2.2.4 Perencanaan dan Peran Roof Garden

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1
Pengertian Apartemen
o Definisi Apartemen
• Kamar atau beberapa kamar (ruangan) yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal,
terdapat di dalam suatu bangunan yang biasanya mempunyai kamar atau ruanganruangan lain semacam itu (Poerwadarminta, 1991).
• Suatu kompleks hunian dan bukan sebuah tempat tinggal yang berdiri sendiri
(Joseph de Chiara, Time saver Standards for Building Types).
• Sebuah ruangan atau beberapa susunan ruangan dalam beberapa jenis yang
memiliki kesamaan dalam suatu bangunan yang digunakan sebagai rumah tinggal
(Stein, 1967).
• Gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas bagian
bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah vertikal dan horizontal dan
merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang
dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama (pasal 1
UURS no.16 tahun 1985).
• Suatu bangunan terdiri dari tiga unit atau lebih, rumah tinggal di dalamnya
merupakan suatu bentuk kehidupan bersama, dalam lingkungan tanah yang terbatas.
• Semua jenis hunian atau tempat tinggal (multiply family), kecuali sebuah rumah
tinggal yang berdiri sendiri bagi satu keluarga (single dwelling unit).
• Suatu bangunan yang dibagi dalam kamar-kamar atau kelompok kamar yang
dipisahkan satu dengan lainnya dengan partisi, yang digunakan sebagai unit hunian.
• Suatu ruangan atau kumpulan ruang yang digunakan sebagai unit hunian atau
rumah tinggal yang sifatnya dapat digunakan sebagai milik pribadi atau disewakan
(Adhistana, n.d).
Apartemen merupakan salah satu variasi jenis hunian yang diminati oleh
masyarakat terutama yang tinggal di kota-kota besar. Jika dahulu rumah biasa
(landed house) menjadi primadona pilihan tempat tinggal, kini kecenderungan itu
sedikit demi sedikit mulai bergeser. Hal ini bukan disebabkan oleh faktor tren,
melainkan timbul masalah permukiman di perkotaan yang kian pelik. Oleh sebab
itulah, apartemen yang merupakan hunian vertikal menjadi alternatif yang layak bagi
11
12
pengembang perumahan di wilayah pusat kota untuk dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap tempat tinggal.
Bagi masayarakat kota, tinggal di apartemen sebenarnya bukanlah hal
istimewa. Tinggal di apartemen sama seperti tinggal di komplek perumahan, bahkan
fasilitas yang tersedia pun hampir sama. Yang menjadi perbedaan adalah bentuknya,
apartemen berbentuk vertikal sehingga penggunaan lahan lebih efisien dan
merupakan solusi yang paling ideal untuk menyelesaikan masalah permukiman di
kota (Akmal, 2007)

Perkembangan Apartemen
Saat ini di beberapa kota besar, apartemen tumbuh pesat. Beberapa pengamat
properti berpendapat bahwa jumlah unit apartemen sudah over supply, artinya
sekarang ini banyak unit apartemen yang masih ditawarkan kepada masyarakat di
sebagian besar kota besar. Dari tahun 1981-1999, jumlah apartemen yang terbangun
mencapai 25.000 unit. Tahun 2007 di perkirakan jumlahnya melonjak hampir 2 kali
lipatnya, yaitu sekitar 40.000 unit. Karena semakin banyaknya pilihan, maka
pertimbangan memilih apartemen menjadi lebih kompleks.
Lokasi dan harga masih menjadi pertimbangan utama, tetapi ada banyak hal
lain yang bisa dijadikan pertimbangan, yaitu efektifitas, efisiensi, kenyamanan,
jaminan rasa aman, fasilitas di dalam apartemen, luasan unit, manajemen properti
yang mengatur warga didalam apartemen tersebut maupun desain apartemen tersebut
(Ibrahim, 2008).
o Klasifikasi Apartemen
Berdasarkan tipe pengelolaanya, terdapat tiga jenis apartemen (Aknal, 2007), yaitu:
• Serviced Apartment
Apartemen yang dikelola secara menyeluruh oleh menajemen tertentu.
Biasanya menyerupai cara pengelolaan sebuah hotel, yaitu penghuni mendapatkan
pelayanan menyerupai hotel bintang lima, misalnya unit berperabotan lengkap, house
keeping, layanan kamar, laundry, business center.
• Apartemen Milik Sendiri
Apartemen yang dijual dan dapat dibeli oleh pihak individu. Mirip dengan
apartemen sewa, apartemen ini juga tetap memiliki pengelola yang mengurus
fasilitas umum penghuninya.
• Apartmen sewa
13
Apartemen yang disewa oleh individu tanpa pelayanan khusus. Meskipun
demikian, tetap ada menejemen apartemen yang mengatur segala sesuatu
berdasarkan kebutuhan bersama seperti sampah, pemeliharaan bangunan, lift,
koridor, dan fasilitas umum lainnya.
Berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan (Akmal, 2007), apartemen terdiri
dari:
• High-Rise Apartment
Bangunan apartemen yang terdiri lebih dari sepuluh lantai. Dilengkapi area
parkir bawah tanah, sistem keamanan dan servis penuh. Struktur apartemen lebih
kompleks sehingga desain unit apartemen cenderung standard. Jenis ini banyak di
bangun di pusat kota.
• Mid-Rise Apartment
Bangunan apartemen yang terdiri dari tujuh sampai dengan sepuluh lantai.
Jenis apartemen ini lebih sering dibangun di kota satelit.
• Low-Rise Apartment
Apartemen dengan ketinggian kurang dari tujuh lantai dan menggunakan
tangga sebagai alat transportasi vertikal. Biasanya untuk golongan menengah
kebawah.
• Walked-up Apartment
Bangunan apartemen yang terdiri atas tiga sampai dengan enam lantai.
Apartemen ini kadang-kadang memiliki lift, tetapi dapat juga tidak menggunakan.
Jenis apartemen ini disukai oleh keluarga yang lebih besar (keluarga inti ditambah
orang tua). Gedung apartemen ini hanya terdiri atas dua atau tiga unit apartemen.
Jenis apartemen berdasarkan tipe unitnya ada empat (Akmal, 2007), yaitu:
• Studio
Unit apartemen yang hanya memiliki satu ruang ini sifatnya multifungsi
sebagai ruang duduk, kamar tidur dan dapur yang semula terbuka tanpa partisi. Satusatunya ruang yang terpisah biasanya hanya kamar mandi. Apartemen tipe studio
relatif kecil. Tipe ini sesuai dihuni oleh satu orang atau pasangan tanpa anak. Luas
unit ini minimal 20-35 m².
• Apartemen 1,2,3 kamar/apartemen keluarga
Pembagian ruang apartemen ini mirip rumah biasa. Memiliki kamar tidur
terpisah serta ruang duduk, ruang makan, dapur yang bisa terbuka dalam satu ruang
atau terpisah. Luas apartemen tipe ini sangat beragam tergantung ruang yang dimiliki
14
serta jumlah kamarnya. Luas minimal untuk satu kamar tidur adalah 25 m², 2 kamar
tidur 30 m², 3 kamar tidur 85², dan 4 kamar tidur 140 m².
• Loft
Loft adalah bangunan bekas gudang atau pabrik yang kemudian dialih
fungsikan sebagai apartemen. Caranya adalah dengan menyekat-nyekat bangunan
besar ini menjadi beberapa unit hunian. Keunikan loft apartment adalah biasanya
memiliki ruang yang tinggi, BAB II Page 15 mezzanine atau dua lantai dalam satu
unit. Bentuk bangunannya pun cenderung berpenampilan industrial. Tetapi, beberapa
pengembang kini menggunakan istilah loft untuk apartemen dengan mezzanine atau
dua lantai tetapi dalam bangunan yang baru.
• Penthouse
Unit hunian ini berada di lantai paling atas sebuah bangunan apartemen.
Luasnya lebih besar dari pada unit-unit dibawahnya. Bahkan, kadang-kadang satu
lantai hanya ada satu atau dua unit saja. Selain lebih mewah, penthouse juga sangat
privat karena memiliki lift khusus untuk penghuninya. Luas minimumnya adalah 300
m².
Berdasarkan tujuan pembangunan, apartemen dibagi menjadi tiga (Akmal, 2007),
yaitu:
• Komersial
Apartemen yang hanya ditujukan untuk bisnis komersial yang mengejar keuntungan
atau profit.
• Umum
Apartemen yang ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, akan tetapi biasanya
hanya dihuni oleh lapisan masyarakat kalangan menengah kebawah.
• Khusus
Apartemen yang hanya dipakai oleh kalangan tertentu saja, dan biasanya
dimiliki suatu perusahaan atau instansi yang dipergunakan oleh para pegawai
maupun tamu yang berhubungan dengan pekerjaan.
Berdasarkan golongan sosial (Savitri dan Ignatius dan Budihardjo dan Anwar dan
Rahwidyasa, 2007), apartemen dibagi menjadi empat, yaitu:
• Apartemen Sederhana
• Apartemen Menengah
• Apartemen Mewah
• Apartemen Super Mewah
15
Yang membedakan keempat tipe tersebut sebelumnya adalah fasilitas yang
terdapat dalam apartemen tersebut. Semakin lengkap fasilitas dalam sebuah
apartemen, maka semakin mewah apartemen tersebut. Pemilihan bahan bangunan
dan sistem apartemen juga berpengaruh. Semakin baik kualitas material dan semakin
banyak pelayanannya, semakin mewah apartemen tersebut.
Berdasarkan penghuni (savitri dan Ignatius dan Budihardjo dan Anwar dan
Rahwidyasa, 2007), jenis apartemen dibagi menjadi empat, yaitu:
• Apartemen Keluarga
Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anaknya.
Bahkan tidak jarang orang tua dari ayah atau ibu tinggal bersama. Terdiri dari 2
hingga 4 kamar tidur, belum termasuk kamar tidur pembantu yang tidak selalu ada.
Biasanya dilengkapi dengan balkon untuk interaksi dengan dunia luar.
• Apartemen Lajang
Apartemen ini dihuni oleh pria atau wanita yang belum menikah dan biasanya
tinggal bersama teman mereka. Mereka menggunakan apartemen sebagai tempat
tinggal, bekerja, dan beraktivitas lain diluar jam kerja.
• Apartemen Pebisnis/Ekspatrial
Apartemen ini digunakan oleh para pengusaha untuk bekerja karena mereka
telah mempunyai hunian sendiri di luar apartemen ini. Biasanya terletak dekat
dengan tempat kerja sehingga member kemudahan bagi pengusaha untuk mengontrol
pekerjaannya.
• Apartemen Manula
Apartemen ini merupakan suatu hal yang baru di Indonesia, bahkan bisa
dikatakan tidak ada meskipun sudah menjadi sebuah kebutuhan. Di luar negeri
seperti Amerika, China, Jepang, dan lain-lain telah banyak dijumpai apartemen untuk
hunian manusia usia lanjut. Desain apartemen disesuaikan dengan kondisi fisik para
manula dan mengakomodasi manula dengan alat bantu jalan.
Klasifikasi apartemen berdasarkan kepemilikan (Chiara, 1986), yaitu:
• Apartemen Sewa
Pemilik membangun dan membiayai operasi serta perawatan bangunan,
penghuni membayar uang sewa selama jangka waktu tertentu.
• Apartemen Kondominium
Penghuni membeli dan mengelola unit yang menjadi haknya, tidak ada
batasan bagi penghuni untuk menjual kembali atau menyewakan unit miliknya.
16
Penghuni biasanya membayar uang pengelolaan ruang bersama yang dikelola oleh
pemilik gedung.
• Apartemen Koperasi
Apartemen ini dimiliki oleh koperasi, penghuni memiliki saham didalamnya
sesuai dengan unit yang ditempatinya. Bila penghuni pindah, bisa dapat menjual
sahamnya kepada koperasi atau calon penghuni baru dengan persetujuan koperasi.
Biaya operasional dan pemeliharaan ditanggung oleh koperasi.
Klasifikasi apartemen berdasarkan pelayanannya (Chiara, 1986), dibagi menjadi
empat, yaitu:
• Apartemen Fully Service Apartemen yang menyediakan layanan standard
hotel bagi penghuninya, seperti laundry, cathering, kebersihan, dan
sebagainya.
• Apartemen Fully Furnished Apartemen yang mneyediakan furniture atau
perabotan dalam unit apartemen.
• Apartemen Fully Furnished and Fully Service Gabungan kedua jenis
apartemen yang tertulis sebelumnya.
• Apartemen Building only Apartemen yang tidak menyediakan layanan
ruang atau furniture.
Klasifikasi apartemen berdasarkan jumlah lantai per unit (Chiara, 1986), yaitu:
• Simpleks Apartemen yang seluruh ruangannya terdapat dalam satu lantai.
• Dupleks Apartemen yang ruangannya terdapat dalam dua lantai.
• Tripleks Apartemen yang ruangannya terdapat dalam tiga lantai.
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1
Konsep Arsitektur Berkelanjutan (Sustainable Architecture)
Sustainable, sustain yang berarti menopang, menyokong, menahan, atau
meneruskan. Dengan arti lain, sustainable sendiri berarti berkelanjutan, maksud dari
kata-kata sustainable itu sendiri adalah mempertahankan sesuatu yang sudah ada.
Dari segi desain dan arsitektur, sustainable design ialah proses merancang
atau mendesain bangunan atau objek fisik lainnya dengan mengacu kepada prinsipprinsip ekonomi, sosial, dan ramah lingkungan. Jangkauannya dari hal-hal berskala
mikro seperti mendesain suatu yang biasa kita pergunakan sehari-hari.
Sustainable Development
17
“ Development that meets the needs of the present without compromising the ability
of future generations to meet their own needs. “(Brundtland, 1987)
Sustainable Design
“ Creating buildings which are energy efficient,healthy, comfortable, flexible, in use
and designed for long life. “(Foster and Partners, 1999)
Menurut Tri Harso Karyono (2010) dalam bukunya yang berjudul Arsitektur Masa
Kini, prinsip-prinsip dari sustainable architecture, antara lain seperti :

Perhatian pada iklim setempat

Substitusi
sumber
energi
yang
tidak
dapat
diperbaharui
(menghemat sumber energi yang tidak dapat diperbaharui)

Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang
hemat energi

Pembentukanperedaran
yang
utuh
antara
penyedia
dan
pembuangan bahan bangunan energi dan air

Hemat energi secara menyeluruh
Selain itu, ada berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung sustainable
architecture terutama di Indonesia, antara lain seperti :

Efisiensi lahan

Efisiensi energi

Efisiensi material

Penggunaan teknologi dan material baru

Manajemen limbah
2.2.2
Aspek Perancangan Konservasi Energi (Sukawi, 2010)
A.
Matahari dan Pembayangan
Orientasi bangunan sebagai salah satu faktor utama untuk meminimalkan
konsumsi energi pada bangunan. Di wilayah iklim tropis lembab lebih diutamakan
orientasi bangunan mengarah ke utara, selatan dan timur, untuk pembukaan yang
memadai sebagai penangkap angin dalam meningkatkan pendinginan didalam
ruangan dan penggunaan terang alami yang memadai untuk kegiatan di dalam ruang.
Jumlah panas yang berlebihan di iklim tropis belum dimanfaatkan secara optimal
oleh beberapa perancang pada bangunan tinggi.
Pada kenyataannya mayoritas
bangunan rendah maupun tinggi justru memiliki desain bangunan
yang
mengeliminasi terang alami dan menggunakan sebanyak mungkin lighting. Oleh
18
karenanya kondisi padatnya bangunan tinggi di perkotaan harus diimbangi dengan
pengurangan efek pembayangan sekitar yang berakibat munculnya ruang-ruang yang
terjebak oleh gelap dan meningkatnya konsumsi energi untuk lighting.
Dalam sun path diagram dapat diketahui posisi matahari berdasarkan
tanggal, bulan dan waktu siang hari untuk mendapatkan besarnya sudut ketinggian
O
matahari atau disebut sebagai altitude, dengan besaran sudut berkisar antara 0
O
hingga 90 . Seperti contohnya bila sebuah kota yang berada diatas lintasan
khatulistiwa atau berada tepat di atas jalur ekuator, maka garis lintang matahari
O
berada di 0 , kota di Indonesia yang berada posisi ini sebutlah kota Pontianak bila
menunjukan jam 12 siang di bulan September dan Maret maka matahari akan berada
tepat di atas ketinggian altitude 90
O
atau
posisi matahari berada tegak lurus
dengan permukaan bumi. Hal demikian akan terjadi juga pada garis lintas matahari
akan berada tepat di atas kepala untuk kota-kota yang berada di atas permukaan
O
bumi dengan garis lintang 23-24 LS pada tanggal 22 Desember tepat menunjukan
waktu jam 12 siang.
Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari secara
langsung. Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas
atau penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk mencegah panas
dari atap merambat langsung ke bawahnya (Satwiko, 2005).
Bila melihat pada beberapa desain bangunan tropis, sebenarnya masyarakat
Indonesia cukup mengenal bagaimana dan apa yang dimaksud dengan “hijau”
demi kepentingan dan kenyamanan hidup. Bagaimana pun terbatasnya lahan yang
dimiliki, tetap diupayakan agar rumah dan lingkunganya tetap nyaman untuk
ditinggali. Macam-macam cara yang d i lakukan, misalnya teras depan digunakan
untuk menggantung dan menanam berbagai macam tanaman sehingga menyerupai
tembok tanaman yang berefek pada pengurangan panas. Disamping itu daun yang
hijau dalam proses fotosintesis bisa menghasikan udara yang lebih baik bagi
kesehatan lingkungan. Inisiatif yang ditempuh oleh masyarakat untuk menerapkan
konsep ekologis bagi lingkunganya merupkan suatu upaya yang sederhana dalam
mewujudkan keberlanjutan.
Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi
laju peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas
19
manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa
dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut
jatuh matahari (Satwiko, 2005).
Desain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk
meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun
kenyamanan atau produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu, karya
rancang bangun hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan aktif maupun
pasif. Pendekatan pasif mengandalkan kemampuan perancang untuk mengantisipasi
fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural, sedangkan pendekatan aktif
mutlak memerlukan kolaborasi perancang dan engineering melalui solusi teknologi.
B.
Selubung bangunan
Selubung bangunan (building envelope) memiliki peran penting dalam
menjawab masalah iklim dan penghematan energi, seperti radiasi matahari,
hujan, kecepatan angin , tingginya kelembaban serta pemanfaatan potensi alam
antara lain dengan memanfaatakan cahaya alami untuk penerangan ruang serta
penghawaan alami baik melalui dinding maupun atap , serta memilih material yang
memiliki perambatan panas relatif kecil Faktor panas yang berasal dari luar
bangunan akan masuk kedalam ruang melalui selubung bangunan, baik melalui
dinding maupun atap yang merupakan beban pendingin yang harus dinetralisir oleh
sistem pendingin (AC) dengan menggunakan energi.
Untuk itu dalam rangka pemikiran penghematan energi, maka perolehan
panas tersebut harus dibatasi. Perambatan panas (Heat Transfer) adalah proses
perpindahan kalor dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang panas.
Terdapat tiga cara perambatan panas:
 Perambatan Panas konduktif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas
ke benda yang kurang panas melalui kontak (sentuhan).
 Perambatan panas konvektif : perpindahan panas dari benda yang lebih panas
ke benda yang kurang panas melalui aliran angin (atau zat alir lainnya)
 Perambatan panas radiatif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke
benda yang kurang panas dengna cara pancaran.
C.
Pengurangan Radiasi Matahari
Radiasi sinar matahari yang masuk secara langsung ke dalam bangunan
sebagian besar melalui kaca pada jendela. Cara menghindarinya yaitu meletakkan
bidang kaca pada daerah yang terlindung oleh bidang penangkal sinar matahari
20
(sun shading device), atau bahkan tidak terkena matahari secara langsung sama
sekali. Lebar sirip penghalang sinar matahari tergantung pada jam perlindungan
yang dikehendaki dan letak lintang daerah tersebut.
Secara
menggunakan
nyata
Diagram
lebar
bidang
Matahari
penangkal
dapat
didesain
dengan
dan Pengukur Sudut Bayangan, dengan
perbandingan sebagai berikut:
 Sinar matahari yang langsung mengenai bidang kaca akan merambatkan panas
sebesar 80% - 90%.
 Pemasangan tabir matahari di sebelah dalam akan mengurangi panas, sehingga
tinggal 30% - 40%.
 Pemasangan tabir matahari di luar jendela akan mengurangi masuknya panas,
sehingga tinggal 5%- 10%.
Untuk mengurangi radiasi panas dan kesilauan dari sinar matahari, dapat
dilakukan dengan dua macam cara, yaitu:
 Pembayangan / Shading untuk mematahkan sinar matahari, dengan prinsip
payung atau perisai yang dilakukan dengan cara seperti: penanaman vegetasi
berupa pohon-pohon tinggi di dekat bangunan, penggunaan jendela-jendela rapat
/ blinden, penggunaan papan atau bidang yang dapat disetel pada poros vertikal,
kerai, tenda jendela dan jerambah, penjulangan atap pada cucuran (tritisan),
gimbal atap dan galery, atap rapat pada rumah, selasar, galery dan doorloop
 Penyaringan / Filtering, untuk memperlembut sinar matahari, terutama siang
hari yang masuk agar tidak terlalu menyilaukan, dilakukan dengan cara:
penanaman vegetasi berupa tanaman, bunga, perdu, krepyak, louvre, jalousie,
kisi-kisi, kerawang / roster, kerai, pergola, horisontal overhangs.
2.2.3
Beban Pendinginan (SNI 03-6572-2001)
Beban Pendinginan adalah jumlah total energi panas yang harus dihilangkan
dalam satuan waktu dari ruangan yang diinginkan.Beban panas external untuk
seluruh gedung akibat konduksi dan radiasi dapat Beban Pendinginan (SNI 03-65722001) dihitung dengan persamaan 4,5,6,7,8 :
Konduksi melalui atap, dinding dan kaca :
21
Tujuan utama sistem pengkondisian udara adalah mempertahankan keadaan
udara didalam ruangan dan meliputi pengaturan temperatur, kelembaban relatif,
kecepatan sirkulasi udara maupun kualitas udara. Sistem pengkondisian udara yang
dipasang harus mempunyai kapasitas pendinginan yang tepat dan dapat dikendalikan
sepanjang tahun. Kapasitas peralatan yang dapat diperhitungkan berdasarkan beban
pendinginan setiap saat yang sebenarnya. Alat pengatur ditentukan berdasarkan
kondisi yang diinginkan untuk mempertahankan selama beban puncak maupun
sebagian. Beban puncak maupun sebagian tidak mungkin dapat diukur sehingga
diperlukan prediksi melalui perhitungan yang mendekati keadaan yang sebenarnya.
22
Untuk maksud perkiraan tersebut diperlukan survei secara mendalam agar dapat
dilakukan analisis yang teliti terhadap sumber-sumber beban pendinginan. Pemilihan
peralatan yang ekonomis dan perancangan sistem yang tepat dapat dilakukan juga
beban pendinginan sesaat yang sebenarnya dapat dihitung secara teliti.
Beban pendinginan sebenarnya adalah jumlah panas yang dipindahkan oleh
sistem pengkondisian udara setiap hari. Beban pendinginan terdiri atas panas yang
berasal dari ruang dan tambahan panas. Tambahan panas adalah jumlah panas setiap
saat yang masuk kedalam ruang melalui kaca secara radiasi maupun melalui dinding
akibat perbedaan temperatur. Pengaruh penyimpanan energi pada struktur bangunan
perlu dipertimbangkan dalam perhitungan tambahan panas.
Perhitungan beban pendingin dapat diperoleh dari ASHRAE Handbook of
Fundamentals. Tata cara perhitungan ini dapat menghasilkan sistem pengaturan
udara yang terlalu besar yang mengakibatkan kurang efisien dalam pemakaian.
Dengan makin besarnya biaya-biaya pemakaian energi maka makin dirasa perlu
mengadakan optimasi sistem pengaturan udara suatu gedung atau bangunan yang
harus dihitung dari waktu kewaktu secara dinamis.
Didalam kenyataannya kalor yang masuk kedalam gedung tidak tetap, karena
faktor-faktor yang mempengaruhi kalor tersebut juga berubah-ubah. Sebagai contoh
temperatur udara luar (lingkungan) nilainya merupakan fungsi waktu, yaitu
maksimum disiang hari rendah dipagi dan sore hari, sedang minimumnya dimalam
hari. Demikian pula kelengasan udara luar maupun radiasi surya yang mengenai
dinding bangunan nilainya berubah terhadap waktu.
Untuk memperhitungkan pengaruh dari perubahan tersebut sangatlah sulit,
bahkan mungkin tidak praktis untuk dihitung. Oleh karena itu untuk menentukan
keadaan tak lunak (transien) akan dipilih faktor-faktor yang dominan. Disamping itu
akan diperhatikan adanya absorbsi oleh struktur bangunan.
Dasar perhitungan beban pendinginan dilakukan dengan dua cara, yaitu:

perhitungan beban kalor puncak untuk menetapkan besarnya instalasi

perhitungan beban kalor sesaat, untuk mengetahui biaya operasi jangka
pendek dan jangka panjang serta untuk mengetahui karakteristik dinamik dari
instalasi yang bersangkutan.
Beban pendinginan merupakan jumlah panas yang dipindahkan oleh suatu
sistem pengkondisian udara. Beban pendinginan terdiri dari panas yang berasal dari
ruang pendingin dan tambahan panas dari bahan atau produk yang akan didinginkan.
23
Tujuan perhitungan beban pendinginan adalah untuk menduga kapasitas mesin
pendingin yang dibutuhkan untuk dapat mempertahankan keadaan optimal yang
diinginkan dalam ruang.
Aspek-aspek fisik yang harus diperhatikan dalam perhitungan beban pendingin
antara lain :
1. Orientasi gedung dengan mempertimbangkan pencahayaan dan pengaruh angin
2. Pengaruh emperan atau tirai jendela dan pantulan oleh tanah
3. Penggunaan ruang
4. Jumlah dan ukuran ruang
5. Beban dan ukuran semua bagian pembatas dinding
6. Jumlah dan aktivitas penghuni
7. Jumlah dan jenis lampu
8. Jumlah dan spesifikasi peralatan kerja
9. Udara infiltrasi dan ventilasi
Beban pendinginan suatu ruang berasal dari dua sumber, yaitu melalui sumber
eksternal dan sumber internal.
a. Sumber panas eksternal antara lain :

Radiasi surya yang ditransmisikan melaui kaca

Radiasi surya yang mengenai dinding dan atap, dikonduksikan kedalam ruang
dengan memperhitungkan efek penyimpangan melalui dinding

Panas Konduksi dan konveksi melalui pintu dan kaca jendela akibat
perbedaan temperatur.

Panas karena infiltrasi oleh udara akibat pembukaan pintu dan melalui celahcelah jendela.

Panas karena ventilasi.
b. Sumber panas internal antara lain :

Panas karena penghuni

Panas karena lampu dan peralatan listrik

Panas yang ditimbulkan oleh peralatan lain
Beban pendinginan total merupakan jumlah beban pendinginan tiap ruang.
Beban ruang tiap jam dipengaruhi oleh perubahan suhu udara luar, perubahan
intensitas radiasi, surya dan efek penyimpanan panas pada struktur/dinding bagian
luar bangunan gedung.
24
Dalam sistem pendingin dikenal dua macam panas atau kalor yaitu panas
sensible (panas yang menyebabkan perubahan temperatur tanpa perubahan fase).
Setiap sumber panas yang dapat menaikkan suhu ruangan ditandai dengan naiknya
temperatur bola kering (Tdb) akan menambah beban panas sensible.
Panas laten yaitu : panas yang menyebabkan perubahan fase tanpa menyebabkan
perubahan temperatur misalnya : kalor penguapan. Setiap sumber panas yang dapat
menambah beban laten. Udara yang dimasukkan kedalam ruangan harus mempunyai
kelembaban rendah agar dapat menyerap uap air (panas laten) dan temperatur yang
rendah agar dapat menyerap panas dari berbagai sumber panas dalam ruangan (panas
sensible), agar kondisi ruangan yang diinginkan dapat dipercepat.
Beban ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Penambahan beban sensible

Transmisi panas melalui bahan bangunan, melewati atap, dinding, kaca,
partisi, langit-langit dan lantai

Radiasi sinar matahari

Panas dari penerangan atau lampu-lampu

Pancaran panas dari penghuni ruangan

Panas dari peralatan tambahan dari ruangan

Panas dari elektromotor
b. Penambahan panas laten

Panas dari penghuni ruangan

Panas dari peralatan ruangan
c. Ventilasi dan infiltrasi

Penambahan panas sensible akibat perbedaan temperatur udara dalam dan
luar

Penambahan panas laten akibat kelembaban udara dalam dan luar
Beban pendinginan puncak (total heat load) adalah total panas yang harus diambil
oleh suatu sistem pendingin. Secara umum terdiri dari:
a. Panas konduksi (Q1)
Panas yang masuk melalui dinding dan atas:
.....................................................................................9-3
dimana Q = jumlah panas (W)
U = koefisien perpindahan panas total (W/m2 K)
25
A = luas permukaan (m2)
(to-ti) = perbedaan suhu dalam dan luar ruang pendingin (K)
koefisien perpindahan panas total (U) dihitung dengan persamaan:
.............................................................9-4
dimana x = tebal bahan insulasi (m)
k = konduktivitas termal bahan (W/m K)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 K)
b. Field heat (Q2)
Beban kalor yang dibawa oleh produk yang akan didinginkan atau disimpan:
.....................................................................................9-5
dimana Q = jumlah panas (KJoule)
m = berat dari produk yang didinginkan (kg)
Cp= panas jenis dari produk di atas titik beku (KJoule/kg K)
ΔT= perubahan suhu produk (K)
c. Panas Respirasi (Q3)
Panas yang diperoleh dari produk sebagai akibat dari proses respirasi.
.........................9-6
d. Beban lampu (Q4)
....................................................................................9-7
e. Service load (Q5)
Service load adalah panas lain yang timbul dalam proses operasi pendinginan seperti
kipas, operator, udara luar ketika pintu dibuka, motor listrik dan panas infiltrasi dari
penyekat dan rak pendingin. Diperkirakan besarnya adalah sekitar 10% dari total
konduksi panas, field heat dan panas respirasi.
2.2.4
Perencanaan dan Peran Roof Garden
Perencanaan roof garden atau istilah lainnya Taman Atap membutuhkan
perencanaan yang cermat karena perlu perhatian khusus pada sistem struktur yang
mengatur penyimpanan, pengaliran air pada lapisan teretentu di Roof garden
26
tersebut. Ada dua tipe roof garden yaitu intensif dan ekstensif. Taman ekstensif
hanya membutuhkan kedalaman tanah sekitar 1-5 inchi atau sekitar 2,54 – 10,17 cm.
Jenis ini merupakan jenis roof garden yang paling tradisional dan sederhana.
Struktur atap beton konvensional dengan biaya dan perawatan taman relatif murah
karena penghijauan atap hanya mengandalkan tanaman perdu dengan lapisan tanah
tipis.
Roof garden jenis ini hanya merupakan taman pasif. Sedangkan jenis taman
Intensif merupakan taman aktif seperti halnya taman yang berada di permukaan
tanah.Taman intensif membutuhkan kedalaman tanah yang relatif lebih tinggi untuk
ditanamkan pada atap rumah, struktur yang lebih kuat untuk menahan beban yang
lebih berat. Pada struktur atap juga harus sudah diperhitungkan multi layer
konstruksi yang merupakan elaborasi sistem pengairan dan drainase air. Dengan
lapisan tanah mencapai kedalaman hingga dua meter, atap hijau intensif
mensyaratkan struktur bangunan khusus dan perawatan tanaman cukup rumit. Jenis
tanaman tidak hanya sebatas tanaman perdu, tetapi juga pohon besar sehingga
mampu menghadirkan satu kesatuan ekosistem.
Tanaman yang digunakan sebagai elemen Roof garden terdiri dari dua
elemen yaitu jenis tanaman ground floor berketinggian ±7 cm yaitu jenis rumput
Jepang dan tanaman semak dengan ketinggian ±50 cm – 200 cm yang berupa pohon
palem dan pohon perdu lainnya. Roof Garden ini dilengkapi dengan fasilitas play
ground untuk keluarga berupa fasilitas permainan anak seperti ayunan.
27
2.3
Studi Banding
Apartemen Lavande – Tebet
Gambar 5. Fasade apartemen lavande
Lavande residence terletak di daerah tebet ini memiliki 3 tower yang menjadi 1
massa dengan ketinggian 27 lantai dilengkapi main entrance lobby, lounge dan
fasilitas penunjang seperti kolam renang, gym, playground, pada sisi podium.
Gambar 6. Fasilitas apartemen lavande
Kemudian pada setiap 1 tower yaitu khususnya tower C terdapat 23 unit per
lantainya. Sebagai salah satu conoth untuk unit telah dilakukan survei terhadap unit 1
bedroom. Unit ini dengan luas 7 x 6 m disertakan 1 kamar mandi, living room, dapur,
dan balkon.
28
Gambar 7. Kondisi unit apartemen lavande
Pada unit 1 bedroom ini mendapatkan view ke arah kolam renang, kemudian di
apartemen ini memiliki akses yang sangat ketat karena setiap orang yang ingin naik
ke atas atau memasuki wilayah unit harus memiliki akses card dimana lift dibuat
otomatis hanya dapat naik ke tiap lantai jika mensensor kartu tersebut dan kartu
tersebut hanya dimiliki oleh penghuni sehingga tidak semua orang tamu dapat naik
ke unit tanpa melalui penghuni sehingga dengan adanya sistem ini keamanan
apartemen lebih terjamin.
Gambar 8. Kondisi koridor dan lift apartemen lavande
Dapat dilihat di atas pada ujung koridor terdapat pengunaan kisi-kisi dari aluminium
sebagai penghawaan agar udara koridor tetap terjadi pertukaran udara atau tidak
29
pengap. Lebar koridor sekitar 1,5 m dan dilengkapi 4 lift penumpang dengan ukuran
2 x 2 m.
Gambar 9. Kondisi ruang utilitas apartemen lavande
Dan yang terakhir apartemen ini juga dilengkapi utilitas yakni diantaranya terdapat,
tangga kebakaran dimana tiap lantai terdapat 2 tangga dan 1 lift barang, kemudian
dilengkapi hydrant di setiap depan pintu tangga kebakaran, pada setiap unit memiliki
kotak panel shaft dibagian depan unit sebagai maintenance lebih mudah petugas
tidak perlu memasuki unit ketika terjadi trouble. Lalu terdapat ruang sampah dan
ruang panel yang peletakannya satu area dengan lift barang dan tangga kebakaran
posisi dibelakang core lift utama.
Stadthaus M1- Freiburg, Germany
Gambar 10. Fasade apartemen stadthaus M1
Bangunan ini merupakan rancangan bangunan apartemen yang terdapat hotel
dan retail juga. Bangunan yang memiliki luas 6.668 m2 ini memiliki konsep hemat
30
energi. Dapat dilihat bahwa bangunan ini memiliki fasade yang unik dengan
terisolasi oleh sirip vertikal dari kayu pinus sebagai selubung bangunanya. Kemudian
jendela kaca pada bangunan ini dilapisi 3x panel kaca yang mengatasi radiasi tabir
surya. Pada bagian balkon juga diberikan tanaman rambat sebagai penyejuk. Dalam
unit apartemen, transmisi koefisien heat-loss adalah 30% di bawah batas yang
diperbolehkan, dan kebutuhan energi primer adalah 70% di bawah tingkat yang
diizinkan. Jadi apartemen ini memenuhi Freiburg Energy-Efficiency-House Standard
40.
Kamar dengan suhu yang lebih rendah, di mana penghuni menghabiskan
lebih sedikit waktu, yaitu, kamar tidur dan kamar mandi, terletak di façade utara.
Ruang keluarga, kamar anak-anak dan studi berada di façade selatan, di mana
keuntungan surya pasif dapat dimanfaatkan untuk pemanasan. Lantai ke langit-langit
kaca memastikan pencahayaan yang baik di apartemen. Konsep sendiri dari
bangunan ini lebih penghematan energi terhadap pencahayaan buatan namun tetap
mengutamakan kenyamanan dari terik panas jadi hanya memanfaatkan pencahayaan
alami terutama pada musim panas.
Gambar 11. Aksonometri apartemen stadthaus M1
31
Gambar 12. Denah dan siteplan apartemen stadthaus M1
Sipan Residential Building- Iran
Bangunan apartemen ini dibangun tahun 2014 dengan luas 12.600 m2 oleh
arsitek RYRA Studio. Bangunan didominasi oleh selubung dengan modul grid pada
setiap kaca jendelanya, yang dilapisi oleh ketebalan dindingnya untuk melindungi
dari radiasi surya. Kesesuaian antara selubung dan interior bangunan merupakan
prinsip utama dalam desain bangunan ini. Pada setiap bagian ruang-ruang yang
besar seperti ruang keluarga yang membutuhkan view besar maka ditempatkan pada
grid yang besar juga sehingga tetap tidak menghalangi pemandangan sebuah ruang.
Untuk zona hijau diletakan di bagian atap sebagai atap hijau yaitu diantaranya
dipenuhi oleh fasilitas rekreasi seperti lapangan, taman bermain, kolam renang dll.
Fasade selubung bangunan pada apartemen ini menggunakan material batu dimana
ini menjadi konsep desain yang ingin ditunjukan sang arsitek bahwa material batu
bisa dijadikan arsitektur kontemporer tidak hanya klasik.
Gambar 13. Fasade bangunan sipan residential
32
Gambar 14. Detail dan tampak selubung bangunan sipan residential
33
2.4
Kerangka Berpikir
Tabel 1. Kerangka Berpikir


Latar Belakang
Bertambahnya aktifitas yang tinggi di jakarta diperlukan sarana
pendukung seperti hunian apartemen bagi kalangan pekerja.
Kebutuhan akan hunian apartemen yang hemat energi yang
mempertimbangkan kaidah arsitektur dan iklim setempat.
State of Art
Topik-topik terkait bangunan
hemat energi melalui selubung
bangunan dan beban
pendinginan.
Tinjauan Khusus
Implementasi arsitektur hemat
energi.
Tinjauan Umum
Teori berkaitan hunian
apartemen, konsep selubung
bangunan, dan teori cooling
loads.
Tahap Perancangan





Skematik Desain
Konsep Perancangan
Simpulan dan Saran
Permasalahan
Bagaimana konsep penerapan pemanfaatan
selubung
bangunan
dapat
berhasil
membantu penghematan energi?
Ruang Lingkup
Perencanaan apartemen yang hemat energi
upaya strategi pengendalian krisis energi
dan pemanasan global.
Merancang dengan pemanfaatan selubung
bangunan, sebagai penghematan energi
dengan menurunkan beban pendinginan
pada penggunaan AC.
Tujuan Penelitian
Menciptakan bangunan apartemen yang
hemat energi terhadap beban pendinginan
pada sistem tata udara buatan.
Mengeksplorasi bentuk-bentuk dan desain
selubung bangunan yang mampu berfungsi
mereduksi panas matahari terhadap
kenyamanan penghuni agar meringankan
beban kerja pendingin udara di dalam
bangunan.
Metode Penelitian
Kuantitatif dan Eksperimental
Analisa dan Bahasan
Analisa yang dilakukan meliputi
analisa tapak dan lingkungan,
analisa bangunan, dan analisa
kegiatan manusia untuk
menghasilkan output yang
kemudian akan dihitung beban
pendinginannya dan solusi
bagaimana menurunkan
penggunaan menjadi hemat energi.
Pengumpulan Data
Online Research
34
2.5
Hipotesis
Dari kerangka berpikir dapat ditarik sebuah hipotesis bahwa dengan
memperhitungkan penggunaan beban pendinginan pada penghawaan AC secara terus
menerus dapat menghemat pemborosan energi listrik dengan dibantu konsep
selubung bangunan sesuai analisa lingkungan, kegiatan manusia, dan bangunan yang
sudah dilakukan sehingga dapat lebih mudah diterapkan. Selubung bangunan kali ini
dapat menjadi variatif bisa dengan material atau bentuk apapun yang terpenting
panas dapat direduksi masuk ke dalam ruang.
Download