BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Undang-Undang RI No.44 tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (23). Tugas dan fungsi rumah sakit telah dijabarkan dalam undang-undang tersebut, tugas rumah sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pertambahan jumlah penduduk Indonesia khususnya wilayah DKI Jakarta dan perkembangan aktifitas manusia mendorong pembangunan fisik kota sebagai dampak yang timbul untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia akan tempat tinggal, berupa pembangunan kawasan hunian, perkantoran beserta infrastrukturnya. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 9.588.198 orang. Dari hasil SP2010 tersebut masih tampak terjadinya fenomena “kue donat” di DKI Jakarta dimana penduduk bertumpu di lingkar luar sementara itu yang berada di pusat DKI Jakarta relative rendah. Hanya sekitar 9,37 persen penduduk yang tinggal di Jakarta Pusat dan yang lainnya menyebar di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Disamping itu laju pertumbuhan penduduk menjadi factor yang mempengaruhi kepadatan penduduk DKI Jakarta. Laju petumbuhan penduduk Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah yang tertinggi dibandingkan wilayah lainnya di DKI Jakarta yakni sebesar 2,02 persen, sedangkan yang terendah di Kota Administrasi Jakarta 1 Pusat yakni sebesar 0,27 persen. Kota Administrasi Jakarta Timur walaupun menempati urutan pertama dari jumlah penduduk namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk adalah terendah kedua setelah Kota Administrasi Jakarta Pusat yakni 1,36 persen. Wilayah lainnya yang mempunyai laju pertumbuhan penduduk di atas angka provinsi adalah Kota Administrasi Jakarta Barat (1,81 persen), Jakarta Utara (1,49 persen) dan Jakarta Selatan (1,43 persen). Tabel 1. Laju Petumbuhan penduduk Jakarta (sensus 2010) Perencanaan pembangunan kota perlu diperhatikan untuk mencegah dampak buruk bagi lingkungan yang mungkin timbul akibat meningkatnya jumlah penduduk, dalam hal ini khususnya adalah Kota Administrasi Jakarta Barat. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) seperti yang dikutip dari situs resmi pemerintah (Bappeda) mengenai Kebijakan Pengembangan Tata Ruang, yaitu: Memantapkan fungsi kota Jakarta sebagai kota jasa skala nasional dan internasional, Memprioritaskan arah pengembangan kota ke arah koridor timur, barat, utara dan membatasi pengembangan ke arah selatan agar tercapai keseimbangan ekosistem, Melestarikan fungsi dan keserasian lingkungan hidup di dalam penataan ruang dengan mengoptimalkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, Mengembangkan sistem prasarana dan sarana kota yang berintegrasi dengan sistem regional, nasional dan internasional. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam situs tersebut juga menyebutkan mengenai Misi Dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Kotamadya Jakarta Barat, dengan mengembangkan kawasan permukiman kepadatan sedang dan tinggi di wilayah bagian barat, mewujudkan pusat wisata 2 budaya-sejarah, kota tua, serta melanjutkan pengembangan Sentra Primer Baru Barat sebagai pusat kegiatan wilayah. Dengan berbagai upaya seperti, memberikan kemudahan untuk terwujudnya Sentra Primer Baru Barat sebagai pusat perkantoran, perdagangan dan jasa, mendukung pembangunan jalan lingkar luar dan sistem jaringan jalan Barat-Timur, serta pembangunan terminal angkutan penumpang dan angkutan barang di Rawa Buaya yang terintegrasi dengan pengembangan sistem angkutan kereta api. Padatnya pembangunan properti di wilayah utara dan selatan Jakarta membuat Pemda DKI Jakarta harus mengalihkan pembangunan ke arah barat dan timur. Dengan begitu, sentralisasi pemukiman dan bisnis pun bisa tersebar. Sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam penataan ruang Pemda DKI Jakarta mengambil langkah dengan membangun Sentra Primer Baru di Jakarta Barat, Sentra Primer Baru Barat (SPBB) atau Central Business District Jakarta Barat (CBD) di bangun di daerah Puri Indah dengan luas kurang lebih 134 hektar. Kawasan Jakarta Barat kini dibangun dengan sistem baru, mengacu pada Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1993 Tahun 2006. ”Pembangunan ini merupakan strategi pemerintah provinsi untuk membatasi pertumbuhan ke arah selatan Jakarta yang merupakan daerah serapan air. Selain itu, juga untuk mengurangi kepadatan sanitasi lingkungan dan pencemaran air sungai,” ujar Fausal. “CBD Jakarta Barat satu-satunya kawasan CBD di Jakarta yang dapat ditata dengan baik dan mudah dikembangkan. Pembangunan ke arah selatan dibatasi. Pembangunan ke depan hanya ke Jakarta Barat atau Jakarta Timur,” tambahnya. Letak CBD Puri juga dikatakan sangat strategis karena dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta, Jalan Tol Jakarta-Merak, dan Jakarta Outer Ring Road. Pembangunan sarana kesehatan dalam sebuah kawasan yang padat penduduk perlu dilakukan dalam upaya dalam mendukung program pemerintah berupa program Dedicated Bidang Kesehatan, yaitu: Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat melalui kemudahan akses masyarakat luas terhadap fasilitas kesehatan khususnya Rumah Sakit. 3 Perancangan kawasan Central Bussines District St.Moritz diperkirakan akan mempercepat peningkatan kepadatan penduduk di Jakarta Barat dengan adanya pembangunan kawasan hunian berupa 2.600 unit apartemen dan condominium, sehingga sarana pelayanan kesehatan, dalam hal ini rumah sakit telah menjadi bagian penting dalam perancangan kawasan ini, untuk melayani kebutuhan kesehatan penghuni kawasan, dan masyarakat disekitar kawasan pada umumnya. Lokasi ini merupakan lokasi yang strategis dan berpotensi menjadi pusat kesehatan masyarakat, karena jarak antara lokasi rumah sakit ini dengan rumah sakit terdekat lainnya yang cukup jauh, yaitu: Timur : RS Graha Medika berada dalam jarak 5.6 kilometer Utara : RSUD Cengkareng berada dalam jarak 8.8 kilometer Barat : RS Usada Insani berada dalam jarak 15.8 kilometer Selatan : RSU Bhakti Asih berada dalam jarak 6.6 kilometer Gambar1 . Rumah Sakit disekitar tapak (google earth) Kebutuhan rumah sakit berdasarkan Pemenuhan Rasio Fasilitas Kesehatan dan Populasi, untuk melihat kecukupan sarana yang tersedia di masyarakat seperti rasio antara tempat tidur rumah sakit dan populasi. Wilayah Jakarta Barat menurut sensus penduduk tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak ± 2.278.825 jiwa, dimana menurut Rasio WHO antara tempat tidur rumah sakit dan populasi adalah 1 : 500 sehingga untuk wilayah Jakarta Barat harus mempunyai 4.558 tempat tidur rumah sakit. 4 Tabel 2. Jumlah penduduk Kabupaten / Kota Administratif (sensus 2010) Saat ini dari rumah sakit-rumah sakit yang ada di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat baru tersedia sekitar ± 2529 tempat tidur sehingga kebutuhan akan fasilitas tempat tidur rumah sakit di Jakarta Barat masih sangat tinggi, mencapai ± 2029 tempat tidur, ditambah dengan terbatas nya jumlah fasilitas rawat inap bagi golongan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah (Jamkesmas dan Askes). Tabel 3. Jumlah tempat tidur rumah sakit di Jakarta Barat (JDA 2010) Upaya pemenuhan fasilitas kesehatan ini menjadi alasan perlu dibangunnya Gedung Rawat Inap Rumah Sakit Puri Indah, untuk menambah jumlah tempat tidur rumah sakit bagi masyarakat sekitar, khususnya di Jakarta Barat. 5 I.2 Latar Belakang Topik dan Thema Perancangan gedung rawat inap rumah sakit beserta fasilitas penunjang yang berwawasan arsitektur berkelanjutan merupakan salah satu upaya untuk menjawab tantangan dunia mengenai Pemanasan Global, Masalah pemanasan global yang timbul di era modern ini, adalah salah satu dampak yang timbul dari rusaknya lingkungan hidup, pembangunan suatu kawasan sebagai ruang aktifitas manusia berakibat pada berkurangnya lahan hijau dan daerah resapan air. Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan arsitektur berkelanjutan khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik menjadi perhatian dalam merancang gedung rawat inap, yang seperti diketahui bersama memberikan pelayanan 24jam non-stop dan memerlukan energi listrik yang besar untuk menunjang operasionalnya. Penggunaan energi listrik menjadi masalah penting untuk menunjang kebutuhan operasional sebuah rumah sakit, baik untuk penerangan buatan dan pendingin udara sebuah gedung rawat inap. Kebutuhan akan pendingin udara (AC) berkaitan dengan kenyamanan thermal bagi kesembuhan pasien dan mengacu pada persyaratan mengenai suhu udara dan kelembaban unit perawatan. Sehingga diharapkan dengan strategi perancangan yang diterapkan dalam desain, dapat memodifikasi kondisi termal luar yang tidak nyaman menjadi kondisi termal ruang yang nyaman, serta mampu menunjang kenyamanan visual (penerangan) tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. I.3 Maksud dan Tujuan I.3.1 Maksud Perancangan Maksud dari perancang Gedung Rawat Inap Rumah Sakit Puri Indah ini adalah menghadirkan sebuah fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekitar khususnya yanag berada di wilayah puri kembangan Jakarta Barat. Sarana Pelayananan kesehatan, berupa gedung rawat inap, beserta fasilitas penunjang seperti, apotek, toko alat kesehatan, cafetaria, kantin, ATM centre, dan fasilitas fisioterapi untuk pemulihan kesehatan, dan ruang terbuka 6 hijau yang dapat berfungsi sebagai area mengunggu bagi keluarga pasien dan sarana untuk outdoor fisioterapi. Perancangan Gedung rawat inap yang berwasasan arsitektur berkelanjutan, diharapkan dapat dengan meminimalisasi dampak pencemaran lingkungan, Perancangan bangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip arsitektur hemat energi yang memperhatikan kondisi tapak, orientasi massa bangunan, serta organisasi ruang diharapkan dapat menghasilkan desain bangunan yang optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan dan meminimalisasi konsumsi energi listrik. I.3.1 Tujuan Perancangan Perancangan Gedung rawat Inap Rumah Sakit Puri Indah ini bertujuan untuk menambah jumlah tempat tidur rawat inap khususnya kelas III untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit sehingga dapat menjangkau masyarakat ekonomi menengah kebawah, yang dilakukan dengan perluasan area Rumah Sakit Puri Indah dan penambahan fasilitas berupa gedung rawat inap baru yang berlokasi tepat di sebelah timur bangunan Rumah Sakit yang sudah ada. I.4 Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan dalam perencanaan dan perancangan Gedung Rawat Inap Rumah Sakit Puri Indah meliputi, pembahasan mengenai topik dan thema rumah sakit yaitu: arsitektur berkelanjutan dan arsitektur hemat energi yang diterapkan dalam desain tapak dan massa bangunan, mencakup kebutuhan ruang dan fasilitas penunjangnya, organisasi ruang, sirkulasi, struktur dan utilitas serta tampilan dari fasad bangunan. Gedung Rawat Inap ini khusus diperuntukan bagi pasien kelas III baik anak maupun dewasa, untuk pemulihan kesehatan yang tidak memerlukan tindakan medis khusus (pasien beresiko tinggi yang memerlukan penanganan medis khusus). Perancangan Gedung Rawat Inap dengan pendekatan desain hemat energi listrik, diharapkan dapat memodifikasi kondisi termal luar yang tidak 7 nyaman menjadi kondisi termal dalam ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. I.5 Sistematika Pembahasan Pembahasan Karya Tugas Akhir, yang berjudul Perancangan Gedung Rawat Inap RS.Puri Indah dengan Pendekatan Desain Hemat Energi, terbagi dalam beberapa bab, yang merupakan proses awal dari perencanaan dan perancangan, sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Berisikan gambaran secara umum mengenai perlunya penambahan Gedung Rawat Inap Rumah Sakit Puri Indah, latar belakang pemilihan topik sustainable architecture ,khususnya hemat energi ,dan pendekatan pelayanan kesehatan yang optimal sebagai solusi desain perancangan gedung rawat inap, maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, sistematika pembahasan dan kerangka berpikir dari proses perancangan Gedung Rawat Inap Rumah Sakit Puri Indah. Bab II Tinjauan dan Landasan Teori Berisikan tentang tinjauan umum, mengenai pengertian rumah sakit, tugas dan fungsi rumah sakit, peraturan membangun rumah sakit, instalasi rawat inap, pengolahan limbah rumah sakit, serta tinjauan khusus, mengenai topik dan thema, tinjauan tapak, serta studi banding (studi literatur dan lapangan). Bab III Permasalahan Mengidentifikasi permasalahan dari aspek judul dengan topik dan thema yang dipilih, terkait dengan aspek manusia, bangunan dan lingkungan. 8 Bab IV Analisa Menganalisa permasalahan dalam perancangan mengunakan metode Broadbent yang membagi permasalahan dalam 3 aspek, yaitu aspek manusia, aspek bangunan, dan aspek lingkungan. Bab V Konsep Perencanaan dan Perancangan Berisikan tentang konsep perancangan bangunan yang merupakan hasil dari analisa permasalahan, konsep perancangan merupakan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur sehingga dapat menghasilkan bangunan yang fungsional, dan tetap memperhatikan estetika desain. 9 I.6 Kerangka Berpikir 10