Upaya Nyata Mengurangi Defisit Neraca Perdagangan

advertisement
Dari Redaksi
Upaya Nyata Mengurangi
Defisit Neraca Perdagangan
PENERBIT
Perhimpunan Bank Nasional
(Perbanas)
PELINDUNG
Pengurus Pusat Perbanas
PEMIMPIN REDAKSI
Danny Hartono,
Wakil Sekretaris Jenderal Perbanas
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI
Rita Mirasari,
Ketua Bidang Humas Perbanas
REDAKTUR PELAKSANA
Eri Unanto
SIRKULASI
Wara Sri Indriani
Adrian Burhan
KONSULTAN
Infobank Communication
Redaksi menerima tulisan dari
pihak luar. Panjang tulisan 3.000–
6.500 karakter.
TARIF IKLAN
Cover
Depan dalam dan belakang
dalam/luar berwarna
• 1 halaman: Rp5.000.000,00
Isi
• 1 halaman: Rp4.000.000,00
• ½ halaman: Rp2.000.000,00
Probank menerima pemasangan
iklan dalam bentuk laporan
keuangan, display produk, dan
suplemen profil perusahaan.
ALAMAT REDAKSI/IKLAN
Griya Perbanas Lantai 1
Jalan Perbanas, Karet Kuningan
Setiabudi, Jakarta 12940
Telepon: (021) 5255731,5223038
Faksimile: (021) 5223037, 5223339
website: www.perbanas.org
e-mail: [email protected]
IZIN PENERBITAN KHUSUS
MENPEN No. 1882/SK/DITJEN PPG/
STT/1993,
2 September 1993
ISSN: 0854-4174
W
acana mengurangi ketergantungan
terhadap impor telah lama
dikemukakan. Namun, hingga saat
ini pengejawantahannya masih belum bisa
dirasakan. Defisit neraca perdagangan masih
terjadi hingga saat ini. Ibarat peribahasa,
“jauh panggang dari api”.
Setidaknya kenyataan tersebut bisa dilihat
pada neraca perdagangan Indonesia.
Menurut data yang dilansir Badan Pusat
Statistik (BPS), nilai neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2014 mengalami
defisit sebesar US$0,30 miliar. Defisit nilai neraca perdagangan tersebut disebabkan
oleh sektor migas sebesar US$0,60 miliar, walaupun sektor nonmigas mengalami
surplus sebesar US$0,30 miliar.
Secara rinci, nilai ekspor pada Juni 2014 mencapai US$15,42 miliar, sedangkan
nilai impor mencapai US$15,72 miliar. Dengan capaian tersebut, maka nilai neraca
perdagangan Indonesia dari Januari-Juni 2014 (triwulan kedua 2014) mengalami
defisit sebesar US$1,16 miliar. Angka defisit ini jauh meningkat jika dibandingkan
dengan posisi yang sama pada 2013 yang hanya sebesar US$0,88 miliar.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari-Juni 2014 mencapai
US$88,83 miliar atau menurun 2,46% dibandingkan dengan periode yang sama
2013. Ekspor nonmigas mencapai US$73,14 miliar atau menurun 2,14%. Di lain
sisi, secara kumulatif nilai impor pada Januari-Juni 2014 mencapai US$89,98 miliar
atau turun 4,70% jika dibandingkan dengan nilai impor periode yang sama 2013.
Nilai kumulatif impor terdiri atas impor migas sebesar US$21,80 miliar (turun
1,41%) dan impor nonmigas sebesar US$68,18 miliar (turun 5,70%)
Namun, jika dilihat dari nilai impor Indonesia pada Juni 2014 yang mencapai
US$15,72 miliar, maka terjadi peningkatan sebesar 6,44% dibandingkan dengan
posisi Mei 2014. Demikian pula jika dibandingkan dengan posisi Juni 2013 (year
on year atau yoy) naik sebesar 0,54%.
Adapun rinciannya, impor nonmigas Juni 2014 mencapai US$12,33 miliar atau
naik 11,41% dibandingkan Mei 2014, sementara bila dibandingkan dengan Juni
2013 naik 1,83%. Impor migas pada Juni 2014 mencapai US$3,39 miliar atau turun
8,42% dibandingkan dengan Mei 2014 dan kalau dibandingkan dengan nilai impor
pada Juni 2013 turun 3,86%.
Nilai impor nonmigas terbesar pada Juni 2014 ialah untuk golongan barang
mesin dan peralatan mekanik dengan nilai US$2,42 miliar atau meningkat sebesar
18,22% menjadi US$373,4 miliar dibandingkan dengan periode yang sama Mei
2014.
Melihat kenyataan yang ada, tentu harus ada upaya keras dan nyata, baik dari
pemangku kebijakan maupun pemangku kepentingan. Untuk mengurangi
ketergantungan terhadap impor, misalnya, pemerintah harus bisa memberdayakan
dan mendorong industri substitusi impor. Sebagai langkah awal yang bisa dilakukan
ialah menyamakan persepsi dan memilih sektor-sektor industri substitusi impor yang
mesti didorong serta menerbitkan kebijakan atau regulasi yang memberikan insentif
dan kepastian bagi sektor-sektor tersebut. Tentunya daya dukung dan “keberpihakan”
yang dilakukan pihak terkait bertujuan untuk membangun industri yang berkualitas
dan berdaya saing tinggi. n
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
1
Daftar Isi
Dari Redaksi .....................................................................1
Perbanas Utama
Menekan Impor, Menggenjot Ekspor.............................3
Ketergantungan terhadap impor yang cukup tinggi membuat
perekonomian nasional menjadi sangat rentan. Upaya
mengurangi impor melalui substitusi impor menjadi salah
satu upaya membangun perekonomian nasional yang sehat
dan stabil.
Kinerja
Tumbuh di Tengah Tekanan.......................................18
Gejolak ekonomi global sepanjang 2013 dan awal 2014
memberi tekanan pada perekonomian nasional hingga
saat ini. Namun, kinerja IHSG masih tergolong baik.
Seperti apa kinerja IHSG sejauh ini?
Upaya Perbankan Menguatkan
Industri Substitusi Impor ................................................6
Butuh Dukungan dan Insentif ........................................8
Internasional
Memaksimalkan Pasar Baru....................................20
Mendorong Tiga Sektor Substitusi Impor.....................9
Ekspor Indonesia mengalami lesu darah karena melambatnya
pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan ekspor, pasar baru
harus dibuka, seperti Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Timur.
Perlu Ketegasan dan Keberpihakan.............................10
Memberikan panggung bagi industri nasional agar memiliki
daya saing tinggi harus menjadi perhatian semua pihak.
Tanpa dukungan perbankan, sulit bagi industri nasional
bersaing pada era MEA.
Profil
Henry Koenaifi
Menyamakan Persepsi,
Membangun Kemandirian..............................................12
Sekilas Berita
Pre Event IBEX 2014.......................................................15
Halalbihalal Perbanas dan IBI .....................................16
Halalbihalal Perbanas Sumut ......................................16
Menjaga Kebersamaan
demi Kemajuan Ekonomi ..............................................17
Kepedulian Jelang Lebaran...........................................24
2
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
Wacana
Revisi UU Perbankan
untuk Akomodasi Bank Khusus...............................22
Pembentukan bank khusus menjadi wacana yang menarik
belakangan ini. Namun, pembentukan bank khusus
terbentur UU perbankan yang berlaku saat ini. Pelaku
industri perbankan melalui Perbanas pun mengupayakan
revisi terhadap UU tersebut.
Suplemen
Piutang yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih
Perbanas Utama
Menekan Impor,
Menggenjot Ekspor
Ketergantungan terhadap impor yang cukup tinggi membuat perekonomian nasional
menjadi sangat rentan. Upaya mengurangi impor melalui substitusi impor menjadi
salah satu upaya membangun perekonomian nasional yang sehat dan stabil.
P
erekonomian Indonesia mengalami gejolak akibat
ketidakpastian dan krisis ekonomi global. Perlambatan
pertumbuhan ekonomi dunia berimbas pada
penurunan nilai ekspor Indonesia beberapa waktu
belakangan ini. Beratnya lagi, di tengah kelesuan ekspor
tersebut, justru nilai impor Indonesia malah terus melonjak.
Ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap impor sangat
besar.
Imbas dari hal tersebut, beberapa tahun belakangan ini nilai
neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit. Merujuk
pada data terkini yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS)
untuk posisi Januari-Juni 2014 (triwulan kedua 2014), neraca
perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$1,16
miliar atau mengalami peningkatan yang signifikan jika
dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya
yang hanya sebesar US$0,88 miliar.
Neraca perdagangan pada Juni 2014 menyumbangkan
defisit yang cukup besar, yakni US$0,30 miliar. Defisit nilai
neraca perdagangan ini disebabkan oleh sektor migas sebesar
US$0,60 miliar, walaupun sektor nonmigas mengalami surplus
sebesar US$0,30 miliar.
Nilai ekpor pada Juni 2014 mencapai US$15,42 miliar,
sedangkan nilai impor mencapai US$15,72 miliar. Secara
kumulatif, nilai ekspor Indonesia posisi Januari-Juni 2014
mencapai US$88,83 miliar atau menurun 2,46% dibandingkan
dengan periode yang sama pada 2013. Sementara itu, nilai
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
3
Perbanas Utama
impor secara kumulatif pada Januari-Juni 2014 mencapai
substitusi impor, Menteri Koordinator Perekonomian, Chairul
US$89,98 miliar atau turun 4,70% jika dibandingkan dengan
Tanjung, mengatakan, pemerintah akan menunjukkan
periode yang sama 2013. Kendati demikian, jika dilihat nilai
keberpihakannya pada industri-industri spesifik, seperti industri
impor Indonesia pada Juni 2014 yang mencapai US$15,72
yang menyerap tenaga kerja besar serta strategis semisal
miliar, terjadi peningkatan sebesar 6,44% dibandingkan
industri yang mensubstitusi impor. Ketimbang melakukan
dengan posisi Mei 2014.
impor padahal itu dapat diproduksi sendiri dan lebih
Melihat kondisi yang demikian itu, tentu pemerintah atau
menguntungkan, pemerintah justru akan menunjukkan
segenap stakeholders terkait harus segera mengupayakan
keberpihakannya pada industri substitusi impor. Industri
penekanan atau pengurangan ketergantungan terhadap impor.
substitusi impor sangat layak diberikan subsidi. Subsidi yang
Dengan begitu, perekonomian nasional bisa menjadi lebih
dimaksud dapat diambil dari yang sebelumnya diperuntukkan
sehat dan tidak rentan terhadap gejolak perekonomian global.
bagi listrik dan mengalihkannya pada industri yang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dianggap menjadi tidak
memproduksi produk-produk pengganti impor.
sehat karena angka pertumbuhan selalu dibarengi dengan
Adapun kebijakan lain yang telah ditempuh, antara lain
lonjakan nilai impor yang sangat signifikan. Itu karena bahan
mengesahkan Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2014
baku dan penolong yang digunakan industri domestik
tentang Perindustrian. Dengan adanya UU tersebut, berarti
bergantung pada impor. Menurut keterangan yang disampaikan
ada landasan hukum yang kuat untuk memberikan ruang lebih
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamukti, impor bahan
luas bagi peningkatan kinerja sektor industri dan tentunya
baku dan penolong untuk industri dan usaha lain di dalam
sebagai bentuk kepastian dan perlindungan hukum bagi
negeri mencapai 92% dari total impor Indonesia.
pemerintah serta pelaku industri dan masyarakat dalam
Untuk mengatasi hal itu, Direktur Institute for Development pengembangan industri nasional.
of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati,
Pengembangan industri substitusi impor sangat mendesak
menyarankan agar pemerintah
dan penting dalam
mengarahkan investasi ke
pembangunan ekonomi
industri substitusi impor dan
nasional ke depan. Dengan
memperkuat infrastruktur sektor
pengembangan industri
pertanian. Enny menganggap
substitusi impor, diharapkan
selama ini pemerintah hanya
banyak barang baru yang
Ke depan diharapkan pemerintah
berpikir sektoral, ketika
dihasilkan di dalam negeri
investasi tumbuh, justru muncul
yang semula diimpor. Jadi,
membangun infrastruktur yang
persoalan: banyaknya produk
keberadaan industri substitusi
cukup agar investor bisa membangun
impor, ketahanan pangan,
impor akan berdampak pada
proyek hilir, seperti perkebunan dan
kemiskinan, dan pengangguran.
peningkatan taraf hidup
Ke depan diharapkan
masyarakat secara luas.
pertanian.
pemerintah membangun
Secara teori dan praktik,
infrastruktur yang cukup agar
pengembangan industri
investor bisa membangun
substitusi impor akan lebih
proyek hilir, seperti perkebunan
cepat apabila diberikan
dan pertanian. Hilirisasi industri
proteksi ataupun insentif
dianggap mendesak untuk
karena industrialisasi ini pada
segera dikembangkan. Menurut Enny, untuk mendorong
mulanya didasarkan pada pasar dalam negeri berbentuk
hilirisasi, arah kebijakan pemerintah harus lebih pada
barang-barang substitusi impor. Imbas dari pengembangan
mempercepat/mengakselerasi dan memberikan fasilitas kepada
industri substitusi impor ini ialah akan menghemat
industri-industri hilir, terutama yang berbasis perkebunan dan
penggunaan devisa. Devisa yang hemat dapat digunakan untuk
pertambangan. Dengan cara itu, impornya bisa dikendalikan,
mengimpor barang modal dan barang lain yang memang
tapi industrinya tetap tumbuh.
belum bisa segera dihasilkan sendiri.
Sementara itu, terkait dengan ketergantungan terhadap
Setelah industri substitusi berkembang dengan baik dan
impor untuk bahan baku dan barang modal bagi industri di
pasar dalam negeri sudah tidak lagi menampung hasil
dalam negeri, pemerintah akan menempuh kebijakan guna
produksinya, kelebihan hasil produksi dapat diekspor guna
mengurangi ketergantungan tersebut. Kementerian
memperoleh tambahan devisa. Mengingat begitu pentingnya
Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Keuangan
peranan industri substitusi impor dalam pembangunan
(Kemenkeu) tengah membuat perencanaan untuk lima tahun
ekonomi nasional, segenap stakeholders sejatinya harus
ke depan dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap
mendukung agar pengembangannya bisa berjalan baik dan
impor. Beberapa langkah yang ditempuh, antara lain kebijakan
segera direalisasikan.
bea fiskal, bea masuk, pengembangan industri substitusi
Memang, untuk tahap awal, pengembangan industri
impor, serta akselerasi hilirisasi industri dalam rangka
substitusi impor akan mendapatkan tantangan yang berat,
meningkatkan nilai tambah produk primer.
misalnya mengenai kualitas produk yang dihasilkan. Pada
Dalam hubungannya dengan pengembangan industri
intinya, untuk tahap awal, pengembangan memang akan
4
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
membutuhkan effort yang lebih besar,
termasuk biaya yang tinggi karena
merupakan investasi awal. Kendati
demikian, pengembangan industri
substitusi impor sejatinya mesti
ditempuh guna mengurangi
ketergantungan dan kerentanan
ekonomi.
Perbaikan Struktur dan Menggenjot
Ekspor
Krisis dan gejolak perekonomian
global berbuntut pada lesunya
perekonomian global. Hal itu
berdampak pada menurunnya nilai
ekspor Indonesia. Keadaan diperburuk
dengan makin meningkatnya impor
akibat konsumsi domestik yang
meningkat. Alhasil, transaksi neraca
berjalan mengalami defisit.
Pengamat ekonomi, Aviliani,
menilai, perekonomian Indonesia
masih memiliki prospek untuk terus tumbuh sehat dan
berkesinambungan. Namun, dengan catatan, pemerintah dan
segenap stakeholders terkait mau melakukan perbaikan.
Perbaikan yang dimaksud salah satunya berhubungan dengan
struktur ekonomi. “Saat ini sebagian besar perusahaan struktur
ekonominya didominasi oleh impor,” terang Aviliani. Aviliani
mencontohkan, perusahaan penerbangan yang harus membeli
pesawat dari luar, yang notabene memakai dolar Amerika
Serikat (AS). Selain itu, dari industri keuangan ialah
kebutuhan perusahaan reasuransi yang notabene dari luar
negeri.
Keadaan makin diperparah lagi dengan merebaknya bisnis
waralaba (franchise), yang sebagian besar datang dari luar
negeri dan tentu saja biaya franchise-nya menggunakan dolar
AS. Padahal, bisnis dan penjualannya menggunakan rupiah.
Intinya, ada kesalahan pola ekonomi, dalam hal ini modalnya
dipinjam dengan dolar AS, tapi bisnisnya menggunakan
rupiah.
Tingkat repatriasi (keuntungan yang dibawa investor ke
luar negeri) juga masih besar. Bayangkan, untuk tahun lalu
saja ada sekitar US$2 miliar. Karena itu, Aviliani mendorong
agar para pelaku usaha dan pemerintah bisa memikirkan
substitusi impor. “Kalau mau bermain di hilir, hulunya itu
harus ada di dalam negeri,” ujarnya.
Hal penting lain yang mesti dilakukan ialah merevisi
berbagai aturan. Kebijakan yang ditelurkan pascakrisis 1998
hingga 2003 dinilai Aviliani sangat liberal. Seharusnya,
pemerintah melakukan penguatan ekonomi domestik.
Sementara itu, untuk memperkuat struktur ekonomi, ke
depan Indonesia harus menguatkan sektor industri yang
memiliki nilai tambah dan berorientasi ekspor, seperti industri
kreatif. Pemerintah juga harus bisa melakukan proteksi. “Saat
ini negara ASEAN sedang mencari hambatan impor, bukan
mempermudahnya. Kalau di Indonesia sebaliknya,” ungkap
perempuan yang juga merangkap sebagai Sekretaris Komite
Ekonomi Nasional (KEN) ini.
Hal lain yang mesti menjadi fokus
pembangunan ekonomi nasional ke
depan ialah pengembangan
diversifikasi produk ekspor sekaligus
pasarnya. Sejauh ini produk ekspor
utama Indonesia masih bergantung
pada sumber daya alam (SDA)
ataupun komoditas. Merosotnya harga
berbagai komoditas di pasar
internasional otomatis akan
meluruhkan nilai ekspor Indonesia.
Pengembangan diversifikasi
produk inilah yang juga menjadi
arahan Bank Indonesia (BI) melalui
forum kajian ekonomi dan keuangan
regional (KEKR), yang bersinergi
dengan pemerintah pusat dan
daerah. Menurut Direktur
Departemen Komunikasi BI, Peter
Jacobs, ketergantungan daerah,
terutama kawasan Indonesia Timur,
pada ekonomi berbasis SDA tanpa diolah sangat tinggi.
Dengan adanya diversifikasi produk, nantinya diharapkan
akan ada nilai tambah yang lebih tinggi dan perbaikan
ekonomi di daerah.
Terkait dengan pengembangan pasar baru ekspor, hingga
saat ini penggarapannya juga masih belum maksimal. Salah
satu pasar baru yang harus dimaksimalkan dan memiliki
potensi besar ialah kawasan Benua Afrika—peningkatan tiap
tahunnya cukup signifikan. Merujuk pada data BI, jika pada
2008 total perdagangan Indonesia ke negara-negara di Afrika
baru senilai US$2,42 miliar, pada 2013 nilainya melonjak
81,63% menjadi US$4,40 miliar. Pada periode Januari sampai
dengan Mei 2014 nilai ekspor Indonesia ke Afrika tercatat
telah mencapai US$2,00 miliar.
Hingga saat ini Afrika Selatan merupakan mitra dagang
utama Indonesia yang berasal dari Benua Afrika. Pada 2013
nilai ekspor Indonesia ke Afrika Selatan tercatat US$1,24
miliar. Nilai perdagangan dengan Afrika Selatan itu merupakan
yang terbesar, dengan pangsa 28,31% terhadap total nilai ekspor
Indonesia dengan negara-negara di Benua Afrika. Sementara itu,
nilai ekspor Indonesia ke Nigeria pada tahun lalu mencapai
US$558,18 juta atau tumbuh 35,12% dari 2012 yang sebesar
US$413,08 juta. Beberapa peluang ekspor yang dapat
dikembangkan oleh dunia usaha Indonesia untuk memasok
kebutuhan pasar di Afrika, antara lain produk-produk
pendukung sektor infrastruktur, kesehatan, tekstil, dan otomotif.
Menurut Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN)
Kemendag, Nus Nuzulia Ishak, alat kesehatan menjadi salah
satu motor penggerak ekspor ke Afrika Selatan. Pada 2013
ekspor produk peralatan medis Indonesia mencapai US$264
juta dan pada periode Januari-Februari 2014 telah mencapai
US$48 juta. Melihat catatan tersebut, peningkatan pun akan
terus diupayakan, salah satunya melalui berbagai pameran,
seperti “Africa Health 2014”, yang digelar di Johannesburg,
Afrika Selatan, beberapa waktu lalu. n
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
5
Perbanas Utama
Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas
Upaya Perbankan
Menguatkan Industri
Substitusi Impor
Tingginya ketergantungan Indonesia terhadap barang-barang impor membuat para bankir
memunculkan gagasan untuk mendorong industri substitusi impor. Hal inilah yang menjadi
tema utama perhelatan Ibex pada 28-30 Agustus 2014.
K
risis ekonomi global yang
terjadi beberapa tahun
belakangan ini berdampak
pada perekonomian
nasional. Perekonomian nasional
mengalami perlambatan pertumbuhan
jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya.
Dampak yang cukup besar terhadap
perekonomian nasional salah satunya
disebabkan oleh ketergantungan
terhadap impor yang cukup tinggi
seiring dengan melemahnya nilai
ekspor pada saat yang sama. Pada
akhirnya, hal ini mengakibatkan neraca
perdagangan mengalami defisit.
Sebagai informasi, berdasarkan data
yang dirilis Badan Pusat Statistik
(BPS), nilai ekspor Indonesia posisi
Januari-Juni 2014 sebesar US$88,83
miliar. Pencapaian tersebut mengalami
penurunan sebesar 2,46% jika
dibandingkan dengan posisi yang sama
pada tahun sebelumnya.
Untuk mengurangi dampak krisis ekonomi global dan
ketergantungan terhadap impor tersebut, tentu saja segenap
pemangku kepentingan dan kebijakan di negeri ini harus
merumuskan kebijakan dan strategi. Mengurangi
ketergantungan terhadap impor salah satunya bisa dilakukan
dengan mendorong industri substitusi impor. Selain itu,
mendorong industri unggulan, seperti industri kreatif.
Perbankan sebagai salah satu industri terbesar di Tanah Air
berkewajiban untuk terus mendorong perekonomian nasional
agar tetap tumbuh secara berkesinambungan dan tentu saja ke
6
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
depannya harus bisa membangun
perekonomian bangsa yang mandiri.
Salah satu langkah/upaya yang
digulirkan industri perbankan melalui
Perbanas ialah “Indonesia Banking
Expo (IBEX)” yang dilaksanakan tiap
tahun.
Dalam IBEX 2014 ini Perbanas
berupaya mendorong kemandirian
ekonomi dan mengurangi
ketergantungan terhadap impor.
Bagaimana gagasan tersebut diusung
dalam perhelatan IBEX tahun ini?
Simak penjelasan Sigit Pramono,
Ketua Umum Perbanas, kepada
Probank berikut ini. Petikannya:
Apa yang melatarbelakangi para
bankir yang tergabung dalam
Perbanas sehingga memunculkan
gagasan untuk mendorong industri
substitusi impor?
Kita menyadari bahwa beban impor
negeri ini sudah terlalu berat. Jadi, kita mesti segera
merumuskan langkah dan kebijakan untuk mengatasi hal
tersebut.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Ini berangkat dari kenyataan bahwa saat ini terjadi
miskonsepsi bahwa potensi kekayaan utama Indonesia berada
di sektor pertambangan, seperti timah dan batu bara. Padahal,
kekayaan alam Indonesia yang berbasiskan sumber daya alam
tersebut sudah banyak yang terkuras.
Di lain sisi, sumber daya alam adalah sumber daya yang
tidak bisa diperbarui. Untuk itu, ke depan kita mesti
mendorong pengembangan ekonomi yang tidak lagi
tersebut dengan mendorong industri dalam negeri yang
menitikberatkan pada sumber daya alam.
berbasis pada pengganti bahan-bahan impor. Ini semua terkait
Apa kaitannya dengan perhelatan IBEX pada 2014 ini?
dengan kebijakan pemerintah. Kita tidak ingin mencampuri.
Melalui perhelatan IBEX yang keempat ini, kita
Kita hanya memberikan ide dan masukan.
mengangkat tema ‘Peran Perbankan dalam Mendorong
Industri kreatif seperti apa yang bisa diandalkan untuk
Perkembangan Industri Substitusi Impor untuk Mewujudkan
menjadi substitusi impor? Apakah selama ini sudah ada di
Ekonomi Berdikari’. Diharapkan ke depan kita bisa
Indonesia?
membangun bangsa yang mandiri dan berdikari secara
Saat ini baru industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dari
ekonomi.
Indonesia yang berperan menjadi komplementer industri yang
Kemandirian bisa dimulai dengan mencari potensi dalam
masih impor. Untuk itu, kita meminta pemerintah lebih
negeri yang kita miliki. Banyak material dalam negeri yang
memerhatikan hal ini dan mengimplementasikannya dalam
selama ini belum dikembangkan
cetak biru sektor-sektor industri
menjadi produk-produk potensial.
strategis yang wajib diberikan
Ke depan kita harus
Harus diakui, bangsa Indonesia
kemudahan pembiayaan dari
memiliki sense of art yang cukup
perbankan.
mengandalkan industritinggi. Dengan modal kreativitas,
Industri perbankan siap
industri strategis yang dapat
material tadi akan menjadi produk
memudahkan pemberian kredit untuk
menggantikan produk-produk para nasabah yang bergerak di
bernilai seni dengan harga jual yang
tinggi. Bila potensi ini bisa dikemas
industri yang telah ditetapkan
impor. Nah, peran signifikan
dengan baik, dapat dipastikan akan
pemerintah sebagai prioritas untuk
perbankan di sini ialah
memberikan kontribusi pada
substitusi impor. Karena itu, kita
mendorong dengan membiayai meminta pemerintah segera membuat
pertumbuhan ekonomi negara. Secara
ekonomi, kita tidak perlu bergantung
cetak birunya. Bank melihat risikonya
industri-industri yang
pada negara lain.
dalam memberikan kredit. Jika sudah
memproduksi barang-barang
Bagaimana hubungan ekonomi
ditetapkan pemerintah sebagai industri
kreatif dengan produk-produk
substitusi impor. Saat ini beban strategis, penyaluran kreditnya bisa
substitusi impor?
mudah karena risikonya kecil.
perekonomian nasional terlalu lebih
Kita harapkan, dengan mendorong
Apakah cetak biru perbankan
berat karena defisit neraca
industri kreatif, produk-produk yang
ini sangat mendesak?
dihasilkan bisa menggantikan industri
Saat ini kita mempunyai
perdagangan.
lain yang selama ini bahan bakunya
persoalan besar di negeri ini. Ketika
masih impor. Makanya, pada
tren di luar sudah sampai pada
perhelatan IBEX ini segmen
konsolidasi perbankan, kita masih
sasarannya lebih ke anak muda. Dalam beberapa sesi diskusi
belum mengakui bahwa kita perlu punya bank besar agar
pada perhelatan ini panitia akan mengadakan sesi bengkel
bisa bersaing lebih efisien. Kita maunya masih punya
kerja bersama para wirausaha muda agar dapat mendongkrak
banyak bank. Ketika menteri satu mempunyai gagasan,
minat dan potensi bisnis para pengunjung.
menteri yang satu menolak, karyawan demo menolak, dan
Mengapa segmennya anak muda?
sebagainya.
Sebab, anak muda adalah potensi besar bangsa untuk
Padahal, negeri ini harus memiliki suatu rencana jangka
menggerakkan sektor industri kreatif. Di tangan anak-anak
panjang pembangunan perbankan yang jelas dan dirumuskan
muda inilah industri kreatif bisa maju.
dalam cetak biru perbankan nasional supaya kita tahu ke
Kita ingin industri kreatif ini mendorong bangsa ini
depan bangsa ini ingin punya berapa bank. Bank negara apa
menjadi bangsa yang berdikari secara ekonomi, tidak
masih mau empat atau tinggal dua, atau tinggal satu saat 50
mengandalkan sumber daya alam. Ke depan kita ingin
tahun ke depan? Kita belum tahu. Makanya, ketika ada
ekonomi yang berdikari ini tidak mengandalkan impor. Ini
gagasan satu bank mengakuisisi bank lain, orang ribut
seperti yang digagaskan Bung Karno soal bangsa yang
karena tidak ada dasar dokumennya. Tidak ada rencananya
berdikari. Saya yakin ini akan membawa Indonesia menjadi
kok tiba-tiba digabung. Apalagi, industri perbankan nasional
yang teratas di dunia.
saat ini dalam keadaan yang baik sekali.
Seperti apa peran industri perbankan dalam konteks ini?
Apa target yang diharapkan dari perhelatan IBEX 2014
Ke depan kita harus mengandalkan industri-industri
ini?
strategis yang dapat menggantikan produk-produk impor. Nah,
Kita berharap, seluruh kalangan masyarakat dapat
peran signifikan perbankan di sini ialah mendorong dengan
memahami peran perbankan dan memanfaatkannya secara
membiayai industri-industri yang memproduksi barang-barang
optimal untuk menjadi pribadi yang mandiri secara ekonomi
substitusi impor. Saat ini beban perekonomian nasional terlalu
dan mampu memberikan kontribusi untuk pertumbuhan
berat karena defisit neraca perdagangan.
perekonomian nasional. Melalui IBEX, diharapkan kita dapat
Makanya, kita berpikir dan memberikan masukan,
menganalisis masalah, menyamakan persepsi, serta
bagaimana ikut mengatasi beban akibat neraca perdagangan
merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat. n
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
7
Perbanas Utama
Butuh Dukungan
dan Insentif
Pelaku usaha di dalam negeri harus bisa meningkatkan daya saing dan produksinya
guna meningkatkan kapasitas ekonomi sekaligus ekspor. Untuk mewujudkannya,
dibutuhkan kebijakan dan strategi yang terintegrasi dan tepat.
P
ertumbuhan ekonomi Indonesia kerap kali dibarengi
dengan pertumbuhan impor yang melonjak. Kondisi
itu tentu memengaruhi perekonomian negeri ini pada
masa mendatang. Beberapa tahun belakangan ini saja
sudah mulai terasa dampaknya—telah terjadi defisit neraca
perdagangan seiring dengan menurunnya nilai ekspor
Indonesia akibat dampak krisis ekonomi global.
Dengan kondisi itu, pemerintah dan segenap pemangku
kebijakan terkait tentu harus mengupayakan perbaikan
ekonomi. Mesti ada upaya untuk mendorong industri substitusi
impor guna mengurangi ketergantungan impor serta
menggenjot nilai ekspor. Dukungan dan insentif menjadi hal
penting untuk menciptakan pelaku usaha yang berdaya saing
tinggi.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Suryo
Bambang Sulisto, mengimbau pemerintah untuk melakukan
upaya demi menekan impor. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan pemerintah ialah dengan menggenjot industri yang
memproduksi barang-barang dalam negeri sehingga
ketergantungan impor bisa berkurang. Misalnya, barang-barang
elektronik. Selain itu, pemerintah harus mengejar berbagai
ketertinggalan, seperti pembangunan infrastruktur dan hilirisasi
industri yang akan menjadi substitusi impor.
8
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
Kebijakan lain yang mesti diusung pemerintah dalam
rangka memajukan perekonomian nasional ialah membuka
lebih luas bidang usaha yang memerlukan investasi besar
(capital intensive), misalnya kegiatan hulu dan hilir
perminyakan. Selain itu, sektor-sektor yang mendukung
hilirisasi lainnya. Untuk mendorong dan mengembangkan
sektor-sektor tersebut, dibutuhkan regulasi dan insentif.
Masih tingginya dominasi impor produk bahan baku
penolong dan barang modal dalam struktur neraca
perdagangan Indonesia tentu sangat mengkhawatirkan untuk
jangka panjang. Karena itu, Suryadi Sasmita, Sekretaris
Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), mendesak
pemerintah untuk mendorong penyediaan bahan baku di dalam
negeri. Menurutnya, langkah ini harus dimulai untuk memutus
ketergantungan negeri ini pada impor.
Sejatinya, pelbagai program dan kebijakan insentif yang
digulirkan pemerintah sudah membuahkan dampak positif,
misalnya untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Sejak
beberapa tahun lalu, pemerintah telah menggelar program
restrukturisasi untuk industri ini. Salah satunya, pemerintah
memberikan intensif kepada pelaku usaha di sektor ini dengan
memberikan potongan sebesar 10% untuk setiap pembelian
mesin baru.
Berkat pembenahan-pembenahan itu, kini sektor TPT sudah
bisa berkontribusi bagi perekonomian Indonesia. Setelah
kebijakan dan restrukturisasi dilakukan, setiap tahun sektor
TPT berhasil membukukan surplus sebesar Rp5 miliar.
Menurut Ade Sudrajat, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan
Indonesia (API), restrukturisasi sangat penting, terutama
menyangkut permesinan. Apalagi, mesin-mesin terbaru lebih
hemat energi dan menghasilkan produk yang lebih banyak.
Ade mengungkapkan, industri TPT nasional masih
prospektif, meski banyak bermunculan produsen baru. Dengan
catatan, Indonesia harus memosisikan diri di segmen
menengah ke atas. Ade pun berharap, program yang telah
digulirkan pemerintah bisa terus dilanjutkan dan ditingkatkan.
Saat ini para pelaku usaha di industri TPT menargetkan
mampu mengekspor produknya senilai US$13,3 miliar. Target
tersebut meningkat sekitar 4,88% jika dibandingkan dengan
nilai ekspor 2013. n
Mendorong Tiga
Sektor Substitusi
Kebocoran utama devisa disebabkan oleh ketergantungan terhadap impor. Ada tiga
sektor utama yang mendesak untuk dilakukan substitusi impor, yakni migas, industri
(bahan baku), dan pangan. Kendalanya?
K
inerja Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) hingga triwulan
kedua 2014 berangsur membaik.
Namun, hal itu belum mampu
menekan defisit transaksi berjalan. Menurut
data Bank Indonesia (BI), defisit transaksi
berjalan pada periode tersebut mencapai
US$9,1 miliar atau setara dengan 4,27%
dari produk domestik bruto (PDB). Angka
tersebut sebetulnya menurun jika
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu. Pada tahun lalu defisit
mencapai US$10,1 miliar atau setara
dengan 4,47% dari PDB.
Ketergantungan terhadap impor menjadi
penyebab utama meningkatnya defisit.
Impor minyak dan barang konsumsi pada
triwulan kedua 2014 relatif masih tinggi. Di lain sisi,
pembayaran bunga utang luar negeri turut memicu
meningkatnya defisit transaksi berjalan. Menurut Enny Sri
Hartati, pengamat ekonomi yang juga Direktur Indef, ada tiga
penyebab kebocoran devisa terbesar, yakni impor energi,
impor bahan baku, dan impor pangan.
Menurut Enny, jika minyak dan gas (migas) tidak
mengalami defisit, sebetulnya ekspor Indonesia tidak defisit
sebab posisi nonmigas sendiri masih mengalami surplus. Jadi,
intinya ialah bagaimana pemerintah mempunyai desain
kebijakan untuk menyediakan energi yang lebih efisien di luar
bahan bakar minyak (BBM) untuk mengendalikan impor
BBM.
Yang kedua ialah mengurangi impor dari sektor nonmigas.
Meskipun masih surplus, sektor nonmigas terus tergerus
karena tingginya impor bahan baku. Jika Indonesia mampu
mengembangkan industri-industri berbahan baku dalam negeri,
hal itu akan mampu mengendalikan impor secara signifikan,
misalnya dengan mendorong hilirisasi. Untuk mendorong
hilirisasi, arah kebijakan pemerintah harus lebih kepada
mempercepat/mengakselerasi dan memberikan fasilitas kepada
industri-industri hilir, terutama yang berbasis perkebunan dan
pertambangan.
Yang ketiga, Indonesia juga harus berupaya
mengurangi impor yang bersumber dari impor
barang konsumsi. Pasalnya, banyak dari
barang-barang impor tersebut bahan bakunya
justru didapat dari Indonesia. Contohnya,
Indonesia merupakan penghasil karet tiga
besar di dunia. Ironinya, justru Indonesia
mengimpor bahan jadi yang berbahan karet
dengan jumlah yang luar biasa besar.
Selain karet, mainan anak-anak impor
jumlahnya cukup besar. “Mainan anak-anak itu
‘impor sampah’. Buat main sekali saja sudah
jadi sampah. Kalau kita mampu mendorong
industri usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) untuk memproduksi mainan anak,
pasti akan membantu mengendalikan impor,”
ujar Enny.
Yang keempat, impor pangan. Saat ini sektor pertanian kita
mulai dari holtikultura sampai dengan pangan itu semuanya
sudah defisit, yang surplus perkebunan saja.
Enny meyakini, meski pemerintah memberlakukan
kebijakan barrier, baik tarif maupun nontarif, kebijakan
tersebut tidak akan mempan menekan impor barang-barang
tadi. Sebab, jika produksi dalam negeri tidak mampu
memenuhi kebutuhan dalam negeri, solusinya ialah impor.
Ambil contoh sektor perternakan. Kita memiliki
ketergantungan impor kulit untuk industri. Kebutuhannya
hingga mencapai 80%. Demikian pula susu, juga hampir 80%.
Belum lagi daging sapi. Seandainya sektor perternakan kita
kembangkan, maka itu bisa mengendalikan minimal tiga
impor tadi. Artinya, kalaupun kita tidak mampu memproduksi
barang untuk diekspor, minimal kita bisa mencukupi
kebutuhan dalam negeri. Tentu hal itu bisa menyelamatkan
defisit neraca perdagangan.
Namun, diakui Enny, semua itu membutuhkan kemampuan
dan good will dari pemerintah. Pemerintah dapat
memfokuskan pada komoditas mana yang mempunyai
competitiveness. Dukungan dari pemerintah menjadi sangat
penting, bisa dalam bentuk kebijakan, bisa pula berupa
pemberian insentif. n
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
9
Perbanas Utama
Perlu Ketegasan
dan Keberpihakan
Memberikan panggung bagi industri nasional agar memiliki daya saing
tinggi harus menjadi perhatian semua pihak. Tanpa dukungan perbankan,
sulit bagi industri nasional bersaing pada era MEA.
P
emberlakuan pasar bebas ASEAN atau Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) tinggal menunggu hitungan
bulan. Ketika gong ditabuh, MEA pun berlaku dan
pasar ASEAN menjadi sangat terbuka. Sektor riil
menjadi pembuka sekaligus penanda era keterbukaan pasar
regional ASEAN tersebut. Sayang, sekarang ini sejumlah
bahan baku dan barang modal impor masih cukup besar
dalam struktur industri nasional.
Itu sebabnya, pemerintah dan regulator jasa keuangan,
khususnya perbankan, mendorong peran perbankan untuk
dapat mendukung pembiayaan sektor industri dalam rangka
menciptakan struktur industri berdikari dari hulu hingga hilir.
Kebijakan mengenai dukungan terhadap industri substitusi
impor harus menjadi prioritas utama.
Jika pemerintah dapat menggalang dukungan dan
memberikan prioritas bagi industri substitusi impor, defisit
neraca perdagangan dapat dikurangi. Apalagi seperti diketahui,
salah satu penyebab utama membengkaknya defisit neraca
perdagangan ialah maraknya barang-barang impor. Jadi,
10
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
dukungan dan strategi jelas terhadap industri substitusi impor
sangat dibutuhkan.
Mendorong pengembangan industri yang bebasis ekspor
dan substitusi impor memang menjadi salah satu perhatian
Bank Indonesia (BI). BI menegaskan bahwa industri nasional
harus fokus untuk menjadi industri manufaktur berorientasi
ekspor dan mensubstitusi impor.
Menurut Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, dengan
kebijakan yang tepat dalam penyiapan infrastruktur dan
pengembangan industri substitusi impor, ekonomi nasional
dapat tumbuh tinggi dan inklusif pada masa depan.
Namun, menurut Perry, sekarang ini industri yang bersifat
substitusi impor masih kecil dan nilai tambahnya masih sangat
minim. Pada akhirnya, minimnya barang-barang yang dapat
menjadi pengganti produk impor membuat neraca perdagangan
Indonesia makin terbebani.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan
Moneter BI, Juda Agung, mengatakan, sejauh ini BI hanya
bisa melakukan pengetatan moneter melalui penaikan suku
bunga dan pelemahan nilai tukar rupiah
spesifik, seperti industri yang menyerap
untuk menekan impor. Namun, hal tersebut
tenaga kerja besar serta strategis semisal
tidak baik dalam situasi pertumbuhan
industri yang mensubstitusi impor.
ekonomi tengah melambat. Untuk itu, perlu
Menurut Chairul, ketimbang melakukan
dukungan perbankan untuk melakukan
impor padahal itu dapat diproduksi sendiri
pembiayaan pada industri berbasis ekspor dan
dan lebih menguntungkan, lebih baik
industri yang mensubstitusi impor. Di lain
pemerintah menunjukkan keberpihakan pada
sisi, pemerintah juga harus bisa memberikan
industri substitusi impor. Industri substitusi
insentif.
impor sangat layak diberikan subsidi. Subsidi
Perbankan selaku lokomotif industri jasa
tersebut, menurut dia, dapat diambil dari
keuangan di Tanah Air yang berperan
yang sebelumnya diperuntukkan bagi listrik
mendukung sektor riil pada dasarnya sudah
dan mengalihkannya ke industri yang
membuka diri dan tidak menutup mata
memproduksi produk-produk pengganti
terhadap perkembangan industri substitusi
impor.
impor. Malah, dalam kegiatan “Indonesia
Dukungan terhadap pengembangan industri
Banking Expo (IBEX) 2014” pada 28
substitusi impor juga muncul dari
Agustus-30 Agustus 2014 pameran
Kementerian Perindustrian. Pihak
Ke depan kita harus
dan seminar perbankan nasional
Kementerian Perindustrian
tersebut mengusung tema “Peran
menyatakan, dengan adanya tantangan
mengandalkan industriAktif Perbankan dalam Mendorong
yang muncul dalam perekonomian
industri strategis yang dapat
Perkembangan Industri Substitusi
Indonesia, salah satunya akibat
menggantikan produk-produk struktur barang modal dan bahan
Impor dalam Mewujudkan Ekonomi
Berdikari”. Tema tersebut diusung
baku yang masih didominasi barang
impor. Nah, peran signifikan
untuk menunjukkan keberpihakan
impor, maka perlu upaya
perbankan di sini ialah
perbankan terhadap sektor riil yang
pengembangan industri substitusi
sebentar lagi akan bersaing dalam era
mendorong dengan membiayai impor.
pasar tunggal ASEAN.
Menurut Menteri Perindustrian,
industri-industri yang
Menurut Ketua Umum Perbanas,
Mohamad Suleman Hidayat, dukungan
memproduksi barang-barang
Sigit Pramono, pada dasarnya
terhadap pengembangan industri
perbankan siap mendukung pendanaan
substitusi impor. Saat ini beban substitusi impor sangat penting guna
sektor industri apabila memiliki
mendorong akselerasi hilirisasi industri,
kelayakan untuk diberikan pinjaman.
khususnya untuk meningkatkan nilai
Namun, pemerintah harus menyusun
tambah produk primer.
kebijakan yang jelas untuk mengurangi impor. Kalau
Ada beberapa usulan kebijakan yang akan dilakukan
perbankan akan diarahkan pada barang substitusi impor, harus
Kementerian Perindustrian sehubungan dengan dukungannya
ada aturan serta arahan dan perbankan akan mengikutinya.
terhadap industri substitusi impor tersebut, di antaranya
Sebab, perbankan tidak bisa menjadi pemimpin untuk
pemberian insentif fiskal berupa tax holiday dan tax
mengarahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan sikap
allowance; jaminan ketersediaan pasokan gas, energi termasuk
perbankan hanya mengikuti perkembangan dunia usaha dan
listrik, bahan baku, dan sumber daya industri lainnya;
bukan sebaliknya.
penyertaan modal negara dalam penjaminan ketersediaan daya
Dalam hal ini, jika pemerintah sudah menetapkan produksi
listrik dan fasilitasi ketersediaan lahan dan infrastruktur
barang-barang modal maupun bahan baku di dalam negeri,
pendukung bagi pembangunan smelter logam dasar, seperti
perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan pembatasan ataupun
bijih besi, alumina, bauksit, dan tembaga.
pelarangan terhadap barang impor. Dengan demikian, risiko
Melalui sejumlah dukungan pemerintah dan segenap
pembiayaan pada perbankan akan sejalan dengan dukungan
stakeholders industri terhadap pengembangan industri substitusi
perbankan pada industri tersebut.
impor tersebut, dia berharap kinerja perdagangan produk
Sigit menambahkan, melalui ajang IBEX 2014, industri
industri ke depan makin positif. Yang tak kalah penting ialah
perbankan akan mendorong tumbuhnya wirausaha muda dan
dukungan dari pihak perbankan untuk memberikan pembiayaan
pelaku industri yang produknya dapat mensubstitusi komoditas
terhadap industri substitusi impor itu sendiri.
impor. Harapannya, ke depan, Indonesia dapat mengandalkan
Hal lain yang menggembirakan ialah soal pengesahan
industri-industri strategis yang bisa menggantikan produkUndang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2014 tentang
produk impor yang di dalamnya ada peran besar perbankan.
Perindustrian. Dengan disahkannya UU tersebut, maka ada
Terkait dengan dukungan dan arahan pemerintah terhadap
landasan hukum yang kuat untuk memberikan ruang lebih luas
industri substitusi impor tersebut, Menteri Koordinator
bagi peningkatan kinerja sektor industri dan tentunya sebagai
Perekonomian yang juga Ketua Umum Komite Ekonomi
bentuk kepastian dan perlindungan hukum bagi pemerintah,
Nasional (KEN), Chairul Tanjung, mengatakan, pemerintah
pelaku industri, dan masyarakat dalam pengembangan industri
akan menunjukkan keberpihakan pada industri-industri
nasional. n
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
11
Profil
Henry Koenaifi
Menyamakan
Persepsi,
Membangun
Kemandirian
Membangun kemandirian
ekonomi atau berdikari
menjadi hal mendesak di
tengah krisis ekonomi
global. Melalui kemandirian
ekonomi, setidaknya
Indonesia bisa mengurangi
ketergantungan pada impor
dan lebih tahan terhadap
gejolak krisis global.
Perbankan sebagai
penopang utama
pembangunan ekonomi
nasional memiliki peranan
penting.
12
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
U
ntuk keempat kalinya, Perhimpunan Bank Nasional
Seberapa pentingkah upaya membangun industri
(Perbanas) menyelenggarakan “Indonesian Banking
substitusi impor?
Expo (IBEX) 2014”. Acara yang digelar di Jakarta
Pembangunan industri substitusi impor merupakan salah
Convention Center (JCC) pada 28-30 Agustus 2014
satu hal yang cukup penting untuk kesinambungan
ini mengangkat tema “Peran Aktif Perbankan dalam
pertumbuhan perekonomian nasional. Tentunya sebagai bagian
Mendorong Perkembangan Industri Substitusi Impor untuk
dari masyarakat ekonomi global, melakukan impor merupakan
Mewujudkan Ekonomi Berdikari”.
hal yang wajar. Namun demikian, kita perlu melakukan
Tema tersebut sengaja diusung untuk membangun
pengelolaan, baik dalam hal manfaat dari produk impor
kesepahaman dan memberikan motivasi kepada segenap
maupun neraca perdagangan Indonesia. Diharapkan melalui
stakeholders, baik pemangku kepentingan maupun kebijakan,
pengelolaan yang baik, necara perdagangan dapat surplus, dan
dalam rangka membangun kemandirian ekonomi. IBEX
produk impor tersebut membawa manfaat positif bagi
diharapkan bisa menjadi wadah bagi
masyarakat, khususnya untuk
segenap stakeholders untuk
mendukung perkembangan dan
memberikan ide dan gagasan,
pertumbuhan ekonomi nasional.
menyamakan persepsi, serta
Bagaimana peran IBEX dalam
merumuskan kebijakan dan strategi
hal
ini?
Agenda acara pada IBEX 2014
yang dibutuhkan, baik dalam jangka
Pengelolaan neraca perdagangan
cukup beragam dan lengkap.
pendek, menengah, maupun panjang.
merupakan kewenangan Pemerintah.
Mendorong pengembangan industri
Keberhasilan dalam pengelolaan
Berbagai topik workshop dan
substitusi impor merupakan jalan
neraca perdagangan tentunya
seminar dapat diikuti oleh insanmenuju kemandirian ekonomi. Secara
memerlukan dukungan dan
insan perbankan maupun
bertahap, ketergantungan pada impor
komitmen dari semua pihak, baik
bisa ditekan. Dengan demikian,
itu perbankan maupun pelaku
masyarakat sebagai sarana untuk
perekonomian nasional tidak rentan
industri lainnya. Untuk itu, melalui
memperluas wawasan dan best
terhadap gejolak perekonomian global
IBEX 2014, Perbanas
seperti yang terjadi belakangan ini.
mengetengahkan tema “Peran Aktif
practice perbankan maupun
Selama ini perekonomian
Perbankan dalam Mendorong
perusahaan umum terkemuka di
Indonesia masih sangat tergantung
Perkembangan Industri Substitusi
Indonesia lainnya.
pada bahan baku impor. Perlahan tapi
Impor untuk Mewujudkan Ekonomi
pasti, hal itu ikut menggerus neraca
Berdikari”. Diharapkan melalui
perdagangan Indonesia sehingga ikut
IBEX 2014 dapat memberikan
menghambat laju pertumbuhan
pemikiran yang terkait dengan hal
ekonomi nasional.
tersebut.
Perbankan sebagai penopang utama perekonomian nasional
Selain itu, perbankan turut membina pelaku usaha
memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan dan
dalam produk substitusi impor, salah satunya melalui
pertumbuhan ekonomi. IBEX yang dihelat Perbanas
fasilitas pendanaan. Pada IBEX 2014, kami juga akan
merupakan salah satu bentuk kepedulian perbankan terhadap
mengajak beberapa mitra kerja untuk turut serta sebagai
kondisi perekonomian Indonesia saat ini.
peserta pameran, yang sekaligus dapat memberikan
Berikut petikan wawancara dengan Ketua Steering
inspirasi kepada masyarakat, khususnya kawula muda
Committee IBEX 2014, Henry Koenaifi:
dalam memilih bidang usaha. Kami menyadari, bahwa
Apa latar belakang pemilihan tema yang diusung pada
pengembangan produk substitusi impor tidak akan terlepas
IBEX kali ini?
dari pertumbuhan dan peran aktif wirausaha dan generasi
Kita tentu bersyukur bahwa pertumbuhan ekonomi
muda Indonesia.
Indonesia dapat dikategorikan bagus. Kondisi tersebut akan
Untuk itu, pada IBEX 2014, kami juga menyasar kawula
diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan kebutuhan
muda yang dikaitkan dengan pengembangan dan pengenalan
konsumsi dalam negeri, yang dipenuhi melalui produk dalam
dunia kewirausahaan.
negeri maupun produk impor. Apabila ditelaah lebih
Target IBEX tahun ini?
mendalam, dalam proses produksi dalam negeri tentunya
Agenda acara pada IBEX 2014 cukup beragam dan
masih terdapat komponen impor. Sebagai konsekuensi logis
lengkap. Berbagai topik workshop dan seminar dapat diikuti
dari hal tersebut, tentunya impor Indonesia mau tidak mau
oleh insan-insan perbankan maupun masyarakat sebagai sarana
akan mengalami peningkatan.
untuk memperluas wawasan dan best practice perbankan
Idealnya, manfaat pertumbuhan ekonomi tersebut dapat
maupun perusahaan umum terkemuka di Indonesia lainnya.
dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan produksi –
Bahkan, pada sesi talkshow dari Otoritas Jasa Keuangan kita
termasuk peningkatan produk substitusi impor di dalam
akan mendapat penginian mengenai master plan sektor
negeri, sehingga secara perlahan-lahan dapat mengurangi
keuangan, konsep dan rencana implementasi. Dan, pada sesi
impor. Dan, dalam jangka panjang akan membawa manfaat
talkshow dari Bank Indonesia akan mengupas mengenai
positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
financial deepening.
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
13
Profil
Panitia juga menyediakan agenda dan aktivitas yang
dikhususkan kepada generasi muda, antara lain lomba karya
tulis, amazing banking race, teen entrepreneurship challenge,
youth business competition. Diharapkan melalui kegiatan
tersebut, generasi muda dapat lebih mengenal dan semakin
dekat dengan lembaga perbankan maupun bidang wirausaha.
Masyarakat dan generasi muda juga dapat lebih mengenal
peran dan dukungan perbankan pada dunia usaha, khususnya
pengembangan produk substitusi impor maupun perkembangan
perekonomian Indonesia, melalui anjungan dari beberapa bank,
museum bank, maupun booth mitra binaan perbankan.
Hal lain yang tidak kalah menarik, IBEX 2014 ini juga
merupakan sarana interaksi dan saling bertukar pengalaman
antarinsan dan karyawan perbankan. Beberapa lomba
antarkaryawan perbankan juga diselenggarakan selama IBEX
2014.
Sektor apa yang paling mendukung industri substitusi impor?
Menurut hemat kami, hampir semua sektor industri
memiliki kontribusi yang penting dalam mendukung industri
substitusi impor. Sebagai ilustrasi, industri batik. Melalui
pengembangan industri batik, yang sekaligus merupakan
industri kreatif, juga mendukung program tersebut. Saat ini,
batik yang digunakan sebagai pakaian kerja, dapat
menggantikan kemeja dan dasi dengan brand impor.
14
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
Mungkin dalam pengembangan industri substitusi impor
tersebut masih terdapat komponen bahan baku impor. Hal
tersebut tidak menjadi masalah, sepanjang hasil akhir dari
proses produksi memberikan nilai tambah (added value) yang
cukup signifikan.
Apa yang dilakukan perbankan untuk ikut mendukung
industri substitusi impor?
Perbankan melalui beragam produk dan layanan yang
dikembangkan selama ini, tentunya diharapkan dapat berperan
untuk mendukung perkembangan industri produk substitusi
impor. Sebagai lembaga intermediari, perbankan melakukan
pembinaan dan pembiayaan kepada pelaku usaha, juga pelaku
usaha yang bergerak dalam industri produk substitusi impor.
Pada IBEX 2014, kami juga mengajak peran aktif dari mitra
kerja binaan perbankan, untuk mengikuti pameran selama 3
hari, yaitu sejak Kamis 28 Agustus sampai dengan Sabtu, 30
Agustus 2014.
Bagaimana prospek bisnis substitusi impor ke depan?
Menurut hemat kami, prospek bisnis produk substitusi
impor cukup besar untuk berkembang. Selain dapat memenuhi
kebutuhan pasar domestik, produk yang dihasilkan tentunya
juga dapat dipasarkan ke pasar internasional. Harapan kami,
peluang ini mendapat sambutan positif dari generasi muda
maupun pelaku usaha muda Indonesia. n
Sekilas Berita
Pre Event IBEX 2014
Ketergantungan bangsa Indonesia terhadap barang-barang impor hingga menyebabkan defisitnya neraca perdagangan sangat
disadari pelaku industri perbankan di Tanah Air. Di lain sisi, dalam menghadapi era terbuka seperti saat ini, perekonomian
bangsa harus terus tumbuh dan perbankan harus berperan serta dalam proses tersebut. Berlandaskan pada pemikiran ini,
Perbanas mengusung tema “Peran Aktif Perbankan dalam Mendorong Perkembangan Industri Substitusi Impor untuk
Mewujudkan Ekonomi Berdikari” dalam “Indonesia Banking Expo (IBEX) 2014” yang akan digelar pada 28-30 Agustus
2014 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center, Jakarta.
Untuk mensosialisasikan agenda tersebut, pada 18 Juli 2014 di Griya Perbanas, lantai 3, Jakarta, diselenggarakan “Pre
Event IBEX 2014” dengan mengundang wartawan dari beberapa media massa. Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas;
Henry Koenaifi, Ketua Steering Committee IBEX 2014; dan Mira Wibowo, Ketua Organizing Committee IBEX 2014, hadir
sebagai pembicara. Dalam pre event ini dijelaskan latar belakang, konsep, dan teknis penyelenggaraan IBEX 2014. n
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
15
Sekilas Berita
Halalbihalal Perbanas dan IBI
Pada 13 Agustus 2014 Perbanas dan Ikatan Bankir Indonesia (IBI) menggelar halalbihalal di Financial Club, Graha CIMB
Niaga, Jakarta. Acara yang dihadiri oleh pengurus Perbanas dan IBI ini mengangkat tema “Menjaga Kebersamaan dalam
Perbedaan untuk Mewujudkan Indonesia Maju”.
Imam B. Prasodjo, sosiolog dan dosen Universitas Indonesia, yang turut mengisi acara tersebut dalam sambutannya
menyinggung masalah keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Menurut Imam, meskipun beragam, bangsa Indonesia tetap
dapat bersatu dan perbankan dapat berperan aktif membangun kebersamaan. Caranya, jelas Imam, dengan memberikan
pelayanan yang merata kepada seluruh masyarakat.
Hal senada diungkapkan Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, saat membuka acara tersebut. Sigit mengemukakan,
keragaman merupakan kekayaan bangsa dan dapat dikembangkan untuk kemajuan perekonomian.
Halalbihalal
Perbanas Sumut
Pada 14 Agustus 2014, di Hotel JW Marriot, Medan,
Perbanas Sumatra Utara (Sumut) menggelar halalbihalal
untuk merayakan Idulfitri 1435 H. Acara dengan tema
“Menjalin Silaturahmi, Merajut Kebersamaan” ini
dihadiri oleh pengurus dan bankir bank-bank anggota
Perbanas Sumut. Acara dengan semangat membangun
silaturahmi, seperti halalbihalal ini, menjadi agenda rutin
Perbanas Sumut dalam memperingati hari besar
keagamaan.
16
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
Menjaga Kebersamaan
demi Kemajuan Ekonomi
Menjadi salah satu penopang ekonomi nasional, industri perbankan harus bisa
memberikan kontribusi yang baik terhadap masyarakat Indonesia. Industri perbankan
juga harus menjaga kebersamaan dalam perbedaan agar tidak ada kesenjangan yang
dapat mengganggu perekonomian nasional.
M
enghadapi pemerintahan baru, Perbanas harus
bisa memberikan kontribusi yang lebih baik
dibandingkan dengan masa pemerintahan
sebelumnya. Hal ini diungkapkan oleh Ketua
Umum Perbanas, Sigit Pramono, pada acara “Halalbihalal
Perbanas dan Ikatan Bankir Indonesia (IBI)”, 13 Agustus
2014. ”Tidak hanya bisa menyalurkan kredit, industri
perbankan (juga) harus bisa membantu pemerintah secara
cermat. Produk-produk yang dikembangkan oleh pihak
perbankan harus bisa bermanfaat untuk semua kepentingan
bangsa secara umum,” jelas Sigit.
Sigit mengatakan, pelaku industri perbankan harus bisa
menjaga keberagaman yang ada di Indonesia. Menurutnya,
keberagaman ini merupakan salah satu kekayaan negeri yang
bisa dimanfaatkan dalam mengembangkan perekonomian
nasional.
Dalam acara halalbihalal itu Perbanas dan IBI mengundang
Imam B. Prasodjo, aktivis sosial yang juga dosen Universitas
Indonesia (UI). Imam mengatakan, acara halalbihalal menjadi
salah satu wadah untuk mempersatukan umat, tidak hanya
umat Islam, tapi juga seluruh umat yang menjadi warga
negara Indonesia. Menurutnya, Indonesia merupakan negara
yang terbentuk dari bermacam-macam kerajaan sehingga
memiliki kebudayaan yang beragam pula. Karena latar
belakang itulah, bangsa ini pun mudah untuk dipecah-pecah
sesuai dengan kepentingan tiap golongan. “Apalagi untuk
etnik, suku, dan agama, ini sangat mudah dijadikan alasan
untuk memecah belah umat,” tambahnya.
Sejatinya, Indonesia sudah memiliki media pemersatu, yaitu
Bhinneka Tunggal Ika. Dalam filosofinya bermakna bahwa
tiap warga negara Indonesia tidak akan bisa memaksakan
kehendaknya atas suku, sosial, budaya, atau bahkan agama
kepada orang lain, tapi keragaman itu tetap harus dijaga agar
kita tetap bisa hidup bersama.
Masih menurut Imam, perbedaan merupakan sebuah bakat
alam yang dibawa oleh tiap manusia sejak lahir, yaitu naluri.
Tiap manusia memiliki naluri baik dan jahat yang sudah
dibawanya sejak lahir. “Kalau dari kecil sudah dilatih untuk
mengembangkan naluri baiknya, maka sampai besar anak
tersebut akan menjaga keharmonisan di dalam kehidupan
bermasyarakat. Selain naluri, yang harus dikembangkan oleh
tiap manusia ialah cara berkomunikasi. Komunikasi yang baik
akan membangun tatanan dalam masyarakat untuk melakukan
pemahaman yang baik,” ungkapnya.
Dia juga mengatakan, faktor berikutnya yang tidak kalah
penting ialah faktor struktural. Ada komponen kaya dan
miskin, juga terdidik dan tidak terdidik di dalam faktor ini.
Hal ini menyebabkan kesenjangan sosial di dalam masyarakat
kian melebar.
Imam meminta pihak perbankan bisa turut serta menjaga
kebersamaan dalam perbedaan tersebut dengan memberikan
pelayanan yang merata kepada tiap nasabah. Itu karena
perbankan merupakan salah satu tulang punggung
perekonomian Indonesia. n
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
17
Kinerja
Tumbuh
di Tengah Tekanan
Gejolak ekonomi global sepanjang 2013 dan awal 2014 memberi tekanan
pada perekonomian nasional hingga saat ini. Namun, kinerja IHSG masih
tergolong baik. Seperti apa kinerja IHSG sejauh ini?
A
wal 2013 kinerja Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) ditargetkan mencapai angka 5.000. Namun,
hingga penutupan perdagangan akhir tahun pada 30
Desember 2013, IHSG hanya mampu bertengger di
level 4.274,18.
Jika menilik kinerja sepanjang 2013, posisi IHSG memang
menurun, yakni sebesar 0,98% atau senilai 42,51 poin. Angka
ini masih terbilang baik. Karena, di tengah tekanan yang ada,
kinerja bursa Tanah Air mengalami penurunan yang paling
sedikit dibandingkan dengan kinerja bursa di kawasan
regional, seperti Strait Times Index (Singapura) yang tergerus
1,21% dan Stock Exchange of Thai (Thailand) yang minus
6,70%. Sementara, kinerja bursa yang mengalami kenaikan
18
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
adalah KLSE
(Malaysia) yang
bertumbuh 11,37% dan
bursa PE (Filipina)
yang tumbuh 1,33%.
Awal 2014 kinerja
bursa juga masih belum
menunjukkan kenaikan
yang berarti. Kondisi
pasar modal masih
belum seramai yang
dibayangkan. Bahkan,
jika dibandingkan
dengan awal 2013,
perdagangan di lantai
bursa relatif menurun.
Menurut data
perdagangan bursa
sepanjang Januari 2014,
total nilai transaksi
perdagangan saham
hanya mencapai
Rp96,88 triliun dengan
volume perdagangan
78,07 miliar saham dan
frekuensi perdagangan sebanyak 3,7 juta kali transaksi.
Secara rata-rata, sepanjang Januari 2014 nilai transaksi
harian bursa hanya Rp4,84 triliun dengan volume 3,9 miliar
saham dan frekuensi perdagangan sebanyak 185.000 kali.
Padahal, awal tahun lalu total transaksi selama Januari
mencapai Rp104,78 triliun dengan volume 97,90 miliar saham
dan frekuensi perdagangan sebanyak 3,04 juta kali.
Menurut analis KDB Daewoo Securities, Budi Wibowo,
seperti dikutip Majalah Infobank edisi April 2014, minimnya
transaksi bursa pada awal tahun bukan hanya karena pengaruh
global, seperti tapering off dan pelemahan rupiah. Menurunnya
transaksi tersebut juga dipengaruhi oleh ketentuan baru bursa
terkait dengan perdagangan, antara lain fraksi saham.
Seperti diketahui, dalam ketentuan fraksi
menempati posisi ketiga dalam
saham baru, Bursa Efek Indonesia (BEI)
pertumbuhan indeks tertinggi di wilayah
Perkembangan IHSG
telah mengubah kelompok harga saham
Asia, setelah Thailand dan India.
2013 - 2014
kurang dari Rp500 (< Rp500) memiliki
Analis dari PT MNC Securities, Reza
step price Rp1 dengan maksimum step
Nugraha, mengatakan, IHSG merupakan
Bulan
2013
2014
price Rp20. Lalu, harga saham Rp500salah satu indeks dengan kinerja terbaik di
Januari
4.453,7 4.418,8
Rp5.000 memiliki step price Rp5 dan
dunia. Berada di posisi ketiga di Asia
Februari
4.795,8 4.568,9
maksimum step price Rp100. Sedangkan,
makin mengukuhkan posisi Indonesia lebih
Maret
4.941,0 4.723,1
harga saham lebih dari Rp5.000 memiliki
baik lagi. Prestasi ini dapat dilihat dari
April
5.034,1 4.840,1
step price Rp25 dan maksimum step price
ekspektasi investor yang baik terhadap
Mei
5.068,6 4.893,9
Rp500.
pertumbuhan pasar saham yang masih
Juni
4.818,9 4.878,6
Budi menganggap, ketentuan baru
bagus dan kinerja emiten yang tumbuh
Juli
4.610,4 5.088,8
tersebut membuat banyak trader kesulitan
dengan baik.
Agustus
4.195,1
untuk melakukan transaksi karena margin
Menurut Reza, IHSG masih akan naik
September
4.316,2
yang didapat terbilang tipis. Hasilnya bisa
hingga
akhir tahun nanti. Prediksinya,
Oktober
4.510,6
ditebak, fenomena January’s effect sama
IHSG
bertengger
di kisaran angka 5.250.
November
4.256,4
sekali tidak tampak di pasar saham negeri
Angka
ini
memang
tidak berbeda jauh
Desember
4.274,2
ini. Padahal, seperti pengalaman
dengan
angka
sampai
dengan awal
sebelumnya, awal tahun baru umumnya
Agustus.
Namun,
ini
masih
merupakan
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI),
menjadi momen dan semangat tersendiri
prestasi yang baik karena akan banyak
diolah kembali oleh Biro Riset Infobank.
bagi investor untuk kembali menanamkan
sentimen negatif yang memengaruhi kinerja
modalnya di pasar modal, setelah pada
indeks.
Desember banyak fund
Walau tetap tumbuh,
manager menjual saham untuk
angkanya diprediksikan tak
menghindari pajak dan
akan setinggi pencapaian
merealisasikan capital gain
sebelumnya. “IHSG tidak akan
yang ingin diraihnya.
bisa tumbuh lebih tinggi dari
Setidaknya, sektor perbankan
Dengan kondisi itu, target
5.250 sepanjang Agustus
transaksi harian sebesar Rp7
sampai Desember nanti. Hal ini
dan finance masih akan
triliun kemungkinan sangat
terjadi karena akan banyak
menunjukkan penguatan dalam
sulit dicapai tahun ini. Walau
data ekonomi yang dikeluarkan
tiga tahun ke depan. IHSG juga
demikian, kemungkinan selalu
pemerintah, dan itu akan
ada, mengingat pasar modal
memberi tekanan pada kinerja
masih akan bisa lebih lagi kalau
Indonesia masih menjadi salah
pasar modal Indonesia. Selain
dilihat dari sektor ini.
satu tempat yang menarik bagi
itu, kita masih mengalami
para investor, baik dalam
defisit neraca perdagangan
maupun luar negeri, untuk
sehingga banyak investor yang
menanamkan modalnya.
wait and see untuk masuk ke
pasar modal,” jelas Reza.
IHSG Masih Perkasa
Reza menegaskan, investor asing yang akan masuk ke
Tekanan akibat gejolak ekonomi yang terjadi beberapa
pasar modal dalam negeri memang masih menunggu
waktu lalu masih bisa dirasakan hingga saat ini. Namun,
perbaikan kinerja ekonomi secara makro. Pasalnya, makin
berbagai strategi dan perbaikan ekonomi yang dilakukan
besarnya defisit neraca perdagangan akan kian melambatkan
pemerintah dan segenap stakeholders dalam upaya
kinerja pasar modal sehingga membuat para investor asing
menjaga stabilitas ekonomi mampu meminimalkan
mengurungkan niatnya untuk masuk. Namun, dana asing
dampak yang ada—kondisi perekonomian nasional masih
memang masih akan tetap masuk, meski tak sederas
kondusif.
sebelumnya.
Tekanan juga dialami IHSG. Kendati begitu, kondisi
Tidak selamanya kinerja IHSG akan tertekan. Beberapa
perekonomian yang stabil dan prospektif memberikan
emiten di sektor-sektor tertentu justru makin
sentimen positif bagi kinerja IHSG. Kondisi ekonomi yang
membanggakan dan ikut mendorong kenaikan indeks.
tetap stabil membuat IHSG mengalami penguatan
Salah satu sektor yang menjadi pendorong kenaikan indeks
dibandingkan dengan kinerja bursa regional lainnya.
adalah perbankan. Penyaluran kredit yang masih tinggi
Merujuk pada data yang diterbitkan BEI, IHSG berhasil
membuat sektor ini masih diminati hingga saat ini.
menyentuh angka 5.168,27 poin pada awal Agustus 2014 atau
“Setidaknya, sektor perbankan dan finance masih akan
meningkat 19,43% dari 4.327,27 poin awal tahun ini.
menunjukkan penguatan dalam tiga tahun ke depan. IHSG
Kenaikan itu merupakan kenaikan tertinggi yang tercatat
juga masih akan bisa lebih lagi kalau dilihat dari sektor
sepanjang tahun ini. Dengan peningkatan sebesar itu, IHSG
ini,” tutur Reza. n
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
19
Internasional
Memaksimalkan
Pasar Baru
Ekspor Indonesia mengalami lesu darah karena melambatnya pertumbuhan ekonomi. Untuk
meningkatkan ekspor, pasar baru harus dibuka, seperti Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Timur.
N
ilai ekspor Indonesia mengalami penurunan dalam
dua tahun terakhir. Hal itu terjadi sebagai efek dari
merosotnya perekonomian Eropa dan Amerika
Serikat (AS) yang kemudian berdampak secara
global, termasuk juga terhadap negara-negara yang selama ini
menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, seperti Tiongkok,
Jepang, India, dan Singapura.
Menurut data Bank Indonesia (BI), total nilai ekspor
Indonesia pada 2013 mencapai US$183,34 miliar. Nilai
tersebut mengalami penurunan 2,73% dari nilai ekspor 2012
yang sebesar US$188,50 miliar. Nilai ekspor pada 2012 jika
dibandingkan dengan 2011 juga turun, yakni sebesar 6,12%.
Negara-negara seperti AS, Singapura, India, Jepang, Korea
Selatan, dan Tiongkok merupakan pasar ekspor utama Indonesia.
Tahun lalu total nilai ekspor Indonesia ke enam negara tersebut
mencapai US$104,58 miliar atau berkontribusi sebesar 57,04%
terhadap total nilai ekspor Indonesia. Pasar ekspor terbesar
Indonesia ialah Jepang dengan nilai transaksi mencapai US$26,75
miliar, diikuti Tiongkok sebesar US$22,36 miliar.
Produk nonmigas mendominasi ekspor Indonesia. Pada
2013 nilai ekspor nonmigas mencapai US$121,69 miliar atau
setara dengan 66,37% dari total nilai ekspor. Minyak sawit,
tekstil, peralatan listrik, dan produk logam dasar menjadi
komoditas utama ekspor nonmigas Indonesia.
Negara-negara target tujuan ekspor menurut Kementerian
20
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
Perdagangan dibagi menjadi pasar utama dan pasar ekspor
prospektif. Negara-negara yang termasuk ke dalam pasar
utama dipilih berdasarkan nilai dan pangsa pasar ekspor
terbesar dari nilai ekspor Indonesia ke dunia dengan tren
perdagangan positif dalam lima tahun terakhir. Untuk negaranegara kelompok pasar prospektif dipilih berdasarkan nilai
pertumbuhan ekspor yang tinggi serta nilai dan pangsa pasar
ekspor Indonesia yang terus meningkat di negara-negara
dimaksud dengan tren perdagangan yang juga positif dalam
lima tahun terakhir.
Pasar ekspor utama meliputi 14 negara, yaitu Tiongkok,
Jepang, Korea Selatan, India, Singapura, Malaysia, Thailand,
Filipina, AS, Belanda, Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris.
Sementara itu, pasar ekspor prospektif meliputi 19 negara,
yakni Taiwan, Hong Kong, Turki, Myanmar, Kamboja, Saudi
Arabia, Uni Emirat Arab, Iran, Rusia, Ukraina, Brasil,
Meksiko, Argentina, Peru, Cile, Australia, Afrika Selatan,
Mesir, dan Nigeria.
“Melihat peluang serta persaingan di pasar ekspor,
Kementerian Perdagangan mengajak semua stakeholders untuk
bekerja sama, saling bersinergi, dan melakukan sinkronisasi,”
kata Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan, kepada
wartawan, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, menurut Biro Riset Infobank (birI), pasar
ekspor Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni
terbesar, dengan pangsa 28,31%
terhadap total nilai ekspor Indonesa
143
dengan negara-negara di Afrika.
150
136
Sementara itu, nilai ekspor
131
Indonesia ke Nigeria pada tahun
125
lalu mencapai US$558,18 juta atau
tumbuh 35,12% dari 2012 yang
sebesar US$413,08 juta. Beberapa
75
peluang ekspor yang dapat
55
dikembangkan oleh dunia usaha
51
Indonesia untuk memasok
24
21
20
20
19
22
25
kebutuhan pasar di Afrika antara
9
5
8
8
8
5 5
7
10
4
4
2
2
2 2
lain produk-produk pendukung
sektor infrastruktur, kesehatan,
tekstil, dan otomotif.
Sementara itu, dari kawasan
Sumber: Bank Indonesia, diolah kembali oleh Biro Riset Infobank
Eropa Timur, Rusia dan Ukraina
merupakan negara yang berpotensi
menjadi pasar utama Indonesia pada masa mendatang. Dalam
pasar tradisional yang merupakan pasar andalan dan sudah
lima tahun terakhir nilai ekspor Indonesia ke Rusia mengalami
dikembangkan sejak lama serta pasar nontradisional yang
pertumbuhan rata-rata 26,72% per tahun. Pada 2013 nilai
merupakan pasar yang belum digarap maksimal oleh para
ekspor Indonesia ke Negeri Beruang Merah itu mencapai
eksportir dalam negeri, tapi tren perdagangannya menunjukkan
US$934,13 juta atau tumbuh 7,82% dari tahun sebelumnya,
peningkatan kendati nilainya belum begitu besar. Kawasan
sementara nilai ekspor Indonesia ke Ukraina pada 2013
yang termasuk pasar tradisional antara lain Amerika, Eropa,
tercatat US$639,24 juta atau naik 16,46% dari 2012.
Asia Timur, dan ASEAN, sementara pasar nontradisional
Hanya saja, kondisi kedua negara tersebut sedang tidak
antara lain Afrika, Timur Tengah, Amerika Selatan, dan Eropa
kondusif beberapa waktu terakhir karena sedang mengalami
Timur.
konflik. Namun, ke depan, ketika kondisi Rusia dan Ukraina
Ekspor Indonesia ke negara-negara pasar utama, yang juga
membaik dan stabil, bukan tidak mungkin hubungan dagang
termasuk dalam kelompok pasar tradisional, sebenarnya juga
antara Indonesia dan Rusia serta Ukraina bakal lebih maju
tak bisa lepas dari risiko kelesuan. Banyak faktor yang
lagi. Produk hasil pertanian dan perikanan menjadi komoditas
menjadi penyebab, di antaranya melambatnya pertumbuhan
andalan Indonesia dalam berbisnis dengan negara-negara di
ekonomi serta persaingan ekspor antarnegara yang kian ketat.
Eropa Timur.
Karena itu, sangat perlu bagi Indonesia untuk meningkatkan
Dari jazirah Arab, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab
kualitas produk ekspor sekaligus membuka pasar baru yang
merupakan negara potensial bagi ekspor Indonesia. Sejak 2009
terdiri atas negara-negara potensial demi perluasan pasar
hingga 2013, nilai ekspor Indonesia ke masing-masing negara
ekspor Indonesia.
tersebut rata-rata mengalami kenaikan 17,46% dan 5,61%.
Negara-negara di Afrika menjadi salah satu sasaran
Pada 2013 ekspor Indonesia ke Saudi Arabia tercatat US$1,73
potensial bagi pengembangan perdagangan ekspor Indonesia
miliar, sedangkan nilai ekspor ke Uni Emirat Arab mencapai
saat pasar dunia lesu, terutama di Eropa dan Amerika.
US$1,59 miliar. Komoditas ekspor utama ke kedua negara
Memang, aktivitas perdagangan Indonesia dengan Afrika
tersebut antara lain produk otomotif kendaraan roda empat,
dalam lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang
kelapa sawit, batu bara, dan kacang areca.
cukup signifikan. Berdasarkan data BI, jika pada 2008 total
Adanya market baru nantinya akan dapat menguatkan
perdagangan Indonesia ke negara-negara di Afrika baru senilai
ekspor Indonesia. Namun, perlu diingat juga, potensi
US$2,42 miliar, pada 2013 nilainya melonjak 81,63% atau
tersebut harus diimbangi dengan penggalangan diplomasi
menjadi US$4,40 miliar. Pada periode Januari sampai dengan
ekonomi untuk meyakinkan otoritas masing-masing negaraMei 2014 nilai ekspor Indonesia ke Afrika tercatat telah
negara tujuan ekspor. Kementerian Perdagangan sendiri
mencapai US$2,00 miliar atau meningkat 13,87% secara year
optimistis ekspor Indonesia akan lebih baik tahun ini
on year (yoy).
dibandingkan dengan tahun lalu. Kementerian Perdagangan
Ada sejumlah negara utama di Afrika yang memiliki
menargetkan pertumbuhan ekspor Indonesia pada 2014
perekonomian stabil, di antaranya Afrika Selatan dan Nigeria.
sebesar 4,1% dan nilainya diperkirakan mencapai US$190
Aktivitas perdagangan Indonesia dengan kedua negara tersebut
miliar.
menunjukkan tren yang positif karena terus mengalami
“Untuk mencapai target peningkatan, Kementerian
peningkatan, meski nilainya belum terlalu besar.
Perdagangan telah menyusun lima strategi utama dalam
Sejauh ini Afrika Selatan menjadi mitra dagang utama
peningkatan ekspor, yaitu promosi, pengamanan perdagangan,
Indonesia yang berasal dari Afrika. Pada 2013 nilai ekspor
peningkatan daya saing, substitusi impor, serta peningkatan
Indonesia ke Afrika Selatan tercatat US$1,24 miliar. Nilai
daya saing infrastruktur,” pungkas Muhammad Lutfi. n
perdagangan dengan Afrika Selatan itu merupakan yang
Nilai Ekspor Indonesia
(US$ Miliar)
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
21
Wacana
Revisi UU Perbankan
untuk Akomodasi Bank Khusus
Pembentukan bank khusus menjadi wacana yang menarik belakangan ini. Namun,
pembentukan bank khusus terbentur UU perbankan yang berlaku saat ini. Pelaku industri
perbankan melalui Perbanas pun mengupayakan revisi terhadap UU tersebut.
W
acana pembentukan bank khusus kembali
menyambangi industri perbankan di Tanah Air.
Melalui Perhimpunan Bank Nasional
(Perbanas), wacana tersebut kembali
didengungkan agar lebih mendapat perhatian dari
pemerintahan mendatang. Salah satu langkah Perbanas dalam
menanggapi hal tersebut adalah ikut mendorong pemerintahan
baru merevisi undang-undang (UU) perbankan dengan
mengajukan beberapa saran yang sudah disusun dalam draf
cetak biru industri perbankan nasional.
Menurut Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono, jika
pembentukan bank-bank tersebut masih menggunakan UU
perbankan yang ada, akan sulit dilaksanakan karena UU
tersebut tidak mengakomodasi tentang bank khusus. Dalam
UU perbankan yang berlaku saat ini, hanya ada dua jenis
bank yang diizinkan, yakni bank umum dan bank perkreditan
rakyat (BPR).
Sebelum UU perbankan itu terbit, Indonesia pernah
memiliki bank-bank khusus, seperti bank yang melakukan
22
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
pembiayaan jangka panjang, investment
bank, dan merchant bank, termasuk bank
untuk pembiayaan infrastruktur. Namun,
bank-bank khusus tersebut akhirnya
digabungkan menjadi bank umum karena
adanya penyederhanaan UU perbankan
ketika menghadapi krisis moneter pada
1998.
Perbanas menilai, bank-bank khusus
yang akan dibentuk nanti—sesuai dengan
revisi UU perbankan dan cetak biru
perbankan nasional—harus memiliki
indikator penilaian kesehatan yang
berbeda dengan bank umum. Karena,
karakteristik bisnis bank umum dan bank
khusus berbeda.
Sigit berharap, pemerintah mau
merevisi UU perbankan yang berlaku
saat ini guna mengakomodasi
pembentukan bank-bank khusus. Untuk
mendukung revisi UU tersebut, pihak
perbanas telah menyiapkan draf cetak biru yang akan diajukan
Perbanas kepada pemerintahan yang baru nanti.
Pembentukan bank khusus akan mendorong pemerataan
pembiayaan di semua sektor usaha yang ada di dalam negeri.
Menurut Sigit, bank-bank yang ada saat ini dinilai masih
kurang untuk ikut mendorong pemerataan pembiayaan, terutama
yang bersifat jangka panjang, seperti pembiayaan infrastruktur.
Lebih lanjut, Sigit menjelaskan bahwa desain universal
yang dimiliki bank sudah tidak lagi cocok untuk
perekonomian Indonesia saat ini. Ada ketimpangan yang
tinggi antara satu daerah dengan daerah lainnya di sektor
ekonomi. Atas dasar itu, perbankan Indonesia perlu diarahkan
untuk membiayai sektor khusus, seperti infrastruktur; usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM); nelayan; dan pertanian.
Pembiayaan secara sektoral tersebut akan memberikan
kontribusi yang baik bagi perekonomian Indonesia, khususnya
segmen mikro.
Sigit menambahkan, hingga kini, sektor-sektor utama
pendukung pertumbuhan ekonomi hampir tidak memperoleh
pembiayaan. Misalnya, sektor konstruksi yang berkisar pada
angka 3%-5%; sektor listrik, gas, dan air bersih yang hanya
1%-3%, serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang
hanya 4%-7%. Karena itu, menurut Sigit, dibutuhkan payung
hukum setingkat UU agar pembentukan bank khusus memiliki
dasar hukum yang kuat.
Sebelumnya—ketika Darmin Nasution masih menjabat
sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI)—juga sempat
diembuskan pentingnya bank khusus atau lembaga pembiayaan
khusus untuk infrastruktur. Ketika itu Darmin menyatakan
bahwa pembentukan lembaga pembiayaan khusus infrastruktur
memang sangat mendesak, tapi membutuhkan kajian
mendalam agar tidak mati di tengah jalan.
Untuk mendorong pembentukannya, BI dan lembaga terkait
sejatinya telah melakukan kajian mendalam, terutama
menyangkut payung hukum yang notabene menjadi hal
terpenting. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, wacana
itu hilang dari permukaan.
Menurut pengamat pembangunan nasional, Syahrial Loetan,
dalam siaran persnya, seperti dikutip dalam www.
infobanknews.com, sebaiknya presiden terpilih atau
pemerintahan mendatang mengoptimalkan saja peran
perbankan yang sudah ada saat ini. Menurutnya, ada beberapa
kelemahan dan tantangan besar yang akan dihadapi
pemerintah dengan rencana pembentukan bank baru khusus
pertanian dan infrastruktur.
Dalam penjelasannya, Syahrial mengemukakan pelbagai
alasan. Di antaranya, upaya membangun bank baru
membutuhkan usaha yang banyak dan tentunya tak mudah.
Selain itu, pembentukan bank baru khusus pertanian dan
infrastruktur harus fokus pada penyelesaian berbagai
permasalahan kebijakan yang kerap mempersulit petani
memperoleh kredit bagi peningkatan usahanya.
Syahrial mengusulkan agar presiden terpilih
mengedepankan langkah-langkah yang lebih realistis dalam
mendukung produktivitas sektor pertanian dan infrastruktur di
Indonesia. Presiden terpilih harus “mempertegas” atau
“menambah” bidang tugas perbankan yang sudah ada.
Khususnya, perbankan yang memiliki kedekatan dengan sektor
pertanian dan UMKM, di mana ada saham pemerintah di
dalamnya, seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank
Bukopin.
Kendati demikian, upaya mempertegas bidang tugas
perbankan yang sudah ada pun tetap tak mudah. Apalagi jika
perbankan juga diminta untuk fokus memerhatikan sektor
pertanian dan infrastruktur. Pasalnya, rata-rata perbankan
tersebut sudah masuk ke pasar uang. Sehingga, setiap putusan
untuk menambah atau fokus ke sektor pertanian dan
infrastruktur harus diputuskan melalui mekanisme rapat umum
pemegang saham (RUPS) atau semacamnya. Jika upaya
mempertegas atau menambah scope bidang tugas bank yang
ada bisa segera dilakukan, perlu diputuskan kebijakan serta
regulasi yang dapat mengakomodasi keinginan sektor
pertanian ataupun infrastruktur. n
Mulya E. Siregar
Deputi Komisioner OJK
Bank Khusus Akan Berbenturan dengan Basel
Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mulya E. Siregar, mengaku tidak akan menghalanghalangi pelaku industri perbankan untuk membentuk bank-bank khusus. Namun, dia menekankan
bahwa pembentukan bank khusus akan berbenturan dengan peraturan Basel II dan III yang sudah
diterapkan. Pasalnya, perbankan harus bisa memberikan kredit tak hanya ke satu sektor, tapi ke beberapa
sektor. Tentu saja, ini akan jadi kendala bagi bank khusus.
Menurutnya, sesuai dengan aturan dan ketentuan yang ada, tidak ada perlakuan istimewa bagi bank
khusus saat ini. “Sebenarnya, undang-undang (UU) yang berlaku sekarang sudah mampu untuk
membentuk bank khusus, tapi memang tidak akan ada perlakuan istimewa terhadap bank-bank khusus
tadi. Tinggal para pelakunya mau atau tidak. Namun, sekali lagi, mereka harus bisa memberikan kredit
yang merata ke semua sektor, harus ada diversifikasi. Kalau hanya satu sektor dan kredit down, bisa
kolaps bank tersebut,” jelasnya, beberapa waktu lalu.
Mulya menegaskan, regulator akan lebih mendukung jika perbankan mau fokus ke salah satu sektor
sesuai dengan kemampuannya, seperti yang sudah dilakukan Bank Tabungan Negara (BTN) dalam
penyaluran kredit perumahan. Jika memang tetap mendirikan lembaga keuangan khusus, sebaiknya tidak menggunakan nama bank,
tapi lembaga pembiayaan, seperti yang sudah dilakukan Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor.
Sementara itu, terkait dengan bank khusus tersebut, ada baiknya pihak perbankan Indonesia mengajak perbankan asing yang
sudah lebih dulu memahami hal tersebut. Menurut Mulya, selama ini bank asing juga lebih banyak melakukan pembiayaan ke sektor
produktif dengan porsi 60%-70%, sedangkan bank lokal justru sebaliknya. “Kita bisa belajar dari sana. Jadi, jangan hanya mengandalkan
kredit konsumtif. (Pihak) asing boleh saja masuk ke dalam negeri, tapi harus kita arahkan maunya ke mana. Kenyataannya, kita masih
perlu bank asing untuk membiayai sektor produktif tadi. Ini yang bisa diarahkan untuk menuju bank khusus tadi,” tutur Mulia.
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014 l
PROBANK
23
Kepedulian Jelang Lebaran
Di zaman modern seperti sekarang ini, tentunya tidak mudah menumbuhkan sifat berbagi
dengan orang yang membutuhkan. Namun, Perbanas Sumut dapat melakukannya melalui
kegiatan baksos yang digelar menjelang Lebaran, pertengahan Juli lalu.
D
alam kondisi perekonomian seperti saat ini, tidak
semua orang menyambut Lebaran dengan sukacita.
Bagi mereka yang hidupnya pas-pasan, seperti
anak-anak yang tinggal di panti asuhan, Idulfitri
tentunya tak dirayakan dengan cara berlebihan. Kondisi ini
dipahami pengurus Perbanas Sumatra Utara (Sumut).
Rasa empati dan toleransi sosial pun dibangun Perbanas
Sumut sebagai asosiasi industri perbankan di Provinsi Sumut.
Semua itu dituangkan dalam kegiatan bakti sosial (baksos)
dengan tajuk “Perbanas Berbagi” pada Kamis, 17 Juli 2014.
Kegiatan yang digelar pada bulan suci Ramadan ini bertujuan
memberikan kebahagiaan kepada anak-anak yatim piatu yang
akan merayakan Idulfitri 1435 H.
Dalam baksos kali ini, Perbanas Sumut membagikan
bingkisan Lebaran kepada anak-anak yatim piatu yang tinggal
di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah yang berlokasi di
Jalan Amadiun Gang Umanat No. 5 Medan dan Panti Asuhan
Yatim Piatu Aceh Sepakat di Jalan Medan Area Selatan No.
24
PROBANK
l
No. 113 Tahun XXXI Juli-Agustus 2014
333A Medan. Mereka dapat menikmati bantuan yang
diberikan dalam bentuk makanan, minuman, pakaian, kain
sarung, dan barang keperluan sehari-hari, seperti pasta gigi,
sikat gigi, sabun mandi, dan uang saku.
Perbanas Sumut juga menyerahkan bantuan untuk
melengkapi kebutuhan panti asuhan. Bantuan diserahkan
langsung oleh Nita Ernawati, Ketua Perbanas Sumut, bersama
pengurus lainnya, yakni Ana Sjamsuriah, Iwan Ariawan,
Surjono Lasimon, dan Ermaliana, dengan mengunjungi kedua
panti asuhan tersebut.
Pengurus dan anak-anak penghuni panti asuhan pun
menyambut positif bantuan yang diberikan Perbanas Sumut.
Kegiatan baksos tahun ini bukanlah yang pertama, dan ke
depan diharapkan menjadi agenda rutin organisasi. Bagi
Perbanas Sumut, memberikan kontribusi di bidang ekonomi
dalam bentuk membangun industri perbankan harus seimbang
dengan peran di bidang sosial karena kedua bidang ini saling
melengkapi satu sama lain. n
Download