BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencahayaan Alami Pencahayaan alami tentunya tidak dapat terlepas dari sinar matahari yang terus menyinari bumi sepanjang hari. Matahari kini terasa semakin panas karena pemanasan global yang terjadi di muka bumi ini yang dikarenakan emisi CO2 yang sudah berlebihan dan membuat ozon bumi kita ini menjadi berlubang dan membuat cahaya matahari masuk secara berlebihan ke bumi. Sinar matahari, dalam arti luas, adalah spektrum total frekuensi radiasi elektromagnetik yang dilepaskan oleh Matahari. Di Bumi, sinar matahari disaring melalui atmosfer bumi, dan radiasi matahari jelas sebagai siang hari ketika matahari berada di atas cakrawala. Organisasi Meteorologi Dunia menggunakan "durasi sinar matahari" istilah yang berarti waktu kumulatif di mana suatu daerah menerima pancaran langsung dari Matahari minimum sebesar 120 watt per meter persegi. Sinar matahari dapat dicatat menggunakan perekam sinar matahari, pyranometer atau pyrheliometer. Sinar matahari membutuhkan waktu sekitar 8,3 menit untuk mencapai Bumi. Sinar matahari langsung memiliki khasiat bercahaya dari 8 sekitar 93 lumen per watt fluks berseri-seri, yang meliputi inframerah, tampak, dan sinar ultraviolet. Cahaya matahari yang terang memberikan iluminansi sekitar 100.000 lux atau lumen per meter persegi di permukaan bumi. Standar penerangan pada ruangan untuk melakukan kegiatan-kegiatan : 12 13 Tabel 2.1 Standarisasi tingkat penerangan dalam ruangan Sumber : SNI Tata Cara Sistem Pencahayaan (2001) Dengan adanya energi sebesar cahaya matahari, kita dapat memanfaatkan cahaya matahari ini sebagai pencahayaan ruangan pada bangunan apartemen ini, tentunya dengan teknik-teknik tertentu. Kekuatan cahaya matahari sendiri apabila langsung ditransfer masuk ke dalam ruangan akan berlebihan dan tidak nyaman bagi para pengguna bangunan ini, jadi pentingnya pemanfaatan cahaya matahari sesuai dengan kebutuhan yang kita gunakan. Ada beberapa pemecahahan masalah dari pengontrolan masuknya cahaya matahari ke dalam bangunan, yaitu dengan cara memanfaatkan massa bangunan secara maksimal besarnya bukaan, dan juga sun shading. terhadap matahari, mengatur 14 Melalui sun shading kita dapat memperoleh pencahayaan yang maksimal dengan melakukan analisisnya terlebih dahulu menggunakan solar chart, dari situ kita akan mendapat besaran sun shading yang akan kita buat dan dapat memaksimalkan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan. 2.1.1 Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi : Sistem Pencahayaan Merata Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan, digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Sistem Pencahayaan Setempat Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata. Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat tersebut. Sistem Pencahayaan Gabungan Merata dan Setempat sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk: 1. tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi 15 2. memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah tertentu 3. pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang terhalang tersebut 4. tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang. 2.1.2 Orientasi Matahari Terlihat dari bumi matahari mengelilingi bumi, Pada kenyataannya bukan matahari yang mengelilingi bumi melainkan bumi yang mengelilingi matahari. Pergerakan matahari terhadap bumi memiliki siklus 1 tahun matahari. Lintasan matahari tergantung pada garis lintang pengamat, yaitu garis yang tercipta antara bumi dan matahari (latitude). Untuk menentukan koordinat atau posisi matahari dapat ditentukan oleh dua sudut yaitu: (Patricia, 2005) Sudut deklinasi ; perjalanan bumi mengitari matahari ditempuh dalam waktu 365 hari. Bumi berputar terhadap porosnya membutuhkan waktu selama 24 jam, dengan sudut yang terbentuk adalah 23.5º terhadap matahari. Hal ini mengakibatkan sudut deklinasi yang berubah-ubah sesuai dengan waktu dimana matahari berada. Sudut deklinasi 23.5º LU terjadi pada tanggal 21 juni dan sudut deklinasi 23.5º LS (garis balik selatan) terjadi pada tanggal 21 desember. Hal ini berpengaruh terhadap penyinaran dan pembayangan matahari terhadap bangunan. 16 Sudut jam H ; yaitu sudut antara proyeksi sinar matahari dalam bidang equatorial (x-y) dan meridian lokal (x). Variasi jamnya bernilai negatif sebelum tengah hari (solar noon) dan bernilai positif setelah setengah hari. 2.2 Radiasi Matahari Energi matahari merupakan aspek penting dalam penyusunan penelitian ini. Matahari merupakan cahaya alami yang baik tetapi juga merupakan sumber panas yang mengganggu kenyamanan pengguna apartemen tersebut. Radiasi matahari adalah sejumlah energi yang dikeluarkan oleh matahari, biasanya berupa energi elektromagnetik. Secara umum radiasin matahari yang dipancarkan ke bumi konstan sepanjang tahun. Namun radiasi matahari banyak mengalami reduksi saat memasuki atmosfer bumi akibat dari berbagai macam gas yang harus dilaluinya. Gambar 2.1 Persentase energi matahari Sumber : http://science-edu.larc.nasa.gov Gambar 2.1 menunjukkan bahwa tidak semua radiasi matahari diserap oleh permukaan bumi. Hanya 51% dari total radiasi yang diserap oleh permukaan bumi 17 dan laut 15% dari total radiasi matahari diserap atmosfer. Radiasi inilah yang akan mempengaruhi tingkat panas dan cahaya alamu yang masuk ke dalam bangunan. Intensitas radiasi matahari yang jatuh ke suatu tempat dipengaruhi oleh parameter antara lain : (Thekaekara, 1971) 1. Garis lintang lokasi (latitude) 2. Tanggal pengukuran pada kalender matahari 3. Waktu pengukuran Secara umum radiasi matahari yang jatuh pada suatu bidang permukaan ada dua, yaitu: 1. Radiasi Langsung Yaitu radiasi matahari yang jatuh langsung pada permukaan tanpa melalui bidang lain atau pemantul. 2. Radiasi Baur Yaitu radiasi matahari yang jatuh pada permukaan secara tidak langsung tetapi melalui bidang lain atau pemantul. Bedasarkan parameter-parameter yang mempengaruhi intensitas radiasi matahari, lokasi dan waktu pengukuran menjadi factor yang mempengaruhi. Hal ini dikarenakan pergerakkan matahari antar daerah dipermukaan bumi. 2.3 Teori Sun Shading 2.3.1 Pengertian dan Jenis Sun shading Cara memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal dan juga cocok untuk bangunan apartemen ini adalah dengan menggunakan sun shading. 18 Sun shading adalah peredam atau penghalang cahaya matahari agar cahaya matahari tidak secara langsung masuk ke dalam ruangan. Bentuk dan penerapan dari sun shading sendiri ada bermacam-macam, mulai dari besaran dan juga material yang digunakan. Gambar 2.2 Beberapa macam sun shading Sumber : http://fabserver.utm.my Berdasarkan teori sun shading, ada 3 dasar cara perletakkan sun shading padafasade bangunan, yaitu vertical shading device, horizontal shading device, dan eggcrate shading type device. (Watson, 1993) Perangkat shading yang ideal akan memblokir maksimum radiasi matahari sementara masih memungkinkan pandangan dan angin masuk ke jendela. Tabel 2.2 menunjukkan beberapa yang paling umum perangkat shading. 19 Tabel 2.2 Contoh perangkap shading No Deskripsi Nama Orientasi Terbaik Keterangan 1 Perangkap udara panas Selatan, Timur, Barat Dapat dimuat oleh Overhang angin Horizontal panel 2 Gerakan udara bebas Selatan, Timur, Barat Overhang Beban angin kecil Horizontal louvers in horizontal plane 3 Mengurangi panjang overhang Selatan, Timur, Barat Pembatasan penglihatan Overhang Horizontal louvers in vertical Tersedia jalur hiasan pada plane jendela 4 Gerakan udara bebas Selatan, Timur, Barat Overhang Pembatasan penglihatan Vertical panel 5 Membatasi penglihatan Selatan, Timur, Barat untuk fasade utara pada Vertical fin hanya iklim panas 20 6 Miring ke arah Utara Timur, Barat Membatasi penglihatan secara Vertical fin slanted signifikan 7 Untuk iklim yang sangat panas Timur, Barat Penglihatan sangat terbatas Eggcrate Perangkap udara panas 8 Miring ke arah Utara Penglihatan sangat terbatas Timur, Barat Perangkap udara panas Eggcrate with slanted fins Untuk iklim yang sangat panas Sumber : Lechner,2001 2.3.2 Orientasi Perangkat Shading Overhang horisontal yang terletak pada jendela selatan sangat efektif selama musim panas karena matahari tinggi dari langit. Meskipun tidak terlalu efektif overhang horizontal masih memiliki sisi baik pada arah timur, barat, dan utara. Dalam iklim panas, jendela yang menghadap utara juga membutuhkan pembayangan, karena selama musim panas matahari terbit dari timur laut dan tenggelam di barat 21 laut. Karena matahari rendah dari langit, overhang horisontal sangat tidak efektif melainkan sirip vertikal kecil bekerja lebih baik pada fasad utara (Lechner, 2001). Gambar 2.3 Setiap orientasi memerlukan strategi shading yang berbeda Sumber : Lechner, 2001 Jendela yang menghadap ke Timur dan Barat menimbulkan masalah yang sulit karena sudut ketinggian matahari rendah di pagi dan sore hari. Solusi terbaik sejauh ini adalah untuk menghindari arah Timur dan memberikan jendela di arah Barat sebanyak mungkin. Solusi terbaik berikutnya adalah untuk memiliki jendela di sebelah timur dan barat ketika fasad menghadap utara atau selatan seperti yang ditunjukkan dalam rencana Gambar 2.3 (Lechner, 2001). Gambar 2.4 Jendela di timur dan barat ketika fasad menghadap utara atau selatan Sumber : Lechner, 2001 22 2.4 Teori Balkon 2.4.1 Pengertian dan Fungsi Balkon Berdasarkan penelitian Gon Kim, Wonwoo Kim, dan Jeong Tai Kim dalam Role of Healthy Light to Embody Healthy Buildings (2009) menyatakan bahwa balkon dapat menjadi suatu solusi desain yang baik dalam menghalangi masuknya radiasi matahari secara langsung. Selain dapat digunakan sebagai penghubung ruang dalam dan luar, balkon bisa menjadi desain shading yang baik dan multi fungsi. Menurut Rasantika M. Seta (2009), balkon pada bangunan memiliki 8 fungsi yaitu: 1. Balkon sebagai perluasan ruang, dikarenakan letaknya berada tepat disamping ruang dalam. 2. Balkon memperlebar pandangan, dikarenakan balkon memiliki jendela pandang yang lebih luas sehingga dapat menjadi tempat yang tepat untuk menikmati pemandangan di sekitar. 3. Balkon sebagai penegas level lantai 4. Balkon sebagai elemen percantikan, dengan adanya balkon, tampilan fasad dapat menjadi lebih menarik. 5. Balkon menambah tinggi nilai desain sebuah bangunan dan organisasi ruangnya. 6. Balkon menjadi ungkapan selera pemilik atau penghuninya. 7. Balkon mereduksi dampak iklim, berfungsi untuk melindungi ruang di bawahnya dari radiasi panas matahari. 8. Balkon sebagai penanda atau pembeda rumah dari rumah lainnya. 23 2.5 Pengaplikasian Bukaan Guna mendapatkan rate ventilasi yang baik suatu bangunan idealnya dibuat satu lapis (single zone layer), artinya ruang-ruang di dalam bangunan memiliki jendela inlet dan outlet pada arah yang berlawanan (tidak ada sekat-sekat sehingga memungkinkan terjadinya ventilasi silang) sempurna. Gambar 2.5 Menunjukkan perbedaan antara layout bangunan satu lapis dan lebih dari satu lapis (Mediastika, 2002) Gambar 2.5 Bangunan atau Ruangan Satu, Dua dan Tiga Lapis dan Kemampuannya mengalirkan Udara Sumber : Mediastika, 2002 Desain jendela dipengaruhi faktor-faktor meliputi penempatan, dimensi dan tipe atau model jendela yang dipilih. Pada layout bangunan satu lapis sangat dimungkinkan terjadinya ventilasi silang sempurna (sudut 180°) secara horisontal. Ventilasi silang juga akan lebih maksimal apabila penempatan secara vertikal ikut diperhitungkan. Jendela yang berfungsi sebagai inlet (memasukkan udara) sebaiknya diletakkan pada ketinggian manusia yaitu 60cm-150cm (aktivitas duduk maupun berdiri), agar udara dapat mengalir di sekitar manusia tersebut untuk memperoleh rasa nyaman yang diharapkan. Sedangkan jendela yang berfungsi sebagai outlet (mengeluarkan udara) diletakkan lebih tinggi, agar udara panas dalam ruang dapat dengan mudah dikeluarkan (Mediastika, 2002). Ventilasi akan lebih lancar bila didukung dengan kecepatan udara yang memadai. Pada kondisi udara hampir tidak bergerak (kecepatan sangat kecil atau 0 24 m/det), desain jendela harus mampu mendorong terjadinya pergerakan yang lebih cepat atau memperbesar kecepatan udara. Hal ini dapat ditempuh dengan memilih dimensi jendela yang berbeda antara inlet dan outlet atau dengan memilih tipe jendela yang berbeda kemampuan mengalirkan udara. Gambar 2.6 Perbedaan dimensi Inlet dan Outlet akan menaikkan atau menurunkan kecepatan udara Sumber : Mediastika, 2002 Gambar 2.7 Beberapa tipe jendela dan area efektif yang mengalirkan udara Sumber : Moore,1993 25 2.5.1 Pemanfaatan Cahaya Matahari Melalui Bukaan Besar kecil bukaan sangat berpengaruh terhadap cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang, berikut ilustrasi gambar yang menjelaskan pengaruh besar kecil bukaan: Gambar 2.8 Ilustrasi Pengaruh Besar Kecil Bukaan Gambar 2.8 Ilustrasi Pengaruh Besar Kecil Bukaan Sumber : Ir. Setyo Soetiadji. 1993 Terang gelap ruangan juga dipengaruhi oleh tinggi bukaan dan banyaknya bukaan, satu sisi atau multi sisi. Gambar 2.9 Efek Ketinggian Bukaan Pada Satu Sisi Sumber : Ir. Setyo Soetiadji. 1993 26 Gambar 2.10 Efek Ketinggian Bukaan Pada Dua Sisi Sumber : Ir. Setyo Soetiadji. 1993 Bukan hanya ketinggian bukaan yang mempengaruhi masuknya cahaya tetapi kedalaman ruang juga berpengaruh. 2.6 Mahoney Table Mahoney Table merupakan seperangkat tabel acuan yang digunakan dalam bidang arsitektur sebagai panduan untuk mendesain berdasarkan iklim.Teori tersebut ditemukan oleh arsitek Carl Mahoney yang bekerja sama dengan John Martin Evans dan Otto Konigsberger. Konsep mahoney table dibuat oleh Mahoney pada tahun 1968 di Nigeria. Konsep tersebut lalu dikembangkan oleh Konigsberger, Mahoney , dan Evans pada tahun 1970, yang diterbitkan oleh PBB dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Spanyol. (Mahoney, 2002) 27 Mahoney Table memberikan urutan analisis iklim dengan mencakup data iklim per bulan dan suhu, kelembaban dan curah hujan, seperti yang ditemukan di HMSO (1958) dan pearce dan smith (1990), atau data-data tersebut bisa didapatkan melalui layanan meteorologi nasional, misalnya SMN (1995). Banyak aspek yang perlu diperhatikan pada mahoney table ini, diataranya : 1. Temperatur Udara, Temperatur mencankup DBT maksimal, DBT minimal, dan temperatur rata-rata. 2. Kelembaban, hujan, dan angin Output yang dihasilkan dari Mahoney Table berupa : 1. Layout Pada layout terdapat 2 alternatif layout, antara lain: Ketinggian panjang bangunan menghadap Utara dan Selatan, untuk mengurangi sinar 2.7 Persentase bukaan yang optimal pada luas permukaan fasad bangunan Studi Kasus Bangunan Sejenis Gedung S. Widjojo Center yang berlokasi di Jl. Sudirman memanfaatkan sun shading pada seluruh permukaan fasad. Angled eggcreate menjadi pilihan sun shading pada bangunan ini. 28 Gambar 2.11 Lokasi dan bangunan S. Widjojo Center Sumber : Google Image (2013) PT Guna Reka Cipta (GRC) Widjojo sangat erat hubungannya dengan sejarah masuknya bahan bangunan GRC ke pasaran bahan bangunan dan dunia konstruksi di Indonesia pada tahun 1978. Desain yang unik dari gedung S.Widjojo Center ini adalah penggunaan pertama GRC untuk gedung di Indonesia, karena bahan bangunan konvensional lainnya tidak bisa memenuhi konsep desain yang diinginkan perencana (jakartaoke.blogspot.com). Pada penelitian yang telah dilakukan bapak Daryanto dalam thesisnya secara teknis usaha menghalau radiasi sinar matahari dengan desain seperti ini adalah benar untuk daerah tropis, hal ini terbukti dalam perhitungan OTTV (Overall Thermal Transmittance Value) merupakan parameter awal untuk menetapkan suatu bangunan layak disebut bangunan hemat energi atau tidak, dengan baseline 45 W/m² ke bawah disebut bangunan hemat energi dan gedung ini memiliki OTTV hanya 36,46 W/m² sehingga termasuk dalam kategori hemat energi. 29 Gambar 2.12 Hasil Perhitungan OTTV dan Pengukuran Tingkat Penerangan Sumber : Daryanto, 1989 Walau bentuk sun shading pada bangunan ini monoton dan terlalu ramai tetapi sun shading pada bangunan ini memberikan banyak bidang – bidang bukaan sehingga cahaya alami dapat dimanfaatkan dengan baik , tingkat penerangan rata-rata adalah 200 lux yang cocok untuk gedung perkantoran atau memenuhi standar . Bentuk sun shading pada bangunan ini melindungi kaca dari sinar radiasi langsung, namun bukaannya cukup lebar dan memberikan cahaya alami yang cukup baik dan tidak terjadi sialau (Daryanto,1989). 30 Gambar 2.13 Detail bentuk sun shading pada kulit banguna S. Widjojo Center Sumber : Daryanto, 1989 2.8 Studi Banding Apartemen Berdasarkan Pencahayaan Alami Apartemen Avana Jakarta Proyek apartemen 16 lantai ini terletak di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, sebuah lingkungan yang terkenalnya. Konsep awal dari proyek ini adalah membuat sebuah apartemen dengan memiliki 8 lantai yang mempunyai balkon unik. Apartemen terdiri dari 64 unit apartemen yang luasannya berkisar antara 180 meter persegi hingga 460 meter persegi (untuk penthouse). Fasade apartemen ini cenderung transparan dengan perpaduan zona massa untuk mendapatkan pencahayaan alami. Bagian dari fasad bertekstur material transparan menggunakan kaca reflektif agar mereduksi cahaya yang berlebihan. 31 Gambar 2.14 Fasad Apartemen Avana Sumber : Google, 2013 Konsep internal-eksternal ruang ini pun terlihat lebih jelas di setiap unit di lantai atas. Adanya double massing dipadukan dengan fasade yang transparan dan adanya skylight yang menghasilkan kaya akan cahaya. Untuk area unit didominasi penggunaan kaca transparan dan dipadu dengan kanopi lekukan kedalam membentuk fasade maju mundur, sehingga menghasilkan cahaya alami yang baik pada siang hari artinya sudut jatuhnya cahaya matahari tidak langsung masuk kedalam ruangan. 32 Gambar 2.15 Apartemen Avana Sumber : Google, 2013 Apartemen Senopati suite Apartemen ini terletak didaerah Senopati Jakarta Selatan. Pendekatan bentuk massa ini terdiri dari satu blok massa bangunan. Di setiap unit apartemen dibangun mezanine, atau balkon. Menurut Arsiteknya bahwa "Hunian ini akan menggunakan sistem kaca penuh, agar sinar matahari dapat langsung menerangi dalam apartemen sehingga mengurangi beban pemakaian listrik pada siang hari. Apartemen Senopati Suites berdiri di atas lahan seluas 4.700 m² dengan ketinggian di atas 30 lantai. Apartemen ini memiliki luas bangunan sekitar 20.000 m² dengan jumlah hunian sebanyak 86 unit. 33 Gambar 2.16 Fasad bangunan Apartemen Senopati Suite Sumber : www.skyscrapercity.com, 2013 Apartemen dengan satu tower ini hanya terdiri atas empat unit per lantai. Hingga lantai 10, perseroan membangun tipe kecil, sedangkan tipe besar berada di atas lantai 10. Apartemen ini juga terdapat empat tipe Penthouse seluas 400 m² tiap unitnya. Tipe Penthouse hanya terdapat dua unit dalam satu lantai. Gambar 2.17 Pencahayaan alami pada unit apartemen Sumber : www.skyscrapercity.com, 2013 34 Di sisi timur apartemen ini dibuat private skin panel, yakni Selain berfungsi untuk mereduksi cahaya yang berlebihan dan juga panel yang membuat penghuni apartemen ini hanya dapat melihat ke depan, tidak bisa melihat ke bawah. Panel ini meliputi 80% dari sisi apartemen di bagian timur. Pada bagian lainnya pemandangan apartemen tetap bisa dilihat seperti biasanya. Gambar 2.18 Panel pada fasad bangunan Apartemen Senopati Suite Sumber : www.skyscrapercity.com, 2013 Hasil Survei Peneliti mengambil survei beberapa apartemen. Waktu yang dilakukan pada pukul 12.00 WIB dengan kondisi cuaca cerah, pengukuran menggunakan luxmeter dengan meletakannya di beberapa titik ruangan dengan ketinggian 75 cm asumsi ketinggian manusia dalam posisi duduk, berikut beberapa datanya: 35 Tabel 2.3 Studi banding apartemen dengan pencahayaan alami No Apartemen Nama Ruang dan Besar Ruang Apartemen Mediterania, Jl Tanjung Duren Raya, 1. Depan Lobby : 322 lux Jakarta 2. Dalam Lobby : 300 lux 3. Ruang Lift : 50 lux 1 4. Unit Kamar Apartemen : 550 lux 5. Retail : 360 lux 6. Atm : 184 lux 7. Belakang Lobby : 130 lux 36 Apartemen Avana, Jalan Kemang Raya, Jakarta 1. Lounge : 350 lux Selatan 2. Lobby : 410 lux 3. Unit Apartemen : 340 lux 2 4. Balkon : 630 lux Apartemen Senopati Suite, Jl. Senopati Senayan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 1. Lobby : 287 lux 2. Lounge : 80 lux 3. Unit : 230 - 310 lux 3 37 Hasil Kesimpulan Survei Kesimpulannya yaitu, berdasarkan hasil survei bahwa beberapa ruangan apartemen dan unit apartemen menggunakan cahaya buatan dan ada juga memanfaatkan cahaya alami di siang hari. Pada apartemen yang masih memanfaatkan cahaya buatan karena ruang tertutup dan tidak dipertimbangkan untuk cahaya alami. Sedangkan apartemen yang memanfaatkan cahaya alami telah menyesuaikan dengan desain fasadenya seperti hasil karya arsitek Aboday apartemen avana dan senopati,. Pada apartemen yang kurang terhadap cahaya alami dan gelap, serta tidak sesuai dengan stdandar intensitas pencahayaan SNI. Banyak area yang kurang memadai terhadap pencahayaan alami, sehingga akhirnya menyebabkan ruangan-ruangan gelap dan akhirnya diatasi dengan pengguanaan cahaya buatan. 38