik akuntansi.
Secara singkat pada makalah ini mencoba membahas perkembangan praktik
akuntansi di Indonesia. Pembahasan pertama dimulai dengan mengambarkan sejarah
perkembangan akuntansi si Indonesia. Pada bagian berikutnya akan dibahas
perkembangan organisasi profesi akuntansi, dan penyususnan standar akuntansi di
Indonesia.
1
314
PEMBAHASAN
1. SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI INDONEISA
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada era penjajahan Belanda
sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas
berkaitan dengan praktik akuntansi ddi Indonesia dapat di temui pada tahun 1747,
yaitu
praktik
pembukuan
yang
dilaksanakan
Amphioen
Socitey
yang
berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era ini Belanda menganlkan
sistem pembukuan berpasangan (Double-entry bookkeeping) sebagaimana yang
dikembangkan ole h luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda yang
merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan memainkan
peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selam era ini (Diga dan Yunus
1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun
1800an awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa
sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong munculnya permintaan akan tenaga
akuntan dan juru buku yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing mulai mulai
dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995). Peluang terhadap
kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris yang
masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil
dan perusahaan manufaktur (Yunus 1990). Intrernal auditor yagn pertama kali
datang di Indonesia adalah J.W Labrijn yang sudah berada di Indonesia pada
tahun 1896 dan orang pertama yang melaksanakan pekerjaan audit (menyusun
dan mengontrol pembukuan perusahaan) adalah Van Schagen yang dikirim ke
Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan
Negara-Government Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915
(Soemarso 1995). Akuntan public yang pertama adalah Frese dan Hogeweg yang
mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918. pendirian kantor ini diikuti
1
414
kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y. Voerens pada tahun 1920 dan
pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant Dienst (Soemarso 1995).
Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan
public. Orang Indonesia pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD.
Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada
tanggal 21 September 1929 (Soemasro 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indoenesia) mulai muncul pada tahun 19421945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Sampai tahun 1947 hanya ada
satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soemarso
1995). Praktik akuntansi model Belanda masih diggunakan selama era setelah
kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi
oleh sistem akuntansi model Belanda.
Nasionalisasi atas perusahaan yagn dimiliki Belanda dan pindahnya orangorang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan
dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997).
Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya
berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini
praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model
Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya
jumlah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti
oembukaan jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952, Institut Ilmu
Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990, Universitas
Padjajaran 1960, Univeritas Sumatra Utara 1960, Universitas Airlangga 1960 dan
Universitas Gajah Mada 1964 (Soemarso 1995) telah mendorong pergantian
praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960
(ADB 2003). Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi
sistem akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus 1997).
Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki
kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok terebut
berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih kompetetif dan lebh berorentasi
1
514
pada pasar – dengan dukungan praktik akutansi lebih baik. Kebijakan kelompok
tersebut memeperoleh dukungan yang kuta dari investor asing dan lembagalembaga internasional (Rosser 1990). Sebelum perbaikan pasar model dan
pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an, dalam praktik
banyak ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis pembukuan – satu untuk
menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan dan untuk dasar pengambilan
keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang positif dengan maksud agar dapat
digunakan untuk mengajukan pinjaman/ kredit dari bank domestic dan asing; dan
satu lagi yang menunjukkan hasil negative (rugi) untuk tujuan pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan
keuangan muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan
yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor. Sekandal pertama
adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang dimiliki oleh tiga yayasan yagn
dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta Go Public pada tahun 1990 tetapi
gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB 2003). Bank Duta juga
tidak menginformasi semua informasi kepada Bapepam, auditornya atau
underwriternya tentang masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta
mengeluarkan wajar tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza
Indonesia Realty (Pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser
(1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah Indonesia, kualitas pelaporan
keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah menginginkan adanya
transformasi pasar modal dari model “casino” mejadi model yang dapat
memobilisasi aliran investasi jangka panjang.
Bewrbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan
berwenang untuk mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan
pelaporan keuangan. Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI
mengadopsi seperangkat standar akuntansi keuangan (PSAK). Kedua, pemerintah
bekerja sama dengan Bank Dunia (Work Bank) melaksanakan proyek
Pengembangan Akuntansi yang ditunjuk untuk mengembangakan regulasi
akuntansi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah
1
614
membuat barbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam Undang-undang
Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995 pemerintah memasukkan aspek
akuntansi/
pelaporan
keuangan
kedalam
Undang-undang
Pasar
Modal
(Rosser 1999).
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan
pada pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan sampai awal
1998, kebangkrutan konglomerat, collapsenya sistem perbankan, meningnkatnya
inflasi dan pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan
melakukan negosiasi atas berbagai paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada
waktu ini kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik
akutansi dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi (Tansparancy). Ringkasan
perkembangan praktik akuntansi di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1.
Faktor Linfkungan dan Praktik Akuntansi
PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN
POLITIK DAN
EKONOMI
AKUNTANSI
SOSIAL
ERA KOLONIAL
BELANDA (1595-
Perusahaan Hindia
1945) :
Belanda (VOC) menguasai akuntansi di Indonesia

Belanda
perdagangan di Indonesia.
Regulasi akuntansi yang
menguasai Jawa
Keterlibatan dan aktifitas
pertama dikeluarkan
dan kepulauan
Pribumi di perdagangan
tahun 1642 oleh Gubernur
lain.
dibatasi dengan ketat.
Jendral Hindia Belanda.
Islam menjadi
Etnis China diberi hak
Regulasi terebut mengatur
agama mayoritas
khusus dibidang
administrasi Kas dan
perdagangan dan
Piutang (Abdil Kadir

1
Belanda mengenalkan
714
transportasi air
1982)
(1945-1966) :
Dominasi perdagangan
Akademi lulusan Amerika
Indonesia
oleh Belanda dan China
mengisi kekosongan
memperoleh
mendorong munculnya
posisi akuntan dan sistem
kemerdekaan.
ketidak adilan di
akuntansi dan auditing
Kepemimpinan
masyarakat. Akhirnya,
Amerika dikenalkan di
presiden Soekarni
Indonesia memilih
Indonesia. Baik akuntansi
dekat dengan
pendekatan sosialis dalam
model Belanda maupun
pemerintah Cina
pembangunan yang
Amerika digunakan
(RRC). Tahun 1965
ditandai dengan dominasi
secara bersama. Ikatan
terjadi usaha kudeta
peran Negara. Tahun
Akuntansi Indonesia
oleh komunis yang
1958, semua perusahaan
didirikan tahun 1957
berhasil digagalkan
milik Belanda
untuk memberi pedoman
dan mendorong peran
dinasionalisasi dan warga
dan untuk
militer.
Negara Belanda keluar
mengkoordinasi aktivitas
dari Indonesia.
akuntan.
(1966-1998) :
Dibawah kepemimpinan
Terjadi transfer
Suharto menjadi
Suharto, pembangunan
pengetahuan dan keahlian
Presiden tahun 1966
ekonomi didasarkan pada
akuntansi secara langsung
dengan pendekatan
pendekatan kapitalis.
dari kantor pusat
kebijakan ekonomi
Investor asing didorong
perusahaan asing kepada
dan politik yang
dan tahun 1967
karyawan Indonesia dan
konservatif
dikeluarkan Undang-
secara tidak langsung
undang Penanaman Modal
mempengaruhi aktivitas
Asing yang menghasilkan
bisnis.
ERA SUKARNO
ERA SUHARTO
munculnya perusahaan
asing
Tahun 1973, IAI
1
814
mengadopsi seperangkat
Tahun 1997-1998 Krisis
prinsip akuntansi dan
Keuangan Asia menimpa
standar auditing serta
Indonesia dan banyak
professional code of
perusahaan yang bangkrut.
conduct. Prinsip-prinsip
akuntansi didasarkan pada
pedoman akuntansi yang
dipublikasikan AICPA
tahun 1965.
Standar akuntansi
internasional diadopsi
tahun 1995
ERA SETELAH
SUHARTO
Indonesia berjuang dari
Regulasi diperketat untuk
(SETELAH 1998) :
kesulitan ekonomi dan
memperbaiki
Suharto dipaksa
stabilitas sosial.
pengungkapa informasi.
mengundurkan diri
pada tahun 1998
2. PERKEMBANGAN ORGANISASI PROFESI AKUNTANSI
Sampai dengan tahun 1950an, di Indonesia belum ada profesi akuntansi
lulusan universitas lokakl. Hampir semua akuntan memiliki kualifikasi
proffesional yang berasal dari Belanda. Munculnya Undang-Undang No. 34/ 1954
tentang Pemakaian Gelar Akuntan merupakan fondasi lahirnya akuntan yang
berasal dari universitas lokal. Pada tahun 1957, kelompok pertama mahasiswa
akuntansi lulus dari Universitas Indonesia. Namun demikian, kantor akuntan
public milik orang Belanda tidak mengakui kualifikasi mereka. Atas dasar
kenyataan tersebut, akuntan lulusan Universitas Indonesia bersama-sama dengan
1
914
dengan akuntan senior lulusan Belanda mendirikan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) pada tanggal 23 Desember 1957. professor Soemarjo Tjitrosidojo –
akademisi berpendidikan Belanda adalah Ketua Umum IAI yang pertama
(Yunus 1990). Tujuan didirikannya IAI ini antara lain mempromosikan status
profesi akuntansi, mendukung pembangunan nasional dan meningkatkan keahlian
serta kompetensi akuntan.
Selama tahun 1960an, menurunnya peran kegiatan keuangan mengakibatkan
penurunan permintaan jasa akuntansi dan kondisi ini berpengaruh pada
perkembangan profesi akuntansi di Indonesia. Namun demikian, perubahan
kondisi ekonomi dan politik yang terjadi pada akhir era tersebut, telah mendorong
pertumbuhan profesi akuntansi. Profesi akuntansi mulai berkembang cepat sejak
tahun 1967 yaitu setelah dikeluarkannya Undang-Undang Penanaman Modal
Asing
dan
Undang-Undang
Penanaman
Modal
Dalam
Negeri
1968
(Soemarso 1995). Usaha profesionalisasi IAI mendapat sambutan ketika
dilaksanakan konvensi akuntansi yang pertama yaitu pada tahun 1969. hal ini
terutama disebabkan oleh adanya Surat Keputusan Menteri Keuangan yang
mewajibkan akuntan bersertifikat menjadi anggota IAI (ADB 2003)
Pada tahun 1973, IAI membentuk “Komite Norma Pemeriksaan Akuntan”
(KNPA) untuk mendukung terciptanya perbaikan ujian akuntansi (Bahciar 2001).
Yayasan Pengembangan Ilmu Akuntansi Indonesia (YPAI) didirikan pada tahun
1974 untuk mendukung pengembangan profesi melalui program pelatihan dan
kegiatan penelitian. Selanjutnya pada tahun 1985 dibentuk Tim Koordinasi
Pengembangan Akuntansi (TKPA). Kegitan TKPA ini didukung sepenuhnya
oleh IAI dan didanai oleh Bank Dunia sampai berakhir tahun 1993. misinya
adalah untuk mengembangkan pendidikan akuntansi, profesi akuntansi, standar
profesi dank ode etik profesi.
Kemajuan selanjutnya dapat dilihat pada tahun 1990an ketika Bank Dunia
mensponsori Proyek Pengembangan Akunatan (PPA). Melalui proyek ini,
berbagai standar akuntansi dan auditing dikembangkan, standar profesi diperkuat
dan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) mulai dikenalkan. Ujian Sertifikasi
1
1014
Akuntan Publik berstandar Internasional diberlakukan sebagai syarat wajib bagi
akuntan publik yang berpraktik sejak tahun 1997 (akuntan yang sudah berpraktik
sebagai akuntan public selama 1997 tidak wajib mengikuti USAP). Pengenalan
USAP ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Hal ini dapat dilihat SK
Menteri Keuangan No. 43/ KMK. 017/ 1997 yang berisi ketentuan tentang
prosedur perizinan, pengawasan, dan sanksi bagi akuntan public yang bermasalah
(SK ini kemudian diganti dengan SK No. 470/ kmk.017/ 1999).
Empat pupluh lima tahun setelah pendirian, IAI berkembang menjadi
organisasi profesi yang diakui keberadaanya di Indonesia dan berprofesi sebagai
akuntan publik, akuntan manajemen, akuntan pendidikan dan akuntan
pemerintahan.
Profesi akuntansi menjadi sorotan publik ketika terjadi krisis keuangan di
Asia pada tahun 1997 yang ditandai dengan bangkrutnya berbagai perusahaan dan
Bank di Indonesia. Hal ini disebabkan perusahaan yang mengalami kebangkrutan
tersebut, banyak yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian (unqualified
audit opinions) dari akuntan publik. Pada bulan Juni 1998 Asian Devloment Bank
(ADB) menyetujui Financial Governance Reform Sector Develoment Program
(FGRSDP)
untuk
mendukung
usaha
pemerintah
mempromosikan
dan
memperkuat proses pengelolaan perusahaan (governance) di sektor public dan
keuangan. Kebijakan FGRSDP yang disetujui pemerintah adalah usaha untuk
menyusun peraturan yang membuat :
1) Auditor bertanggung jawab atas kelalaian dalam melaksanakan audit
2) Direktur bertanggung jawab atas informasi yang salah dalam laporan
keuangan dan informasi publik lainnya.
Tahun 2001, Departemen Keuangan mengeluarkan Draft Akademik tentang
Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik yang baru. Dalam draft ini
disebutkan bahwa tujuan dibenetuknya UU Akuntan Publik adalah :
a) Melindungi kepercayaan publik yang diberikan kepada akuntan public.
b) Memberikan kerangka hukum yang lebih jelas bagi akuntan publik.
1
1114
c) Mendukung pembangunan ekonomi nasional dan menyiapkan akuntan
dalam menyongsong era liberalisasi jasa akuntan publik.
Hal penting dalam RUU AP ini adalah ketentuan yang menyebutkan bahwa
akuntan publik dan kantor akuntan public dapat dituntut dengan sanksi pidana.
3. PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA
Proses penyusunan standar akuntansi yang baik harus memiliki lima tahapan
(ADB 2003) :
1) Design – aspek khusus akuntansi tertentu diidentifikasi dan diteliti dan
exposure draft disiapkan
2) Approval – draft tersebut direview dan jika layak akan disetujui sebagai
standar.
3) Education – penjelasan kepada penyusun dan pemakai laporan keuangan
tentang pengaruh dan implementasi standar yang baru
4) Implementation – ketentuan dalam standar terebut diaplikasikan dalam
perusahaan.
5) Enforcement – pengawasan dan pemberian sanksi bagi yang tidak
menerapkan.
Penyusunan standar akuntansi Indonesia pada dasarnya mengacu pada model
Amerika dengan sedikit modifikasi. Menurut aturan yang dibuat Dewan Standar
Akuntansi Keuangan, proses penyusunan standar akuntansi keuangan melibatkan
delapan tahap berikut ini (ADB 2003) :
a. Issue Identification. Kongres IAI yang bertemu setiap 4 tahun mengeluarkan
resolusi tentang program kerja strategi DSAK. DSAK ini memonitor dan
mempertimbangkan pengumuman resmi yang dikeluarkan International
Accounting Standar Board (IASB) dan badan perumus standar akuntansi
lainnya serta mereview masukan yang diberikan secara langsung oleh pihak
tertentu.
1
1214
b. Preliminary Consideration. DSAK mendiskusikan isu yang ada dan komisi
yang diperlukan serta melakukan penelitian terhadap isu yang ada sebelum isu
tersebut dimasukkan dalam program kerja DSAK.
c. Preparation of Accounting Discussion Paper. Untuk setiap topic yang
diterima, DSAK membentuk Komite Khusus untuk menyiapkan topic outline
dan Accounting Discussion Paper (ADP) yang secara rinci menjelaskan dan
menganalisa topik tersebut.
d. Preparation of Exposure Draft (ED). Atas dasar pertimbangan yang
terdapat dalam ADP, DSAK menyiapkan ED awal yang harus konsisten
dengan kerangan standar akuntansi internasional. ED awal ini didistribusikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan tanggapan.
e. Publication of ED. ED dipublikasikan di Media Akuntansi – Majalah IAI dan
didistribusikan kepada pihak yang berkepentingan paling lambat 1 bulan
sebelum Public hearing.
f. Public
Hearings.
Public
hearing
diselenggarakan
untuk
memeberi
kesempatan pada pihak yang berkepentingan untuk menyampaikan pandangan
mereka terhadap ED tersebut. Atas dasar masukan tersebut, DSAK akan
berkonsultasi dengan pemerintah, organisasi dan individu lain yang relevan
sebelum disyahkan menajadi PSAK.
g. PSAK Preparation. Jika perlu, DSAK mengubah ED untuk merefleksikan
hasil konsultasi yang telah dilakukan.
h. Approval and Promulgation. DSAK menyetujui PSAK untuk diterbitkan
sebagai pedoman resmi praktik akuntansi tertentu. PSAK yang disetujui
dipublikasikan melalui Media Akuntansi dan Website IAI.
1
1314
KESIMPULAN
Perkembangan akuntasi di Indonesia mengalami pasang surut, beberapa faktor
yang mempengaruhinya antara lain lingkungan politik dan ekonomi serta organisasi
profesi.
Proses pembentukan standar akuntansi atau sering disebut dengan standar
setting process merupakan proses yang cukup pelik oleh karena melibatkan aspek
politik, bisnis, sosial budaya. Aspek politik cukup dominan karena tarikan beberapa
kepentingan baik pihak pemerintah, swasta maupun profesi akuntan itu sendiri.Hal ini
dapat dipahami karena standar akuntansi yang akan diberlakukan akan mengikat
semua pihak.
Dilihat dari aspek bisnis, standar akuntansi akan berkembang seiring dengan
perkembangan dunia bisnis. Munculnya transaksi-transaksi bisnis baru yang semakin
komplek menuntut adanya standar akuntansi yang mengatur transaksi tersebut. Oleh
karena standar akuntansi akan diterapkan pada suatu komunitas tertentu maka aspek
sosial budaya juga akan mewarnai penyusunan standar tersebut.
1
1414
DAFTAR PUSTAKA
Abdoelkadir, K.K., 1982, “The Perception of Accountants and Accounting Students
on the Accounting Profession in Indonesia”, PhD Dissertation, Texas A&M
University
ADB. 2003. “Diagnosa Study of Accounting and Auditing Practice (Private Sector) :
Republic of Indonesia.” ADB Report, Asian Development Bank: Manila, 21
Februari
Bachtiar, E., 2001. “The Professionalization of Accounting in Indonesia”, Paper
disajikan dalam the Second International Accounting History Conference,
Osaka Jepang, Agustus 2001.
Craig, R. and J. Diga. 1998. “Corporate Accounting Disclosure in Asean.” Journal of
International Financial Management and Accounting, 9:3, pp. 246-274.
Prof.Dr.Imam Ghozali, M.Com,Akt and Dr.Anis Chariri, M.Com,Akt “ Teori
Akuntasi edisi 3 ”
1
Download