Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock ANALISIS FUNDAMENTAL, TEKNIKAL DAN PROGRAM METASTOCK OLEH PROF. DR. SUKMAWATI SUKAMULJA I. PENDAHULUAN Apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang mempunyai uang? Menyimpan uangnya dibank dalam ujud deposito dan dapat tidur nyenyak ataukan diinvestasikan kebidang lainnya. Investasi dapat dilakukan di riil asset seperti tanah, rumah, emas, membuka toko, warung, membeli lukisan dan riil asset lainnya. Investasi juga dapat dilakukan di financial asset seperti valas, obligasi, saham, SBI, dan financial asset lainnya (di capital market maupun di money market). Investasi di pasar modal merupakan alternatif yang perlu dipertimbangkan oleh orang yang ingin melakukan investasi di financial assets. Penilaian harga sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal perlu dianalisis baik secara fundamental maupun teknikal. Para akademisi lebih cenderung menggunakan analaisis fundamental yang menggunakan ratio-ratio keuangan, prestasi earnings, dan dividen daripada menggunakan analisis teknikal atau sering disebut sebagai tape watcher/chartist yang menitikberatkan pada grafik-grafik yang lebih disukai oleh para praktisi. Dasar pemikirannya adalah pada asumsi yang digunakan. Akademisi lebih mempercayai bahwa harga yang terjadi di pasar saham bersifat Identically Independent Distributed (IID) atau terdistribusi secara identik dan independen, tidak ada hubungan kausalitas antara harga historis, harga sekarang, maupun harga dimasa akan datang. Harga yang terjadi benar-benar saling asing karena dasar pemikirannya pada teori random walk. Teori ini menyatakan bahwa harga yang terjadi bersifat random dan tidak berpola serta tidak dapat dipengaruhi dan tidak dapat diprediksikan. Dalam jangka panjang untuk menilai harga saham diperlukan prediksi berdasarkan atas harga teoritis atau nilai intrinsiknya. Future earning merupakan pedoman yang penting yang tercermin pada ekspektasi dividen. independen, tidak ada hubungan kausalitas antara harga historis, harga sekarang, maupun harga dimasa akan datang. Kebalikannya, para praktisi lebih mempercayai pada analisis teknikal yang tidak terlalu risau dengan pertimbangan future earning dan dividen. Dasar pemikirannya adalah tidak seorangpun yang tahu secara pasti apa yang akan mempengaruhi prospek earning maupun pembayaran dividen (Malkiel, 1990: 31). Yang terpenting adalah bagaimana memprediksikan rata-rata opini yang akan terjadi dan belajar dari hal-hal dimasa lalu agar tidak mengalami hal yang sama dimasa depan. Artinya, kecenderungan atau trend harga merupakan faktor penting dari analisis teknikal. Selain trend rata-rata pergerakan (moving average) juga dipergunakan untuk menaksirkan rata-rata opini yang tercermin pada gerakan harga. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 2 Untuk mendapatkan hasil yang optimal kedua pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam menilai harga saham dan membantu membuat keputusan investasi. Untuk analisis fundamental dapat dipelajari pada text book investasi, teori portfolio dan manajemen risiko. Analisis teknikal banyak dipelajari dalam training-training pasar modal. Paper ini, penekanan pada kiat-kiat menilai saham dan bagaimana teknik untuk memperoleh gain di pasar modal dengan menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal serta software yang biasa digunakan dalam analisis teknikal, yaitu Metastock. Paper ini disusun dengan urutan bab I adalah Pendahuluan, dilanjutkan bab II. mengungkapkan kiat-kiat dalam berinvestasi di pasar saham. Bab III mengenai analisis fundamental, Bab IV analisis teknikal diteruskan dengan bab V pengoperasian program metastock. II. KIAT-KIAT BERINVESTASI DI PASAR SAHAM Sebelum membicarakan kiat-kiat berinvestasi di pasar saham perlu diketahui lebih dahulu mitos-mitos yang terjadi di pasar saham yang sering menjerumuskan calon investor dan investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi (Diliddo, 1998). A. Mitos dalam Pasar Saham Ada lima (5) buah mitos dalam pasar saham. 1. Price to earning ratio (P/E) memberikan informasi bahwa apakah suatu saham mahal atau murah. Rasio P/E mudah diketahui baik dari koran, majalah, ataupun publikasi laporan saham (misal, Bisnis Indonesia, Warta Ekonomi, Wall Street Journal) tetapi P/E tidak memberikan arti apapun untuk menilai saham. Tidak bisa dengan mudahnya membandingkan suatu perusahaan A yang mempunyai P/E 7 dengan saham B yang mempunyai P/E 14 dan kemudian dikatakan bahwa perusahaan dengan P/E 14 mencerminkan harga yang lebih murah atau justru lebih mahal. Dibutuhkan informasi lainnya. Yang dibutuhkan investor adalah value to price ratio. Dengan value to price ratio investor dapat menentukan dengan cepat apakah suatu saham dijual dengan harga yang murah atau mahal. Untuk mengetahui value to price ratio dibutuhkan rumus dan teori mengenai nilai intrinsik yang cukup komplek dan membutuhkan lebih banyak waktu. Untuk keputusan segera value to price ratio tidak cocok untuk digunakan. 2. Adanya asumsi bahwa risiko yang tinggi diperlukan untuk membuat banyak uang dalam pasar saham. Persepsi mengenai risiko tinggi dalam melakukan investasi tidak sematamata tanpa alasan. Menginvestasikan uang dalam saham adalah jalan Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 3 yang terbaik dari rata-rata orang untuk meningkatkan kesejahteraannya. Kadang lebih aman daripada menginvestasikan uang pada real estate, lukisan atau benda-benda antik, ataupun pada real assets lainnya. Investor dapat memperoleh banyak uang dalam membeli saham pada risiko yang rendah jika: a. membeli saham dengan konsisten dengan predictable earning growth; b. membeli saham dengan earning growth rates yang sama atau lebih besar dari jumlah tingkat inflasi sekarang dan tingkat bunga yang berlaku; c. jangan investasikan lebih dari 10% uangmu dalam satu buah saham saja; d. jangan memiliki lebih dari 2 saham dalam industri yang sama; e. jangan masukkan seluruh uangmu dalam pasar saham tetapi distribusikan ke investasi lain sepanjang waktu; f. membatasi risiko dengan menggunakan stop-sell order dan stoploss (prosentase dalam menanggung rugi untuk menghindari kerugian lebih banyak). Saham dengan predictable earnings growth yang konsisten adalah saham teraman yang dapat dibeli. Sebuah portofolio dengan rata-rata earnings growth rate paling minim 14% per tahun mempunyai kemungkinan nilainya akan menjadi dua kali lipat dalam lima tahun. Dalam 20 tahun nilainya akan meningkat 1.500 %. Jika anda membeli 10 buah saham dan memberi batasan kerugian pada setiap saham maksimal 10% dengan menggunakan stop-sell orders, maka risiko portofolio totalnya hanya 10% karena risiko untuk setiap saham hanya 1%. Adakah investasi lain yang seaman ini? 3. Membeli saham pada saat harga turun dan menjualnya pada saat harga naik Mitos ini adalah kata-kata bijak kumo yang menyatakan bagaimana memperoleh uang dalam pasar saham, yaitu membeli rendah dan menjual tinggi. Hal ini tidak benar. Persoalan ini timbul karena investor bingung dengan pendapat konvensional yang mengasumsikan bahwa jika harga saham bergerak turun berarti harga rendah dan jika harga bergerak naik berarti harga tinggi. Sebagai konsekuensinya, investor membeli saham pada saat harga turun dan menjualnya pada harga tinggi. Hal ini merupakan suatu keputusan yang buruk. Seharusnya, saham dibeli karena ada ekspektasi harga akan naik, dan sebaliknya jika ekspektasinya harga akan turun. Jadi logika yang benar adalah membeli saham pada saat harga mulai naik dan menjualnya pada saat harga mulai turun. Yang terbaik untuk membeli saham adalah pada saat harga dititik balik ke atas (concave) di atas harga old high-nya. Pada saat ini jika saham dinilai dengan benar (fairly valued) maka tidak akan terjadi kerugian dan harga akan melaju naik. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 4 4. Untuk menghindari inflasi dilakukan hedging Bertahun-tahun para broker saham dan salesmen danareksa selalu menyatakan bahwa saham sebaiknya di hedge untuk menghindari risiko adanya inflasi. Pernyataan tersebut dapat dikatakan benar tetapi juga dapat dikatakan salah, tergantung darimana kita melihatnya. Kenaikan inflasi akan menyebabkan kenaikan suku bunga. Pada kondisi demikian investor dapat mengatakan behwa “saya bisa memperoleh uang banyak dengan bunga obligasi yang tinggi (sebagai catatatan: obligasi dengan floating rate) sehingga mengapa saya harus tetap menginvestasikan uang saya di saham?” Sebagai akibatnya investor akan menjual sahamnya dan harga saham akan turun. Hal lain akibat adanya inflasi yang pasti akan menyebabkan tingkat bunga meningkat (Fisher effect) dan menyebabkan cost of business juga meningkat, lanjutannya corporate earning akan turun dan harga saham akan turun pula. Jika demikian halnya mengapa disebutkan bahwa saham harus di hedge untuk menghindari inflasi? Hal itu disebabkan orang akan dapat memperoleh uang lebih cepat daripada inflasi itu sendiri. Yang harus dilakukan justru menginvestasikan uangnya pada saham yang mempunyai earning growth rates yang lebih tinggi daripada jumlah inflasi dan tingkat bunga jangka panjangnya. Bila hal ini dilakukan maka harga saham akan naik lebih cepat daripada kenaikan inflasi dan selalu satu langkah di depan kenaikan inflasinya. 5. Orang muda dapat menerima risiko yang lebih tinggi Mitos ini salah besar dan terbodoh dari semua mitos-mitos lainnya. Orang yang lebih tua memang lebih hati-hati dan konservatif dalam melakukan keputusan karena earnings power mereka yang lebih terbatas, tetapi bukan berarti yang muda akan menerima risiko lebih banyak. Orang yang lebih muda justru lebih memperhatikan rupiah demi rupiah uangnya karena mereka membutuhkan untuk memulai kehidupan keluarga dan kariernya. Semua orang tidak menginginkan untuk menerima risiko yang lebih besar baik orang tua maupun orang muda (in finance we always say “we are risk averter”). Ada beberapa kiat yang dapat dilakukan dalam berinvestasi di pasar saham (Krass, 1999). 1. Gunakan pialang yang bonafit Ada empat jenis pialang dalam pasar modal, yaitu (1) perantara, (2) penasihat investasi, (3) manajemen investasi, dan (4) underwriter (penjamin emisi). Dalam memilih satu dari 186 pialang di Indonesia perlu diingat bahwa pialang yang berpengalaman dan dapat dipercaya, sesuai Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 5 dengan kebutuhan, didukung oleh permodalan yang cukup dengan sistem operasional yang baik serta fasilitas kemudahan akan amat membantu investor melalukan investasinya 2. Membeli saham secara bijaksana Dalam membeli saham harus bijaksana, realistis, dan tidak dipengaruhi oleh emosi dan sifat serakah. Bersikap bijaksana dan hati-hati adalah konsep yang harus selalu diingat dalam berinvestasi. Dalam pasar modal disebut prinsip caveat emptor. Ada empat jenis saham yang dapat dibeli, yaitu: (1) income stock, saham dengan pembayaran dividen yang tinggi dan ajeg, disukai oleh investor dari dana pensiun, asuransi, dan institusi yang membutuhkan kepastian pendapatan; (2) total return stock, perusahaan dengan kebijakan membagikan dividen tinggi sekaligus juga sedang masuk dalam periode primadona, merupakan perusahaan besar yang sedang naik daun; (3) growth stock, saham yang lebih menitik beratkan pada pertumbuhan dan investasi perusahaannya dan tidak pada pertumbuhan dividen, biasanya dari perusahaan berskala kecil-menengah yang sedang tumbuh; dan (4) speculative stock, saham yang volatilitasnya besar selalu berfluktuasi dan bersifat tidak stabil, investor yang memilih jenis saham ini harus hati-hati karena dapat memberikan gain besar sekaligus juga dapat memberikan loss tinggi. Pengaturan waktu “masuk” dan “keluar” perlu diperhatikan. 3. Lebih menggunakan otak daripada luck Berinvestasi bukanlah judi sehingga perlu persiapan pengetahuan lebih dahulu daripada hanya sekedar mendasarkan pada “keberuntungan” semata. Overtrading melebihi margin yang dimiliki amat tidak dianjurkan karena mendorong investor bersifat addict (kecanduan), denda yang dikenakan jika overtrading/overlimit adalah 36% pertahun. Untuk melakukan investasi jika tidak mempunyai kemampuan yang cukup sebaiknya meminta bantuan manajer investasi yang berlisensi atau membeli reksadana. Melakukan diversifikasi investasi amat dianjurkan sesuai konsep “don’t put all your eggs in one basket.” Risiko harus dibagi ke dalam beberapa jenis investasi agar dapat mengurangi kerugian yang harus ditanggung. Ada tiga faktor yang diantisipasi oleh seorang investor (Sheimo, 1999): (1) real factor, faktor yang senyatanya mendorong pergerakan harga saham, yaitu tingkat suku bunga dan laba emiten, (2) imagined factor, merupakan opini, sikap, dan analis ekonomi, dan (3) fabricated factor, sikap investor menanggapi kedua faktor di atas yang tercermin dalam keputusan membeli/menjual karena persepsi, emosi, reaksi, dan antisipasi para investor (sering menjurus pada reaksi yang berlebih/overreact). Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 6 4. BerInvestasi dalam jangka panjang Bursa efek merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang mempunyai optimisme tinggi. Bila investor percaya akan harga saham selalu berulang mengikuti pola tertentu (berkebalikan dengan sifat IID), maka berinvestasi dalam jangka panjang akan menghindari adanya sentimen dan tekanan fluktuasi jangka pendek. Time horizon panjang akan menyebabkan compounding effect dapat bekerja secara optimum. Sentimen dan tekanan jangka pendek yang mengaburkan dapat dinetralisir dengan investasi jangka panjang. Investasi dalam 1 tahun merupakan pilihan yang cukup baik bagi para investor dan lebih pendek untuk para spekulator. 5. Membiasakan diri untuk mengikuti perkembangan informasi di bursa saham Mencari informasi dari internet, koran, TV, dan summary pasar modal amat dianjurkan. Mengikuti investment club atau perkumpulan yang membahas dan mempelajari kiat-kiat bisnis di pasar saham amat membantu meningkatkan pengetahuan Di USA ada National Association of Investors Corporation (NAIC) dan di Indonesia Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISI) merupakan asosiasi yang membantu para investor membentuk serta mengoperasikan klub investasi. Kursus-kursus security analyst, investment management, dan technical analysis dapat membantu menambah pengetahuan investor. Konsep “your best financial planner is you,” merupakan konsep bijak yang perlu diikuti. 6. Memperoleh undervalued gain di IPO (Initial Public Offering) Berdasarkan atas riset di USA, Eropa, dan di emerging capital market, saham yang dijual pada IPO atau pasar primer, harganya hampir selalu undervalued. Strategi undervalued dilakukan agar saham baru ini mempunyai god signal, mempunyai prospek baik. Instant gain yang diperoleh pada pasar perdana dapat hanya dalam hitungan hari atau minggu. Banyaknya permintaan pada IPO dengan harapan akan mendapatkan instant gain sering menyebabkan adanya oversubscription, adanya penjatahan pembelian. Oversubscription memberikan kesan pada pembeli yang tidak mendapatkan sejumlah besar saham yang diinginkan untuk menaikkan harganya di gray market. 7. Memilih saham primadona dalam prospek industri yang akan menjadi Pengalaman Fidelity Magelland Fund, sebuah perusahaan Danareksa di USA melalui CEO-nya, Peter Lynch, Morris Smith, dan Jeffrey Vinik, amat sukses memperoleh tenbagger atau keuntungan 10 kali lipat dari industri Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 7 berbasis teknologi di tahun 1995 yang pada saat itu menjadi primadona di USA serta mengungguli pendapatan S&P 500 (Bruner, 2003). Keberhasilan Magelland Fund tidak semata-mata karena faktor luck tetapi karena dukungan 100 orang periset yang dimilikinya. Melihat posisi product life cycle suatu industri akan membantu investor untuk memprediksikan prospek saham yang dibeli. 8. Menanti technical rebond untuk mendapat gain besar Pada saat pasar lesu dan kondisi kacau yang dipicu oleh overreact investor, laba besar masih mungkin untuk diperoleh. Buy when there is blood in the street, pepatah itu banyak dilakukan oleh Magelland fund yang justru membeli saham pada saat orang panik yang dipicu oleh emosi yang berlebih. Dalam pasar modal ada suatu pola yang selalu terjadi yaitu bila saham sudah turun pasti suatu saat nanti akan berubah arah (technical rebound) dan akan naik, sebaliknya jika harga saham naik suatu saat akan berbalik arah dan akan turun. Investor tetap dapat memperoleh keuntungan dari kondisi seperti ini asalkan investor sabar menunggu saatnya tiba. Investasi jangka panjang dapat menetralisir penurunan yang terjadi dengan menanti terjadinya rebound. Pertanyaannya, untuk berapa lama investor harus menunggu? Buy on the rumors and sell on the news, jika yakin bahwa penurunan yang terjadi lebih-lebih diakibatkan rumors, maka membeli saham yang dijual karena kepanikan dan menjualnya kembali pada saat kondisi membaik. Sebagai catatan: jika harga turun sampai 30% perhari akan ada otomatic rejection oleh bursa (suspend) 9. Beware! The thundering herd will be blundering herd Investor institusi (dana pensiun, kesejahteraan karyawan, asuransi, dan reksadana) dengan dananya yang amat besar mendominasi perdagangan. Diasumsikan investor institusi sebagai kawanan hewan yang bergemuruh menuju kesuatu arah, thundering herd. Gemuruhnya investor institusi banyak mengundang investor individu untuk mengikutinya (hal ini terjadi juga bagi investor domestik yang mengikuti investor asing). Kesalahan analisis investor institusi yang dengan mudah mengalihkan dananya akan menjadi bumerang bagi investor individu yang mengikutinya karena akan menjadi blundering herd, tergilas. Saham yang dibeli oleh investor institusi yang tidak bergerak atau bergerak amat tipis, tetap dapat menguntungkan bagi investor institusi karena jumlah dana yang besar. Untuk perusahaan individu, perubahan yang amat kecil hanya cukup untuk menutup biaya transaksi (0,3% untuk beli dan 0,4% jual dengan biaya transaksi minimal sebesar Rp20.000) dengan perubahan tick. Kenaikan/penurunan satu tick berbeda-beda sesuai dengan harga saham: Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 0 - Rp500 Rp500 - Rp5000 >Rp 5000 8 = Rp5,= Rp 25 = Rp 50 10. Membeli saham yang menawarkan buyback Buyback artinya ada opsi dibeli kembali oleh emiten yang mengeluarkan saham tersebut. Opsi ini menjadi suatu tawaran yang menarik karena memberikan indikasi bahwa saham tersebut cukup menarik dan menjanjikan dimasa depan. Contoh saham Aqua yang banyak menawarkan buyback walaupun banyak investor yang lebih menyukai untuk mempertahankannya (hold) daripada menjualnya kembali. Strategi buyback ini sering digunakan oleh emiten untuk meningkatkan harga. Buyback berdasarkan aturan bursa hanya dibatasi 10% dari jumlah saham yang beredar untuk menjaga likuiditas. Perlu diwaspadai bahwa strategi buyback digunakan emiten untuk melakukan window dressing, menutupi kondisi fundamental emiten senyatanya. B. Bagaimana Memilih Saham? Aturan-aturan yang masuk akal berikut ini merupakan pedoman dalam memilih saham yang akan dibeli di pasar. 1. Sebaiknya memilih saham yang undervalued Bijaksana jika memilih saham yang mempunya pengalaman memberikan earnings yang konsisten dan growing earning yang cepat. Jika nilai saham lebih tinggi dari harganya maka harga disebut undervalued, maka saham jenis ini adalah kandidat untuk dipilih. Saham yang undervalued akan memberikan kesempatan sebagai “winner” dan menghindari dari risiko bila dibandingkan dengan saham yang overvalued. 2. Sebaiknya memilih saham yang aman Harga beberapa saham bagaikan sebuah yoyo yang naik-turun (di Indonesia misalnya pada tahun 2002, Tambang Timah/TINS dan sahamsaham bank) dan selalu menimbulkan berita, tetapi ada pula saham yang selalu stabil tenang tidak terlalu berfluktuasi (contoh misalnya, Uniliver, dan HM Sampurna). Kelompok saham pertama mempunyai volatilitas tinggi sebagai pencerminan ketakutan, kekawatiran, dan ketidakpastian dimasa depan, sedangkan kelompok lainnya mempunyai track records earnings performance yang stabil. Volatilitas harga dan peningkatan risiko disebabkan oleh berbagai macam hal seperti, rumors (di Indonesia amat kental nuansanya), pembunuhan secara politik, bencana alam, kondisi keamanan dan lain sebagainya yang menimbulkan kekalutan dan ketidakpastian. Shareholders dengan tingkat kepercayaan yang kecil akan Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 9 mudah sekali overreact dengan adanya bad news ini. Akibatnya, harga saham dengan earnings performance yang tidak konstan akan lebih menderita bila hal-hal buruk tersebut terjadi. Saham dengan earning yang dapat diprediksikan dan kontinyu akan lebih kuat bertahan dari semua goncangan tersebut. Jelasnya, akan kurang berisiko jika membeli saham dengan kondisi finansial yang stabil daripada perusahaan yang labil (sebagai catatan: saham-saham bukan first layer dapat pula memberikan gain lebih besar jika terjadi overreact hyphotesis). 3. Sebaiknya memilih saham yang harganya sedang naik Yang paling sulit bagi para investor adalah membeli saham pada saat harga sedang naik. Sebagian dari para investor akan berfikir untuk menunggu sampai harga saham turun sebelum membelinya. Ide membeli saham pada harga rendah masuk akal tetapi itu merupakan kesalahan. Pertama, investor akan kehilangan kesempatan karena saham yang baik tidak akan turun begitu harganya naik. Membeli saham pada harga rendah dan menjualnya pada harga tinggi memang impian setiap orang tetapi seringkali kita tidak pernah tahu kapan titik terendah terjadi dan kapan titik tertinggi dapat diraih. III. ANALISIS FUNDAMENTAL A. EFFICIENT MARKET THEORY Efficient Market Theory (Teori Pasar Efisien) mengatakan bahwa harga sekuritas dinilai secara pas dan benar serta merefleksikan semua informasi dan ekspektasi investor. Teori ini menyatakan bahwa investor tidak dapat mendapatkan keuntungan dari pasar saham secara konsisten karena pasar mengikuti IID (Identically Independent Distributed). Pasar bereaksi sesuai dan segera setelah informasi baru datang. Oleh karena itu diasumsikan bahwa pasar mempunyai harga yang pas/tepat tidak terjadi undervalued atau overvalued untuk semua sekuritas dalam jangka waktu lama sehingga dapat diperoleh keuntungan dari transaksi beli/jual. Menurut teori pasar efisien, harga mencerminkan semua informasi yang tersedia dan informasi datang secara random/acak sehingga investor tidak akan mendapatkan keuntungan walau menggunakan semua tipe teori yang ada, baik fundamental maupun teknikal. Pasar efisien jika informasi sempurna atau simetris. Informasi disebut sempurna jika memenuhi tiga syarat, yaitu (1) secara kualitas (quality), (2) waktu (time), dan persepsi (perception) diterima sama oleh semua fihak. Informasi simetri jika diasumsikan bahwa setiap detail informasi telah dikumpulkan dan diproses oleh ribuan investor dan informasi tersebut (baik yang lama atau baru) sudah dinilai secara tepat yang tercermin pada harga yang terbentuk. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 10 Dalam kenyataanya informasi tidak bisa fully efficient tetapi economically efficient, yaitu secara weak-form bila informasi pasar yang diketahui; semi-strong form berdasarkan atas informasi yang dipublikasikan; dan strong-form jika semua informasi baik pasar, publik, maupun privat diketahui. Pengujian weakform efficient dengan melihat anomali pasar (overreact hypothesis). Pengujian semi-strong melalui event study dengan melihat abnormal return sebelum, saat dan sesudah event terjadi. Pengujian strong-form dilakukan dengan memasukkan semua unsure informasi yang ada. Return tidak dapat ditingkatkan dengan mempelajari data saham historis, baik menggunakan fundamental maupun teknikal karena data lampau tidak berpengaruh terhadap harga kini dan harga diwaktu yang akan datang.Persoalan yang timbul pada analisis fundamental dan teknikal adalah keduanya melakukan ekspektasi berdasarkan pada harga saham masa lampau. Menurut teori pasar efisien, return tidak dapat diperoleh walaupun investor telah menggunakan indikator analisis teknikal yang mempunyai track record hebat, kondisi oversold, maupun menggunakan trend industri dls. Sebaliknya, informasi tidak simetri atau pasar tidak efisien jika ekspektasi investor dapat mengendalikan harga. Artinya, harga masa lampau mempunyai pengaruh yang signifikan mempengaruhi harga yang akan datang. B. FUNDAMENTAL ANALYSIS Fundamental analysis (analisis fundamental) merupakan analisis mengenai ekonomi, industri, dan perusahaan yang menentukan nilai saham perusahaan. Analisis fundamental memfokuskan pada statistik laporan keuangan perusahaan untuk menentukan harga saham dinilai secara tepat. Sebenarnya, dalam menganalisis nilai suatu saham akan lengkap jika menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental digunakan sebagai penunjuk arah/baromenter jangka panjang (long-term point of view). Analisis fundamental melihat perkembangan rasio-rasio keuangan dari sisi likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, market to book value analysis, turnover, dan kebijakan keuangan perusahaan dalam melakukan investasi dan pendanaan. Selain itu, perkembangan kinerja dan kebijakan dividen dapat melengkapi analisis fundamental. Analisis teknikal lebih bersifat jangka pendek karena hanya menggunakan harga saham historis (merupakan last done) sebagai pedoman. Sering terjadi mengaplikasikan analisis teknikal ke grafik dengan menggunakan data fundamental, misalnya membandingkan trend tingkat bunga dengan perubahan harga sekuritas. Juga populer menggunakan analisis fundamental untuk memilih sekuritas dan kemudian menggunakan analisis teknikal untuk melihat perdagangan secara individual. Investor akan mendapatkan keuntungan jika menggunakan kedua analisis. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 11 Kebanyakan informasi fundamental memfokuskan pada statistik ekonomi, indusrtri, dan perusahaan. Ada empat konsep dasar dalam melakukan analisis. Pendekatan yang digunakan untuk menganalsis sebuah perusahaan dilakukan melalui empat tahap (top-down analysis) 1. 2. 3. 4. melihat kondisi ekonomi secara umum (economic aspect); melihat kondisi industri (industry aspects); melihat kondisi perusahaan (company aspects); melihat nilai saham perusahaan (stock valuation). 1. Economic Analysis (Analisis Ekonomi) Ekonomi dipelajari untuk menentukan kondisi secara makro/keseluruhan untuk melihat lingkungan pasar saham pada saat ini kondusif/tepat atau tidak. Apakah inflasi perlu diwaspadai? Apakah tingkat bunga cenderung naik atau turun? Berapa penghasilan rata-rata masyarakat saat ini yang mampu untuk investasi? Berapa konsumsi masyarakat saat ini? Bagaimana neraca pembayaran negara saat ini, defisit atau surplus? Apakah money supply saat ini diperbanyak atau dikurangi (tight money policy)? Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah hal-hal yang perlu diketahui untuk menentukan kondisi ekonomi, apakah kondusif untuk berinvestasi di pasar saham. Aspek ekonomi dapat bersifat internasional, regional, dan nasional baik secara makro maupun mikro. Lingkungan ekonomi internasional, lingkungan ekonomi domestik, dan lingkungan bisnis. Contoh harga minyak dunia; harga emas dunia; tingkat bunga dunia, regional dan nasional; inflasi; nilai tukar; kondisi politik; neraca pembayaran; cadangan devisa; dan bencana alam. 2. Industry Analysis Industri perusahaan jelas mempengaruhi perusahaan. Analisis industri merupakan lingkungan industri untuk melihat prospect of industry. Misal, tahun 2006: jangka panjang: pertambangan, gas, dan energi; telekomunikasi; jangka menengah: infrastruktur dan properti serta pendukungnya; jangka pendek: tergantung fluktuasi musiman, seperti pertanian, makanan). Jangka panjang dan menengah digunakan untuk real gain, jangka pendek digunakan untuk netting. Mengetahui kondisi industri perusahaan amat penting. Walaupun saham yang bagus tetapi jika berada dalam industri yang sedang mengalami kesulitan, maka return yang diperoleh hanya cukup saja. Ada suatu pepatah yang menyatakan bahwa a weak stock in a strong industry is preferable to a strong stock in a weak industry. Jadi, saham yang tidak bagus tetapi dalam industri yang bagus lebih menguntungkan daripada saham bagus dalam industri buruk. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 12 3. Company Analysis Analisis perusahaan digunakan untuk mengetahui kesehatan finansial perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengetahui kesehatan keuangan perusahaan dilakukan dengan mempelajari laporan keuangan. ratio keuangan, dan cash flow. Rasio-rasio keuangan dihitung dari laporan keuangan. Ada lima kelompok rasio keuangan, yaitu profitability (keuntungan), price (harga), liquidity (likuiditas), leverage (hutang), dan efficiency (efisiensi). Untuk melihat kinerja perusahaan melalui rasio keuangan, biasanya dibandingkan dengan perusahaan lainnya dalam industri yang sama untuk menentukan posisi perusahaan apakah "normal" atau “tidak normal.” Selain di bandingkan dengan perusahaan lain, kinerja keuangan juga dapat dibandingkan dengan pasar (diwakili dengan indeks). Berikut ini adalah rasio-rasio yang biasa populer digunakan. a. Net Profit Margin (NPM). Rasio profitabilitas NPM dihitung dari Net Income (laba bersih) dibagi dengan Total Sales (jumlah penjualan). Net Income NPM = --------------Total Sales Rasio ini mengindikasikan berapa banyak keuntungan perusahaan yang di dapatkan dari setiap rupiah penjualan yang terjadi. Sebagai contoh, NPM = 30% mengindikasikan bahwa Rp0,30 dari setiap Rp1 penjualan menghasilkan keuntungan. b. P/E Ratio (Price/Earnings ratio). Rasio P/E adalah rasio harga yang dihitung dari current stock market price (harga pasar saham saat ini) dibagi dengan earnings per share (EPS) atau (pendapatan perlembar saham) 4 triwulan yang lalu. EPS diperoleh dari net income (laba bersih) atau earning after tax (EAT) dibagi dengan total share outstanding (jumlah lembar saham yang beredar). Current stock market price P/E = -----------------------------------EPS Net Income (EAT) EPS = -----------------------Total share outstanding Rasio P/E memperlihatkan berapa yang harus dibayar oleh investor untuk “membeli” Rp1 earning perusahaan. Sebagai contoh, jika harga pasar sekarang Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 13 dari sebuah saham adalah Rp2000 dan EPS 4 triwulan yang lalu adalah Rp 200, maka rasio P/E adalah 10 (Rp2000 / Rp200 = 10). Artinya, investor harus membayar Rp10 untuk “membeli” Rp1 earning perusahaan. Tentunya, ekspektasi investor terhadap kinerja perusahaan diwaktu yang akan datang memegang peranan penting dalam mementukan rasio P/E perusahaan. Pendekatan umum yang biasa digunakan adalah dengan membandingkan dengan P/E perusahaan lain dalam industri yang sama. Jika hal lainnya tetap, maka perusahaan dengan rasio P/Eyang rendah mempunyai nilai lebih baik. c. Book Value Per Share. Book Value (nilai buku) perusahaan adalah rasio harga yang dihitung dengan membagi total net assets (aset dikurangi hutang) dengan total shares outstanding (jumlah lembar saham yang beredar). Nilai buku tergantung pada metode yang digunakan dan umur aset. Nilai buku berguna untuk menentukan apakah saham overpriced (dinilai terlalu tinggi) atau under-priced (dinilai terlalu rendah). Apabla sebuah sekuritas dijual pada harga jauh di bawah nilai buku, maka diindikasikan bahwa sekuritas tersebut adalah under-priced. Total net assets Book Value per share = -------------------------------Total shares outstanding Total net assets = Total assets-liabilities Bila market value (harga pasar) > book value, maka saham overpriced/ overvalued strategi: jual saham Bila market value < book value, maka saham under-priced/undervalued startegi: beli saham d. Current Ratio Current ratio adalah rasio likuiditas, dihitung dari current assets (aset lancar) dibagi dengan current liabilities (hutang lancar). Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Makin tinggi rasio, maka perusahaan makin likuid. Sebagai contoh current ratio 3.0, artinya aktiva lancar perusahaan jika dilikuidasi dapat digunakan untuk membayar 3 kali hutang lancar perusahaan. Current Assets Current Ratio = -----------------------Current Liabilities Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 14 e. Debt Ratio Debt ratio perusahaan adalah leverage ratio (rasio hutang) dihitung dari total liabilities di bagi dengan total assets. Rasio ini mengukur seberapa besar aset total yang didanai oleh hutang. Sebagai contoh, debt ratio 40% mengindikasikan bahwa 40% aset perusahaan telah didanai oleh hutang. Hutang bagaikan pedang bermata dua. Pada kondisi ekonomi buruk (resesi) atau tingkat bunga tinggi, maka perusahaan dengan rasio hutang tinggi akan mengalami problem keuangan. Sebaliknya, dalam keadaan ekonomi baik (boom), maka hutang dapat digunakan untuk memacu mendapatkan keuntungan lebih besar melalui tingkat pertumbuhan keuangan pada biaya rendah. Total liabilities Debt ratio = -----------------Total assets f. Inventory Turnover Inventory turnover perusahaan adalah rasio efisiensi yang dihitung dengan membagi cost of goods sold (harga pokok penjualan) dengan inventories (persediaan barang dagangan). Rasio ini mencerminkan efektifitas manajer perusahaan dalam memanajemeni persediaan barang dagangannya melalui berapa kali per tahun persediaan beralih tangan. Tentu saja rasio ini tergantung pada industrinya. Toko seperti Alfa, Makro, Indo Grossir, atau Carrefour mempunyai turnover yang lebih tinggi daripada perusahaan penerbangan. Oleh karena itu amatlah penting untuk membandingkan dengan perusahaan lain dalam suatu industri yang sama. Cost of goods sold Inventory turnover = -----------------------inventories Cost of goods sold = persediaan awal + pembelian – persediaan akhir Selain rasio-rasio di atas, masih banyak rasio-rasio lain yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan seperti: Kelompok liquidity ratio (short-term solvency) Current assets Current ratio = ------------------Current liabilities Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja Current assets-Inventory Quick ratio = --------------------------------Current liabilities [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock Cash Cash ratio = -------------------------Current liabilities 15 Current assets Interval measure= -----------------------Average daily operating cost Net working capital Net working capital to total assets = --------------------------Total assets Kelompok long-term solvency atau financial leverage ratio Total assets-Total equity Total debt ratio = --------------------------Total assets Total assets Equity multiplier = ------------------Total equity Total debts Debt-equity ratio = ------------------Total equity EBIT + Depreciation Cash coverage ratio= -----------------------Interest Long-term debt Long-term debt ratio = ----------------------------------Long-term debt + total equity EBIT Times interest earned ratio = ----------------Interest Kelompok asset utilization (turnover) ratio Cost of goods sold 365 Inventory turnover = ----------------------- Days’ sales in inventory = -------------Inventory Inventory turnover Sales 365 Receivable turnover = --------------------- Days’ sales in receivables = -----------Account receivable Receivable turnover Sales Sales Net working capital turnover = --------- Fixed asset turnover = ------------------NWC Net fixed assets Sales Total asset turnover = ------------------Total assets Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 16 Kelompok profitability ratio Net income Profit margin= -------------------Sales Net income Return on assets (ROA) = -----------------Total assets Net income Net income Return on equity (ROE) =--------------- Return on Investment (ROI) = ----------Total equity Total investment Du Pont Identity Du Pont identity membagi ROE ke dalam 3 bagian, yaitu operating efficiency (diukur dengan profit margin), asset use efficiency (diukur dengan total asset turnover) dan financial leverage (diukur dengan equity multiplier) NI NI Assets NI Assets ROE = --- = ------- X -------- = --------- X -------TE TE Assets Assets TE Sales NI Assets NI Sales Assets ROE = --------- X -------- X -------- = --------- X --------- X -----Sales Assets TE Sales Assets TE ROA ROE = Profit margin X Total assets turnover X Equity multiplier ROE = ROA X Equity multiplier = ROA X (1 + Debt-equity ratio) Kelompok market value ratio Price per share Price-earning ratio = -----------------------Earnings per share Market value per share Market-to-book ratio = -----------------------------Book value per share Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 17 C. PENILAIAN HARGA SAHAM Setelah melihat kondisi ekonomi, industri, dan perusahaan, analis fundamental memperkirakan saham perusahaan apakah overvalued, undervalued, atau correctly valued (pas/tepat/wajar). Beberapa model penilaian dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham. Dalam penilaian tersebut termasuk juga menggunakan model dividen (dividend model) yang memfokuskan pada harga sekarang melalui besarnya saham yang diekspektasikan; model earning (earnings model), fokus terhadap ekspektasi earnings; dan model aset (asset model), fokus terhadap nilai aset perusahaan. Dividen perusahaan merupakan pencerminan atas current performance (kinerja perusahaan sekarang) dan future prospect (prospek dimasa depan). Earnings merupakan pencerminan prestasi perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Earnings berasal dari dividend (pembagian keuntungan perusahaan) dan capital gain (kenaikan harga saham dihitung pada saat saham di jual dikurangi saat saham di beli). Aset memperlihatkan harta yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, makin tinggi aset makin berkembang perusahaan tersebut. Dividend model D P0 = ---------k P0 D D1 k g Dividend growth model D1 P0 = -------k-g = intrinsic value/theoretical value/expected value (nilai intrinsik/nilai ekspektasi) = Dividend = Dividend pada tahun ke 1= D0 (1 + g) = required return (return yang diinginkan) = dividend growth Bila Market Value > Intrinsic Value, maka harga saham overvalued strategi: jual Bila Market Value < Intrinsic Value, maka harga saham undervalued strategi: beli Tidak diragukan bahwa analisis fundamental memegang peranan penting dalam penentuan harga saham. Walaupun ekspektasi harga berdasarkan pada faktor-faktor fundamental memberikan arah jangka panjang, penting juga untuk mengetahui histori harga sehingga dapat diketahui bahwa saham yang undervalued tersebut memang tetap undervalued. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 18 Keunggulan analisis fundamental 1. Analisis fundamental amat berguna dalam menentukan arah jangka panjang 2. Lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya 3. Bisa menjelaskan lebih tepat mengenai alasan mengapa harga naik atau turun 4. Mampu memberikan dasar yang logis dalam pengambilan keputusan investasi Kelemahan analisis fundamental 1. Memakan banyak waktu 2. Sulit berfungsi pada pasar modal tidak efisien karena asumsi dasarnya adalah pasar efisien 3. Asumsi pasar efisien sulit diterapkan karena informasi dapat sempurna berdasarkan atas kualitas dan waktu, tetapi tidak mungkin sama dalam persepsi. Fully effisien tidak mungkin terjadi, hanya economically effisien (weak-form; semi-strong form; dan strong-form). 4. Tidak dapat menggambarkan psikologi pasar dan investor saat itu 5. Tidak fleksibel untuk menentukan periode waktu yang diinginkan IV. ANALISIS TEKNIKAL Kunci sukses dalam investasi adalah pengetahuan dan action. Awalnya, analisis teknikal diaplikasikan di equity market tetapi kemudian secara bertahap kepopulerannya dikembangkan di pasar komoditi, instrumen-instrumen hutang, mata.uang, dan pasar-pasar internasional lainnya (Pring, 2002). Tidak alasan mengapa seseorang tidak dapat memperoleh keuntungan dipasar keuangan. Analisis teknikal amat berguna untuk memprediksi dan mengidentifikasikan emerging trends “Not earnings, nor dividends, nor risk, nor gloom of high interest rates stay the chartist from their assigned task: studying the price movements of stocks.” Kata-kata tersebut sering dilontarkan orang di Wall Street (Malkiel, 1990: 130). Para praktisi melihat bahwa dalam membeli saham yang terpenting adalah melihat kecenderungan dari “crowds” yang tercermin pada grafik-grafik (charts) seperti: trend following indicators, oscillator indicators, dan miscellaneous indicators. Pendekatan teknikal untuk keputusan investasi merefleksikan ide bahwa harga bergerak dalam trends yang dicerminkan dengan perubahan perilaku investor dalam menaksirkan ekonomi, moneter, politik, dan psikologi. Seni pendekatan teknikal adalah identify trend changes at an early stage and to maintain an investment posture until the weight of the evidence indicates that the trend has reversed (Pring, 2002: 2). Dasar pemikirannya adalah manusia Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 19 sebagai makluk pada dasarnya kurang lebih konstan dan trend bereaksi pada situasi yang kurang lebih sama dengan cara yang konstan. Dengan mempelajari titik balik pasar sebelumnya akan dimungkinkan untuk melihat beberapa karakteristik yang dapat membantu mengidentifikasikan titik tertinggi dan titik terendah pasar. Analisis teknikal berdasarkan atas asumsi bahwa orang akan selalu melakukan kesalahan yang sama seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Hubungan manusia amat komplek dan tidak pernah sama satu sama lainnya. Pasar yang merefleksikan keinginan orang tidak pernah identik dalam performance-nya tetapi kesamaan karakteristiknya dapat digunakan untuk menentukan major juncture points. Analisis teknikal membuat alat sebagai indikator dalam menangkap dan mengisolasi titik-titik yang mencerminkan cyclical market juncture. Analisis teknikal dapat dibagai ke dalam 3 area pokok, yaitu: (1) sentiment, (2) flow-of-funds, dan (3) market structure indicators. Sentimen merupakan expectational indicators yang memonitor emosi para investor. Jadi indeks sentimen bergerak dari satu titik ekstrem pada bear market bottom ke bull market top. Asumsi indikator ini adalah kelompok investor yang berbeda konsisten dengan aksinya pada major market turning points. Flow-of-funds indicators menganalisis posisi finansial dari berbagai macam kelompok investasi untuk mengetahui potensinya dalam membeli dan menjual saham. Harga dimana transaksi tersebut terjadi harus sama antara pembeli dan penjual. Sehingga jumlah uang yang mengalir ke luar harus sama dengan uang yang mengalir masuk. Pendekatan flow-of-funds amat peduli dengan before-the-fact balance antarpenawaran dan permintaan atau disebut hubungan ex ante. Market structure indicators atau character of the market indicators memonitor trend dari berbagai indeks harga, market breadth, siklis, volume dan hal-hal lain dalam rangka mengevaluasi “kesehatan” bull dan bear markets. Biasanya, waktu, harga dan ukuran internal seperti market breadth, momentum, dan volume naik dan turun secara bersama-sama tetapi pada akhir gerakan pasar indikator-indikator ini akan menyimpang dari harganya. Analisis teknikal berdasarkan atas teori yang menyatakan bahwa harga merefleksikan psikologi masa (the crowd) dalam aksinya. Oleh karena itulah gerakan harga dimasa yang akan datang juga mendasarkan atas psikologi massa yang bergerak diantara rasa panik, ketakutan, dan rasa tidak percaya diri disatu sisi dengan rasa percaya diri, terlalu optimis, dan keserakahan disisi lainnya. Pergerakan harga dapat diklasifikasikan dalam: (1) gerakan pokok atau primary/cyclical yang merefleksikan sikap investor terhadap siklus bisnis dengan periode 1 sampai 3 tahun; (2) intermediate dengan periode 3 minggu sampai beberapa bulan; dan (3) short term movement dengan periode 3 atau 4 minggu cenderung bersifat random. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 20 A. Konsep Dalam Technical Analysis 1. Market action discounts everything, “never what they (stocks) are worth but what people think they are worth” (Drew, 1968: 18). Gerakan yang pokok dalam obligasi, saham, dan harga komoditas disebabkan oleh trend jangka panjang oleh emosi investasi yang dilakukan publik. Emosi ini mencerminkan tingkat antisipasi dan tingkat perkembangan aktiviras ekonomi dimasa datang dan sikap para investor terhadap aktivitas tersebut. 2. Prices move in trends. Pasar keuangan bergerak dalam trend yang disebabkan oleh adanya perubahan sikap dan ekspektasi investor terhadap siklus bisnis. Analisis teknikal mencoba untuk mengidentifikasi-kan titik belok (turning point) dari price trend secara rata-rata yang diakibatkan oleh kekuatan dan kelemahan laten struktur pasar. Trend dari optimisme investor mempengaruhi pergerakan harga. Aspek emosi dapat dilihat dari empat (4) dimensi, yaitu price, time, volume, dan breadth. Perubahan harga merefleksikan tingkat perubahan sikap investor. Waktu mengukur panjangnya siklus psikologi investor. Makin lama seorang investor untuk bergerak dari elemen bullish ke bearish, makin besar pula perubahan harga tersebut menuju kesuatu arah. Volume merefleksikan intensitas perubahan sikap investor. Breadth, mengukur lamanya emosi investor. Analisis teknikal mengukur dimensi psikologi dalam berbagai cara. Kebanyakan indikator memonitor dua atau lebih aspek secara simultan. Tidak ada satu indikatorpun yang dapat mengekspektasikan sinyal dari semua perubahan trend, maka amat perlu untuk menggunakan sejumlah indikator secara bersama-sama untuk membangun konsensus mengenai apa yang akan terjadi. 3. History repeats itself. Analisis teknikal mempercayai bahwa data historis mempengaruhi harga saham sekarang dan yang akan datang. Harga saham mempunyai pola yang selalu berulang-ulang sepanjang masa. Pola tersebut mengikuti pola peak-and-trough (puncak dan lembah) yang amat sederhana tetapi efektif mengidentifikasikan pergerakan saham. B. Jenis-Jenis 1. DOW THEORY Teori ini didasarkan atas penemuan Charles H. Dow yang mendasarkan pada arah sebuah trend dan tidak pada nilai prediksi durasi puncak atau ukuran dari trend. Dow menggunakan perilaku pasar saham sebagai barometer kondisi bisnis dan tidak pada prediksi harga saham itu sendiri. Asumsi teori Dow adalah mayoritas saham mengikuti trend pasar yang ada pada waktu itu. Untuk Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 21 mengukur “pasar” Dow membuat dua buah indeks, yaitu Dow Jones Industrial Average (DJIA), yang merupakan saham-saham papan atas (blue-chip/first layer) dan Transportation Average (dulu bernama Dow Jones Rail Average, hanya untuk saham-saham dari perusahaan kereta api). Pasar mempunyai tiga buah gerakan, yaitu primary movement, secondary reactions, dan minor movement. Yang terpenting adalah primary/major trend yang biasanya dikenal dengan sebutan bull (rising) atau bear (falling) market *Major Trend/primary trend: 1th-2 th atau lebih, seperti air pasang (tide) a. accumulation stage (harga bergerak lambat), peserta mulai ikut ambil posisi beli b. bull market model (beli)/markup phase, harga ↑ karena ada akumulasi beli c. bear market model/distribution stage (jual), terjadi anti klimak (over priced) Long-term investor pada prinsipnya lebih memperhatikan arah primary trend karena dalam menentukan prespekstif pada bull atau bear market. Jika kenaikan membutuhkan waktu lebih lama daripada waktu penurunan, maka terjadinya bull market biasanya lebih lama daripada bear market. Kerugian trading terjadi karena trader dalam posisi yang berlawanan dengan posisi trend utama. *Intermediate trend: 3 minggu-6 bulan, seperti gelombang (wave) *Minor Trend: 1 minggu-3 minggu, seperti riak air (ripples) Untuk transaksi jangka pendek dalam pasar futures lebih memperhatikan perubahan harga yang lebih kecil tetapi juga tetap membutuhkan arah primary dan intermediate trend. Kejutan muncul biasanya pada upside pada bull market dan dowside pada bear market. Kenaikan trend jangka pendek diantara bull market lebih besar dalam ukuran daripada downtrends jangka pendek, dan sebaliknya. Untuk memperjelas lihat Gambar 1 yang mencerminkan ketiga macam trend tersebut di atas. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 22 Intermediate movement Anti klimak Bull market Accumulation stage Bear market 4 s/d 4 ½ tahun major movement Gambar 1. Jenis trend dalam teori Dow Catatan: ~ Trend ditunjukkan oleh trading volume, pergerakan naik bisa dipertimbangkan sebagai trend naik (up trend) bila diikuti dengan kenaikan volume secara bersamaan menandakan trend tersebut signifikan. ~Trend akan terus berlanjut sampai ada sinyal tertentu yang menunjukkan adanya titik balik (reversal). Selain trend naik ada pula trend turun (down trend), jika trend turun tetapi volume naik menunjukkan penurunan tersebut tidak signifikan, dan sebaliknya. Data tetap disebut sideways. “Harga bergerak dalam Trend” – The trend is your friend, go with your trend. Makin panjang jangka waktu trend, maka makin mudah untuk diidentifikasikan. 1. Semakin banyak harga saham yang menyentuh garis trend, semakin valid/kuat garis trend tersebut. 2. Semakin besar sudut kemiringan garis trend semakin kuat garis trend tersebut. 3. Kuat/arah trend ditentukan oleh volume yang terjadi pada saat harga saham bergerak. 4. Penembusan (breakout) dari garis trend yang diikuti pula dengan volume yang tinggi merupakan sinyal perubahan trend dapat terjadi. 5. Trend yang telah berlangsung selama 2 tahun lebih mempunyai arti daripada yang baru terjadi selama 2 bulan. Dengan adanya intraday data melalui automatic trading mechanism, maka intraday trend juga dapat diperoleh berdasarkan atas real-time trading. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 23 Pergerakan yang amat pendek tetap dapat dianalisis dengan konsep trend yang sama, hanya harus diperhatikan ada dua macam berbedaan: 1. pembalikan dalam grafik menit atau jam hanya mempunyai implikasi sangat pendek dan tidak signifikan untuk pembalikan harga jangka panjang, 2. harga pasar yang sangat pendek lebih-lebih karena pengaruh psikologi dan reaksi instant semata yang diakibatkan oleh berita /rumor sesaat. Keputusan yang diambil hanya atas dasar tendensi emosi sesaat akan tidak menguntungkan. Aksi harga intraday lebih bersifat manipulasi (saham gorengan/hot stock). 2. ELIOT WAVE PRINCIPLE Menurut Eliot ada 5 wave, 3 naik dan 2 turun. Jika harga bergerak naik, kemudian turun, naik lagi tetapi lebih tinggi dan kemudian turun lagi, maka kejadian ini memberikan indikasi harga bersifat HEAD AND SHOULDER (H&S) sehingga harapannya pola akan berulang lagi diwaktu akan datang. H&S merupakan grafik pola yang paling reliabel. Formasi H&S muncul pada market tops maupun pada market bottoms Pasar REBOUND-bergerak naik, kemudian pasar akan BEARISH (turun). Pola ini terdiri atas “kepala” yang dibagi ke dalam dua buah “bahu” berujud lembah (though) yang tidak persis sama. Bahu yang pertama muncul pada bull market dan bahu kedua mempengaruhi awal bear market (lihat Gambar 2). Pola H&S dapat terbentuk dalam 3 sampai 4 minggu atau dapat juga beberapa tahun dalam pembentukannya. Pola H&S merupakan formasi yang amat cocok untuk melihat indikasi trend yang membalik (trend reversal). Umumnya, volume akan menjadi relatif tinggi pada dasar bahu kiri dan selama pembentukannya pada kepala. Faktor utama yang penting adalah melihat aktivitas bahu kanan yang menurun ke lembah dan melebar secara berarti pada titik patahnya. Mengukur implikasi dan karakteristik volume dalam H&S adalah sama seperti jika melihat pada titik balik trend, bedanya pola H&S terjadi “selama” trend berlangsung sedangkan pada pembalikan trend biasanya terjadi pada akhir periode. H S S N Gambar 2. Head and Shoulder Elliott Wave Principle disusun pada tahun 1930 an oleh R.N. Elliott dan kemudian sebagaian besar popularitasnya karena usaha Hamilton Bolton, former Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 24 president of the National Federation. Menurut Eliot, semua perubahan pasar saham dapat dibagi ke dalam gelombang-gelombang atau siklus-siklus dari berbagai magnitudes (besaran) dan masing-masing gelombang dapat dibagi lagi ke dalam gelombang-gelombang dari magnitude yang lebih kecil. Elliott memberikan terminology untuk menggambarkan magnitude ini dan menyebutnya dalam urutan menurun atas dasar pentingnya, yaitu Grand Super Cycle, Super Cycle, Cycle, Primary, Intermediate, dan Minor. Prinsip (tenet) yang paling penting dari Ellliot Wave Principle adalah gerakan-gerakan utama terjadi dalam lima gelombang. Dalam suatu major bull market, gelombang pertama adalah ke atas, kedua menurun, ketiga ke atas, keempat menurun, dan kelima dan tahap final ke atas. Menurut teori ini, masingmasing gelombang ke atas tersebut lebih lanjut dapat dibagi lagi menjadi lima pola gelombang (wave patterns), dan seterusnya ad infinitum (terus menerus, tidak berhenti). Gelombang kedua dan keempat dibagi secara berbeda. Gelombang-gelombang tersebut dibagi menjadi hanya tiga gelombang: gelombang pertama menurun, kedua naik, gelombang ketiga dan final menurun. Elliot’s Principle merupakan suatu alat yang sangat menarik untuk memberikan prespektif sejarah secara garis besar atas pergerakan-pergerakan pasar. Kesulitan muncul karena sering diperlukan revisi interpretasi jika analist berusaha mengetahui intermediate wave dan minor wave karena yang dapat diketahui langsung adalah major wave. Prinsip ini penting jika ingin mendapatkan prespektif mengenai pasar kaitannya pasar dengan trend jangka sangat panjang. 3. BREADTH INDEX (BI) Breadth Index di dasarkankan pada saham-saham yang naik dan turun setiap hari, pada volume saham yang diperdagangkan pada hari-hari naik dan turun. Perhitungan BI dapat diilustrasikan sebagai contoh. Misalnya dalam satu minggu tertentu terdapat 800 saham naik, 400 turun, dan 200 tidak berubah, maka BI = [(800-400)/200] = 2 total minggu sebelumnya. Pentingnya BI terletak pada confirmation dan non confirmation dari puncak-puncak (peak) penting dalam rata-ratnya. Pada umumnya, jika peaks di confirmed oleh BI berarti market leadership cukup lebar sehingga tidak ada penurunan dalam waktu dekat. Jika BI menolak untuk mengkonfirmasikan new highs in the averages, berarti kenaikan tersebut dibatasi oleh relatif sedikit saham dan suatu penurunan mungkin terjadi. Jika BI gagal melebihi ketinggian pada peak yang baru, maka penampilan yang buruk ini memberikan suatu peringatan dini atas adanya break yang sangat tajam Up side volume adalah volume pada hari-hari lebih banyak saham yang naik. Dowside volume adalah volume pada hari-hari lebih banyak saham yang turun. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 25 C. Jenis Technical Analysis 1. Classical Technical Analysis a. Line studies b. Chart pattern 2. Modern Technical Analysis a. Trend following indicators b. Oscillator indicators c. Miscellaneous indicators V. PENGOPERASIAN METASTOCK PROGRAM Program ini digunakan untuk menganalisis saham dengan technical analysis dapat secara on-line ataupun off-line. Versi yang terbaru (2004) adalah versi 9.0. Versi terbaru ini membutuhkan Microsoft Windows 2000 (Service Pack 3 atau lebih)/XP, Pentium 3 processor atau yang lebih cepat, CD-ROM drive, Super VGA (1024 x 768) atau dengan resolusi monitor lebih tinggi serta 256 warna, Microsoft Internet Exporer 6, Microsoft .NET framework, Microsoft Media Player 7.1 atau lebih tinggi, Modem atau koneksi internet, link dengan pusat data missal Reuter DataLink. MAPI Mail compliant program, RAM sebesar 256 megabytes, masih terdapat space minimal 600 megabytes dalam hard disk (ditambah 200MB untuk System Testing Reports), dan ada online data vendor dengan DataOnDemandTM A. Membuka Grafik Untuk membuka grafik ambil icon OPEN sebelah kiri atas kemudian pilih pada data sampel. Jika data yang digunakan tidak dari sampel maka harus dilakukan transfer data lebih dahulu dari data Excel (Microsoft Excel 4.0 Worksheet) melalui fasilitas THE DOWNLODER icon sebelah kanan atas, muncullah CONVERT SECURITIES. Data yang tersimpan di Excel harus mempunyai heading kolom terdiri dari date, high, low, close, dan volume (minimal date dan close). Format date adalah mm/dd/yy dengan ascending (dimulai dari data yang terlama ke baru) Program Excel harus ditutup dahulu sebelum dikonversi oleh metastock. Gunakan browse untuk mencari file yang dimaksud. Source: tipe file adalah EXCEL Folder dipilih sesuai dengan tempat menyimpan file Excel. Destination: file type dipilih METASTOCK. Folder adalah lokasi tempat menyimpan file hasil konversi. Ticker harus diisi sesuai dengan file name yang digunakan. Jika konversi berhasil akan muncul conversion report . Data siap dipakai oleh metastock melalui open dan find ticker. B. Menggambar Garis Agar memudahkan analisis dan kecenderungan grafik, maka dengan bantuan garis (misal, Trend) akan amat membantu visualisasinya. Cara yang Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 26 dilakukan dengan menklik icon TRENDLINE, menahannya dan menariknya sampai tempat yang sesuai. Grafik ada beberapa macam, dengan menggunakan bar chart dan klik dapat diperoleh properties berbagai macam jenis grafik yang dapat digunakan, kemudian apply. 1. Bar Chart high open close low 2. Candlestick long white: bullish long black line high high close open close open low low Untuk mengetahui lebih lanjut candle chart dapat dilihat pada lampiran 1 (Appendix A). 3. Point and Figure (P&F) P&F tidak mempunyai basis waktu. Input P&F hanya terjadi jika ada perubahan harga, symbol: Penurunan harga Kenaikan harga C. Menggunakan Indikator Indikator merupakan alat utama dari analisis teknikal. Untuk memberikan pedoman yang lebih akurat, digunakan beberapa indikator sekaligus, misal moving average indicator, relative strength, dan momentum. Pilihlah INDICATOR QUICKLIST sebagai indikator analisis yang diinginkan. Klik dan tarik ke tempat grafik yang sudah terbuka. Akan terlihat option parameter. Dalam option Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 27 parameter sudah ditentukan default-nya jika ingin menggantinya dapat dilakukan. Setelah selesai klik OK. Hasil grafik dan indikator akan memberikan kemudahan analisis bagi kita. 1. Moving Average (MA) Moving average (MA) adalah salah satu indikator yang populer dalam analisis teknikal modern. Moving average digunakan untuk mengidentifkasi sinyal bahwa trend telah dimulai, sedang berlangsung atau akan segera berakhir. Pada umumnya penggunaan moving average untuk mengidentifikasi arah trend yang sedang dan akan terjadi serta digunakan untuk mengidentifikasi sinyal jual atau beli. Apabila harga aktual (actual price) bergerak naik di atas garis moving average menunjukkan bahwa pasar bullish akan terjadi (Gambar 3). Sedangkan kondisi pasar bearish terjadi apabila garis moving average bergerak turun di atas harga asli (Gambar 4). MA ada tiga jenis, yaitu simple moving average, weighted moving average, dan exponential moving average. Gambar 3: Pasar Bullish (Sumber: Data diolah dengan MetaStock) Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 28 Gambar 4: Pasar Bearish (Sumber: Data diolah dengan MetaStock) Moving average yang panjang atau lebih lama periodenya dapat digunakan sebagai indikator trend, dan moving average yang lebih pendek periodenya digunakan untuk menentukan “timing”. Timing berarti menentukan kapan saham sebaiknya dibeli dan kapan sebaiknya saham dijual. Salah satu tujuan penggunaan dua garis moving average adalah untuk menghindari adanya whipsawing atau kesalahan dalam mengidentifikasi trend dan timing. Penggunaan periode dalam moving average juga bermacam-macam tergantung dari jenis pasarnya. Namun dalam perdagangan saham biasanya terdapat periode-periode yang populer dikalangan analis, seperti periode 9 atau10 untuk jangka pendek, dan 10 atau 20 untuk jangka panjang. Periode lain yang sering digunakan adalah 18 atau 20, 40 atau 50, dan 100 atau 200. Sinyal beli dalam penggunaan dua moving average terjadi apabila harga asli berada di atas moving average dengan periode pendek bergerak memotong dari bawah ke atas moving average periode panjang. Sinyal jual terjadi jika moving average periode pendek bergerak memotong dari atas ke bawah moving average panjang serta harga asli terjadi di bawah persilangan (cross-over) tersebut (Gambar 5). MA periode pendek Jual MA - periode panjang beli jual Gambar 5: Sinyal Beli dan Jual Melalui Indikator Moving Average Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 29 Sinyal jual atau beli akan menjadi lebih signifikan apabila persilangan antara kedua moving average yang digunakan memiliki arah yang sama. Jika kedua garis moving average bergerak ke atas disebut Golden Cross dan sebaliknya, jika bergerak ke bawah disebut Death Cross (Pring, 2002). 2. Oscillator (momentum indicators) Oscillator (momentum indicators) mempunyai banyak manfaat. Manfaat utama oskilator untuk memberi gambaran yang jelas tentang aktivitas pasar. Oskilator relatif mudah dibangun dan diinterpretasikan. Salah satu keunggulan oskilator dapat digunakan dalam kondisi harga sedang bergerak naik, turun, maupun menyamping. Banyak alat teknikal lainnya tidak mampu memberikan indikasi bila harga bergerak ke samping. a. Momentum (Mo) Momentum mengukur percepatan atau perlambatan harga. Oskilator momentum dibentuk untuk mengukur kecepatan atau tingkat perubahan. Oskilator momentum diciptakan dengan mengurangi harga penutupan dengan harga periode yang lalu yang dipilih Setelah harga setiap periode dikurangkan maka hasilnya digambarkan di sekitar garis nol. Sebagai contoh, oskilator momentum lima hari adalah perbedaan antara harga penutupan sekarang dengan harga penutupan lima hari yang lalu. Hasil pengurangan setiap harinya baik yang bernilai positif maupun negatif digambarkan disekitar garis nol. Oskilator momentum bereaksi berdasarkan keuntungan dari selisih harga sekarang dengan keuntungan dari selisih harga N periode yang lalu. N adalah jumlah periode yang dipilih. Keunggulan oskilator momentum dapat memberi arah aktivitas harga pada titik balik pasar. Tabel 1 di bawah adalah reaksi oskilator momentum untuk memberi arah pada aktifitas harga melalui titik balik pasar. Tabel 1 Reaksi Oskilator Momentum Oskilator Momentum Deskripsi Naik Harga di periode sekarang naik lebih banyak (turun lebih sedikit) dari N periode yang lalu. Datar Harga naik atau turun di periode sekarang jumlahnya sama dengan N periode yang lalu. Turun Harga di periode sekarang naik lebih kecil (turun lebih banyak) dari N periode yang lalu. Sumber: MetaStock user’s manual versi 9.0 ( 2004) Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 30 b. Relative Strength Index (RSI) Relative Strength Index merupakan indikator momentum harga yang dikembangkan oleh J. Welles Wilder, Jr. RSI harus digunakan sejalan dengan grafik pergerakan harga tetapi tidak bersama-sama dengan indikator sejenis lainnya. RSI umumnya disebut dengan indikator relative strength merupakan rangkaian momentum. RSI tidak boleh dipengaruhui oleh principle of relative strength saat suatu seri dibagi dengan yang lain. RSI ini merupakan rasio weighted price velocity untuk suatu sekuritas relatif pada dirinya sendiri dan dengan demikian juga relatif pada kinerja masa lalu (Pring 2002). RSI secara khusus didesain untk mengatasi tiga kelemahan oscillator. Pertama, oscillator bergerak secara tidak beraturan karena tidak menggunakan data lama dalam kalkulasnya. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki oscillator 10 hari dan 10 hari lalu harga sekuritas naik-turun secara dramatis, oscillator saat ini akan salah mengartikan dengan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kedua, terkait dengan skala oscillator, yaitu seberapa tinggi-rendah oscillator akan menjadi tanda untuk membeli atau menjual. Ketiga, kebutuhan untuk menjaga jumlah data yang sangat besar untuk perhitungan oscillator. RSI digunakan untuk menghitung rasio rata-rata kenaikan harga penutupan dengan rata-rata penurunan harga penutupan dalam periode tertentu. RSI = 100 - 100/(100 + RS) RS = Average upclose value/ Average downclose value RSI berkisar antara 0 – 100, harga di atas level index 70 adalah bullish, atau saham overbough oleh para investor. Harga di bawah 30 disebut kondisi bearish dan dinilai oversold. Jika RSI pada level 70 atau lebih disebut technical rebound, karena minat beli sudah reda. Kebalikannya di bawah 30 artinya harga oversold, karena minal jual sudah reda. Overbought adalah sinyal jual dan oversold adalah sinyal beli (lihat Gambar 6). Catatan: biasanya digunakan 9 hari dan 21 hari basis waktu. Para analist cenderung memilih 80/20 daripada 70/30 untuk batas kondisi overbough/oversold overbought 80/20 70/30 oversold Gambar 6. Peak (puncak) and Trough (lembah) Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 31 c. Commodity Channel Index (CCI) Commodity Channel Index (CCI) dihitung dengan menentukan perbedaan antara harga rata-rata komoditas dan tingkat harga rata-rata pada periode tertentu yang telah ditetapkan. Perbedaan tersebut kemudian dibandingkan dengan rata-rata perbedaan pada suatu periode waktu. Hasil yang diperoleh kemudian dikalikan dengan konstanta yang di desain untuk menyesuaikan CCI sehingga menjadi sesuai dengan tingkat perdagangan yang berkisar ±100. d. Stochastic Oscillator Pendekatan ini diperkenalkan oleh George C. Lane. Stochastic oscillator sangat populer bagi para investor, terutama yang berorientasi jangka pendek. Stochastic oscillator adalah teknik kecepatan harga yang didasarkan pada teori bahwa bila harga naik, maka harga penutupan mempunyai tendensi mendekati harga tertinggi hari ybs. Begitu juga harga bergerak turun, maka harga penutupannya kecenderungan mendekati harga terendah hari itu. 3. Market Strength Indicators Indikator kekuatan pasar digunakan untuk mengukur kekuatan suatu pasar. Asumsi yang digunakan dalam mengukur kekuatan suatu pasar adalah apabila volume perdagangan bertambah secara signifikan, maka akan diikuti oleh banyaknya pembeli (buyers). Sebaliknya apabila volume perdagangan bergerak turun menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pasar semakin kecil yang ditandai dengan sedikitnya pembeli. a. Money Flow Index Indikator Money Flow Index (MFI) untuk mengukur kekuatan arus uang dari suatu sekuritas. Hal ini sangat dekat hubungannya dengan Relative Strength Index (RSI), perbedaannya adalah bahwa money flow index dapat memperkirakan pergerakan volume, sedangkan RSI hanya berhubungan dengan pergerakan harga saja. Money Flow Index dihitung dengan menentukan harga rata-rata dalam sehari, kemudian membandingkannya dengan harga rata-rata hari sebelumnya. Apabila harga rata-rata hari ini lebih tinggi dari harga rata-rata hari sebelumnya, maka hal ini disebut dengan positive money flow dan apabila harga rata-rata hari ini lebih rendah dari harga rata-rata hari sebelumnya, maka hal ini disebut sebagai negative money flow. Money Flow secara spesifik untuk hari tertentu dihitung dengan cara mengalikan harga rata-rata dengan volume. b. Negative Volume Index Negative Volume Index (NVI) berkaitan dengan menurunnya volume terhadap perubahan harga suatu sekuritas. Pada saat volume menurun dari hari sebelumnya, NVI disesuaikan (adjusted) dengan perubahan persentase harga suatu sekuritas. Optimisasi sistem dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis indikator dengan cara melakukan test yang bevariasi sesuai dengan trading Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 32 rules. Setiap perdagangan dengan satu jenis saham dapat menggunakan optimisasi variable’s range ke dalam kategori: minimum, maximum dan step diikuti dengan melakukan optimisasi terhadap periode waktu yang digunakan sebagai basis perhitungan. Sinyal beli-jual diperoleh dengan mengamati garis perpotongan masing-masing indikator maupun untuk kombinasi antara indikator (Tabel 2). Formula sinyal beli-jual menggunakan software MetaStock untuk mendapatkan return atas data yang diproses. Brokerage fee dan tax setiap transaksi dilakukan sebesar 0,5 persen untuk order beli (0,2%) dan order jual (0,3 % termasuk pajak 0,1%). Tabel 2 Sinyal Beli dan Jual Trend Indicators Sinyal Beli Indikator Simple Moving Average (SMA) Weighted Moving Average (WMA) Exponential Moving Average (EMA) Indikator Momentum (Mo) Relative Strength Index (RSI) Commodity Channel Index (CCI) Stochastic Oscillator (Stoch) Indikator Money Flow Index (MFI) Cross(C,Mov(C,opt1,S)) SMA memotong ke atas grafik harga saham Cross(C,Mov(C,opt1,W)) WMA memotong ke atas grafik harga saham Cross(C,Mov(C,opt1,E)) EMA memotong ke atas grafik harga saham Sinyal Jual Cross(Mov(C,opt1,S),C) SMA memotong ke bawah grafik harga saham Cross(Mov(C,opt1,W),C) WMA memotong ke bawah grafik harga saham Cross(Mov(C,opt1,E),C) EMA memotong ke bawah grafik harga saham Momentum Indicators Sinyal Beli Cross[Mo(opt1),100] Mo memotong ke atas garis horizontal 100 (seratus) Cross[RSI(opt1),30] OR Cross[RSI(opt1),70] RSI memotong ke atas garis horizontal 30 atau garis 70 Cross[CCI(opt1),-100] CCI memotong ke atas garis horizontal -100 (minus seratus) Cross[Stoch(opt1,opt2),20] Stochastic Oscillator memotong ke atas garis horizontal 20 Cross[100,CCI(opt1)] CCI memotong ke bawah garis horizontal +100 (plus seratus) Cross[80,Stoch(opt1,opt2)] Stochastic Oscillator memotong ke bawah garis horizontal 80. Market Strength Indicators Sinyal Beli Cross[MFI(opt1),20] OR Cross[MSI(opt1),80] MFI memotong ke atas garis horizontal 20 atau 80 Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja Sinyal Jual Cross[100,Mo(opt1)] Mo memotong ke bawah garis horizontal 100 (seratus) Cross[70,RSI(opt1)] OR Cross [30,RSI(opt1)] RSI memotong ke bawah garis horizontal 30 atau garis 70 Sinyal Jual Cross[MFI(opt1),20] OR Cross[MFI(opt1),80] MFI memotong ke bawah garis horizontal 20 atau 80 [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 33 Kombinasi Indikator antara Oscillator (Momentum Indicators) dengan Trend Indicators Indikator Sinyal Beli Sinyal Jual Momentum & Simple Moving Average (Mo&SMA) Momentum & Weighted Moving Average (Mo&WMA) Momentum & Exponential Moving Average (Mo&EMA) Relative Strength Index & Simple Moving Average (RSI&SMA) Relative Strength Index & Weighted Moving Average (RSI&WMA) Relative Strength Index & Exponential Moving Average (RSI&EMA) Cross[Mo(opt1),{Mov(Mo(opt1), opt2,S)}] Momentum memotong ke atas garis SMA dari Momentum Cross[Mo(opt1),{Mov(Mo(opt1), opt2,W)}] Momentum memotong ke atas garis SMA dari Momentum Cross[Mo(opt1),{Mov(Mo(opt1), opt2,E)}] Momentum memotong ke atas garis SMA dari Momentum Cross[RSI(opt1),Mov{RSI(opt1), opt2,S)}] RSI memotong ke atas garis SMA dari RSI Cross[RSI(opt1),Mov{RSI(opt1), opt2,W)}] RSI memotong ke atas garis WMA dari RSI Cross[RSI(opt1),Mov{RSI(opt1), opt2,E)}] RSI memotong ke atas garis EMA dari RSI Cross[{Mov(Mo(opt1),opt2,S)}, {Mo(opt1)}] Momentum memotong ke bawah garis SMA dari Momentum Cross[{Mov(Mo(opt1),opt2,W)}, {Mo(opt1)}] Momentum memotong ke bawah garis WMA dari Momentum Cross[{Mov(Mo(opt1),opt2,E)}, {Mo(opt1)}] Momentum memotong ke bawah garis EMA dari Momentum Cross[{Mov(RSI(opt1),opt2,S)}, {RSI(opt1)}] RSI memotong ke bawah garis SMA dari RSI Cross[{Mov(RSI(opt1),opt2,W)}, {RSI(opt1)}] RSI memotong ke bawah garis WMA dari RSI Cross[{Mov(RSI(opt1),opt2,E)}, {RSI(opt1)}] RSI memotong ke bawah garis EMA dari RSI Kombinasi Indikator antara Market Strength Indicators dengan Trend Indicators Indikator Sinyal Beli Sinyal Jual Money Flow Index & Simple Moving Average (MFI&SMA) Cross[MFI(opt1),{Mov(MFI(opt1), Cross[{Mov(MFI(opt1),opt2,S)}, opt2,S)}] {MFI(opt1)}] MFI memotong ke atas garis SMA MFI memotong ke bawah garis dari MFI SMA dari MFI Money Flow Index & Cross[MFI(opt1),{Mov(MFI(opt1), Cross[{Mov(MFI(opt1),opt2,W)}, Weighted Moving Average opt2,W)}] {MFI(opt1)}] (MFI&WMA) MFI memotong ke atas garis MFI memotong ke bawah garis WMA dari MFI WMA dari MFI Money Flow Index & Cross[MFI(opt1),{Mov(MFI(opt1), Cross[{Mov(MFI(opt1),opt2,E)}, Exponential Moving Average opt2,E)}] {MFI(opt1)}] (MFI&EMA) MFI memotong ke atas garis EMA MFI memotong ke bawah garis dari MFI EMA dari MFI Negative Volume Index & Cross(NVI(),Mov(NVI(),opt1,S)) Cross(Mov(NVI(),opt1,S),NVI()) Simple Moving Average NVI memotong ke atas garis SMA NVI memotong ke bawah garis (NVI&SMA) dari NVI SMA dari NVI Negative Volume Index & Cross(NVI(),Mov(NVI(),opt1,W)) Cross(Mov(NVI(),opt1,W),NVI()) Weighted Moving Average NVI memotong ke atas garis NVI memotong ke bawah garis (NVI&WMA) WMA dari NVI WMA dari NVI Negative Volume Index & Cross(NVI(),Mov(NVI(),opt1,E)) Cross(Mov(NVI(),opt1,E),NVI()) Exponential Moving Average NVI memotong ke atas garis EMA NVI memotong ke bawah garis (NVI&EMA) dari NVI EMA dari NVI Sumber: Ringkasan.dari Pring (2002) dan MataStock User’s manual versi 9.0 (2004) Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 34 D. SUPPORT versus RESISTANCE SUPPORT (batas bawah) garis harga minat beli cukup kuat untuk menahan tekanan jual, harga murah untuk dibeli →posisi beli (long) →P↑ RESISTANCE (batas atas) garis harga minat jual lebih besar daripada minat beli untuk merealisasikan keuntungan (profit taking) → posisi jual (short) → P↓ Harga turun karena aksi jual yang signifikan (over supply saham), merupakan downward pressure hingga menyentuh titik support level. S & R menggambarkan bahwa naik dan turunnya harga saham pasti memiliki batas (batas atas dan batas bawah). Contohnya harga saham mengalami penurunan karena adanya aksi jual yang cukup signifikan, maka akan terjadi over supply oleh saham tersebut. Akibatnya downward pressure hingga menyentuh titik yang disebut support level. Pada saat harga menyentuh titik support level, para pelaku pasar melihat bahwa harga undervalued, murah untuk di beli, aksi beli terjadi. Akibatnya harga naik dan menyentuh titik resistance. Pada saat itu harga terlalu overvalued pelaku pasar akan melakukan aksi jual, harga turun, demikian selanjutnya (lihat Gambar 7). resistance short long support Gambar 7. Support dan Resistance E. Pattern Head and shoulder, top and bottom, pennants (dibentuk dari dua trend line yang menyatu), flag (trend volume yang menurun yang diganggu oleh penurunan atau kenaikan yang tajam), dan wedges (membentuk segitiga pada garis yang menyatu dibentuk dari sejumlah puncak dan lembah), akan lebih jelas digambarkan dengan RSI daripada grafik aslinya (lihat Gambar 8). Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock Actual price Actual price volume 35 Actual price volume volume Flag Pennant Wedges Gambar 8. Pattern F. Divergence (Failure swing) Penyimpangan antara harga asli dengan RSI merupakan indikasi kuat akan adanya reversal (pembalikan). Jika harga pada trend naik membuat titik tertinggi baru tetapi RSI malah bergerak turun, maka ini biasanya mengidentifikasikan akan adanya pembalikan. Biasanya digunakan 9 hari dan 21 hari basis waktu, dengan price field: close dan menggunakan (clik) horizon line. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 36 DAFTAR PUSTAKA Akermann, C.A., and Keller, W.E., 1977. Relative Strength Does Persist. The Journal of Portfolio Management, Fall, 38-45. Biang Liang, 1996. The “Dartboard” Column: The Pros, the Darts, and the Market. Working Paper. Case Western Research University, ClevelandOhio. October. Bohan, J., 1981. Relative Strength: Further Positive Evidence. The Journal of Portfolio Management, Fall, 36-39 Bruner, R.F., 2003. Case Studies in Finance. Fourth Edition. McGraw-Hill Brush, J.S., 1986. Eight Relative Strength Models Compared. The Journal of Portfolio Management, Fall, 21-28. Chordia, T., and Shivakumar, A., and Anshuman, V.R., 2000. Trading Activity and Expected Stock Returns. Working Paper, Emory University. Concrad, J., and Kaul, G., 1998. Long-term Overreaction or biases in Computed Returns.The Journal of Finance 48, 39-63. Cottle, S., Murray, R.F., and Block, F.E., 1988. Security Analysis. 5th eds, McGraw-Hill. Dalton, J.M., 1993. How the Stock Market Works. 2nd eds, The New York Institute of Finance. Diliddo, B., 1998. Stocks Strategies & Common Sense. 4th eds. HSC Publisher. Drew, G., 1968. New Methods for Profit in the Stock Market, Metcalfe Press, Boston. Farid Harianto, and Siswanto Sudomo, 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Penerbit PT Bursa Efek Jakarta. Grundy, B.D., and Martin, J.S., 2001. Understanding the Nature of the Risks and the Source of the Rewards to Momentum Investing. The Review of Financial Studies 14, 29-78. Hendricks, D.J., Patei, J., and Zeckhauser, R., 1993. Hot Hands in Mutual Funds: Short-run Persistence of Relative Performance, 1974-1988. Journal of Finance 48, March, 93-130. Hong, H., Lim, T., and Stein, J.C., 2000. Bad News Travels Slowly: Size, Analyst Coverage, and the Profitability of Momentum Strategies. The Journal of Finance 55, 265-296. Hubert, M., 1991. It’s Not Too Late. Forbes 148 (4), 143 Jegadeesh, N., and Titman, S., 1993. Return to Buying Wieners and Selling Losers: Implications for Stock Market Efficiency. Journal of Finance 46, March., 65-91. Krass. P., 1999. The Book of Investing Wisdom: Classic Writings by Great StockPickers and Legends of Wall Street. Wiley & Son. Laderman, J.M., 1991. Riding Stocks that Have the Big Mo. Business Week, May 6,118. Lesmond D.A., Schill, M.J., and Zhou, C., 2001. The Illusory Nature of Momentum Profits. Working Paper. NBER 4243. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 37 Levy, R.A., 1967. Relative Strength as a Criterion for Investment Selection. Journal of Finance. Winter, 595-611 Levy, R.A., and Kripotos, S.L., 1969. Earning Growth, P/E’s and Relative Price Strength. Financial Analysts Journal, November-December, 60-67. Malkiel, B.G, 1990. A Random Walk Down Wall Street. New York, WW Norton & Company. Meissner, G., 2001. The RSI Revisited. Quality Trading Techniques, August, 3436. Pring, M.J., 2002. Technical Analysis Explained. 4th eds, McGraw-Hill. Shimo, M.D., 1999. Stock Market Rules: 70 of the Most Widely Held Investment Axioms Explained, Examined and Exposed. Wiley & Son. Volkman, D.A., and Wohar, M.E., 1996. Abnormal Profits and Relative Strength in Mutual Fund Returns. Review of Financial Economies 5 (2), 101-116. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 38 Candlesticks Bullish Patterns Long white (empty) line. This is a bullish line. It occurs when prices open near the low and close significantly higher near the period's high. Hammer. This is a bullish line if it occurs after a significant downtrend. If the line occurs after a significant up-trend, it is called a Hanging Man. A Hammer is identified by a small real body (i.e., a small range between the open and closing prices) and a long lower shadow (i.e., the low is significantly lower than the open, high, and close). The body can be empty or filled-in. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 39 Piercing line. This is a bullish pattern and the opposite of a dark cloud cover. The first line is a long black line and the second line is a long white line. The second line opens lower than the first line's low, but it closes more than halfway above the first line's real body. Bullish engulfing lines. This pattern is strongly bullish if it occurs after a significant downtrend (i.e., it acts as a reversal pattern). It occurs when a small bearish (filled-in) line is engulfed by a large bullish (empty) line. Morning star. This is a bullish pattern signifying a potential bottom. The "star" indicates a possible reversal and the bullish (empty) line confirms this. The star can be empty or filled-in. Bullish doji star. A "star" indicates a reversal and a doji indicates indecision. Thus, this pattern usually indicates a reversal following an indecisive period. You should wait for a confirmation (e.g., as in the morning star, above) before trading a doji star. The first line can be empty or filled in. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 40 Bearish Patterns Long black (filled-in) line. This is a bearish line. It occurs when prices open near the high and close significantly lower near the period's low. Hanging Man. These lines are bearish if they occur after a significant uptrend. If this pattern occurs after a significant downtrend, it is called a Hammer. They are identified by small real bodies (i.e., a small range between the open and closing prices) and a long lower shadow (i.e., the low was significantly lower than the open, high, and close). The bodies can be empty or filled-in. Dark cloud cover. This is a bearish pattern. The pattern is more significant if the second line's body is below the center of the previous line's body (as illustrated). Bearish engulfing lines. This pattern is strongly bearish if it occurs after a significant up-trend (i.e., it acts as a reversal pattern). It occurs when a small bullish (empty) line is engulfed by a large bearish (filled-in) line. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 41 Evening star. This is a bearish pattern signifying a potential top. The "star" indicates a possible reversal and the bearish (filled-in) line confirms this. The star can be empty or filled-in. Doji star. A star indicates a reversal and a doji indicates indecision. Thus, this pattern usually indicates a reversal following an indecisive period. You should wait for a confirmation (e.g., as in the evening star illustration) before trading a doji star. Shooting star. This pattern suggests a minor reversal when it appears after a rally. The star's body must appear near the low price and the line should have a long upper shadow. Reversal Patterns Long-legged doji. This line often signifies a turning point. It occurs when the open and close are the same, and the range between the high and low is relatively large. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 42 Dragon-fly doji. This line also signifies a turning point. It occurs when the open and close are the same, and the low is significantly lower than the open, high, and closing prices. Gravestone doji. This line also signifies a turning point. It occurs when the open, close, and low are the same, and the high is significantly higher than the open, low, and closing prices. Star. Stars indicate reversals. A star is a line with a small real body that occurs after a line with a much larger real body, where the real bodies do not overlap. The shadows may overlap. Doji star. A star indicates a reversal and a doji indicates indecision. Thus, this pattern usually indicates a reversal following an indecisive period. You should wait for a confirmation (e.g., as in the evening star illustration) before trading a doji star. Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749 Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock 43 Neutral Patterns Spinning tops. These are neutral lines. They occur when the distance between the high and low, and the distance between the open and close, are relatively small. Doji. This line implies indecision. The security opened and closed at the same price. These lines can appear in several different patterns. Double doji lines (two adjacent doji lines) imply that a forceful move will follow a breakout from the current indecision. Harami ("pregnant" in English). This pattern indicates a decrease in momentum. It occurs when a line with a small body falls within the area of a larger body. In this example, a bullish (empty) line with a long body is followed by a weak bearish (filled-in) line. This implies a decrease in the bullish momentum. Harami cross. This pattern also indicates a decrease in momentum. The pattern is similar to a harami, except the second line is a doji (signifying indecision). Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja [email protected] 08164221749