BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Hotel dan Kantor merupakan beberapa aspek insfrastruktur yang penting pada kota berkembang. Hotel menjadi fasilitas menginap bagi orang-orang yang membutuhkan tempat tinggal sementara, sementara bangunan kantor sangat dibutuhkan pada kota Jakarta yang memiliki berbagai fungsi vital, salah satunya adalah sebagai pusat kegiatan bisnis. Prospek dari investasi pembuatan kantor di Jakarta sangat baik karena prospek investasi kota Jakarta di bidang bisnis sangat tinggi. Hasil riset lembaga konsultan properti komersial Cushman & Wakefield menempatkan Jakarta sebagai kota dengan pertumbuhan harga sewa kantor tertinggi di dunia. Menurut Managing Director Research Cushman & Wakefield Asia Pasifik, Sigrid Zialcita, pada 2013 pertumbuhan harga sewa kantor di Jakarta mencapai 30 persen. Jakarta juga diperkirakan memiliki pertumbuhan harga sewa paling tinggi di dunia sampai dengan tahun 2015, yaitu 25%. Data dari Badan Pusat Statistik Indonesia menunjukkan tingkat hunian kamar hotel berbintang di 20 provinsi hingga bulan Desember 2012 mencapai 56.05persen, atau naik 2,21 poin dibandingkan Desember 2010 sebesar 53.84persen. Bahkan lebih lanjut klasifikasi hotel bintang lima, empat, dan tiga mengalami peningkatan masing masing sebesar 3,11 poin; 3,29 poin; dan 1,47 poin dari tahun 2010 ke 2011. Di Jakarta, hotel yang dibutuhkan merupakan Hotel City, yaitu hotel yang terletak di dalam kota, di mana sebagaian besar tamunya yang menginap 1 2 memiliki kegiatan berbisnis. Kebutuhan ini semakin bertambah seiring berkembangnya kegiatan dalam kota. Penghunian Kamar Hotel Berbintang dirinci Menurut Provinsi, Indonesia 2004 - 2011 dalam persen menunjukkan bahwa Tingkat penghunian kamar di kota sebanyak 49,7% dan membuat tingkat kepadatan penghunian hotel provinsi Jakarta berada di peringkat ke 6 di Indonesia, naik dari peringkat 7 pada 2008. (Badan Pusat Statistik, 2012). Berdasarkan hasil wawancara awal kepada beberapa hotel bintang 4 di Jakarta Selatan, tingkat penghunian kamar dapat mencapai 80-100% setiap harinya pada hari kerja. 1.2 Latar Belakang Lokasi Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memilih tapak yang berada di Jakarta Selatan. Letak tapak ini tepatnya berada di Sudirman Central Business District. Sudirman Central Business District merupakan salah satu kawasan elit perkantoran, dan memiliki hotel bintang 5 Ritz Carlton. Disamping itu terdapat hotel bintang 1 dan 2 di sekitarnya. Dari data-data diatas, dirumuskan bahwa terdapat kebutuhan akan adanya hotel bintang 4 di daerah SCBD, sehingga dibuatlah penelitian mengenai proyek ini. Penulis merencanakan desain kantor sewa yang dilengkapi dengan hotel bintang 4 untuk akomodasi bagi pebisnis maupun turis yang berada di pusat kota. Bangunan ini berada di selatan SCBD, sehingga menjadi sangat dekat dari pusat kegiatan. 1.3 Latar Belakang Tema Dalam perencanaan sebuah Hotel-office di Jakarta, terdapat beberapa isu pokok yang harus di telaah sebagai respons iklim dan manusia untuk 3 perancangan didalamnya. Salah satu elemen desain yang menghubungkan antara estetika dan kesinambungan iklim dengan bangunan adalah fasad. Fasad suatu bangunan sangat penting sebagai salah satu aspek yang menarik bagi bangunan, tetapi disamping itu juga sebagai pelindung dari bangunan. Hotel pada umumnya di Jakarta belum memperlihatkan fasad yang merespons kebutuhan dari sinar matahari yang tepat. Dengan strategi perancangan pada fasad, bangunan dapat memodifikasi kondisi kenyamanan visual sesuai kebutuhannya Tingginya kelembaban pada iklim tropis di jakarta membuat perawatan terhadap fasad perlu mendapatkan perhatian lebih. Desain arsitektur pada fasad harus memperhatikan iklim sehingga dapat menjadi desain yang berkelanjutan. 4 1.4 Isu Pokok Isu pokok dari proyek ini adalah kurang adanya kesadaran dan desain yang optimal pada fasad bangunan yang merespons iklim tropis di Jakarta, salah satunya adalah mengenai kenyamanan visual dalam ruangan. Beberapa contoh bangunan di Jakarta tidak menggunakan kontrol cahaya yang baik untuk menyesuaikan kebutuhan pencahayaan dalam ruangannya. Bangunan yang tidak menggunakan kontrol cahaya memiliki kondisi visual yang kurang nyaman, pencahayaan yang tidak sesuai dengan fungsi uangnya akan membuat aktivitas didalamnya kurang optimal. Sehingga dibutuhkan penelitian mengenai fasad yang dapat memanfaatkan cahaya matahari tanpa mengurangi faktor estetika untuk kemudian diterapkan pada bangunan. 1.5 Formulasi Masalah Bagaimana posisi, orientasi, dan bentuk desain bangunan yang mendukung penggunaan cahaya alami matahari pada fasad bangunan Hotel-office di Jakarta? Konsep bukaan seperti apa yang akan diterapkan untuk pemasukan cahaya matahari ke dalam bangunan agar kenyamanan visual tercapai? Bagaimana dampak penyusunan tata ruangdan massa bangunan terhadap kontrol cahaya pada bangunan? 5 1.6 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi klasifikasi bukaan dan bentuk fasad yang dapat mempengaruhi kontrol cahaya pada hotel-office. Penulis menganalisa bagaimana rancangan bukaan yang optimal pada fasad dapat mempengaruhi kondisi visual dalam bangunan dengan menggunakan teori yang telah ada, menyesuaikan dengan standar pencahayaan yang telah ditentukan di standar nasional Indonesia, dan menggunakan simulasi yang dilakukan di ecotect, radiance, dan software lainnya. Penelitian ini tidak meliputi faktor kenyamanan lain seperti analisa angin pada bangunan secara makro. Tetapi persyaratan dan ketentuan perancangan kamar, kebutuhan ruang dan fasilitas, organisasi ruang, serta sirkulasi dalam ruangan juga akan dibahas sebagai satu proses yang terintegrasi. 1.7 Tujuan Penelitian Membuat suatu rancangan bangunan yang dapat mengoptimalkan penggunaan cahaya alami dari matahari sehingga dapat mengurangi sedapat mungkin penggunaan cahaya buatan pada siang hari yang dapat menjadi penyebab borosnya penggunaan energi pada bangunan. Menentukan letak, luas, dan jenis bukaan yang optimal untuk mendapatkan cahaya matahari secara tepat Pengaplikasian bentuk dan orientasi bukaan pada fasad yang baik untuk menyesuaikan kebutuhan pencahayaan dalam ruangan Mendesain dengan mengetahui bentuk dan pengaruh fasad terhadap bangunan Menghadirkan desain pemanfaatan ruang dengan faktor kontrol cahaya pada bangunan Fasad Hotel Hilton Bandung Firmansyah Akbar, Prita Jimmy Priatman Despriansyah Rizky Hemat Energi Bangunan Tinggi Teknologi Inovatif Fasad Kaca Pintar : Kajian Bentuk dan Utami, Indra Novia Haerani, Judul Penelitian 1999 2012 Tahun Penerbitan Universitas Petra Itenas, jurnal online vol. 1 : 2012 Tempat Penerbitan usaha untuk melindungi lingkungan global padabangunan tinggi akan dapat memainkan peranan besar dalam udara) pada selubung luar bangunan. Aplikasi sistim ini energi yangdapat diperbarui (radiasi matahari dan kecepatan cuaca sepanjang tahun dengan cara mengoptimalisasi sumber dapat selalu beradaptasidengan pergantian cahaya dan kondisi Fasad kaca pintar memiliki kemampuan sistem otomatisyang hotel sendiri merupakan transformasi dari bentuk persegi. elemen transparan kaca hampir di setiap sisinya. Bentuk dari masif dari alumuinium komposit batu alam dan penggunaan terdapat berbagai elemen, yang paling menonjol adalah elemen tiap elemennya. Hasil dari penelitian adalah terlihat bahwa fasadhotel Hilton di Bandung, transformasi, serta pengolahan Penelitian ini merupakan penjabaran dari analisa bentuk Kesimpulan 1.8 Nama Penulis Tabel 1.1 Jurnal Arsitektur 6 Tinjauan Pustaka N. Haliza Madros Chia-Peng Chou Nama Penulis Johor Bahru City : A Case Study Of Building in The Tropic Highrise Office Natural Daylight in Facade Design and Architecture Design Shading Devicein Daylighting with The Performance of Judul Penelitian 2001 2004 Tahun Penerbitan Semarang Taiwan Tempat Penerbitan Kesimpulan pencahayaan, contohnya adalah dalam bentuk beberapa jenis sun-shading, penelitian ini shadinguntuk jam 11-2(dengan Disebutkan juga interior menggunakan cahaya alami. bangunan di Johor Bahru bersifat suram karena kurang pada jam 7-11am dan 3-6pm. shadinghorizontal) daripada shadingvertikal yang berfungsi mementingkan crate. Dari data tersebut disimpulkan bahwa orang lebih sementara hanya 2 yang memiliki shadingberbentuk egg- horizontal, 3 memiliki shading vertikal dan horizontal, shading, 1 memiliki shading vertikal, 5 memiliki shading menunjukkan dari 10 gedung tinggi 3 tidak memiliki sun- Terdapat diperlukan. zona hot-humid, dimana pengendalian solar-heat gain sangat Penelitian ini merujuk kepada iklim Taiwan, yaitu dalam penyebaran cahayanya. data bangunan yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan dalam Peneliti mensimulasikan berbagai model dari bukaan Tabel 1.1 Jurnal Arsitektur 7 EXPLORATION OF COMPLEX Abdullah, A., Ronnett, M. Iconic Tower i Fisherman’s Wharf SOLUTIONS:Shangha CURTAIN WALL Judul Penelitian Nama Penulis 2011 Tahun Penerbitan Kesimpulan Sumber : dok. pribadi pemantulan bangunan itu sendiri terhadap lingkungan cahaya matahari, daya pemantulan kaca, dan hasil dari yang paling penting adalah mengatasi studi pembayangan untuk diterapkan pada tapak. pada proyek ini, permasalahan model curtain wall dalam rangka mencari model yang terbaik dalam desainnya. Dalam penelitian ini dibuat berbagai macam wall sebuah bangunan, diperlukan berbagai metode dan studi Terdapat berbagai alasan yang jelas mengenai bentuk curtain PERKINS+W Pembuatan curtain wall pada bangunan tingkat tinggi harus ILL menghubungkan estetika dan solusi pada teknik bangunan, RESEARCH JOURNAL / terlebih lagi apabila bangunan tersebut berada di area yang VOL 02.02 memiliki faktor lingkungan perkotaan yang perlu diperhatikan. Tempat Penerbitan Tabel 1.1 Jurnal Arsitektur 8