BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Investasi 2.1.1. Pengertian Investasi Semua bisnis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai tambah atau keuntungan di kemudian hari. Investasi merupakan salah satu plihan langkah untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar di kemudian hari. Yang harus diperhatikan dalam melakukan investasi adalah: kita harus memiliki ketersediaan dana maupun aset, serta komitmen meningkatkan aset tersebut pada saat sekarang. Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Menurut Sunariyah (2006:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” Menurut Arista (2012), investasi yang dilakukan oleh para investor diasumsikan selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional sehingga berbagai jenis informasi diperlukan untuk pengambilan keputusan investasi. 7 2.1.2. Jenis-jenis Investasi Menurut Senduk (2004:24) bahwa produk-produk investasi yang tersedia di pasaran, antara lain : a. Tabungan di bank Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan. b. Deposito di bank Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian). Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di bank. c. Saham Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian keuntungan yang disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain. 8 d. Properti Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah. Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu : 1. Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa. 2. Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi. e. Barang-barang koleksi Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain-lain. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan menjual koleksi tersebut kepada pihak lain. f. Emas Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah mata uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi kenaikan nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga emas. Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri. g. Mata uang asing Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi. Investasi dalam mata uang asing lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung pada 9 permintaan dan penawaran di pasaran. Di Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif. h. Obligasi Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau membiayai suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika membelinya. Investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis menurut Bodie, Zvi, Alex Kane dan Marcus (2005:3), antara lain sebagai berikut: jenis yang pertama berupa investasi dalam bentuk aset riil (real assets) yaitu investasi dalam bentuk aktiva berwujud fisik, seperti emas, batu mulia dan sebagainya. Dan jenis yang kedua yaitu investasi dalam bentuk surat berharga/sekuritas (marketable securities financial assets) yaitu investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga/perorangan tertentu. Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah institusi/perusahaan dapat dilakukan dengan dua cara: 1. Investasi langsung (direct investing) Diartikan sebagai suatu kepemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu institusi/perusahaan tertentu yang secara resmi telah di go 10 public dengan tujuan mendapatkan tingkat keuntungan berupa deviden dan capital gain. 2. Investasi tidak langsung (indirect investing) Terjadi apabila suatu surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi sebagai perantara. Kepemilikan aset secara tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar, yang bertindak sebagai perantara. Dalam perannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara mendapatkan deviden seperti halnya dalam investasi langsung serta capital gain atau hasil perdagangan portofolio yang dilakukannya. 2.1.3. Keunggulan dan Kekurangan Setiap Investasi a. Produk perbankan 1) Tabungan Digunakan untuk menyimpan dana nasabah. Dapat memberikan banyak kemudahan, antara lain: (a) Likuiditas yang tinggi, dapat diambil kapan saja: counter bank dan ATM (b) Kemudahan bertransaksi: pengiriman uang, pembayaran (telepon, kartu kredit, dan lain-lain), penukaran uang, dan lain-lain (c) Dijamin pemerintah. Kekurangan: (a) Suku bunga yang diberikan sangat rendah, di bawah tingkat inflasi. (b) Bunga kena pajak 20% untuk yang di atas Rp 7,5 juta. 11 2) Rekening koran (cheque/giro) Dipergunakan secara luas oleh perusahaan dan perorangan, untuk melakukan transaksi keuangan. Kemudahan, antara lain: (a) Likuiditas tinggi, dapat diambil kapan saja: counter bank pencairan cek. (b) Kemudahan bertransaksi: pembayaran ke pihak lain tanpa menggunakan uang tunai dan tanpa harus datang ke bank. (c) Dijamin oleh pemerintah. Kekurangan: (a) Tidak ada bunga, hanya terdapat jasa giro yang sangat rendah (b) Bunga kena pajak 20%. 3) Deposito berjangka Dipergunakan untuk menabung/menyimpan uang dalam jangka waktu tertentu. Kemudahan, antara lain: (a) Suku bunga yang lebih tinggi, sekitar 6%. (b) Likuiditas tinggi, dapat diambil kapan saja, meskipun ada jangka waktu tertentu. (c) Dapat dijaminkan: untuk mendapatkan hutang dari bank yang sama. (d) Dijamin oleh pemerintah, rate (%) x (# of Days/365) x Nominal x 0.80, 12% x (31/365) x IDR 1,000,000 x 0.80. Kekurangan: (a) Terkena penalti, bila diambil sebelum jatuh tempo. (b) Bunga kena pajak 20%, di atas Rp 7,5 juta. 12 Kelebihan: a. Akses yang cepat/likuiditas yang tinggi b. Kemudahan bertransaksi c. Jaminan pemerintah Secara umum, bank idealnya digunakan sebagai tempat melakukan transaksi. Produk perbankan sangat ideal dipergunakan untuk penempatan dana darurat (emergency fund). b. Produk investasi 1) Reksa Dana (Unit Trust) Keunggulan: (a) Diversifikasi (b) Pilihan investasi yang beragam (c) Transparansi (d) Peraturan yang ketat (e) Biaya yang rendah (subs, redeem, management fee) (f) Keuntungan pajak (untuk di Indonesia saat ini) (g) Minimum investasi yang rendah. 2.1.4. Risiko Investasi Menurut Francis, Jack C. (2002:12), "risiko didefinisikan sebagai kesempatan/kemungkinan timbulnya kerugian (risk is the chance/probability of loss)." Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko investasi merupakan suatu kemungkinan yang terdiri dari berbagai faktor yang dapat menyebabkan tidak kembalinya dana yang diinvestasikan pada suatu instrumen 13 investasi tertentu atau dengan kata lain, merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kerugian dalam suatu investasi. Semua jenis investasi selalu punya resiko, tidak ada investasi yang bebas resiko, resiko selalu melekat pada tiap investasi besar atau kecil dan juga dapat dikatakan bahwa hasil yang tinggi resikonya juga tinggi sehingga diperlukan pemahaman atas resiko yang berkaitan dengan alternatif sarana investasi yang dapat terdiri dari resiko likuiditas, ketidakpastian hasil, kehilangan hasil, penurunan nilai investasi sampai resiko hilangnya modal investasi tersebut. 2.1.5. Jenis-jenis Risiko Investasi Jenis-jenis resiko yang umumnya dihadapi perusahaan dalam investasi yaitu: 1. Resiko Bisnis (Business Risk) Adalah bervariasinya penjualan perusahaan dan kemampuan untuk menjual produk tersebut. Hal tersebut dihubungkan dengan laporan keuangan dan dikaitkan dengan perubahan selera konsumen dan perubahan kondisi makro ekonomi. 2. Resiko Finansial (Financial Risk) Dikaitkan dengan pendapatan dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi resiko bisnis dan struktur finansial perusahaan dan dihubungkan dengan financial leverage perusahaan. 3. Resiko Inflasi/Penurunan Daya beli (Inflation Risk/Purchasing Power Risk) Dikaitkan dengan kemungkinan tingkat pengembalian investasi tidak dapat mengimbangi peningkatan biaya hidup. 14 4. Resiko Suku Bunga (Interest Rate Risk) Dikaitkan dengan perusahaan akibat kerugian nilai portofolio akibat perubahan suku bunga. 5. Resiko Sosial (Social Risk) Dikaitkan dengan kondisi sosial yang terjadi dalam masyarakat yang akan mempengaruhi kebijakan pada suatu perusahaan. 6. Resiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Risk) Dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat perubahan secara relatif nilai mata uang dunia. Resiko nilai tukar akan mengurangi return dari investasi. 7. Resiko Situasi Politik (Political Risk) Dikaitkan dengan kemungkinan pemerintah luar negeri ikut campur dalam kegiatan perusahaan maupun kondisi dalam negeri yang tidak kondusif bagi dunia usaha. Jenis-jenis resiko di atas merupakan resiko yang tergabung baik dalam resiko tidak sistematis (unsystematic risk) dan resiko sistematis (systematic risk). Resiko yang tidak sistematis dapat dihilangkan melalui diversifikasi sedangkan resiko yang sistematis diakibatkan oleh faktor pasar yang mempengaruhi semua perusahaan dan tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi seperti suku bunga, perang, inflasi, kebijakan pemerintah, perubahan politik nasional maupun internasional. Oleh karena itu, investor (atau perusahaan) lebih memperhatikan resiko yang tidak dapat didiversifikasi yang mencerminkan kontribusi aktiva terhadap resiko portofolio. 15 Perhitungan kedua jenis resiko tersebut dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: Total Risk = Systematic Risk + Unsystematic Risk 2.2. Pasar Modal 2.2.1. Pengertian Pasar Modal Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Menurut Usman (2011:62) mengatakan: “Umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan.” 2.3. Saham 2.3.1. Pengertian Saham Menurut Vibby (2010:21) “Saham merupakan salah satu jenis instrument investasi yang berarti tanda kepemilikan terhadap suatu perusahaan dan akan memberikan keuntungan dalam bentuk devidend dan capital gain seiring dengan pergerakan harganya“. 16 2.3.2. Pengertian Efek Menurut Susanto dan Sabardi (2010:4) mengatakan: “Efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya: surat pengakuan utang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti utang, bukti right (right issue), waran (warrant), unit penyertaan kontrak, kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap turunan (derivatif) dari efek. Pihak (perusahaan) yang melakukan penawaran umum disebut Emiten.” 2.3.3. Jenis-jenis Saham Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2011: 6) : 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim a. Saham Biasa (common stock) 1) Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan 2) Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. b. Saham Preferen (Preferred Stock) 1) Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. 2) Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar deviden. 17 3) Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. 2. Ditinjau dari cara peralihannya a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) 1) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. 2) Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b. Saham Atas Nama (Registered Stocks) 1) Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan a. Blue – Chip Stocks 1) Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income Stocks 1) Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. 2) Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. 18 3) Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi. c. Growth Stocks 1) Well – Known (a) Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 2) Lesser – Known (a) Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. (b) Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. d. Speculative Stock 1) Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stocks 1) Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Dan yang terbaru jenis saham yang diperdagangkan di BEI , yaitu ETF (Exchange Trade Fund) adalah gabungan reksadana terbuka dengan saham dan pembelian di bursa seperti halnya saham di pasar modal bukan di Manajer Investasi (MI) ETF dibagi 2, yaitu: 19 1. ETF index : menginvestasikan dana kelolanya dalam sekumpulan portofolio efek yang terdapat pada satu indeks tertentu dengan proporsi yang sama. 2. Close and ETFs : Fund yang diperdagangkan dibursa efek yang berbentuk perusahaan investasi tertutup dan dikelola secara aktif. Menurut Vibby (2010:22) berdasarkan jenisnya saham dibagikan menjadi dua yaitu saham preferen (preferent stock) dan saham biasa (common stock). 1. Saham Preferen / Preferent Stock Merupakan jenis saham khusus yang biasanya diterbitkan terbatas untuk pemilik atau pendiri perusahaan. Saham ini memiliki klaim khusus terhadap aset perusahaan namun tidak memiliki hak suara. Pemegang saham preferen memiliki prioritas pertama dalam pembagian aset jika perusahaan dilikuidasi. 2. Saham Biasa / Common Stock Merupakan jenis saham yang ditawarkan dan dapat dimiliki oleh publik. Saham ini memiliki hak suara namun mendapat hak paling akhir terhadap aset bila perusahaan dilikuidasi. Pemilik saham biasa memiliki hak terlebih dahulu dalam penerbitan saham baru (right issue), namun jika pemegang saham biasa menolak menebusnya, maka dapat ditawarkan kepada pihak lainnya. 20 2.3.4. Keuntungan Investasi Saham Pada dasarnya ada 2 keuntungan yang diperoleh pemodal memiliki saham, yaitu: 1. Dividen Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa devidend stock yang artinya setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga sejumlah saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya pembagian devidend stock tersebut. 2. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli, capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham BUMI dengan harga per lembar Rp.5000 kemudian menjualnya dengan harga Rp.5500 per lembarnya, yang berarti pemodal tersebut telah mendapatkan capital gain sebesar Rp.500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan melalui capital gain. Disamping 2 keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga di mungkinkan untuk mendapatkan: 21 a. Saham Bonus Saham bonus (jika ada) yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham, agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana, misalnya setiap saham dengan nilai nominal Rp.500 dijual dengan harga Rp.800 maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp.300 setiap sahamnya. 2.3.5. Risiko Investasi pada Saham Terdapat beberapa risiko investasi pada saham, antara lain: 1. Tidak mendapat deviden Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untukmendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 2. Capital Loss Dalam aktifitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor menjual sahamnya lebih rendah harganya dari harga belinya, dengan demikian investor mengalami capital loss. Misalnya seorang investor membeli saham BUMI pada harga Rp.5000 per lembarnya, namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga Rp.4500 per lembarnya, berarti investor 22 tersebut mengalami kerugian sebesar Rp.500 per lembarnya, kerugian tersebut yang disebut capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang seorang investor untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka investor tersebut rela menjual sahamnya dengan harga lebih rendah dari harga belinya, istilah ini dikenal dengan Cut Loss. 3. Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemeganng saham akan mendapat posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa baru akan dibagikan kepada pemegang saham. 4. Saham di delist dari bursa (delisting) Resiko lain yang di hadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham perusahaan di delist di bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang di delist keluar dari bursa dengan tujuan Go Private, perusahan yang melakukan Go Private tidak merugikan investor karena perusahaan penerbit saham tersebut melakukan Buy Back terhadap saham yg diterbitkan. 23 5. Saham di Suspend Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam 1 sesi perdagangan, 1 hari perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian diminta konfirmasi lainnya. Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi, jika setelah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula. 2.4. Analisis Teknikal 2.4.1. Pengertian Analisis Teknikal Menurut Hidayat (2010:129), “Analisis teknikal adalah suatu studi dan seni yang dipakai untuk memahami kecenderungan harga yang akan datang dengan menggunakan chart maupun perhitungan matematis”. Menurut Sulistiawan (2007), analisis teknikal dipilih karena kegunaannya bisa diprogram, hal ini dilakukan untuk meminimalisasi subyektivitas pengambilan keputusan. Analisis teknikal membuat sinyal transaksi dengan indikator yang disusun dengan formula tertentu, seperti moving average, relative strength index (RSI), dan yang lainnya. Penelitian yang digunakan menggunakan indikator RSI yang mewakili turning points indicators, sedangkan SMA mewakili trend following indicators. 24 Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dirangkum bahwa analisis teknikal adalah suatu metode analisis yang meramalkan pergerakan harga saham dengan menggunakan grafik /chart maupun perhitungan matematis. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi. Para analisis teknikal tidak begitu perduli terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, sebagaimana para analisis fundamental, tetapi lebih berkonsentrasi pada instrumennya pasar. 2.4.2. Prinsip Dasar Analisis Teknikal Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis teknikal, yaitu: 1. Market Price Discounts Everything Yaitu segala kejadian-kejadian yang dapat mengakibatkan gejolak pada bursa valas secara keseluruhan atau harga mata uang suatu negara seperti faktor ekonomi, politik fundamental dan termasuk juga kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti adanya peperangan, gempa bumi dan lain sebagainya akan tercermin pada harga pasar. 2. Price Moves in Trend Yaitu harga valuta asing akan tetap bergerak dalam satu trend. Harga mulai bergerak ke satu arah, turun atau naik. Trend ini akan berkelanjutan sampai pergerakan harga melambat dan memberikan peringatan sebelum berbalik dan bergerak ke arah yang berlawanan. 3. History Repeats It Self Karena analisis teknikal juga menggambarkan faktor psikologis para pelaku pasar, maka pergerakan historis dapat dijadikan acuan untuk memprediksi 25 pergerakan harga di masa yang akan datang. Pola historis ini dapat terlihat dari waktu ke waktu di grafik. Pola-pola ini mempunyai makna yang dapat diinterprestasikan untuk memprediksi pergerakan harga. 2.4.3. Jenis Chart dalam Analisis Teknikal Menurut Vibby (2010:64), analisis teknikal memiliki tiga jenis grafik yang mendasar antara lain: a. Line Chart Line chart merupakan sebuah grafik riwayat data nilai harga suatu saham yang hanya terbentuk dari nilai harga penutupan suatu saham dalam sebuah periode tertentu pada sebuah pergerakannya di bursa saham/market. Pada line chart tidaklah ditemukan data nilai harga pembukaan, nilai tertinggi, dan nilai terendah dari suatu pergerakan saham. Gambar 2.1. Line chart 26 b. Bar Chart Bar chart merupakan sebuah grafik riwayat data nilai harga suatu saham yang hanya terbentuk gari-garis pergerakan nilai harga nilai pembukaan, nilai harga tertinggi, nilai harga terendah dan nilai harga penutupan dari gerakan suatu saham dalam sebuah periode waktu tertentu pada sebuah pergerakan di bursa saham/market. Garis disebelah kiri menunjukkan harga pada saat pembukaan, sedangkan garis disebelah kanan menunjukkan harga penutupan. Gambar 2.2. Bar chart c. Candlestick chart Candlestick chart merupakan sebuah grafik riwayat data nilai harga suatu saham yang terbentuk dari nilai harga pembukaan, nilai harga tertinggi, nilai harga terendah dan nilai harga penutupan dari gerakan suatu saham dalam sebuah periode waktu tertentu pada sebuah pergerakannya di bursa saham/market. Perbedaan dengan bar chart adalah bentuknya secara visual lebih mudah dibaca dan diartikan, serta sangat mudah membedakan kenaikan dan penurunan harga suatu gerakan saham dari perbedaan warnanya. Warna hitam menunjukkan kejatuhan harga dari nilai harga 27 pembukanya, sementara warna putih menunjukkan kenaikan harga dari nilai harga pembukaannya. Gambar 2.3. Candlestick 2.4.4. Indikator Trend, Support & Resistance dan Reversal Secara sederhana indikator dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu: Trendline indicator, oscillator dan momentum indicator. 1. Trendline indicator memiliki kegunaan utama untuk mengetahui tren yang sedang terjadi dengan rentang periode yang ada (meskipun demikian trendline indicator dapat juga digunakan untuk mengetahui hal lainnya seperti support dan resistance point, dsb). 2. Indikator Oscillator memiliki cirri khas yaitu memiliki rentang nilai yang terbatas, biasanya 0-100. RSI, Stochastic oscillator merupakan contoh indikator jenis ini. Biasanya digunakan untuk menentukan overbought dan oversold point yang pada akhirnya akan memicu uptrend dan downtrend. 3. Momentum indicator digunakan untuk mengetahui seberapa cepat akselerasi sebuah tren sehingga kita dapat mengetahui seberapa lama tren tersebut akan berlangsung. 28 2.5. Moving Average 2.5.1. Pengertian Moving Average Menurut Fakhruddin (2008) menyatakan: “Moving average adalah suatu indikator yang memperlihatkan nilai ratarata harga suatu saham selama periode tertentu. Moving average (rata-rata bergerak) digunakan untuk menekankan kecenderungan arah dan untuk memperhalus (smooth out) fluktuasi harga. Banyak aplikasi metode rata-rata bergerak yang digunakan dalam analisis teknikal saham, antara lain : Simple Moving Average (SMA), Linear Weighted Moving Average (WMA), Exponential Moving Average (EMA), Smoothed Moving Average.” Cara penggunaan moving average tersebut sama, perbedaannya ada di tingkat sensitivitas yang diberikan masing-masing indikator tersebut, karena cara perhitungan yang berbeda. Jika SMA hanya rata-rata biasa, WMA dan EMA menggunakan sistem pembobotan. Data dari periode berbeda diberi bobot penilaian berbeda, sehingga dari pembobotan ini dihasilkan nilai rata-rata yang berbeda. Gambar 2.4. Moving Average 29 Gambar di atas menunjukan perbandingan keempat MA dengan periode yang sama. Dari keempat moving average di atas, yang paling sensitif adalah WMA, EMA, SMA, dan yang paling tidak sensitif adalah Smoothed Moving Average. Paling sensitif dalam arti paling cepat merespon perubahan harga. Jadi karena sifatnya ini, WMA dan EMA banyak dipakai oleh para trader, terutama yang bertransaksi jangka pendek. Sedangkan Smoothed Moving Average lebih cocok dipakai oleh investor jangka panjang. Namun dalam skripsi ini hanya dibahas mengenai metode simple moving average. 2.6. Bollinger Bands 2.6.1. Pengertian Bollinger Bands Menurut Hidayat (2010:134), “Bollinger Bands adalah volatility indicator karya John Bollinger dengan tiga line, yaitu upper, lower, dan simple moving average.” Bollinger Bands terdiri dari dua buah garis, batas atas (upper band) dan batas bawah (lower band) yang membentuk sebuah lorong (channel) sebagai pembatas pergerakan harga. Meski versi aslinya, Bollinger Bands terdiri dari tiga buah garis, namun sebuah garis lainnya jarang ditampilkan karena dianggap terlalu memenuhi tampilan chart, selain juga garis tersebut hanya merupakan garis moving average biasa, garis tersebut posisinya berada di tengah (centre band). Dalam penggunaannya, John Bollinger merekomendasikan pedoman dalam menggunakan Bollinger Bands adalah : a. Semakin dekat harga bergerak ke arah upper bands, menandakan overbought. b. Semakin dekat harga bergerak ke arah lower bands, menandakan oversold. 30 Gambar 2.5. Bollinger Bands Bollinger Bands sengaja dilahirkan untuk tidak sendirian, dibutuhkan indikator lain sebagai indikator tambahan untuk lebih menguatkan keputusan para investor dalam mengambil keputusan buy or sell, seperti relative strength index (RSI), dan Moving average yang ada dalam thesis ini. 2.7. RSI (Relative Strength Index) 2.7.1. Pengertian RSI (Relative Strength Index) Diperkenalkan pertama kali oleh J. Welles Wilder pada tahun 1978 pada bukunya New Concepts in Technical Trading Systems. Nilai dari RSI berada pada kisaran 0-100 (itulah sebabnya mengapa digolongkan sebaga indikator oscillator. Oscillate = berkisar). RSI sendiri merupakan indikator yang membandingkan momentum harga yakni antara nilai pada saat ini terhadap daya tarik losses yang terjadi. Tujuan RSI adalah untuk memecahkan masalah apabila terdapat pergerakan harga yang tidak menentu (fluktuatif), dalam arti pergerakan harga yang terlalu tajam. 31 Gambar 2.6. RSI Batas atas dan bawah ini di pasar biasa dinamakan dengan istilah overbought dan oversoldi dimana batas bahwa pada umumnya berada pada rasio 30 sedangkan batas atas pada rasio 70 dan batas tengah pada rasio 50. Overbought adalah tren harga yang menunjukan bahwa suatu sekuritas memiliki kencenderungan akan turun, karena secara jangka pendek sudah terlalu banyak pihak (investor) membeli saham tersebut. Adapun kebalikannya, yaitu oversold, adalah adanya tren harga yang menunjukkan kecenderungan investor untuk membeli suatu saham karena sudah terlalu banyak pihak yang menjualnya. RSI dapat juga kita gunakan untuk mengetahui hal-hal berikut ini : 1. Kondisi overbought / oversold Cara pengidentifikasian kondisi overbought / oversold dengan RSI sangatlah simple. Simple namun belum tentu mudah. Aturan umum yang berlaku adalah kondisi overbought diperoleh bila RSI memotong garis 70 dan oversold bila RSI memotong garis 30. 2. Divergence positif / negatif Jika indikator RSI bergerak naik sementara harga sedang menurun, hampir dapat dipastikan bahwa harga akan bergerak mengikuti pergerakan indikator 32 RSI yaitu kembali naik. Demikian juga sebaliknya, jika RSI sedang menurun dan harga sedang naik, maka beberapa saat kemudia harga akan bergerak turun mengikuti harga pergerakan RSI. 3. Momentum pergerakan harga RSI juga dapat digunakan untuk mengukur kekuatan momentum kenaikan/penurunan harga. Cara membaca kekuatan momentum suatu harga yakni bila garis RSI menembus garis tengah (garis 50) dari bawah maka sedang trend naik. Besarnya momentum sebanding dengan besar nilai RSI yang terjadi. Demikian juga berlaku sebaliknya. 2.8. Investor 2.8.1. Tipe Investor Berdasarkan Hull (2006) tipe investor dibagi menjadi tiga dilihat dari praktek investasi keuangannya, yaitu : 1. Hedger, yaitu investor yang melakukan suatu investasi dengan tujuan menjada asset rill yang dimiliki. 2. Speculator, yaitu investor yang melakukan suatu investasi dengan tujuan spekulasi berdasarkan pada pergerakan harga yang terjadi. 3. Arbitrage, yaitu investor yang melakukan suatu investasi atas dasar selisih perhitungan yang diakibatkan oleh adanya perbedaan waktu, lokasi dan kebijakan-kebijakan dari Negara yang mengeluarkan instrumen investasi tersebut. 33