1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke
Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara
lainnya selama 250 tahun dan dikuasai oleh Shogun secara turun-temurun. Sementara
itu Eropa sedang mengalami modernisasi dan industrialisasi.
Pemerintahan Shogun memerintah melalui para Daimyou, didukung oleh
kekuatan Samurai yang kuat, berani, dan setia. Selain itu Jepang juga memiliki
seorang Kaisar yang dipercaya merupakan keturunan dewa matahari. Namun pada
saat itu, Kaisar tidak memiliki kekuatan apa-apa, beliau hanya merupakan simbol
negara Jepang.
Jepang sangat yakin bahwa negara mereka adalah negara terkuat karena tidak
ada satu negara pun yang pernah menduduki Jepang sebelumnya. Jepang berhasil
mengalahkan dua serangan yang dipimpin oleh Kublai Khan, kaisar Mongol pada
abad ke-13. Jepang juga percaya bahwa dewa sendiri yang telah melindungi Jepang
dari segala serangan bahaya.
Pada abad ke-19, sebagian besar rakyat Jepang dan para pemimpinnya merasa
puas dengan keadaan saat itu. Mereka merasa senang dengan apa yang telah
dibangun dan dicapai oleh pemerintahan Shogun dan tidak ingin pihak lain untuk
ikut campur.
Namun ketika Komodor Perry datang membawa kapal perang dan senjata
modern, Jepang merasa takut. Jepang menyadari bahwa mereka tidak memiliki
persenjataan canggih layaknya milik Komodor Perry. Selain itu, Jepang juga
mengkhawatirkan terjadinya kolonisasi di tanah mereka seperti negara-negara Asia
lainnya.
Sepuluh tahun sesudah kedatangan Komodor Perry, para Samurai di daerah
Selatan memulai pemberontakan dan menginginkan pemerintahan dengan kaisar
sebagai pemimpin. Ketika pemerintahan berganti, Jepang mengirim wakil-wakilnya
ke Amerika Serikat dan Eropa untuk mempelajari teknologi, politik, dan bisnis. Tiga
puluh tahun kemudian, Jepang pun berevolusi menjadi kota industri. Lalu Jepang pun
memulai perannya kepada dunia.
1
2
Pada tahun 1898, Rusia meperluas kekuasaannya di Cina juga Korea. Rusia
melakukan negosiasi dengan Cina agar menyewakan pelabuhan Arthur, Tailenwan,
dan perairan di sekitarnya kepada Rusia. Dalam waktu yang cukup singkat, Rusia
membangun kekuatannya di Cina yang berakhir dengan pemberontakan Boxer pada
tahun 1900. Pemberontakan ini terjadi karena rakyat Cina tidak ingin dipengaruhi
oleh pihak barat dan ingin menolak kristenisasi di Cina. Jepang, bergabung dengan
aliansi delapan negara (Amerika, Inggris, Jerman, Itali, Prancis, Rusia, AustriaHungaria) memberhentikan pemberontakan ini. Dalam upaya menghentikan
pemberontakan ini, Rusia mengirimkan 177.000 tentara ke Manchuria untuk
melindungi pembangunan jalur kereta api milik Rusia. Karena banyaknya tentara
akhirnya Manchuria jatuh ke tangan Rusia dan berjanji untuk mengembalikan
Manchuria kepada Cina setelah semua masalah diselesaikan. Namun sampai dengan
tahun 1903, Rusia masih menguasai Manchuria. Saat itu Hirobumi Itou percaya
bahwa Jepang pada tidak cukup kuat untuk mengalahkan Rusia sehingga
menawarkan negosiasi kepada Rusia yakni, Jepang akan mengakui kekuasan Rusia
di Manchuria jika Rusia mengakui kekuasaan Jepang di Korea. Oleh karena itu,
Jepang memutuskan untuk bergabung dengan Inggris pada 30 Januari 1902. Kedua
negara tersebut membuat kesepakatan yakni, mewajibkan negara anggota untuk tetap
netral juka salah satu dari kedua negara tersebut pergi ke medang perang. Tapi jika
beberapa negara lain bergabung menjadi satu melawan salah satu anggota aliansi,
maka anggota lainnya diwajibkan untuk membantu. Dengan cara terlibat dalam
peperangan dan merencanakan perdamaian dengan pihak lawan.
Namun pada akhirnya negosiasi denga Rusia tidak berjalan dengan lancar dan
Jepang pun mengambil memutuskan untuk menyerang pelabuhan Arthur yang saat
itu dikuasain oleh Rusia pada tahun 1904. Perang ini berakhir dengan kemenangan
Jepang atas Rusia.
Lalu pada tahun 1914, Jepang berpartisipasi dalam Perang Dunia Pertama,
bergabung dengan pihak sekutu dan menang. Karena itu, Jepang mendapatkan
kekuatan besar di Asia Timur, didukung oleh Inggris. Kemudian Jepang ikut serta
dalam Paris Peace Conference bersama Inggris, Amerika Serikat, Perancis, dan Itali.
Rasa percaya diri Jepang menjadi semakin besar sebab telah menjadi salah satu
negara super power dan sudah sejajar dengan bangsa-bangsa super power lainnya.
Pada bulan Januari 1919, diadakan Versailles Conference, konferensi yang
diikuti oleh negara-negara pemenang Perang Dunia Pertama. Konferensi ini
3
membahas tentang keinginan balas denam Inggris dan Perancis kepada Jerman
dengan mengambil alih negara koloni Jerman dan memaksa Jerman untuk membayar
biaya persiapan perang. Bagi Jerman, hal ini merupakan kedamaian paksa dan akar
dari berdirinya pemerintahan Nazi.
Pada tahun yang sama, Woodrow Wilson (1856-1924; presiden Amerika ke-28)
mendirikan Liga Bangsa Bangsa (LBB), dengan tujuan untuk menjaga keamanan
dunia sehingga perang dunia tidak terjadi lagi. Jepang pada mulanya adalah anggota
dari LBB. Sebagai anggota, Jepang mengajukan permohonan agar diskriminasi ras
ditiadakan namun ditolak oleh Amerika, Inggris, dan Australia, meniggalkan luka
pada harga diri Jepang karena Jepang merasa dinomor-duakan di dalam kancah
politik dunia.
Pada awal tahun 1920, anggota-anggota sekutu sepakat untuk membatasi jumlah
kepemilikan kapal perang masing-masing Negara. Hasil perundingan ini memberikan
Amerika dan Inggris kuota kepemilikan armada laut yang lebih tinggi dibandingkan
Jepang. Walaupun Jepang adalah anggota sekutu akan tetapi Jepang masih dianggap
sebagai anggota kecil, sehingga hanya diizinkan memiliki armada laut yang lebih
kecil. Insiden ini kembali menyebabkan kekecewaan bagi Jepang.
Maka dari itu, Jepang perlu melanjutkan pembangunan industri dan memperkuat
angkatan laut dan darat agar negara Jepang diakui setara. Demi mencapai tujuan ini,
Jepang memerlukan akses untuk mendapatkan bahan-bahan baku seperti minyak, biji
besi, karet, dan batu bara. Hanya disayangkan, Jepang bukan negara penghasil
sumber daya alam sehingga Jepang merasa perlu untuk menguasai negara penghasil
bahan-bahan baku. Jepang memutuskan untuk mendapatkan negara koloni. Sehingga
pada tahun 1930, Jepang menyerang Manchuria, terletak di utara cina, setelah itu
meluas sampai ibukota Cina, Beijing, dan pelabuhan-pelabuhan lainnya. Pihak
sekutu tidak menyetujui tindakan ini sehingga Jepang merasa bahwa hanya negara
baratlah yang diperbolehkan untuk memiliki daerah koloni. Walaupun ketika Perang
Dunia Pertama berakhir, kepemilikan daerah koloni sudah dianggap tabu dan
dianggap sebagai masa lalu kelam.
Kemudian pada tahun 1931 terjadi insiden Mukden, peledakan jalur kereta api
Manchuria Selatan yang direncanakan oleh tentara Jepang yang menjaga di
Kwangtung karena ingin menguasai Manchuria. Namun tentara Kekaisaran Jepang
menuduh Cina atas insiden ini dan Jepang menggunakan kesempatan ini untuk
4
mendirikan negara Manchukuo pada tahun 1932 yang mengancam kedudukan
Amerika Serikat dan Inggris di Asia dan Pasifik.
Pada tahun 1937 terjadilah insiden jembatan Marco Polo. Insiden ini merupakan
akar utama terjadinya perang Cina-Jepang. Namun peperangan ini dimenangkan oleh
Jepang dan kekuasaan Jepang di Cina semakin meluas.
Pada tahun 1940, Amerika Serikat dan Inggris khawatir akan bergabungnya
Jepang dengan Nazi Jerman dan Itali. Presiden Roosevelt merasa harus mengambil
tindakan untuk mencegah rencana Jepang yaitu dengan embargo bahan-bahan baku.
Dengan diberhentikannya pemasokan bahan baku, Jepang perlu menemukan daerah
penghasil bahan baku lainnya. Banyak cara dilakukan oleh pemerintahan Jepang
seperti menjajah Indocina dan melakukan perundingan-perundingan dengan Amerika
Serikat yang tidak berakhir dengan baik. Pada akhirnya Jepang memutuskan untuk
menyerang angkatan laut Amerika, Pearl Harbor yang dilaksanakan pada tanggal 7
Desember 1941.
Banyak sejarawan yang meneliti mengenai faktor penyebab penyerangan Pearl
Harbor oleh Jepang. Misalnya, sanksi embargo minyak, invasi di Perancis Indocina
oleh Jepang, konspirasi oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda, dan harga diri
yang dimiliki oleh Jepang. Penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai
penyebab penyerangan Pearl Harbor oleh Jepang berdasarkan harga diri yang
dimiliki Jepang.
1.2 Masalah Pokok
Masalah pokok dalam skripsi ini adalah faktor-faktor penyebab penyerangan
Pearl Harbor yang dilandaskan oleh harga diri Jepang, konspirasi oleh Amerika
Serikat, Inggris, dan Belanda, juga sanksi embargo minyak dan Hull-note.
1.3 Formulasi Masalah
Formulasi masalah dalam skripsi ini adalah faktor penyebab penyerangan Pearl
Harbor.
1.4 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah dalam skripsi ini dibatasi pada konsep harga diri dan
dugaan konspirasi.
5
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui penyebab penyerangan Pearl
Harbor ditinjau dari konsep harga diri Jepang dan dugaan konspirasi.
1.6 Tinjauan Pustaka
Penyebab terjadinya penyerangan Pearl Harbor adalah konspirasi oleh presiden
Amerika Franklin D. Roosevelt. Zachary (2012: 2) menjabarkan bahwa, “presiden
Roosevelt telah mengetahui sebelumnya tentang rencana Jepang untuk menyerang
Pearl Harbor namun merahasiakan hal tersebut.” Menurutnya presiden Roosevelt
membiarkan Angkatan Laut Amerika kurang dalam persiapan agar ketika
penyerangan itu terjadi, warga negara Amerika dapat bersimpati dan memberikan
restu untuk berperang. Zachary (2012: 2) juga menyatakan bahwa, “Franklin D.
Roosevelt (FDR) membuat beberapa aksi dengan tujuan Jerman atau Jepang
melakukan penyerangan terlebih dahulu.”
Download