BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Menurut Husnan (2003:10), pasar modal adalah pasar untuk berbagi instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga bersifat pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi dan surat berharga bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan. 8 II.2 Pengertian Investasi Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital atau modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Sedangkan menurut Sunariyah (2003:8), investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Hirt dan Block (2008:5) mengungkapkan bahwa investasi merupakan sebuah komitmen atas dana sekarang dalam mengharapkan untuk mendapatkan aliran dana lebih besar di masa mendatang. II.3 Pengertian Saham Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Menurut Husnan (2001:303), bahwa sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. II.4 Metode Analisis Saham Tujuan melakukan analisis saham-saham yang diminati untuk menjadi alternatif investasi adalah agar mendapatkan gambaran yang jelas terhadap kemampuan perusahaan tersebut untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Analisis 9 saham sangat diperlukan bagi para trader dalam melakukan aksi trading, berbagai macam instrumen telah disediakan bagi para trader dalam melakukan pengambilan keputusan. Bagi investor yang ingin melakukan investasi terhadap saham khususnya untuk investasi jangka menegah harus mengetahui tentang tipe-tipe analisis dalam saham. Dalam melakukan analisis saham ini terdapat dua pendekatan, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. II.4.1 Analisis Fundamental Dalam analisis fundamental yaitu menganalisis faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi perusahaan untuk memprediksi perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan dan analisis rasio termasuk komponen yang digunakan pada analisis fundamental. Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007:8), analisis fundamental adalah analisis yang menggunakan data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga, inflasi, dan sejenisnya. Analisis fundamental menghasilkan hasil analisis berupa penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut layak dibeli atau tidak. Analisis ini memiliki horizontal jangka panjang. Karena selain menggunakan data historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis ini juga menggunakan data masa depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan ekonomi dimasa mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang di anggap 10 dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha. Meskipun menggunakan pendekatan kuantitatif dalam proses analisisnya, banyak variabel ditentukan berdasarkan judgment, misalnya tingkat pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Akibatnya meskipun beberapa orang menggunakan metode analisis fundamental dengan cara yang sama, hasilnya bisa jadi berbeda. II.4.2 Analisis Teknikal Menurut Kirkpatrick dan Dahlquist (2006:3), analisis teknis atau lebih dikenal dengan istilah analisis teknikal adalah suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume. Pada awalnya analisis teknikal hanya memperhitungkan pergerakan harga pasar atau instrumen yang bersangkutan, dengan asumsi bahwa harga mencerminkan seluruh faktor yang relevan sebelum seorang investor menyadarinya melalui berbagai cara lain. Analisis teknikal dapat menggunakan berbagai model dan dasar, misalnya untuk pergerakan harga digunakan metode seperti relative strenght index, moving average, analisis regresi, korelasi antar pasar dan intra pasar, siklus ataupun dengan cara klasik yaitu menganalisis pola grafik. Pada dasarnya, analisis teknikal menawarkan pengembangan teknik perdagangan saham (investasi jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat suatu tren atau pola atas grafik historis, seorang investor saham bisa membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham. 11 Data masa lalu adalah obyek pembahasan utama dalam analisis teknikal. Analisis ini menganggap bahwa grafik harga masa lalu adalah pencerminan harapan, emosi, dan konsensus pasar. Jadi, grafik ini menggambarkan prilaku investor. Dengan mempelajari perilaku investor melalui grafik harga historis, diharapkan pengguna analisis ini bisa menentukan pergerakan harga saham di masa mendatang, atau setidaknya bisa menentukan kapan harus membeli atau menjual sahamnya. Menurut Murphy terdapat 3 asumsi anggapan dasar dalam analisis teknikal, yaitu : 1. Market price discount everything. Pengguna analisis ini percaya bahwa semua peristiwa bisa berpengaruh terhadap harga saham. Kejadian atau peristiwa tersebut akan tercemin pada harga sahamnya. Hal itu terjadi karena harga pasar saham tersebut secara alami ditentukan oleh permintaan dan penawaran para pelaku pasar. 2. Price moves in trend. Harga saham akan bergerak dalam suatu tren. Prinsip dasar dalam penggunaan analisis teknikal adalah jangan pernah mengambil keputusan transaksi yang melawan tren harga. Pengguna analisis ini percaya bahwa semua informasi tercemin pada harga pasar saham, sehingga tren tersebut menunjukan sikap para pelaku pasar atau investor atas suatu saham. 3. History repeats itself. Data historis dapat digunakan untuk memprediksikan data atau harga saham di masa mendatang. Hal ini diyakini oleh pengguna analisis ini mengingat adanya faktor psikologis para pelaku pasar yang secara umum bersifat konstan. 12 Maksudnya adalah manusia cenderung bereaksi terhadap sesuatu dengan cara yang sama. II.5 Pengertian Chart Chart yaitu suatu grafik harga dibentuk dari pergerakan harga yang diplot berdasarkan jangka waktu tertentu. Dalam istilah statistik, grafik dibentuk dari data runtut waktu. Teknikalis atau trader menggunakan grafik untuk menganalisis himpunan sekuritas yang banyak dan meramalkan pergerakan harga di masa yang akan datang. Istilah sekuritas merujuk pada instrumen keuangan apapun yang bisa dipertukarkan atau indeks yang bisa dikuantifikasi seperti saham, obligasi, komoditi, futures atau indeks pasar. Suatu sekuritas dengan data harga lebih dari satu periode waktu dapat digunakan untuk membuat sebuah grafik untuk analisis. Menurut Vibby (2010:64), beberapa jenis chart yang sering dipergunakan untuk analisis adalah: 1. Line Chart. Dilihat dari gambar 2.1, line chart merupakan jenis chart yang paling mudah dilihat. Harga penutupan menjadi patokan dalam line chart, perpindahan intraday dapat diabaikan. Tidak terdapat data pembukaan dan harga tertinggi atau terendah dalam garis chart. Terkadang dalam indeks tertentu, harga intraday hanya tersedia data penutupan. 13 Gambar 2.1. Line Chart 2. Bar Chart. Bar chart merupakan grafik yang paling dikenal dalam analisis teknikal. Harga high, low dan close dibutuhkan untuk membentuk plot harga pada masingmasing periode bar chart. Pada gambar 2.2 harga tertinggi dan terendah digambarkan oleh garis vertikal yang ada di atas dan bawah, sedangkan harga penutupan adalah garis horisontal yang memotong garis vertikal. Dalam pergerakan harian, setiap bar menggambarkan high, low dan close. Grafik mingguan memiliki bar setiap minggu berdasarkan penutupan pada hari Jumat dan harga tertinggi serta terendah pada minggu tersebut. 14 Gambar 2.2. Bar Chart Open merupakan harga pembukaan pada saat pasar dibuka. Harga pembukaan menjadi acuan untuk pergerakan harga di hari berikutnya. Harga pembukaan didasarkan atas besarnya penawaran dan permintaan di pasar. 3. Candlestick. Candlestick merupakan grafik yang berbentuk menyerupai batang lilin. Grafik ini memiliki metode yang sama dengan bar chart, pada gambar 2.3 penggambaran pergerakan harganya juga berdasarkan high, low, close. Grafik ini diciptakan di Jepang 300 tahun lalu dan mulai populer pada saat ini. Untuk grafik candlestick, harga open, high, low dan close di gambarkan semua. Grafik candlestick harian mencakup harga open, high, low, close harian. Grafik candlestick mingguan terdiri dari harga pembukaan pada hari Senin, range harga tertinggi-terendah mingguan, dan harga penutupan di hari Jumat. 15 Gambar 2.3. Candle Chart II.6 Pengertian Trend Konsep dasar tentang trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisis pasar berbasis teknikal. Semua tools yang digunakan chart seperti level support dan resistance, price patterns, moving average, trendline, dan lain-lain, semuanya bertujuan sama yaitu untuk membantu mengukur trend pasar. Secara umum, trend adalah arah kemana suatu pasar bergerak. Tapi kita membutuhkan definisi yang lebih akurat untuk dapat memanfaatkannya dalam analisis teknikal. Gerakan harga tidak berbentuk garis lurus ke satu arah. Pasar bergerak dalam bentuk serangkaian zigzag. Gerakan Zigzag ini membentuk rangkaian gelombang yang berurutan, dengan puncak (peak/top) dan through yang cukup jelas. Arah peak dan through ini yang menentukan trend pasar. Peak dan through ini bergerak naik, turun, atau menyamping (sideways). Arah gerakan inilah yang memberitahukan kita tentang trend pasar. 16 Gambar 2.4. Uptrend, Downtrend & Sideway Pada gambar 2.4, sebuah trend menaik (uptrend) didefinisikan sebagai serangkaian urutan peak dan through yang menaik. Sedangkan trend menurun (downtrend) adalah kebalikannya, yaitu serangkaian peak dan through yang semakin menurun. Adapun serangkaian peak dan through yang cenderung menyamping disebut sebagai sideways/ranging. II.7 Pengertian Support dan Resistance Dilihat dari gambar 2.5, support level adalah batasan suatu harga dimana analisis teknikal mempercayai bahwa di level harga tersebut permintaan akan saham atau komoditi tersebut akan di beli (biasanya pemilihan support dilakukan dengan menaikan garis horizontal pada titik harga saham terendah,lalu harga kembali naik). Sedangkan resistance level merupakan kebalikan dari support yaitu batasan dimana analisis teknikal mempercayai bahwa jika harga mencapai level tersebut maka 17 investor akan menjual sahamya (garis horizontal dibuat saat saham mencapai harga tertinggi lalu kemudian berbalik turun). Gambar 2.5. Support & Resistance II.8 Pengertian Overbought dan Oversold Dilihat pada gambar 2.6, overbought adalah kondisi ketika harga dinilai terlalu tinggi dan sebaiknya investor yang telah memiliki saham di bawah harga ini dapat merealisasi keuntungannya sedangkan oversold merupakan kebalikan dari overbought yaitu kondisi ketika harga dianalisis secara teknikal cukup murah (biasanya kondisi ini dilihat berdasarkan indikator teknikal). 18 Gambar 2.6 Overbought & Oversold II.9 Jenis-Jenis Teknikal Analisis Analisis teknikal adalah analisis pergerakan yang didasarkan pada hitungan matematis (rumus, grafik, chart, dan sebagainya). Dengan memadukan pergerakan suatu instrumen dengan rumus-rumus matematis tertentu. Dapat memberikan gambaran atau prediksi di masa depan. Besarnya keakuratan inilah yang menjadi seni dan level tersendiri dari masing-masing trader. Semakin banyak mengasah rumus, mengevaluasi, memadukan, maka akan menjadi lebih presisi. Tujuan dari para trader menggunakan analisis teknikal antara lain untuk volume transaksi, trend, level-level psikologis (support dan resistance), periode waktu yang terjadi. Indikator teknikal ini diciptakan oleh banyak analis teknikal, dan jika dikumpulkan jumlahnya sangat banyak. Dengan macam-macam tujuan dan dengan tingkat kerumitan yang berbeda-beda. Indikator menerapkan prinsip ilmu matematis dan statistik, walaupun indikator bawaan ini bisa sudah langsung diterapkan dan dipakai pada grafik, namun tetap harus mempelajari kegunaan dan fungsi dari indikator tersebut. Beberapa indikator yang umum digunakan, secara garis besar ada 3 jenis indikator yaitu: 19 1. Price momentum indicator (oscillator). Jenis indikator ini digunakan untuk mengidentifikasi situasi oversold atau overbought. Momentum indikator juga digunakan untuk melihat apakah suatu trend masih akan berlanjut atau semakin melemah. Contoh indikator: stochastic oscillator, relative strength index (RSI) , commodity channel index (CCI) . 2. Trend following indicator. Indikator ini digunakan untuk mengidentifikasi awal dan akhir suatu trend atau kapan suatu trend akan berubah sehingga dapat diketahui kapan waktu terbaik untuk membuka dan menutup posisi. Contoh indikator: moving average (MA), moving average convergence divergence (MACD), directional movements index (DMI), parabolic SAR. 3. Volatility indicator. Indikator ini digunakan untuk melihat kekuatan pasar yang dilihat dari fluktuasi harga dalam satu periode waktu tertentu. Pasar dikatakan memiliki volatility yang tinggi jika pergerakan harga berlangsung naik turun secara tajam atau sangat fluktuatif di mana terjadi selisih harga yang besar antara harga tertinggi dan terendah. Contoh indikator: bollinger bands. II.10 Indikator Teknikal Analisis Ada beberapa indikator teknikal yang akan dijelaskan guna menganalisis pergerakan 3 saham PT Bank Mandiri persero (BMRI), PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Seperti : 20 II.10.1 Stochastic Oscillator Stochastic oscillator adalah indikator daya gerak yang digunakan dalam analisis teknis yang diperkenalkan oleh George Lane pada tahun 1950-an, untuk membandingkan harga penutupan suatu komoditi terhadap rentang harga dalam suatu periode tertentu. George Lane, seorang analis keuangan pada era 1950-an adalah merupakan orang pertama yang mempublikasikan penggunaan dari stochastic oscillators ini untuk meramalkan pergerakan harga kedepannya. Menurut George Lane pada dasarnya indikator ini digunakan untuk mengukur kekuatan relatif dari harga terakhir terhadap rentang harga tertinggi dan harga terendah selama periode rentang waktu yang diinginkan, seperti yang tertera pada gambar 2.7. Gambar 2.7. Stochastic Oscilator Terdapat dua jenis metode yang terkenal untuk menggunakan indikator %K dan %D dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual saham. Metode pertama adalah menggunakan perlintasan dari sinyal %K dan %D dan metode kedua 21 adalah menggunakan asumsi bahwa %K dan %D terombang-ambing (oscillate) dalam melakukan keputusan beli dan jual. Pada metode pertama, %D berlaku sebagai pemicu atau garis sinyal untuk %K. Sinyal beli akan diperoleh sewaktu %K memotong keatas melintasi %D, ataupun sebaliknya dengan sinyal jual yang akan diperoleh ketika %K memotong ke bawah melintasi %D. Perlintasan tersebut dapat saja terjadi dengan amat sering dan untuk menghindari sinyal palsu maka sebaiknya ditunggu terjadinya suatu lintasan yang bersamaan dengan indikasi kelebihan minat beli (overbought) ataupun kelebihan minat jual (oversold) ataupun hanya pada saat terjadinya puncak atau menembus garis %D. Apabila volatilitas harga amat tinggi, maka dapat digunakan pergerakan rata-rata yang sederhana dari indikator stoch %D. Pada metode kedua, beberapa analis memperdebatkan bahwa %K atau %D pada tingkat diatas 80 dan dibawah 20 dapat diartikan sebagai kelebihan minat jual ataupun beli. Dalam teori bahwa harga terombang-ambing (oscillate), kebanyakan analis termasuk juga George Lane, merekomendasikan untuk melakukan pembelian atau penjualan saat terjadinya pembalikan arah, atau dengan kata lain, pembelian atau penjualan dapat dilakukan setelah terjadinya sedikit pergerakan kearah balik, misalnya apabila indikator bergerak keatas angka 80 maka investor harus menunggu hingga indikator berada sedikit dibawah 80 untuk melakukan penjualan. II.10.2 Parabolic SAR Parabolic SAR adalah indikator teknikal yang digunakan oleh banyak trader untuk menentukan arah dari momentum harga dan titik dimana momentum ini 22 memiliki probabilitas yang lebih tinggi dari keadaan normal untuk berganti arah, khususnya untuk momentum jangka pendek. SAR adalah kepanjangan dari “stop and reversal”. Indikator popular ini dikembangkan oleh seorang ahli teknikal terkenal, Welles Wilder, yang juga menciptakan relative strength index (RSI), dan indikator ini ditunjukkan dalam serangkaian titik-titik yang ditempatkan di atas atau di bawah pergerakan harga dalam sebuah grafik. Menurut J. Welles Wilder, Jr (1978) dalam sebuah bukunya New Concepts in Technical Trading Systems, parabolic SAR adalah sebuah indikator yang mengikuti trend, yang didasarkan pada teori bahwa sebuah trend yang kuat akan terus mengalami kenaikan selama periode tertentu dan nantinya akan diikuti oleh pergerakan parabolik. Sesuai namanya, parabolic SAR merupakan indikator yang menyerupai parabola yang di bentuk melalui sederetan titik-titik, dapat dilihat pada gambar 2.8. Terdapat dua parameter yang digunakan dalam perhitungan parabolic SAR, yang pertama adalah step, yang merupakan angka penentu letak titik SAR terhadap harga. Semakin tinggi step tersebut, semakin sensitif indikator akan bekerja, sehingga intensitas fluktuasi SAR bergerak ke atas dan ke bawah harga menjadi tinggi dan menghasilkan banyak kesalahan yang membuat prediksi atau antisipasi semakin sulit. 23 Gambar 2.8. Parabolic SAR Unsur yang kedua adalah maximum step, yang merupakan angka yang mengatur penyesuaian titik SAR terhadap pergerakan harga selanjutnya. Semakin tinggi angka ini, maka semakin dekat titik SAR terhadap pergerakan harga selanjutnya, dan sebaliknya semakin rendah maximum step maka titik SAR atau trailing stop akan semakin menjauh dari pergerakan harga. Rekomendasikan nilai step dan maximum dibiarkan dengan nilai default 0,02 dan 0,2. Untuk setiap trend dalam harga yang terjadi, dimana apabila titik parabola berada di bawah harga umumnya berarti harga pasar sedang naik, dan sewaktu titik parabola berada di atas harga maka dapat diartikan bahwa harga pasar sedang jatuh. Seperti halnya indikator trend yang lain, parabolic SAR bekerja dengan baik pada saat harga berada dalam kondisi uptrend atau downtrend. Sementara dalam dalam kondisi sideway parabolic SAR sering kali menghasilkan sinyal yang gagal, atau umumnya dikenal dengan istilah whipsaw. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penggunaan parabolic SAR harus dipandu dengan indikator trend lain, yang 24 dapat memberikan konfirmasi apakah trend yang berlangsung memadai, baik dari sisi arah maupun kualitasnya. Trend harus dikenali dulu dengan baik, misalnya dengan menggunakan indikator MA, baru kemudian mengambil posisi menggunakan parabolic SAR sesuai arah trend yang sudah dikenali tersebut. II.10.3 Bollinger Band Bollinger band diciptakan pada tahun 1980 oleh John Bollinger. Menurut Sinaga (2010:127), bollinger band diciptakan untuk memberikan definisi tinggi dan rendah relatif. Harga didefinisikan tinggi bila berada di sekitar batas band atas, dan didefinisikan rendah berada pada pada batas band bawah. Pada gambar 2.9 bollinger band terdiri dari tiga kurva yang digambar berhubungan dengan harga saham. Middle band untuk menunjukkan trend jangka menengah, biasanya merupakan moving average sederhana yang berlaku sebagai dasar bagi band atas dan band bawah. Jarak antara upper dan lower band dan dengan middle band ditentukan oleh volatilitas, biasanya merupkan standar deviasi dari data yang sama yang digunakan untuk perata-rataan. Parameter default, 20 periode dan dua standar deviasi, dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. 25 Gambar 2.9. Bollinger Band Batas atas dan batas bawah dari bollinger band dapat digunakan sebagai target harga. Jika harga saham rebound dari batas bawah dan memotong garis 20 hari ratarata, maka batas atas bollinger band menjadi target harga dari saham tersebut. Kurva harga saham yang memotong 20 hari rata-rata membuat batas bawah dari bollinger band menjadi target bawah dari harga saham tersebut. Dalam keadaan dimana trend kenaikan harga saham amat kuat, harga biasanya berfluktuasi antara batas atas dari bollinger band dan kurva 20 hari rata-rata. Dalam kasus seperti ini, bila harga saham memotong ke bawah dari kurva 20 hari rata-rata, maka ada peluang terjadinya perubahan trend saham dari naik menjadi turun. II.10.4 Relative Strenght Index (RSI) Indeks kekuatan relatif atau lebih dikenal dengan nama relative strength index (RSI) adalah merupakan suatu osilator yang digunakan dalam analisis teknikal untuk 26 menunjukkan kekuatan harga dengan cara membandingkan pergerakan kenaikan dan penurunan harga, seperti pada gambar 2.10. Menurut Sinaga (2010:119), metode RSI ini diperkenalkan oleh J. Welles Wilder dan diterbitkan pada majalah Commodities Magazine yang sekarang bernama Future Magazine pada bulan Juni 1978 serta dalam bukunya yang berjudul New Concepts in Technical Trading Systems, RSI ini menjadi populer penggunaannya oleh karena secara relatif mudah diinterpretasikan. Istilah "relative strength" ini juga merujuk pada kekuatan dari suatu saham dalam kaitannya dengan pasar secara keseluruhan atau terhadap sektor usaha saham tersebut. Gambar 2.10. Relative Strenght Index Pada gambar 2.10 Wilder berpendapat bahwa sekuriti dikatakan kelebihan minat beli apabila telah mencapai nilai 70, yang artinya spekulator harus mempertimbangkan untuk menjual. Atau sebaliknya pada kondisi kelebihan minat jual pada nilai 30. Prinsipnya adalah bahwa apabila terdapat proporsi yang tinggi atas 27 pergerakan nilai harian pada satu arah itu menunjukkan tanda ekstrim, dan harga kemungkinannya akan berbalik arah. Nilai 80 dan 20 biasanya digunakan juga atau dapat juga bervariasi tergantung kondisi pasar misalnya uptrend atau downtrend. Gelombang besar dan kejatuhan harga sekuritas akan berpengaruh pada RSI, namun bisa juga merupakan sinyal palsu untuk menjual ataupun membeli. RSI sangat baik apabila digunakan bersama-sama dengan indikator analisis teknikal lainnya. 28