BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan
berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti
menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar
modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun
institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen jangka panjang seperti obligasi,
saham, dan lainnya.
Menurut Husnan (2003:10), pasar modal adalah pasar untuk berbagi instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta. Umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal
dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga bersifat
pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi dan
surat berharga bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih jauh dapat juga
didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan
saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan.
8
II.2 Pengertian Investasi
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi)
dari kapital atau modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk
produksi yang akan datang (barang produksi). Sedangkan menurut Sunariyah (2003:8),
investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang
akan datang.
Hirt dan Block (2008:5) mengungkapkan bahwa investasi merupakan sebuah
komitmen atas dana sekarang dalam mengharapkan untuk mendapatkan aliran dana
lebih besar di masa mendatang.
II.3 Pengertian Saham
Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut
adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Menurut Husnan (2001:303), bahwa
sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu
pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau
kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.
II.4 Metode Analisis Saham
Tujuan melakukan analisis saham-saham yang diminati untuk menjadi alternatif
investasi adalah agar mendapatkan gambaran yang jelas terhadap kemampuan
perusahaan tersebut untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Analisis
9
saham sangat diperlukan bagi para trader dalam melakukan aksi trading, berbagai
macam instrumen telah disediakan bagi para trader dalam melakukan pengambilan
keputusan. Bagi investor yang ingin melakukan investasi terhadap saham khususnya
untuk investasi jangka menegah harus mengetahui tentang tipe-tipe analisis dalam
saham. Dalam melakukan analisis saham ini terdapat dua pendekatan, yaitu analisis
teknikal dan analisis fundamental.
II.4.1 Analisis Fundamental
Dalam analisis fundamental yaitu menganalisis faktor-faktor ekonomi yang
mempengaruhi perusahaan untuk memprediksi perkembangan perusahaan di masa
yang akan datang. Analisis laporan keuangan dan analisis rasio termasuk komponen
yang digunakan pada analisis fundamental.
Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007:8), analisis fundamental adalah analisis
yang menggunakan data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan
dengan badan usaha. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data
pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang
berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga,
inflasi, dan sejenisnya. Analisis fundamental menghasilkan hasil analisis berupa
penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut layak dibeli
atau tidak.
Analisis ini memiliki horizontal jangka panjang. Karena selain menggunakan
data historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis ini juga menggunakan
data masa depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan
ekonomi dimasa mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang di anggap
10
dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha. Meskipun menggunakan
pendekatan kuantitatif dalam proses analisisnya, banyak variabel ditentukan
berdasarkan judgment, misalnya tingkat pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
Akibatnya meskipun beberapa orang menggunakan metode analisis fundamental
dengan cara yang sama, hasilnya bisa jadi berbeda.
II.4.2 Analisis Teknikal
Menurut Kirkpatrick dan Dahlquist (2006:3), analisis teknis atau lebih dikenal
dengan istilah analisis teknikal adalah suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia
keuangan yang digunakan untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara
mempelajari data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume. Pada
awalnya analisis teknikal hanya memperhitungkan pergerakan harga pasar atau
instrumen yang bersangkutan, dengan asumsi bahwa harga mencerminkan seluruh
faktor yang relevan sebelum seorang investor menyadarinya melalui berbagai cara
lain. Analisis teknikal dapat menggunakan berbagai model dan dasar, misalnya untuk
pergerakan harga digunakan metode seperti relative strenght index, moving average,
analisis regresi, korelasi antar pasar dan intra pasar, siklus ataupun dengan cara klasik
yaitu menganalisis pola grafik.
Pada dasarnya, analisis teknikal menawarkan pengembangan teknik perdagangan
saham (investasi jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta
volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat suatu tren atau pola atas grafik
historis, seorang investor saham bisa membuat suatu keputusan untuk membeli atau
menjual saham.
11
Data masa lalu adalah obyek pembahasan utama dalam analisis teknikal. Analisis
ini menganggap bahwa grafik harga masa lalu adalah pencerminan harapan, emosi,
dan konsensus pasar. Jadi, grafik ini menggambarkan prilaku investor. Dengan
mempelajari perilaku investor melalui grafik harga historis, diharapkan pengguna
analisis ini bisa menentukan pergerakan harga saham di masa mendatang, atau
setidaknya bisa menentukan kapan harus membeli atau menjual sahamnya.
Menurut Murphy terdapat 3 asumsi anggapan dasar dalam analisis teknikal, yaitu
:
1. Market price discount everything.
Pengguna analisis ini percaya bahwa semua peristiwa bisa berpengaruh terhadap
harga saham. Kejadian atau peristiwa tersebut akan tercemin pada harga
sahamnya. Hal itu terjadi karena harga pasar saham tersebut secara alami
ditentukan oleh permintaan dan penawaran para pelaku pasar.
2. Price moves in trend.
Harga saham akan bergerak dalam suatu tren. Prinsip dasar dalam penggunaan
analisis teknikal adalah jangan pernah mengambil keputusan transaksi yang
melawan tren harga. Pengguna analisis ini percaya bahwa semua informasi
tercemin pada harga pasar saham, sehingga tren tersebut menunjukan sikap para
pelaku pasar atau investor atas suatu saham.
3. History repeats itself.
Data historis dapat digunakan untuk memprediksikan data atau harga saham di
masa mendatang. Hal ini diyakini oleh pengguna analisis ini mengingat adanya
faktor psikologis para pelaku pasar yang secara umum bersifat konstan.
12
Maksudnya adalah manusia cenderung bereaksi terhadap sesuatu dengan cara yang
sama.
II.5 Pengertian Chart
Chart yaitu suatu grafik harga dibentuk dari pergerakan harga yang diplot
berdasarkan jangka waktu tertentu. Dalam istilah statistik, grafik dibentuk dari data
runtut waktu.
Teknikalis atau trader menggunakan grafik untuk menganalisis himpunan
sekuritas yang banyak dan meramalkan pergerakan harga di masa yang akan datang.
Istilah sekuritas merujuk pada instrumen keuangan apapun yang bisa dipertukarkan atau
indeks yang bisa dikuantifikasi seperti saham, obligasi, komoditi, futures atau indeks
pasar. Suatu sekuritas dengan data harga lebih dari satu periode waktu dapat digunakan
untuk membuat sebuah grafik untuk analisis. Menurut Vibby (2010:64), beberapa jenis
chart yang sering dipergunakan untuk analisis adalah:
1. Line Chart.
Dilihat dari gambar 2.1, line chart merupakan jenis chart yang paling mudah dilihat.
Harga penutupan menjadi patokan dalam line chart, perpindahan intraday dapat
diabaikan. Tidak terdapat data pembukaan dan harga tertinggi atau terendah dalam
garis chart. Terkadang dalam indeks tertentu, harga intraday hanya tersedia data
penutupan.
13
Gambar 2.1. Line Chart
2. Bar Chart.
Bar chart merupakan grafik yang paling dikenal dalam analisis teknikal. Harga
high, low dan close dibutuhkan untuk membentuk plot harga pada masingmasing periode bar chart. Pada gambar 2.2 harga tertinggi dan terendah
digambarkan oleh garis vertikal yang ada di atas dan bawah, sedangkan harga
penutupan adalah garis horisontal yang memotong garis vertikal. Dalam
pergerakan harian, setiap bar menggambarkan high, low dan close. Grafik
mingguan memiliki bar setiap minggu berdasarkan penutupan pada hari Jumat
dan harga tertinggi serta terendah pada minggu tersebut.
14
Gambar 2.2. Bar Chart
Open merupakan harga pembukaan pada saat pasar dibuka. Harga pembukaan
menjadi acuan untuk pergerakan harga di hari berikutnya. Harga pembukaan
didasarkan atas besarnya penawaran dan permintaan di pasar.
3. Candlestick.
Candlestick merupakan grafik yang berbentuk menyerupai batang lilin. Grafik ini
memiliki metode yang sama dengan bar chart, pada gambar 2.3 penggambaran
pergerakan harganya juga berdasarkan high, low, close. Grafik ini diciptakan di
Jepang 300 tahun lalu dan mulai populer pada saat ini. Untuk grafik candlestick,
harga open, high, low dan close di gambarkan semua. Grafik candlestick harian
mencakup harga open, high, low, close harian. Grafik candlestick mingguan
terdiri dari harga pembukaan pada hari Senin, range harga tertinggi-terendah
mingguan, dan harga penutupan di hari Jumat.
15
Gambar 2.3. Candle Chart
II.6 Pengertian Trend
Konsep dasar tentang trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai
pendekatan analisis pasar berbasis teknikal. Semua tools yang digunakan chart seperti
level support dan resistance, price patterns, moving average, trendline, dan lain-lain,
semuanya bertujuan sama yaitu untuk membantu mengukur trend pasar.
Secara umum, trend adalah arah kemana suatu pasar bergerak. Tapi kita
membutuhkan definisi yang lebih akurat untuk dapat memanfaatkannya dalam analisis
teknikal. Gerakan harga tidak berbentuk garis lurus ke satu arah. Pasar bergerak dalam
bentuk serangkaian zigzag. Gerakan Zigzag ini membentuk rangkaian gelombang yang
berurutan, dengan puncak (peak/top) dan through yang cukup jelas. Arah peak dan
through ini yang menentukan trend pasar. Peak dan through ini bergerak naik, turun,
atau menyamping (sideways). Arah gerakan inilah yang memberitahukan kita tentang
trend pasar.
16
Gambar 2.4. Uptrend, Downtrend & Sideway
Pada gambar 2.4, sebuah trend menaik (uptrend) didefinisikan sebagai
serangkaian urutan peak dan through yang menaik. Sedangkan trend menurun
(downtrend) adalah kebalikannya, yaitu serangkaian peak dan through yang semakin
menurun. Adapun serangkaian peak dan through yang cenderung menyamping disebut
sebagai sideways/ranging.
II.7 Pengertian Support dan Resistance
Dilihat dari gambar 2.5, support level adalah batasan suatu harga dimana analisis
teknikal mempercayai bahwa di level harga tersebut permintaan akan saham atau
komoditi tersebut akan di beli (biasanya pemilihan support dilakukan dengan menaikan
garis horizontal pada titik harga saham terendah,lalu harga kembali naik).
Sedangkan resistance level merupakan kebalikan dari support yaitu batasan
dimana analisis teknikal mempercayai bahwa jika harga mencapai level tersebut maka
17
investor akan menjual sahamya (garis horizontal dibuat saat saham mencapai harga
tertinggi lalu kemudian berbalik turun).
Gambar 2.5. Support & Resistance
II.8 Pengertian Overbought dan Oversold
Dilihat pada gambar 2.6, overbought adalah kondisi ketika harga dinilai terlalu
tinggi dan sebaiknya investor yang telah memiliki saham di bawah harga ini dapat
merealisasi keuntungannya sedangkan oversold merupakan kebalikan dari overbought
yaitu kondisi ketika harga dianalisis secara teknikal cukup murah (biasanya kondisi ini
dilihat berdasarkan indikator teknikal).
18
Gambar 2.6 Overbought & Oversold
II.9 Jenis-Jenis Teknikal Analisis
Analisis teknikal adalah analisis pergerakan yang didasarkan pada hitungan
matematis (rumus, grafik, chart, dan sebagainya). Dengan memadukan pergerakan suatu
instrumen dengan rumus-rumus matematis tertentu. Dapat memberikan gambaran atau
prediksi di masa depan. Besarnya keakuratan inilah yang menjadi seni dan level
tersendiri dari masing-masing trader. Semakin banyak mengasah rumus, mengevaluasi,
memadukan, maka akan menjadi lebih presisi. Tujuan dari para trader menggunakan
analisis teknikal antara lain untuk volume transaksi, trend, level-level psikologis
(support dan resistance), periode waktu yang terjadi.
Indikator teknikal ini diciptakan oleh banyak analis teknikal, dan jika dikumpulkan
jumlahnya sangat banyak. Dengan macam-macam tujuan dan dengan tingkat kerumitan
yang berbeda-beda. Indikator menerapkan prinsip ilmu matematis dan statistik,
walaupun indikator bawaan ini bisa sudah langsung diterapkan dan dipakai pada grafik,
namun tetap harus mempelajari kegunaan dan fungsi dari indikator tersebut. Beberapa
indikator yang umum digunakan, secara garis besar ada 3 jenis indikator yaitu:
19
1. Price momentum indicator (oscillator).
Jenis indikator ini digunakan untuk mengidentifikasi situasi oversold atau
overbought. Momentum indikator juga digunakan untuk melihat apakah suatu trend
masih akan berlanjut atau semakin melemah. Contoh indikator: stochastic
oscillator, relative strength index (RSI) , commodity channel index (CCI) .
2. Trend following indicator.
Indikator ini digunakan untuk mengidentifikasi awal dan akhir suatu trend atau
kapan suatu trend akan berubah sehingga dapat diketahui kapan waktu terbaik untuk
membuka dan menutup posisi. Contoh indikator: moving average (MA), moving
average convergence divergence (MACD), directional movements index (DMI),
parabolic SAR.
3. Volatility indicator.
Indikator ini digunakan untuk melihat kekuatan pasar yang dilihat dari fluktuasi
harga dalam satu periode waktu tertentu. Pasar dikatakan memiliki volatility yang
tinggi jika pergerakan harga berlangsung naik turun secara tajam atau sangat
fluktuatif di mana terjadi selisih harga yang besar antara harga tertinggi dan
terendah. Contoh indikator: bollinger bands.
II.10 Indikator Teknikal Analisis
Ada beberapa indikator teknikal yang akan dijelaskan guna menganalisis
pergerakan 3 saham
PT Bank Mandiri persero (BMRI), PT United Tractors Tbk
(UNTR) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Seperti :
20
II.10.1 Stochastic Oscillator
Stochastic oscillator adalah indikator daya gerak yang digunakan dalam
analisis teknis yang diperkenalkan oleh George Lane pada tahun 1950-an, untuk
membandingkan harga penutupan suatu komoditi terhadap rentang harga dalam suatu
periode tertentu. George Lane, seorang analis keuangan pada era 1950-an adalah
merupakan orang pertama yang mempublikasikan penggunaan dari stochastic
oscillators ini untuk meramalkan pergerakan harga kedepannya. Menurut George
Lane pada dasarnya indikator ini digunakan untuk mengukur kekuatan relatif dari
harga terakhir terhadap rentang harga tertinggi dan harga terendah selama periode
rentang waktu yang diinginkan, seperti yang tertera pada gambar 2.7.
Gambar 2.7. Stochastic Oscilator
Terdapat dua jenis metode yang terkenal untuk menggunakan indikator %K dan
%D dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual saham. Metode
pertama adalah menggunakan perlintasan dari sinyal %K dan %D dan metode kedua
21
adalah menggunakan asumsi bahwa %K dan %D terombang-ambing (oscillate)
dalam melakukan keputusan beli dan jual.
Pada metode pertama, %D berlaku sebagai pemicu atau garis sinyal untuk %K.
Sinyal beli akan diperoleh sewaktu %K memotong keatas melintasi %D, ataupun
sebaliknya dengan sinyal jual yang akan diperoleh ketika %K memotong ke bawah
melintasi %D. Perlintasan tersebut dapat saja terjadi dengan amat sering dan untuk
menghindari sinyal palsu maka sebaiknya ditunggu terjadinya suatu lintasan yang
bersamaan dengan indikasi kelebihan minat beli (overbought) ataupun kelebihan
minat jual (oversold) ataupun hanya pada saat terjadinya puncak atau menembus
garis %D. Apabila volatilitas harga amat tinggi, maka dapat digunakan pergerakan
rata-rata yang sederhana dari indikator stoch %D.
Pada metode kedua, beberapa analis memperdebatkan bahwa %K atau
%D pada tingkat diatas 80 dan dibawah 20 dapat diartikan sebagai kelebihan minat
jual ataupun beli. Dalam teori bahwa harga terombang-ambing (oscillate),
kebanyakan analis termasuk juga George Lane, merekomendasikan untuk melakukan
pembelian atau penjualan saat terjadinya pembalikan arah, atau dengan kata lain,
pembelian atau penjualan dapat dilakukan setelah terjadinya sedikit pergerakan
kearah balik, misalnya apabila indikator bergerak keatas angka 80 maka investor
harus menunggu hingga indikator berada sedikit dibawah 80 untuk melakukan
penjualan.
II.10.2 Parabolic SAR
Parabolic SAR adalah indikator teknikal yang digunakan oleh banyak trader
untuk menentukan arah dari momentum harga dan titik dimana momentum ini
22
memiliki probabilitas yang lebih tinggi dari keadaan normal untuk berganti arah,
khususnya untuk momentum jangka pendek. SAR adalah kepanjangan dari “stop and
reversal”.
Indikator popular ini dikembangkan oleh seorang ahli teknikal terkenal, Welles
Wilder, yang juga menciptakan relative strength index (RSI), dan indikator ini
ditunjukkan dalam serangkaian titik-titik yang ditempatkan di atas atau di bawah
pergerakan harga dalam sebuah grafik. Menurut J. Welles Wilder, Jr (1978) dalam
sebuah bukunya New Concepts in Technical Trading Systems, parabolic SAR adalah
sebuah indikator yang mengikuti trend, yang didasarkan pada teori bahwa sebuah
trend yang kuat akan terus mengalami kenaikan selama periode tertentu dan nantinya
akan diikuti oleh pergerakan parabolik.
Sesuai namanya, parabolic SAR merupakan indikator yang menyerupai parabola
yang di bentuk melalui sederetan titik-titik, dapat dilihat pada gambar 2.8. Terdapat
dua parameter yang digunakan dalam perhitungan parabolic SAR, yang pertama
adalah step, yang merupakan angka penentu letak titik SAR terhadap harga. Semakin
tinggi step tersebut, semakin sensitif indikator akan bekerja, sehingga intensitas
fluktuasi SAR bergerak ke atas dan ke bawah harga menjadi tinggi dan menghasilkan
banyak kesalahan yang membuat prediksi atau antisipasi semakin sulit.
23
Gambar 2.8. Parabolic SAR
Unsur yang kedua adalah maximum step, yang merupakan angka yang mengatur
penyesuaian titik SAR terhadap pergerakan harga selanjutnya. Semakin tinggi angka
ini, maka semakin dekat titik SAR terhadap pergerakan harga selanjutnya, dan
sebaliknya semakin rendah maximum step maka titik SAR atau trailing stop akan
semakin menjauh dari pergerakan harga. Rekomendasikan nilai step dan maximum
dibiarkan dengan nilai default 0,02 dan 0,2.
Untuk setiap trend dalam harga yang terjadi, dimana apabila titik parabola
berada di bawah harga umumnya berarti harga pasar sedang naik, dan sewaktu titik
parabola berada di atas harga maka dapat diartikan bahwa harga pasar sedang jatuh.
Seperti halnya indikator trend yang lain, parabolic SAR bekerja dengan baik
pada saat harga berada dalam kondisi uptrend atau downtrend. Sementara dalam
dalam kondisi sideway parabolic SAR sering kali menghasilkan sinyal yang gagal,
atau umumnya dikenal dengan istilah whipsaw. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, penggunaan parabolic SAR harus dipandu dengan indikator trend lain, yang
24
dapat memberikan konfirmasi apakah trend yang berlangsung memadai, baik dari sisi
arah maupun kualitasnya. Trend harus dikenali dulu dengan baik, misalnya dengan
menggunakan indikator MA, baru kemudian mengambil posisi menggunakan
parabolic SAR sesuai arah trend yang sudah dikenali tersebut.
II.10.3 Bollinger Band
Bollinger band diciptakan pada tahun 1980 oleh John Bollinger. Menurut
Sinaga (2010:127), bollinger band diciptakan untuk memberikan definisi tinggi dan
rendah relatif. Harga didefinisikan tinggi bila berada di sekitar batas band atas, dan
didefinisikan rendah berada pada pada batas band bawah.
Pada gambar 2.9 bollinger band terdiri dari tiga kurva yang digambar
berhubungan dengan harga saham. Middle band untuk menunjukkan trend jangka
menengah, biasanya merupakan moving average sederhana yang berlaku sebagai
dasar bagi band atas dan band bawah. Jarak antara upper dan lower band dan dengan
middle band ditentukan oleh volatilitas, biasanya merupkan standar deviasi dari data
yang sama yang digunakan untuk perata-rataan. Parameter default, 20 periode dan
dua standar deviasi, dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.
25
Gambar 2.9. Bollinger Band
Batas atas dan batas bawah dari bollinger band dapat digunakan sebagai target
harga. Jika harga saham rebound dari batas bawah dan memotong garis 20 hari ratarata, maka batas atas bollinger band menjadi target harga dari saham tersebut. Kurva
harga saham yang memotong 20 hari rata-rata membuat batas bawah dari bollinger
band menjadi target bawah dari harga saham tersebut. Dalam keadaan dimana trend
kenaikan harga saham amat kuat, harga biasanya berfluktuasi antara batas atas dari
bollinger band dan kurva 20 hari rata-rata. Dalam kasus seperti ini, bila harga saham
memotong ke bawah dari kurva 20 hari rata-rata, maka ada peluang terjadinya
perubahan trend saham dari naik menjadi turun.
II.10.4 Relative Strenght Index (RSI)
Indeks kekuatan relatif atau lebih dikenal dengan nama relative strength index
(RSI) adalah merupakan suatu osilator yang digunakan dalam analisis teknikal untuk
26
menunjukkan kekuatan harga dengan cara membandingkan pergerakan kenaikan dan
penurunan harga, seperti pada gambar 2.10.
Menurut Sinaga (2010:119), metode RSI ini diperkenalkan oleh J. Welles
Wilder dan diterbitkan pada majalah Commodities Magazine yang sekarang bernama
Future Magazine pada bulan Juni 1978 serta dalam bukunya yang berjudul New
Concepts in Technical Trading Systems, RSI ini menjadi populer penggunaannya
oleh karena secara relatif mudah diinterpretasikan.
Istilah "relative strength" ini juga merujuk pada kekuatan dari suatu saham
dalam kaitannya dengan pasar secara keseluruhan atau terhadap sektor usaha saham
tersebut.
Gambar 2.10. Relative Strenght Index
Pada gambar 2.10 Wilder berpendapat bahwa sekuriti dikatakan kelebihan minat
beli
apabila
telah
mencapai
nilai
70,
yang
artinya
spekulator
harus
mempertimbangkan untuk menjual. Atau sebaliknya pada kondisi kelebihan minat
jual pada nilai 30. Prinsipnya adalah bahwa apabila terdapat proporsi yang tinggi atas
27
pergerakan nilai harian pada satu arah itu menunjukkan tanda ekstrim, dan harga
kemungkinannya akan berbalik arah. Nilai 80 dan 20 biasanya digunakan juga atau
dapat juga bervariasi tergantung kondisi pasar misalnya uptrend atau downtrend.
Gelombang besar dan kejatuhan harga sekuritas akan berpengaruh pada RSI,
namun bisa juga merupakan sinyal palsu untuk menjual ataupun membeli. RSI sangat
baik apabila digunakan bersama-sama dengan indikator analisis teknikal lainnya.
28
Download