707 KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS BIOKONTROL BAKTERI

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS BIOKONTROL BAKTERI ENDOFIT
DARI LOMBOK TERHADAP KAPANG PATOGEN Fusarium oxysporum f.sp.
lycopersici
Characterization and Biocontrol Activity of Endophyte Bacteria From Lombok Towards
Pathogen Fungi Fusarium Oxysporum F.Sp. Lycopersici
Nur Laili dan Dwi Agustiyani
Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI)
Kawasan CSC Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor. HP 081331730395. Email:
[email protected]
Abstrak
Biokontrol merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk mengendalikan infeksi
patogen Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici, penyebab penyakit tanaman layu Fusarium
pada tanaman tomat. Penelitian ini bertujuan menguji potensi isolat bakteri endofit sebagai
agen biokontrol untuk menghambat pertumbuhan kapang patogen F. oxysporum f.sp.
lycopersici. Pengujian aktivitas biokontrol dalam penelitian ini terdiri dari 12 isolat bakteri
bakteri endofit yang diisolasi dari beberapa ekosistem berbeda di Lombok. Karakterisasi
aktivitas biokontrol dilakukan dengan menguji aktivitas enzim protease dan βglucanase/kitinase semi kuantitatif, katalase, produksi ammonia, hidrogen cyanide (HCN)
dan siderofor. Hasil pengujian aktivitas antagonisme menunjukkan bahwa 7 isolat bakteri
mampu menghambat pertumbuhan kapang patogen Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici.
Isolat bakteri endofit Ed. Lo-13a dan Ed. Lo-13b menunjukkan aktivitas penghambatan
tertinggi dengan indeks penghambatan sebesar 38,82%. Hasil karakterisasi menunjukkan
bahwa 5 isolat bakteri memiliki aktivitas protease dan 3 isolat bakteri memiliki aktivitas
enzim -glucanase/chitinase. Hasil karakterisasi lainnya menunjukkan 7 isolat bakteri yang
memiliki aktivitas antagonisme juga memiliki aktivitas katalase dan produksi ammonia dan
HCN. Sedangkan pada uji aktivitas siderofor, menunjukkan hasil 5 isolat bakteri mampu
menghasilkan siderofor dan siderofor tertinggi dihasilkan oleh isolat bakteri Ed. Lo-13a
dan Ed. Lo-13b dengan diameter sebesar 0,8 cm.
Kata Kunci: bakteri endofit, biokontrol, Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici, kapang
patogen, karakterisasi.
Abstract
Biocontrol is an alternative that might be used to control the pathogen Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici infection, which was well known as plant diseases Fusarium
wilt in tomato. The aims of this research were to test and characterize the potential of
endophytic bacteria as a biocontrol agent to inhibit the growth of pathogenic fungus F.
oxysporum f.sp. lycopersici. Biocontrol agents in this study consisted of 12 endophytic
bacteria were isolated from some ecosystems in Lombok. Characterization of biocontrol
activity was conducted by examining the activity of the hydrolize enzymes, include
protease and β-glucanase/chitinase semi quantitatively, catalase activity, the production of
ammonia, hydrogen cyanide (HCN) and siderophores. The test results antagonism activity
showed that 7 bacteria isolates have ability to inhibit pathogen F. oxysporum f.sp.
lycopersici. Bacteria isolates Ed. Lo-13a and Ed. Lo-13b has the highest inhibition index of
38.82%. It was also found that 5 isolates had protease activity and 3 isolates have βglucanase enzyme activity. The other properties of endophytic bacteria showed that 7
bacteria have catalase activity and the production of ammonia and HCN. On the other
hand, from the siderophores assay, showed that 5 bacteria have capability of producing
707
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
siderophores and the highest siderophores produced by Ed. Lo-13a and Ed. Lo-13b with a
diameter of 0.8 cm.
Key words: biocontrol, characterization, endophytic bacteria, Fusarium oxysporum f.sp.
lycopersici, pathogen fungus.
PENDAHULUAN
Kapang patogen Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici merupakan penyebab
penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat dan menyebabkan penurunan produktivitas
tomat. Pengendalian penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat selama ini dilakukan
dengan menggunakan fungisida dan kultivar tanaman tomat yang resisten terhadap F.
oxysporum f.sp. lycopersici. Namun demikian, penggunaan fungisida yang berspektrum
luas dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Penggunaan kultivar resisten juga
memiliki kekurangan karena sulitnya diperoleh hasil persilangan yang memiliki resistensi
jika tidak ada gen yang dominan. Di lain pihak, ras baru dari patogen yang melampaui
resistensi inang terus berkembang (Akkopru & Demir, 2005). Hal tersebut mendorong
adanya beberapa penelitian tentang penggunaan biokontrol dalam mengendalikan patogen
tanaman dan tetap menjaga kualitas lingkungan.
Penggunaan biokontrol merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk
mengendalikan infeksi kapang patogen Fusarium pada beberapa tanaman. Biokontrol
didefinisikan sebagai organisme alami, hasil rekayasa genetik, dan gen atau produk gen,
yang digunakan untuk mengurangi efek penyakit pada organisme inang yang
menguntungkan manusia, serta tidak berbahaya bagi lingkungan (Monte & Llobell 2003).
Salah satu mikroorganisme yang banyak digunakan sebagai agen biokontrol adalah bakteri,
karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain mudah beradaptasi pada lingkungan di
mana mereka diaplikasikan dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (Rodas-Junco
et al. 2009). Bakteri endofit merupakan kelompok mikroorganisme yang hidup dalam
jaringan tumbuhan tanpa menyebabkan infeksi penyakit dan berinteraksi dengan tanaman
dalam simbiosis mutualisme (Zhao et al. 2010). Penggunaan bakteri endofit sebagai agen
biokontrol terhadap penyakit tanaman sangat menarik karena kemampuannya dalam
berkolonisasi dengan jaringan tumbuhan yang sehat dan memproduksi antibiotik di
dalamnya (Kunoh, 2002). Tanaman memperoleh keuntungan dari keberadaan bakteri
endofit karena produksi dari senyawa metabolit sekunder dan antibiotik dari bakteri
tersebut dapat merangsang produksi hormon tumbuh untuk memacu pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen (Bandara et al.
2006). Berdasarkan interaksinya yang cukup dekat dengan tanaman inangnya, maka
bakteri endofit berpotensi digunakan sebagai agen biokontrol dalam sistem pertanian
berkelanjutan dan ramah lingkungan (Sturz & Nowak, 2000).
Pengujian penghambatan patogen Fusarium secara in-vitro oleh bakteri biokontrol
telah banyak dilakukan. Bakteri biokontrol berperan dalam menghambat pertumbuhan
Fusarium dalam media agar melalui mekanisme kompetisi nutrisi, oksigen, dan habitat,
menghasilkan enzim hidrolase seperti kitinase, protease dan β-1-3 glucanase yang berperan
dalam melisiskan dinding sel jamur patogen serta mensekresikan senyawa antibiotik atau
senyawa antifungal lainnya (Benyagoub et al. 1998; Gomes et al. 2000; Getha &
Vikineswary 2002; de Azaredo et al. 2004; Nourozian et al. 2006; Rodas-Junco et al.
708
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
2009). Sekresi enzim oleh bakteri merupakan mekanisme yang efektif dalam menghambat
pertumbuhan patogen. Enzim hidrolase, seperti protease, β-1-3 glucanase dan kitinase
yang dihasilkan oleh bakteri biokontrol berpotensi dalam melisiskan dinding sel jamur
kapang patogen, sehingga menghambat pertumbuhan Fusarium (Gomes et al. 2000; de
Azaredo et al. 2004; Rodas-Junco et al. 2009). Enzim kitinase dan β-1-3 glucanase
berperan dalam melisiskan kitin yang merupakan komponen utama dinding sel jamur
sehingga terjadi degradasi dinding sel jamur patogen (Gupta et al. 1995; Huang et al. 2005;
Huang & Chen 2008). Aktivitas protease memecah protein menjadi monomer-monomer
yang lebih kecil juga berperan dalam proses mikolitik dan degradasi miselia jamur patogen
(Basha & Ulaganathan 2002).
Penelitian ini bertujuan menguji potensi isolat bakteri endofit yang diisolasi dari
berbagai ekosistem di Lombok sebagai agen biokontrol untuk menghambat pertumbuhan
kapang patogen F. oxysporum f.sp. lycopersici. Karakterisasi aktivitas biokontrol berupa
sintesis enzim protease dan β-1-3 glucanase/kitinase yang merupakan bagian dari
mekanisme bakteri untuk menghambat pertumbuhan patogen Fusarium. Karakterisasi
lainnya, seperti aktivitas katalase, produksi ammonia, HCN dan siderofor juga berperan
penting dalam biokontrol, meningkatkan ketahanan tanaman dan memacu pertumbuhan
tanaman (Kumar et al., 2012).
METODE PENELITIAN
1. Uji aktivitas biokontrol dari isolat bakteri potensial terhadap kapang patogen F.
oxysporum f. sp. lycopersici.
Uji aktivitas antagonisme dilakukan pada 7 isolat bakteri endofit yang positif
memiliki aktivitas antagonisme terhadap kapang F. oxysporum f. sp. Lycopersici. Uji
aktivitas antagonisme menggunakan metode cross plug yang dimodifikasi oleh Getha &
Vikineswary (2002). Pengujian dilakukan pada medium PDA di cawan petri yang dibagi
menjadi 2 bagian yang sama. 1 blok agar dari masing-masing kapang patogen F.
oxysporum f. sp. Lycopersici berdiameter 5 mm ditumbuhkan pada media PDA di salah
satu sisi cawan petri, dan diinkubasi selama 2 hari. Selanjutnya, masing-masing isolat
bakteri terseleksi diinokulasi pada sisi cawan petri lainnya. Diamati pembentukan zona
hambat dan diukur diameternya untuk menentukan indeks penghambatan bakteri terhadap
kapang patogen setelah 10 hari inkubasi. Aktivitas antagonisme ditunjukkan dengan
terbentuknya zona penghambatan terhadap pertumbuhan kapang patogen. Penghitungan
persentase penghambatan menggunakan persamaan yang telah dilaporkan oleh Nourozian
et al. (2007), yaitu:
% penghambatan = ((C – T)/C) x 100
Keterangan:
C= diameter kapang kontrol
T= diameter kapang dengan perlakuan biokontrol
709
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
2.
Karakterisasi aktivitas biokontrol dari isolat bakteri potensial terhadap kapang
patogen F. oxysporum f. sp. lycopersici.
Uji aktivitas biokontrol dilanjutkan dengan karakterisasi mekanisme penghambatan
dari bakteri yang memiliki aktivitas antagonisme, meliputi:
a. Uji aktivitas enzim hidrolisis (protease dan -glucanase/kitinase)
Karakterisasi penghambatan dilakukan dengan uji aktivitas enzim hidrolisis secara
kualitatif, yang terdiri dari enzim protease dan -glucanase/kitinase. Uji aktivitas enzim
protease dilakukan dengan menginokulasi isolat bakteri ke media spesifik Protease-Skim
Milk Agar yang terdiri dari dari glukosa 1,0 g; yeast extract 2,5 g; casein 1,0 g; susu skim
10 g; dan Agar 22 g dalam 1000 ml akuades. Satu ose bakteri diinolulasikan secara aseptis
pada tengah cawan berdiameter 6 cm. Dilakukan pengamatan terbentuknya zona bening
dan diukur diameternya pada jam ke-24 dan ke-48 jam dengan cara diameter zona bening
dikurangi diameter koloni bakteri. Uji aktivitas -glucanase/kitinase dilakukan dengan
menginokulasi isolat bakteri ke media yang mengandung spesifik Kitin Agar yang terdiri
dari kitin koloid 5,0 g; glukosa 3,0 g; polypeptone 1,0 g; KH2PO4 1,0 g; MgSO4.7H2O 0,5
g; dan Agar 22 g dalam 1000 ml akuades. Dilakukan pengamatan terbentuknya zona
bening dan diukur diameternya pada jam ke-48 dan ke-72 jam dengan cara diameter zona
bening dikurangi diameter koloni bakteri.
b. Uji aktivitas katalase
Isolat bakteri biokontrol ditumbuhkan pada media NA dan diinkubasi selama 48
jam. Satu tetes H2O2 3% diletakkan pada kaca objek, kemudian diambil 1 ose kultur
bakteri dan diletakkan di atas H2O2 3%, lalu dicampur. Diamati terbentuknya gelembung
gas sebagai hasil reaksi antara H2O2 dengan isolat bakteri yang memiliki aktivitas katalase.
c. Uji aktivitas produksi ammonia
Uji isolat bakteri biokontrol untuk produksi ammonia mengikuti metode yang telah
dilaporkan oleh Cappuccino and Sherman (1992). Isolat bakteri biokontrol ditumbuhkan
dalam 10 ml media Pepton Broth, yang terdiri dari 5 g pepton dalam 1000 ml akuades, dan
diinkubasi dalam rotary shaker selama 48 jam. Setelah inkubasi selama 48 jam, kultur
bakteri ditetesi dengan larutan Reagent Nessler 0,5 ml, kemudian diamati perubahan warna
media kultur menjadi kuning-kecokelatan. Isolat bakteri yang menghasilkan ammonia akan
merubah warna media dari kuning muda menjadi kuning-kecokelatan.
d. Uji produksi Hidrogen Cyanide (HCN)
Uji isolat bakteri dalam memproduksi HCN dilakukan berdasarkan metoda yang
dikemukakan oleh Canstric, 1975. Isolat bakteri biokontrol ditumbuhkan pada media NA
yang mengandung 0,44% glycine. Kertas saring Whatman No.1 direndam dalam larutan
picric acid 0,5% dalam larutan sodium carbonate 2%. Selanjutnya kertas saring yang sudah
direndam diletakkan ke dalam petri dish yang sudah diinokulasi dengan bakteri dan
diinkubasi selama 4 hari. Dilakukan pengamatan perubahan warna pada kertas saring.
Isolat bakteri yang menghasilkan HCN akan merubah warna kertas saring dari kuning
kecokelatan sampai warna cokelat gelap.
e. Uji produksi siderofor
Media selektif untuk produksi sidorofore adalah Chrome Azurol Sulfate (Schwyn
and Neilands, 1978). Pembuatan CAS Agar, larutkan 100 ml Mineral Media (MM) 9 Salt
710
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
pada 750 ml akaubides. Tambahkan 32,24 g PIPES secara perlahan sambil diaduk
menggunakan magnetic stirrer, tambahkan sedikit demi sedikit NaOH hingga PIPES larut
sempurna atau hingga pH medium mencapai 6,8 kemudian ditambahkan 15 g Bacto Agar
dan disterilisasi dengan autoklaf selama 20 menit, biarkan hingga suhu turun (±50-60oC)
lalu ditambahkan dengan 30 ml Casamino Acid Solution dan 10 ml Glucose Stock
kemudian secara perlahan tambahkan 100 ml Blue Dye melalui tepi wadah sambil
dihomogenkan menggunakan magnetic stirer. Setelah homogen, medium dituang ke dalam
cawan Petri steril.
Satu ose isolat bakteri biokontrol secara aseptis diinokulasikan ke medium Fe-CAS
agar, kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Bakteri sebagai penghasil
siderofor adalah koloni bakteri yang mampu mengubah warna biru media Fe-CAS agar
menjadi kuning sampai oranye. Dilakukan pengamatan perubahan warna dan pengukuran
diameter zona perubahan warna.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji aktivitas biokontrol dari isolat bakteri potensial terhadap kapang patogen F.
oxysporum f. sp. lycopersici.
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antagonisme dari 12 isolat bakteri endofit
terhadap kapang patogen F. oxysporum f. sp. lycopersici, diperoleh hasil bahwa 7 isolat
bakteri memiliki aktivitas antagonism (Tabel 1 dan Gambar 1). Hasil uji aktivitas
antagonisme menunjukkan bahwa isolat bakteri endofit Ed. Lo-13a dan Ed. Lo-13b
memiliki indeks penghambatan tertinggi terhadap F. oxysporum f. sp. lycopersici sebesar
38,82%.
Tabel 1. Isolat bakteri yang memiliki aktivitas antagonisme terhadap kapang patogen F.
oxysporum f. sp. lycopersici.
Isolat
Diameter
Diameter
Indeks
No.
Bakteri
Kontrol (cm) Perlakuan (cm)
Penghambatan (%)
1. Ed. Lo-3b
5.7
4.3
24.56
2. Ed. Lo-7a
7
4.6
34.29
3. Ed. Lo-10a
5.7
4.5
21.05
4. Ed. Lo-12f
5.7
5
12.28
5. Ed. Lo-13a
8.5
5.2
38.82
6. Ed. Lo-13b
8.5
5.2
38.82
7. Ed. Lo-13c
8.5
5.3
37.65
Gambar 1. Aktivitas antagonisme bakteri endofit Ed. Lo-13a dan Ed. Lo-13b terhadap
kapang F. oxysporum f. sp. lycopersici.
711
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Aktivitas antagonisme dari bakteri biokontrol terhadap patogen dilakukan melalui
beberapa mekanisme antara lain: 1). kompetisi nutrisi, oksigen, dan habitat; 2).
parasitisme, dengan menghasilkan enzim hidrolase seperti kitinase, protease dan β-1-3
glucanase yang berperan dalam melisiskan dinding sel jamur patogen; 3). sekresi senyawa
antibiotik atau senyawa antifungal dan metabolit sekunder lainnya yang dapat menghambat
pertumbuhan kapang patogen (Benyagoub et al. 1998; Gomes et al. 2000; Getha &
Vikineswary 2002; Woo et al. 2002; de Azaredo et al. 2004; Compant et al. 2005;
Monteiro et al. 2005; Nourozian et al. 2006; Prapagdee et al. 2008; Rodas-Junco et al.
2009).
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antagonisme bakteri endofit biokontrol
terhadap kapang patogen F. oxysporum f. sp. lycopersici, penghambatan pertumbuhan
patogen dapat disebabkan oleh adanya kompetisi nutrisi dan habitat di cawan petri, di
mana bakteri mengabsorpsi nutrisi dari media agar dan menghambat pertumbuhan patogen.
Kemungkinan lainnya adalah bakteri tersebut menghambat pertumbuhan F. oxysporum f.
sp. lycopersici dengan mengeluarkan senyawa metabolit sekunder pada media agar.
Senyawa metabolit sekunder seperti antibiotik dilaporkan memiliki peranan penting dalam
menghambat pertumbuhan patogen karena dapat merusak hifa kapang patogen, sehingga
hifa mengecil, abnormal, atau menggembung (Getha & Vikineswary 2002).
2. Karakterisasi aktivitas biokontrol dari isolat bakteri potensial terhadap kapang
patogen F. oxysporum f. sp. lycopersici.
Karakterisasi penghambatan dilakukan dengan uji aktivitas enzim hidrolisis secara
kualitatif, yang terdiri dari enzim protease dan -Glucanase/kitinase, uji katalase, produksi
ammonia dan HCN serta aktivitas siderofor. Berdasarkan hasil karakterisasi diperoleh
bahwa 3 isolat bakteri yang memiliki aktivitas enzim -glucanase/kitinase, yaitu Ed.Lo12f, Ed. Lo-13b, dan Ed. Lo-13c. Hasil pengukuran aktivitas enzim protease menunjukkan
6 isolat bakteri yang memiliki aktivitas protease, di mana isolat bakteri endofit Ed. Lo-10a,
Ed. Lo-13b, dan Ed. Lo-13c memiliki diameter aktivitas tertinggi sebesar 1,8 cm. Hasil uji
aktivitas enzim protease dan -glucanase/kitinase ditunjukkan pada tabel 2 dan gambar 2.
Tabel 2. Hasil uji aktivitas enzim protease dan -glucanase dari bakteri biokontrol.
Aktivitas Aktivitas Protease
No. Isolat Bakteri
Glucanase/kitinase
Kualitatif
Kualitatif
Diameter aktivitas (cm)
1. Ed. Lo-3b
+
1.6
2. Ed. Lo-7a
3. Ed. Lo-10a
+
1.8
4. Ed. Lo-12f
+
5. Ed. Lo-13a
+
1.7
6. Ed. Lo-13b
+
+
1.8
7. Ed. Lo-13c
+
+
1.8
712
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
a
b
Gambar 2. Hasil pengujian aktivitas enzim protease (a) dan -glucanase/kitinase (b) dari
bakteri biokontrol.
Aktivitas antagonisme bakteri biokontrol terhadap kapang patogen juga
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam sintesis enzim hidrolase yang berperan dalam
menghambat pertumbuhan kapang patogen. Enzim-enzim hidrolase seperti -Glucanase,
kitinase dan protease memiliki peran penting dalam melawan kapang patogen dengan
mendegradasi dinding selnya (Gomes et al. 2000; Prapagdee et al. 2008; Quecine et al.
2008). Protease, kitinase dan -Glucanase ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri
memiliki peran penting dalam aktivitas degradasi dinding sel dan menghambat
pertumbuhan jamur patogen, semakin besar enzim tersebut disekresikan oleh bakteri maka
aktivitas penghambatan pertumbuhan jamur patogen juga semakin besar (Basha &
Ulaganathan 2002; Laili & Antonius 2009).
Karakterisasi aktivitas biokontrol lain yang dilakukan adalah dengan menguji
kemampuan isolat bakteri endofit dan Bacillus dalam aktivitas katalase, produksi ammonia
dan hydrogen cyanide (HCN). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, 7 isolat
bakteri biokontrol yang diuji menunjukkan aktivitas katalase, di mana 6 isolat bakteri
menunjukkan aktivitas katalase yang cukup tinggi. Hasil uji produksi ammonia
menunjukkan bahwa 7 bakteri endofit biokontrol mampu menghasilkan ammonia, di mana
6 isolat bakteri mampu menunjukkan perubahan warna media menjadi kuning-cokelat.
Pada pengujian produksi HCN, 7 bakteri menunjukkan kemampuannya dalam
menghasilkan HCN, di mana isolat Ed.Lo-13a dan Ed.Lo-13c terindikasi mampu
menghasilkan HCN tertinggi, dengan perubahan warna pada kertas saring menjadi cokelat
gelap. Hasil karakterisasi aktivitas biokontrol dari bakteri tersebut ditunjukkan pada tabel 3
dan gambar 3.
Tabel 3. Hasil uji aktivitas katalase, produksi ammonia dan produksi HCN dari bakteri
biokontrol.
Produksi Ammonia
Produksi HCN
No. Isolat Bakteri Katalase
Aktivitas
Keterangan
Aktivitas
Keterangan
1.
Ed. Lo-3b
+++
+
Kuning
++
Cokelat cerah
2.
Ed. Lo-7a
+
++
Kuning-cokelat
++
Cokelat cerah
3.
Ed. Lo-10a
+++
++
Kuning-cokelat
++
Cokelat cerah
4.
Ed. Lo-12f
+++
++
Kuning-cokelat
++
Cokelat cerah
713
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
5.
6.
7.
Ed. Lo-13a
Ed. Lo-13b
Ed. Lo-13c
+++
+++
+++
++
++
++
Kuning-cokelat
Kuning-cokelat
Kuning-cokelat
+++
++
+++
Cokelat gelap
Cokelat cerah
Cokelat gelap
Gambar 3. Hasil uji produksi ammonia dari isolat bakteri endofit biokontrol.
Gambar 4. Hasil uji produksi HCN dari isolat bakteri endofit biokontrol menunjukkan
tingkat produksi HCN yang bervariasi.
Pada uji siderofor diperoleh 5 isolat bakteri penghasil siderofor, isolat bakteri Ed.
Lo-13a dan Ed. Lo-13b menghasilkan siderofor tertinggi dengan diameter sebesar 0,8 cm.
Bakteri penghasil siderofor akan menunjukkan kemampuan dalam mengkelat logam Fe
dengan terbentuknya perubahan warna dari biru menjadi kuning-orange di sekitar koloni.
Hasil pengujian aktivitas siderofor dari isolat bakteri endofit biokontrol ditunjukkan pada
tabel 4 dan gambar 5.
Tabel 4. Hasil uji aktivitas siderofor dari isolat bakteri endofit biokontrol.
Siderofor
No.
Isolat Bakteri
Kualitatif
Diameter aktivitas (cm)
1. Ed. Lo-3b
2. Ed. Lo-7a
3. Ed. Lo-10a
+
0.6
4. Ed. Lo-12f
+
0.3
5. Ed. Lo-13a
+
0.8
6. Ed. Lo-13b
+
0.8
7. Ed. Lo-13c
+
0.5
714
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Gambar 5. Hasil uji aktivitas siderofor dari bakteri endofit biokontrol pada media
CAS-Agar.
Karakterisasi aktivitas katalase, produksi ammonia, HCN dan siderofor merupakan
komponen penting dalam mekanisme biokontrol, terkait dengan peningkatan ketahanan
tanaman terhadap serangan patogen dan memacu pertumbuhan tanaman (PGPR).
Kemampuan aktivitas katalase yang dihasilkan oleh bakteri biokontrol tersebut
menunjukkan kemampuannya dalam bertahan pada tekanan kondisi lingkungan, mekanik
dan kimia. Hal ini berperan dalam kemampuan kompetisi bakteri dengan patogen,
sehingga dapat menghambat pertumbuhan patogen di sekitar tanaman. Kemampuan dalam
produksi HCN juga memiliki peran penting dalam aktivitas biokontrol terhadap patogen,
karena berperan sebagai pemicu ketahanan tanaman. Sedangkan kemampuan dalam
produksi ammonia dan siderofor berpengaruh langsung pada peran bakteri sebagai pemacu
pertumbuhan tanaman. Kemampuan bakteri menghasilkan siderofor berperan mengatasi
keterbatasan unsur Fe di lingkungan.
PENUTUP
Kesimpulan
Kemampuan bakteri sebagai agen biokontrol dapat ditunjukkan dengan beberapa
mekanisme penghambatan pertumbuhan kapang patogen yang terdiri dari aktivitas enzim
hidrolase (protease, kitinase dan -Glucanase), aktivitas katalase, produksi ammonia,
hydrogen cyanide (HCN) dan siderofor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa isolat
bakteri endofit dari Lombok memiliki potensi untuk digunakan sebagai agen biokontrol
terhadap kapang patogen F. oxysporum f.sp. lycopersici yang menyebabkan penyakit layu
Fusarium pada tanaman tomat. Berdasarkan hasil pengujian dan karakterisasi dari isolat
bakteri potensial ini, dapat disimpulkan bahwa bakteri ini selain berperan sebagai agen
biokontrol, dapat juga dikembangkan sebagai agen pupuk organik hayati untuk memacu
pertumbuhan tanaman sekaligus meningkatkan ketahanan tanaman.
Saran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya,
terutama analisis aktivitas enzim hidrolase secara kuantitatif dan penentuan senyawa
metabolit sekunder yang mampu menghambat pertumbuhan patogen F. oxysporum f.sp.
lycopersici.
715
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
DAFTAR PUSTAKA
Akkopru, A. & Demir, S. 2005. Biological control of Fusarium wilt on tomato caused by
Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici by AMF Glomus intraradices and some
rhizobacteria. Journal of Phytopathology, 153: 544-550.
Bandara W.M.M.S., Seneviratne G. & Kulasooriya S.A. 2006. Interactions among
endophytic bacteria and fungi : effects and potentials. Journal Bioscience. 31(5):
645–650.
Basha, S. & Ulaganathan, K. 2002. Antagonism of Bacillus species (strain BC121) towards
Curvularia lunata. Current Science, 82(12): 1457-1463.
Benyagoub, M., Benhamou, N. & Carisse, O. 1998. Cytochemical investigation of the
antagonistic interaction beetween a Microsphaeropsis sp. (isolate P130A) and
Venturia inaequalis. Phytopathology, 88: 605-613.
Cappuccino, J. G. & Sherman, N. 1992. Biochemical activities of microorganisms. In:
Microbiology, A Laboratory Manual. The Benjamin / Cummings Publishing Co.
California, USA.
Castric, P. A. 1975. Hydrogen cyanide, a secondary metabolite of Psuedomonas
aeruginosa. Canadian Journal of Microbiology. 21: 613-618.
Compant, S., Duffy, B., Nowak, J., Clement, C. & Barka, E.A. 2005. Use of plant growthpromoting bacteria for biocontrol of plant disease: Principles, mechanisms of
action, and future prospect. Applied and Environmental Microbiology, 71(9): 49514959.
de Azeredo, L.A.I., Freire, D.M.G., Soares, R.M.A., Leite, S.G.F. & Coelho, R.R.R. 2004.
Production and partial characterization of thermophilic proteases from
Streptomyces sp. isolated from Brazilian cerrado soil. Enzyme Microbiology
Technology, 34: 354-358.
Getha, K. & Vikineswary, S. 2002. Antagonistic effects of Streptomyces violaceusniger
strain G10 on Fusarium oxysporum f.sp. cubense race 4: Indirect evidence for the
role of antibiosis in the antagonistic process. Journal of Industrial Microbiology &
Biotechnology, 28: 303-310.
Gomes, R.C., Semedo, L.T.A.S., Soares, R.M.A., Alviano, C.S., Linhares, L.F. & Coelho,
R.R.R. 2000. Chitinolytic activity of actinomycetes from a cerrado soil and their
potential in biocontrol. Letter Applied Microbiology, 30: 146-150.
Gupta, R., Saxena, R.K., Chaturvedi, P. & Virdi, J.S. 1995. Chitinase production by
Streptomyces viridificans: Its potential in fungal cell wall lysis. Journal Applied
Bacteriology, 78: 378-383.
Huang, C.J. & Chen, C.Y. 2008. Synergistic interactions between chitinase ChicCW and
fungicides against plant fungal pathogen. Journal Microbiology Biotechnology,
18(4): 784-787.
Huang, C.J., Wang, T.K., Chung, S.C. & Chen, C.Y. 2005. Identification of an antifungal
chitinase from a potential biocontrol agent, Bacillus cereus 28-29. Journal
Biochemistry Molecular Biology, 38(1): 82-88.
Kumar, A., Kumar, A., devi, S., Pati, S, Payal, C. & Negi, S. 2012. Isolation, screening and
characterization of bacteria from rhizosperic soils for different plant growth
716
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
promoting (PGP) activities: an in vitro study. Recent Research in Science and
Technology, 4(1): 1-5.
Kunoh, H. 2002. Endophytic actinomycetes: Attractive biocontrol agents. Journal of
Genetic Plant Pathology, 68: 249-552.
Laili, N. & Antonius, S. 2009. Potensi aktinomisetes indigenous Malinau sebagai agen
biokontrol untuk mendukung pertanian yang berwawasan lingkungan di Malinau
Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional Biologi 7 ITS Surabaya 07
Nopember 2009. 219-227.
Monte, E. & Llobell, A. 2003. Trichoderma in organic agriculture. Proceedings V World
Avocado Congress 2003, 725-733.
Monteiro, L., Mariano, R.dL.R. & Santo-Maior, A.M. 2005. Antagonism of Bacillus spp.
againts Xanthomonas campestris pv. campestris. Brazilian Archives of Biology and
Technolgy, 48(1): 23-29.
Nourozian, J., Etebarian, H.R. & Khodakaramian, G. 2006. Biological control of Fusarium
graminearum on wheat by antagonistic bacteria. Songklanakarin Journal Science
Technology, 28(1): 29-38.
Prapagdee, B., Kuekulvong, C.& Mongkolsuk, S. 2008. Antifungal potential of
extracellular metabolites produced by Streptomyces hygroscopicus against
phytopathogenic fungi. International Journal of Biological Sciences, 4(5): 330-337.
Quecine, M.C., Araujo, W.L., Marcon, J., Gai, C.S., Azevedo, J.L. & Pizzirani-Kleiner,
A.A. 2008. Chitinolytic activity of endophityc Streptomyces and potential for
biocontrol. Letters in Applied Microbiology, 47: 486-491.
Rodas-Junco, B.A., Magana-Sevilla, H.F., Tun-Suarez, J.M. & Reyes-Ramirez, A. 2009.
Antifungal activity in vitro of native Bacillus sp. strains against Macrophomina
phaseolina (Tassi) Goid. Research Journal of Biological Sciences, 4(9): 985-989.
Schwyn B. & Neilands J.B. 1986. Universal Assay for the Detection and Determination of
Siderophores. Analytical Biochemistry. 160: 47-56.
Sturz, A.V. & Nowak, J. 2000. Endophytic communities of rhizobacteria and the strategies
required to create yield enhancing associations with crops. Applied Soil EcologyI,
15: 183-190.
Woo, S., Fogliano, V., Scala, F. & Lorito, M. 2002. Synergism between fungal enzymes
and bacterial antibiotics may enhance biocontrol. Antonie Van Leuwenhoek, 81:
353-356.
Zhao, Z., Wang, Q., Wang, K., Brian, K., Liu, C. & Gu, Y. 2010. Study of the antifungal
activity of Bacillus vallismoris ZZ185 in vitro and identification of its antifungal
components. Bioresource Technology, 101: 292-297.
717
Download