ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) XIII. Pertimbangan untuk gizi pada bayi dan anak terinfeksi HIV Kekurangan gizi adalah keadaan lazim pada anak terinfeksi HIV dan menyumbang secara besar pada mortalitas di antara anak yang tidak terinfeksi HIV maupun pada mereka yang terinfeksinya. Pada anak terinfeksi HIV, wasting (yaitu berat badan yang rendah dibandingkan tinggi/panjangnya) dikaitkan dengan jangka tahan hidup yang lebih pendek (137), sementara kehilangan berat badan menyebabkan peningkatan dalam penyakit menular pada anak dengan AIDS. Sebaliknya HIV dikaitkan dengan masalah gizi, dan status kekebalan serta tingkat replikasi virus dapat menjadi penting untuk memprediksikan hasil pertumbuhan. Pertumbuhan (yaitu kombinasi berat badan, panjang atau tingginya badan, dan garis keliling kepala) adalah indikator yang peka mengenai gizi optimal dan lanjutan penyakit HIV(i). Pada anak yang terinfeksi HIV, persoalan pertumbuhan yang parah (yaitu kegagalan untuk tumbuh sebagai kriteria penyakit klinis stadium 3 dan kekurangan gizi/wasting yang parah sebagai kriteria stadium 4) yang tidak diakibatkan oleh kurang masukan gizi dapat menunjukkan kebutuhan akan permulaan ART. Pertumbuhan juga berguna dalam penilaian tanggapan terhadap ART. Sebaliknya, efek buruk yang dapat diakibatkan oleh obat ARV atau infeksi oportunistik dapat mempengaruhi masukan makanan dan gizi secara umum, dengan kebaikan yang terbatas pada pertumbuhan dan/atau kepatuhan pada terapi sebagai akibat. Berikut adalah rangkuman singkat mengenai intervensi gizi yang merupakan kunci terkait dengan perawatan untuk bayi dan anak terinfeksi HIV sebelum dan selama ART. Untuk informasi lebih lanjut, sebaiknya mengacu pada buku dan pedoman yang ada mengenai penatalaksanaan klinis atau gizi untuk anak terinfeksi HIV (141-148). Penilaian dan dukungan gizi Mengingat bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi HIV, status gizi dan pertumbuhan, WHO mengusulkan bahwa intervensi gizi secara dini (yaitu penilaian dan dukungan gizi) harus menjadi bagian yang terpadu dari rencana perawatan untuk anak terinfeksi HIV. Penilaian gizi, yaitu evaluasi secara sistematis status gizi, diet dan gejala terkait gizi saat itu, adalah sangat penting untuk mengidentifikasikan kekurangan gizi dan pertumbuhan yang buruk secara dini, serta untuk memantau kelanjutan penyakit HIV dan efektivitas terapi untuk anak yang memakai ART. Seperti untuk semua bayi, bayi terinfeksi HIV harus diukur setiap bulan, terbaik dengan memakai grafik pertumbuhan standar. Setelah itu anak seharusnya ditimbang pada setiap peninjauan dan penilaian gizi dilakukan secara penuh setiap tiga bulan kecuali kalau anak yang bersangkutan membutuhkan perhatian khusus karena masalah pertumbuhan atau kebutuhan gizi khusus. Pendekatan proaktif pada dukungan gizi untuk anak terinfeksi HIV adalah penting karena kebutuhan tenaga yang lebih tinggi terkait infeksi. Pada anak terinfeksi HIV tanpa gejala, energi yang dikeluarkan saat istirahat meningkat kurang lebih 10%, sementara peningkatan pada kebutuhan energi antara 50% dan 100% pernah dilaporkan pada anak terinfeksi HIV yang mengalami kegagalan tumbuhan. Penggunaan dan pengeluaran gizi yang lebih tinggi pada infeksi HIV dapat mengakibatkan kekurangan gizi mikro (149). Oleh karena itu, dukungan gizi harus termasuk upaya dini untuk meneruskan penyusuan bila mungkin, memastikan pemasukan gizi yang memadai berdasarkan makanan yang tersedia lokal dan terjangkau, serta pemasukan gizi i Pada anak ketiga indeks antropometrik yang paling umum dipakai untuk menilai status pertumbuhan adalah berat/tinggi badan, tinggi/usia dan berat/usia; informasi lebih lanjut dapat diperoleh di http://www.who.int/nutgrowthdb/about/introduction/en/index4.html Dokumen ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ XIII. Pertimbangan untuk gizi pada bayi dan anak terinfeksi HIV mikro setiap hari sama dengan kebutuhan diet yang dianjurkan (recommended daily allowance/RDA) (146, 147, 150). Diusulkan untuk meningkatkan pemasukan energi untuk bayi dan anak terinfeksi HIV dengan 10% RDA untuk usia dan jenis kelamin bila mereka tanpa gejala dan 20-30% RDA bila mereka bergejala atau mulai pulih dari infeksi akut (148). Kebutuhan ini dianggap minimal dan lebih banyak mungkin dibutuhkan pada anak dengan kekurangan gizi (151). Kebutuhan protein yang ditingkatkan melebihi yang dibutuhkan untuk diet seimbang agar memenuhi kebutuhan energi total (12-15% pemasukan energi total) tidak dibutuhkan (148). Bukti saat ini tidak jelas mengenai dampak suplemen gizi mikro pada penularan dan kelanjutan penyakit infeksi HIV. Namun bukti dari uji coba klinis yang dilakukan secara acak pada anak terinfeksi HIV mengkonfirmasikan hasil dari penelitian pada orang tidak terinfeksi HIV yang menunjukkan bahwa tambahan dosis tinggi vitamin A mengurangi morbiditas keseluruhan dan morbiditas akibat diare serta mortalitas semua penyebab (150, 152, 153). Tambahan vitamin A seharusnya diberikan sesuai dengan jadwal pencegahan dosis tinggi yang diusulkan oleh WHO untuk anak berisiko tinggi(i) kekurangan vitamin A (144). Konseling ibu-ibu mengenai penyusuan dan semua anak dan pengasuhnya mengenai kebersihan makanan dan air adalah unsur kunci lanjut untuk dukungan gizi. Pada anak yang mengalami kegagalan pertumbuhan (yaitu kegagalan untuk menambah berat badan, atau kehilangan berat badan di antara pengukuran berkala) atau kesulitan makan, dukungan yang lebih terpusat mungkin dibutuhkan. Bila penyebab dasar kegagalan pertumbuhan diketahui, hal ini dapat memberi informasi yang berharga mengenai strategi dukungan lanjutan. Strategi ini dapat meliputi pengobatan untuk penyakit yang mendasarinya (penyakit umum harus ditangani sesuai pedoman IMCI(ii)), penilaian kebutuhan untuk mulai atau mengalihkan ART, bimbingan pada keluarga mengenai pilihan makanan yang tersedia lokal dan rujukan pada program makanan, terbaik dengan dukungan untuk keluarga keseluruhan. Lagi pula, pemilihan makanan khusus berenergi tinggi yang enak untuk anak dengan masalah yang mengganggu makan atau pencernaan yang normal (mis. sakit tenggorokan atau mulut, kandidiasis mulut, diare) dapat meringankan gejala dan memastikan pemasukan energi yang cukup. ART pada bayi dan anak dengan kekurangan gizi yang parah Wasting(iii) parah adalah tanda klinis yang umum untuk infeksi HIV pada anak. Semua anak dengan kekurangan gizi yang parah berisiko terhadap berbagai masalah yang gawat dan membutuhkan makanan terapeutik secara mendesak. Fase pengobatan kekurangan gizi harus mulai ART belum diketahui. Oleh karena itu pendapat para pakar memberi kesan bahwa anak terinfeksi HIV dengan kekurangan gizi yang parah sesuai dengan pedoman internasional (146, 147) atau nasional harus distabilkan sebelum diambil keputusan mengenai permulaan ART. Pengobatan awal kekurangan gizi yang parah melanjut sehingga anak stabil pada pengobatan tersebut dan nafsu makan sudah pulih. Pada anak tidak terinfeksi HIV, fase awal ini seharusnya tidak lebih dari 10 hari, tetapi para pakar menganggap bahwa pada anak terinfeksi HIV, tanggapan pada pengobatan awal untuk kekurangan gizi yang parah mungkin lebih lama atau sangat terbatas. Setelah pengobatan awal yang berhasil untuk kekurangan gizi yang parah dan infeksi atau masalah mendasar, keadaan klinis si anak harus dinilai kembali. Permulaan ART dapat dipertimbangkan berdasarkan kriteria didaftarkan pada Bagian V. Untuk anak terinfeksi HIV yang membaik secara lambat setelah pengobatan untuk kekurangan gizi, dapat diambil i ii iii Anak berisiko tinggi kekurangan vitamin A termasuk, antara lain, mereka dengan infeksi parah atau kekurangan gizi energi protein yang parah. Tersedia di http://www.who.int/child-adolscent-health/publications/pubIMCI.htm WHO mendefinisikan kekurangan gizi yang parah sebagai wasting (yaitu kurang dari 70% berat/tinggi badan dibandingkan anak rata-rata atau kurang dari minus tiga standard deviation dari median) atau oedema pada kedua kaki (referensi 146). XIII–2 XIII. Pertimbangan untuk gizi pada bayi dan anak terinfeksi HIV keputusan (untuk pasien rawat inap atau rawat jalan) setelah enam sampai delapan minggu bila mereka belum mencapai 85% berat/tinggi badan (yaitu sembuh). Namun anak terinfeksi HIV yang dirawat lagi dengan kekurangan gizi yang parah mungkin akan mendapat manfaat dari ART yang dimulai lebih dini. Harus ditekankan bahwa, bila kekurangan gizi endemis, anak terinfeksi HIV dapat mengalami kekurangan gizi yang parah karena kekurangan diet yang seimbang secara memadai, dan dengan pemulihan status gizi permulaan ART mungkin tidak dibutuhkan. Hal ini mungkin terutama penting dipertimbangkan untuk anak yang didagnosis secara presumptif dengan penyakit HIV yang parah. Namun, permulaan ART diindikasikan pada bayi dan anak terinfeksi HIV dengan kekurangan gizi parah tanpa alasan jelas yang tidak disebabkan oleh infeksi oportunistik yang belum diobati, dan yang tidak menanggapi terapi gizi yang baku (yaitu penyakit klinis stadium 4). Pada anak yang meningkatkan berat badan secara cepat karena gizi yang memadai dan ART, takaran ART harus sering ditinjau kembali (lihat Lampiran E). Kambuhnya kekurangan gizi yang parah yang tidak disebabkan oleh kekurangan makanan pada anak yang memakai ART dapat menunjukkan kegagalan terapi dan kebutuhan akan mengalihkan rejimen (lihat Bagian X). Belum diterbitkan penelitian mengenai efektivitas, farmakokinetik dan keamanan ARV pada anak kekurangan gizi yang parah. Penelitian lanjutan mengenai masalah ini dibutuhkan secara mendesak. XIII–3