UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN Sesuai dengan misi RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, untuk dapat memberikan pelayanan bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien, untuk itu RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan melakukan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang sesuai dengan standar akreditasi KARS versi 2012. Kegiatan ini di lakukan di setiap unit kerja / instalasi terkait untuk mengukur kinerja pelayanan RS dan sebagai manajemen kontrol untuk mendukung pengambilan keputusan. Dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien, RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan menyusun Program peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan pada tahun 2016, dengan menetapkan indikator mutu rumah sakit yang sesuai dengan standar Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) dari KARS Versi 2012. Berdasarkan standar PMKP 3, dengan menetapkan 115 indikator mutu unit. Indikator mutu Unit sejumlah 115 indikator mutu tersebut, dipilih 33 indikator mutu untuk ditetapkan ditetapkan sebagai indikator mutu utama, yang akan dievaluasi oleh tingkat rumah sakit, untuk mengetahui perbaikan mutu di tiap unit yang ditetapkan sebagai prioritas/utama, dengan rincian sebagai berikut: 10 judul indikator mutu utama area klinis, 11 indikator mutu utama area manajerial, 5 indikator mutu area JCI Library of Measure, 7 Indikator Area Sasaran Keselamatan Pasien. Adapun dasar penetapan indicator utama, adalah sebagai berikut: 1) High Risk: hal – hal yang berpotensi tinggi mengancam keselamatan pasien, 2). High Volume: hal – hal yang sering terjadi, 3). Problem Prone: kondisi / hal yang dapat mengakibatkan banyak masalah, 4). High Cost: kodisi / hal – hal yang memerlukan biaya tinggi. Adapun kegiatan pokok tahun 2016 adalah pemantauan pencapaian indikator mutu, sebagai berikut: I. Indikator di Area Klinik (Standar PMKP 3.1) 1. Asesmen pasien Asesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien rawat inap 1 2. Pelayanan Laboratorium Ketepatan waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium pasien rawat inap 3. Pelayanan radiologi dan pencitraan diagnostik Angka foto rontgen ulang 4. Prosedur bedah Waktu tunggu operasi elektif ≤ 24 jam 5. Penggunaan antibiotika dan obat lainnya Penulisan resep antibiotik sesuai formularium 6. Kesalahan medikasi (Medication error) dan KNC KNC kesalahan pemberian obat pada pada pasien rawat inap 7. Anestesi dan penggunaan sedasi Kelengkapan assesmen pra anastesia dan sedasi 8. Penggunaan darah dan produk Angka reaksi tranfusi darah 9. Ketersediaan, isi, dan penggunaan catatan medis Kelengkapan Pengisian berkas Catatan Medis (KLPCM) 24 jam setelah pelayanan pada pasien rawat inap pada RM 1, RM 2, RM 5.1, RM 6.1 10. Pencegahan, pengendalian infeksi, surveylance dan pelaporan Kepatuhan terhadap Hand Hygiene II. Indikator di Area Manajerial (Standar PMKP 3.2) 1. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi kebutuhan pasien. Ketersediaan obat life suport di UGD. 2. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan Ketepatan waktu pelaporan insiden KNC, KTD, sentinel dengan formulir insiden lengkap dari unit perawatan dalam waktu ≤ 2 X 24 Jam Ketepatan waktu pelaporan K3 3. Manajemen resiko Angka tindak lanjut keluhan pelanggan 4. Manajemen penggunaan sumber daya Jumlah alat yang terkalibrasi 2 Evaluasi kerja sama laboratorium rujukan 5. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga Angka kepuasan pasien terhadap pelayanan di rumah sakit 6. Harapan dan kepuasan staf Angka kepuasan karyawan berdasarkan survey kepuasan karyawan 7. Demografi pasien dan diagnosis klinis Angka 10 penyakit terbesar 8. Manajemen keuangan Ketepatan waktu tunggu pembayaran pasien umum rawat inap ≤ 30 menit 9. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan masalah bagi keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf. Kamar mandi dengan pengaman. III. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) (Standar PMKP 3.3) 1. SKP 1 : Ketepatan identifikasi pasien Kepatuhan pelaksanaan identifikasi pasien rawat inap 2. SKP 2 : Peningkatan komunikasi yang efektif Kepatuhan pelaksanaan prosedur komunikasi efektif 3. SKP 3 : Peningkatan keamanan obat Kepatuhan pelaksanaan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai di ruang rawat inap 4. SKP 4 : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi. Marking/Penandaan pada area operasi Pelaksanaan time out sebelum melakukan pembedahan 5. SKP 5 : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayaan kesehatan Kepatuhan terhadap Hand Hygiene 6. SKP 6 : Pengurangan resiko jatuh Angka kepatuhan pengurangan resiko jatuh IV. JCI Library of Measure (profil indikator mutu utama) 1. Angka pemberian asam asetil salisilat pada pasien AMI, saat masuk ICU 2. Angka Kematian pasien AMI saat rawat inap 3. Angka ulcus dicubitus pasien di rumah sakit 3 4. Angka pasien jatuh di pelayanan rumah sakit, 5. Angka pasien jatuh dengan cidera. CAPAIAN PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU 1. Asesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien rawat inap Asesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien rawat inap tahun 2016 Axis Title 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% Jan Feb Mar Asesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien rawat inap 89.4% 82.4% 95.50% Standart 100% 100% 100% 100% Hasil pemantauan capaian asesmen awal medis dalam 24 jam pasien rawat inap adalah pada bulan 89,4%, pada bula Februari 82,4% dan pada bulan Maret mengalami kenaikan 95,5%. Masih di bawah yang distandarkan yaitu 100%. Dari hasil analisa, hal tersebut dikarnakan: Masih adanya tenaga medis yang enggan mengisi form asesmen awal medis secara lengkap. Tenaga medis belum menyadari manfaat asesmen awal. Pasien banyak Dari analisa tersebut kemudian dilakukan upaya – upaya perbaikannya bersama, sehingga harapannya pada bulan – bulan berikutnya hasil capaian bisa mencapai standar100%. Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan adalah: Melakukan edukasi dan motivasi kepada tenaga medis untuk peningkatan pengisian kelengkapan form asesmen. Dilakukan kendali kepada tenaga medis yang dinas pada saat itu, untuk melengkapi. 4 2. Ketepatan waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium pasien rawat inap Ketepatan waktu penyerahan hasil laboratorium pasien rawat inap tahun 2016 Axis Title 120.0% 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% Jan Feb Mar Ketepatan waktu penyerahan hasil laboratorium pasien rawat inap 91.4% 83.5% 91.4% Standar 100% 100% 100% 100% Hasil pemantauan capaian Ketepatan waktu penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium pasien rawat inap adalah pada bulan Januari 91,4%, pada bula Februari 83,5% dan pada bulan Maret 91,4%. Masih di bawah yang distandarkan yaitu 100%. Dari hasil analisa, hal tersebut dikarnakan: Komputer yang untuk input harga dan cetak hasil jadi satu Input hasil laborat masih manual, selanjutnya disalin di komputer Petugas dua orang, mengantar hasil ke ruang dan sekalian sampling bersama-sama Dari analisa tersebut kemudian dilakukan upaya – upaya perbaikan bersama, sehingga harapannya pada bulan – bulan berikutnya hasil capaian bisa mencapai standar 100%.. Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan adalah: Diusulkan pengadaan komputer Diusul adanya dibuatkan program LIS (Laboratory Information System) Motivasi perubahan sistem penugasan, 5 3. Jumlah alat yang terkalibrasi Jumlah alat yang terkalibrasi tahun 2016 120.00% Axis Title 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% Jumlah alat yang terkalibrasi Standar 100% JAN FEB MAR 20.60% 41.20% 53% 100% 100% 100% Hasil pemantauan capaian Jumlah alat yang terkalibrasi adalah pada bulan Januari 20,6%, pada bula Februari 20,6% dan pada bulan Maret 11,6%. Masih di bawah yang distandarkan yaitu 100%. Dari hasil analisa, hal tersebut dikarnakan: Kegiatan kalibrasi disesuaikan dengajadwal rekanan, tidak bisa melakukan secara keseluruhan dalam satu waktu. Dari analisa tersebut kemudian dilakukan upaya – upaya perbaikan bersama, sehingga harapannya pada bulan – bulan berikutnya sampai bulan Desember 2016 hasil capaian bisa mencapai standar 100%.. Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan adalah: Minta jadwal kalibrasi dari rekanan MOU dengan rekanan yang tersertifikasi Sebagai kontrol, dilakukan validasi sendiri oleh tenaga ATEM RSI. Pekalongan, 21 Mei 2016 dr H. Maskuri, M.Kes Direktur 6