PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU

advertisement
PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU
(Oleh: I Wayan Koyan dan Nyoman Dantes)
I. PENDAHUUAN
Peningkatan kompetensi kepribadian dan sosial dilakukan secara terpadu dengan
kegiatan diklat, yakni melalui: 1) pelaksanaan pelatihan yang professional, dan (2)
pembiasaan berperilaku sebagai guru yang memiliki kompetensi kepribadian dan sosial.
Pelaksanaan pelatihan yang professional adalah pelatihan yang diselenggarakan dengan
baik, misalnya materi disiapkan dengan baik, instruktur sesuai dengan keahliannya,
tempat pelatihan nyaman, dan pelatihan dilaksanakan sesuai dengan jadwal. Sedangkan
pembiasaan
berperilaku
sebagai guru yang memiliki kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial dilakukan dengan cara peserta diklat selalu diingatkan secara lisan
ataupun tulisan yang ditempel di tempat diklat bahwa mereka harus berpakaian rapi,
berperilaku santun, dan mampu bekerjasama. Di samping itu, peserta diklat juga akan
dinilai oleh teman sesama diklat mengenai kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosialnya.
Garis besar materi pelatihan tentang kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosial, terdiri atas: (1) profesionalisme guru, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi
sosial, (4) kedisiplinan (ketaatan mengikuti tata tertib), (5) penampilan (kerapian dan
kewajaran), (6) kesantunan berperilaku, (7) kemampuan bekerjasama, (8) kemampuan
berkomunikasi, (9) komitmen, (10) keteladanan, (11) semangat, (12) empati, dan (13)
tanggung jawab. Keseluruhan aspek-aspek tersebut tercakup dalam sajian dan
pembahasan mengenai pendidikan karakter.
II. MATERI SAJIAN
A. Profesionalisme Guru
Guru professional memiliki beberapa ciri sebagai berikut.
1. Selalu membuat perencanaan konkrit dan detail yang siap untuk dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Berkehendak mengubah pola pikir lama menjadi pola pikir baru yang
menempatkan peserta didik sebagai arsitek pembangun gagasan dan guru
1
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
berfungsi untuk “melayani” dan berperan sebagai mitra peserta didik supaya
peristiwa belajar bermakna dan berlangsung pada semua individu
3. Bersikap kritis dan berani menolak kehendak yang kurang edukatif.
4. Berkehendak mengubah pola tindak dalam menetapkan peran peserta didik, peran
guru, dan gaya mengajar. Peran peserta didik digeser dari peran sebagai
“konsumen” gagasan (seperti: menyalin, mendengar, menghafal) ke peran sebagai
“produsen” gagasan (seperti: bertanya, meneliti, mengarang, menulis kisah
sejarah). Peran guru harus berada pada fungsi sebagai “fasilitator” (pemberi
kemudahan pada peristiwa belajar) dan bukan pada fungsi sebagai penghambat
peristiwa belajar. Gaya mengajar lebih difokuskan pada “model pembelajaran “
dan “pengkondisian” daripada
model “latihan” (drill) dan “pemaksaan”
(indoktrinasi).
5. Berani meyakinkan pada sekolah, orang tua, dan masyarakat agar dapat berpihak
pada mereka terhadap beberapa inovasi pendidikan yang edukatif yang cenderung
sulit diterima oleh awam dengan menggunakan argumentasi logis dan kritis.
6. Bersikap kreatif dalam membangun dan menghasilkan karya pendidikan, seperti:
pembuatan alat bantu mengajar, analisis materi pembelajaran, penyusunan alat
penilaian yang beragam, perancangan beragam organisasi kelas, dan perancangan
kebutuhan kegiatan pembelajaran lainnya.
B. Kompetensi Guru
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, pada pasal 2 ayat (5)
dinyatakan bahwa Guru dalam jabatan yang tidak lulus penilaian portofolio dapat:
a. melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengkapi dokumen portofolio agar mencapai
nilai lulus; atau
b. mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru yang diakhiri dengan ujian;
sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.
Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru, pada pasal 1 ayat (1) disebutkan: Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi
2
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Ayat (2) Standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri ini. Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 Tahun 2007 tanggal 4 Mei 2007, padaabagian B tentang Standar Kompetensi
Guru dinyatakan bahwa Standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat
kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Selanjutnya ditegaskan
bahwa standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang dikembangkan
menjadi kompetensi guru PAUD/TK/RA, Guru Kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran
pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK.
Dalam kajian ini, uraian tentang kompetensi guru dibatasi pada pengembangan
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial sebagai berikut.
C. Kompetensi Kepribadian Guru TK/PAUD
No
KOMPETENSI INTI
1
Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial,
dan kebudayaan nasional
Indonesia
2.
Menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat
3.
Menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa.
4.
Menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri
5.
Menjunjung tinggi kode etik
profesi guru
KOMPETENSI GURU TK/PAUD
1.1 Menghargai peserta didik tanpa membedakan
keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat,
daerah asal, dan gender
1.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang
dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku
dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam
2.1 Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi
2.2 Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan,
dan akhlak mulia.
2.3 Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta
didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
3.1 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap
dan stabil.
3.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang
dewasa, arif, dan berwibawa.
4.1 Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab
yang tinggi.
4.2 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri
sendiri.
4.3 Bekerja mandiri secara profesional.
5.1 Memahami kode etik profesi guru.
5.2 Menerapkan kode etik profesi guru.
5.3 Berperilaku sesuai dengan kode etik guru
3
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
D.
Kompetensi Sosial Guru
No
KOMPETENSI INTI
6.
Bersikap inklusif, bertindak
objektif, serta tidak
diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi.
7.
8.
9.
E
TK/PAUD
KOMPETENSI GURU TK/PAUD
6.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta
didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar
dalam melaksanakan pembelajaran.
6.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta
didik, teman sejawat, orang tua peserta didik
dan lingkungan sekolah karena perbedaan
agama, suku, jenis kelamin, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
Berkomunikasi secara efektif, 7.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan
empatik, dan santun dengan
komunitas ilmiah lainnya secara santun,
sesama pendidik, tenaga
empatik, dan efektif.
kependidikan, orang tua, dan
7.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik
masyarakat
dan masyarakat secara santun, empatik, dan
efektif tentang program pembelajaran dan
kemajuan peserta didik.
7.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan
masyarakat dalam program pembelajaran dan
dalam mengatasi kesulitan belajar peserta
didik.
Beradaptasi di tempat bertugas 8.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja
di seluruh wilayah Republik
dalam rangka meningkatkan efektivitas
Indonesia yang memiliki
sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa
keragaman sosial budaya
daerah setempat.
8.2 Melaksanakan berbagai program dalam
lingkungan kerja untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
yang bersangkutan
Berkomunikasi dengan
9.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat profesi
komunitas profesi sendiri dan
ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui
profesi lain secara lisan dan
berbagai media dalam rangka meningkatkan
tulisan atau bentuk lain.
kualitas pendidikan
9.2 Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi
pembelajaran kepada komunitas profesi
sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk
lain
Kompetensi Kepribadian
No KOMPETENSI INTI
1. Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial,
dan kebudayaan nasional
Guru Kelas SD/MI
KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI
1.1 Menghargai peserta didik tanpa membedakan
keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat,
daerah asal, dan gender
4
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
Indonesia
1.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang
dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku
dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam
2.
Menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
3.
Menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa.
4.
Menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri
5.
Menjunjung tinggi kode etik
profesi guru
2.1 Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi
2.2 Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan,
dan akhlak mulia.
2.3 Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta
didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
3.1 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap
dan stabil.
3.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang
dewasa, arif, dan berwibawa.
4.1 Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab
yang tinggi.
4.2 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri
sendiri.
4.3 Bekerja mandiri secara profesional.
5.1 Memahami kode etik profesi guru.
5.2 Menerapkan kode etik profesi guru.
5.3 Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi
guru
F.
Kompetensi Sosial Guru
Kelas SD/MI
6.
Bersikap inklusif, bertindak
objektif, serta tidak
diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi.
7.
Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan
masyarakat
6.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta
didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar
dalam melaksanakan pembelajaran.
6.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta
didik, teman sejawat, orang tua peserta didik
dan lingkungan sekolah karena perbedaan
agama, suku, jenis kelamin, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
7.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan
komunitas ilmiah lainnya secara santun,
empatik, dan efektif.
7.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik
dan masyarakat secara santun, empatik, dan
efektif tentang program pembelajaran dan
kemajuan peserta didik.
7.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan
masyarakat dalam program pembelajaran dan
dalam mengatasi kesulitan belajar peserta
didik.
5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
8.
Beradaptasi di tempat bertugas 8.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja
di seluruh wilayah Republik
dalam rangka meningkatkan efektivitas
Indonesia yang memiliki
sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa
keragaman sosial budaya
daerah setempat.
8.2 Melaksanakan berbagai program dalam
lingkungan kerja untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
yang bersangkutan.
9.
Berkomunikasi dengan
komunitas profesi sendiri dan
profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
9.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat profesi
ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui
berbagai media dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan
9.2 Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi
pembelajaran kepada komunitas profesi
sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk
lain
G.
Kompetensi Kepribadian
Guru Mata Pelajaran
No KOMPETENSI INTI
1. Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial,
dan kebudayaan nasional
Indonesia
2.
Menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat
3.
Menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa.
4.
Menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri
5.
Menjunjung tinggi kode etik
profesi guru
KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
1.1 Menghargai peserta didik tanpa membedakan
keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat,
daerah asal, dan gender
1.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang
dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku
dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam
2.1 Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi
2.2. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan
dan akhlak mulia
2.3 Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta
didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
3.1 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap
dan stabil.
3.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang
dewasa, arif, dan berwibawa
4.1 Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab
yang tinggi.
4.2 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri.
sendiri.
4.3 Bekerja mandiri secara profesional
5.1 Memahami kode etik profesi guru.
5.2 Menerapkan kode etik profesi guru.
5.3 Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi
guru
6
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
H.
Kompetensi Sosial Guru
Mata Pelajaran
No KOMPETENSI INTI
6. Bersikap inklusif, bertindak
objektif, serta tidak
diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi.
7.
8.
9.
KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
6.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta
didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar
dalam melaksanakan pembelajaran.
6.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta
didik, teman sejawat, orang tua peserta didik
dan lingkungan sekolah karena perbedaan
agama, suku, jenis kelamin, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
Berkomunikasi secara efektif, 7.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan
empatik, dan santun dengan
komunitas ilmiah lainnya secara santun,
sesama pendidik, tenaga
empatik, dan efektif.
kependidikan, orang tua, dan
7.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik
masyarakat
dan masyarakat secara santun, empatik, dan
efektif tentang program pembelajaran dan
kemajuan peserta didik.
7.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan
masyarakat dalam program pembelajaran dan
dalam mengatasi kesulitan belajar peserta
didik.
Beradaptasi di tempat bertugas 8.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja
di seluruh wilayah Republik
dalam rangka meningkatkan efektivitas
Indonesia yang memiliki
sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa
keragaman sosial budaya
daerah setempat.
8.2 Melaksanakan berbagai program dalam
lingkungan kerja untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
yang bersangkutan.
Berkomunikasi dengan
9.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat profesi
komunitas profesi sendiri dan
ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui
profesi lain secara lisan dan
berbagai media dalam rangka meningkatkan
tulisan atau bentuk lain.
kualitas pendidikan
9.2 Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi
pembelajaran kepada komunitas profesi
sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk
lain
Intisari dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial tersebut di atas
berkaitan dengan aspek-aspek: (1) Kedisplinan (ketataatan mengikuti tata tertib), (2)
Penampilan (kerapian dan kewajaran), (3) Kesantunan berperilaku, (4) Kemampuan
7
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
bekerja sama, (5) Kemampuan berkomunikasi, (6) Komitmen, (7) Keteladanan, (8)
Semangat, (9) Empati, dan (10) Tanggung jawab.
Untuk menanamkan nilai-nilai tersebut di atas, perlu dilaksanakan pendidikan
karakter di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Guru atau pendidik sebagai
agen pembelajaran harus menjadi teladan atau contoh bagi peserta didik. Demikian juga
halnya dalam pengembangan kompetensi kepribadian dan sosial bagi guru, dapat
dilakukan melalui pendidikan karakter dengan pendekatan komprehensif.
III. Pengembangan Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Sosial melalui
Pendidikan Karakter
A. Rasional
Sejak beberapa tahun terakhir ini, pelaksanaan pendidikan karakter yang
komprehensif, yang mencakup pendidikan nilai-nilai atau pendidikan moral, telah
meningkat tajam di seluruh penjuru dunia. Hal ini muncul sebagai persoalan menonjol
dalam rangka melaksanakan pendidikan moral, pendidikan nilai-nilai, etika, atau
pendidikan budi pekerti. Pendidikan karakter sebagai bagian dari pendidikan secara
umum, merupakan persoalan penting yang harus dilakukan di sekolah-sekolah, keluargakeluarga, dan masyarakat untuk membantu anak-anak muda supaya mereka mengerti,
memahami, dan berperilaku atas landasan nilai-nilai etika yang luhur.
Pelaksanaan pendidikan karakter ini, dilandasi oleh tiga alasan penting sebagai
berikut. Pertama, perlunya karakter yang baik untuk menjadi bagian yang utuh dalam diri
manusia. Pendidik perlu memiliki pikiran yang kuat, hati dan kemauan yang berkualitas,
seperti memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri, ketekunan dan dorongan
moral yang kuat untuk bisa bekerja dengan rasa cinta sebagai ciri kematangan hidup
manusia. Alasan kedua, sekolah adalah merupakan tempat yang baik dan lebih kondusif
untuk melaksanakan proses pembelajaran dan pendidikan nilai-nilai. Alasan ketiga,
bahwa hal ini sangat esensial untuk membangun masyarakat bermoral. Hal ini sangat
penting dan mendesak, karena hampir seluruh masyarakat di dunia sedang mengalami
bermacam-macam masalah sosial dan masalah moral, seperti perpecahan
dalam
kehidupan keluarga, hubungan seksual di luar nikah, meningkatnya pemberontakan anakanak
remaja,
tumbuhnya
sifat-sifat
materialistis,
meningkatnya
ketidakjujuran,
8
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
kemerosotan kesopanan dalam kehidupan sehari-hari, penyalahgunaan obat bius dan
alkohol, meningkatnya masalah hamil muda, kelahiran di luar perkawinan, kasus bunuh
diri, penyebaran penyakit kelamin, ketidaksetiaan dalam perkawinan, dan masalahmasalah lain yang berkaitan dengan perilaku menyimpang.
Menurut Thomas Lickona (1992), paling sedikit terdapat sepuluh butir
kecenderungan remaja yang nampak dalam perilakunya sehari-hari, antara lain (1)
meningkatnya pemberontakan remaja; (2) meningkatnya ketidakjujuran, seperti suka
’nyontek’, bolos dari sekolah dan suka mencuri; (3) berkurangnya rasa hormat terhadap
orang tua, guru, dan pemimpin; (4) meningkatnya kelompok teman sebaya yang kejam
dan bengis; (5) munculnya kejahatan dan perampokan; (6) berbahasa tidak sopan; (7)
merosotnya etika dan etos kerja; (8) meningkatnya sifat-sifat mementingkan diri sendiri
dan kurangnya rasa tanggung jawab sebagai warganegara; (9) timbulnya gelombang
perilaku yang menyimpang, seperti perilaku seksual prematur, penyalahgunaan obat
terlarang dan parilaku bunuh diri; dan (10) tumbuhnya ketidaktahuan sopan-santun,
termasuk mengabaikan pengetahuan moral sebagai dasar hidup, seperti suka memeras,
tidak menghormati peraturan-peraturan, dan perilaku yang membahayakan terhadap diri
sendiri dan orang lain.
Untuk merespon gejala kemerosotan moral tersebut, telah mendorong minat untuk
melaksanakan pendidikan karakter di berbagai negara dan makin terorganisasi melalui
organisasi seperti: ”The Character
Education Partnership, The Character Counts
Coalition, and the Communication Network” (Lickona, 1996: 94).
B. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Untuk melaksanakan pendidikan karakter yang efektif, paling sedikit terdapat
sebelas prinsip yang perlu diperhatikan.
1. Pndidikan karakter hendaknya mengembangkan ”Core Ethical Values” sebagai
basis dari karakter yang baik.Dasar pelaksanaan pendidikan karakter berawal dari
prinsip-prinsip filosofi, yang secara obyektif menganggap bahwa nilai-nilai etika
yang murni atau inti, seperti kepedulian, kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab,
dan rasa hormat pada diri sendiri dan orang lain adalah sebagai basis daripada
karakter yang baik.
9
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
2. Karakter, harus didefinisikan secara komprehensif, termasuk pikiran, perasaan,
dan perilaku. Dalam program pendidikan karakter yang umumnya menyentuh
ranah afektif, karakter mengandung makna yang lebih luas, meliputi aspek-aspek
kognitif, emosi, dan aspek perilaku dalam kehidupan moral. Karakter yang baik
terdiri atas pemahaman, kepedulian tentang nilai-nilai etika dasar, dan tindakan
atas dasar nilai-nilai etika yang inti.
3. Pendidikan karakter yang efektif menuntut niat yang sungguh-sungguh, proaktif
dan melakukan pendekatan komprehensif yang dapat memacu nilai-nilai inti pada
semua
tahap
kehidupan
sekolah.
Sekolah-sekolah
dalam
melaksanakan
pendidikan karakter, perhatikanlah karakter itu melalui lensa moral dan lihat
bagaimana sebenarnya segala sesuatu yang berpengaruh terhadap nilai-nilai di
sekoah dan karakter para peserta didik.
4. Sekolah harus menjadi ”a caring community”. Sekolah itu sendiri harus
menampakkan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki karakter yang
baik. Hal ini harus dipacu untuk maju menjadi sebuah mikrokosmos bagi rakyat
banyak, menjadi masyarakat yang mantap dan peduli serta kreatif.Sekolah dapat
berbuat demikian dengan menjadikan sekolah sebagai masyarakat bermoral yang
bisa menolong para peserta didik untuk membina rasa kasih saying dan rasa
hormat kepada orang tua, guru, dan orang lain.
5. Untuk mengembangkan karakter, peserta didik memerlukan kesempatan untuk
berprilaku moral. Dalam tata susila seperti pada kawasan intelektual, para peserta
didik menjadi pelajar yang konstruktif, mereka belajar dengan baik sambil
bekerja.
Untuk
mengembangkan
karakter,
mereka
memerlukan
banyak
kesempatan yang bervariasi untuk mengaplikasikan nilai-nilai, seperti tanggung
jawab dan kejujuran pada interaksi dan diskusi-diskusi setiap hari.
6. Pendidikan karakter yang efektif harus melibatkan kurikulum akademik yang
menantang dan bermakna, yang memperhatikan semua peserta didik dan
membantunya untuk mencapai hasil belajar. Pendidikan karakter dan pengetahuan
akademik harus disusun secara terintegrasi dan saling mendukung antara yang
satu dengan yang lain.
10
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
7. Pendidikan karakter hendaknya berupaya untuk mengembangkan motivasi
instrinsik para peserta didik. Sebagai peserta didik yang sedang mengembangkan
karakter yang baik, mereka harus membangkitkan kemauan kuat dari dalam batin
sendiri untuk mengerjakan apa yang menurut pertimbangan moral mereka, adalah
benar. Sekolah, khususnya dalam menggunakan pendekatan disiplin, harus
berusaha untuk mengembangkan kemauan intrinsik terhadap nilai-nilai inti.
8. Staf sekolah (kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai) harus menjadi masyarakat
belajar dan bermoral dalam mana semua bagian bertanggung jawab pada
pendidikan karakter dan berusaha untuk mengikuti dengan setia nilai-nilai inti
yang sama, yang dapat membimbing pendidikan pada para peserta didik. Dalam
hubungan ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, semua staf sekolah,
guru-guru, administrator, konselor, pelatih, sekretaris, pekerja cafetaria, alat-alat
permainan lapangan, semuanya harus dilibatkan dalam kegiatan belajar, diskusidiskusi dan berbicara tentang usaha-usaha pendidikan karakter. Semua orang
dewasa hendaknya menjadi model dari nilai-nilai inti dalam setiap perilakunya
dan memberi manfaat pada kesempatan-kesempatan lain yang mereka miliki
untuk mempengaruhi peserta didik, dengan siapa saja mereka bertemu. Kedua,
nilai-nilai dan norma-norma yang sama yang membentuk kehidupan para peserta
didik hendaknya terbentuk dalam kehidupan bersama dengan orang dewasa dalam
masyarakat sekolah. Ketiga, sekolah hendaknya menemukan dan menjaga
refleksi-refleksi staf
pada masalah-masalah moral. Staf sekolah, melalui
pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat dengan dukungan kelompok-kelompok
yang lebih kecil, harus secara reguler dilaksanakan.
9. Pendidikan karakter meminta kepemimpinan moral dari staf dan para peserta
didik. Dalam pendidikan karakter, untuk menemukan kriteria seperti itu, haruslah
menjadi pemimpin (kepala sekolah, administrator lainnya, atau kordinator guru),
yang berperan untuk memperjuangkan usaha-usaha dan pembentukan satu panitia
pendidikan karakter (atau beberapa kelompok pendukung, yang masing-masing
memperhatikan aspek-aspek khusus dari pendidikan karakter), yang bertanggung
jawab pada perencanaan jangka panjang dan implementasi program-program yang
telah disusun. Para peserta didik hendaknya juga dibawa kedalam peran-peran
11
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
kepemimpinan moral
melalui organisasi peserta didik, program-program
penengahan terhadap konflik-konflik dalam kelompok teman sejawat, tutorial
lintas usia dan lain-lain.
10. Sekolah mesti melibatkan orang tua dan angota-anggota masyarakat sebagai
partner penuh dalam upaya pembentukan dan pengembangan karakter.Misi suatu
pendidikan karakter harus menyebutkan secara nyata apa yang benar. Dalam
kaitan ini, orang tua adalah pendidik pertama dan terpenting bagi anak-anak
mereka. Kemudian, sekolah harus berusaha pada setiap tahap untuk
berkomunikasi dengan orang tua tentang tujuan-tujuan sekolah dan kegiatankegiatan dalam rangka pengembangan karakter, dan bagaimana keluarga dapat
membantunya. Untuk membina kerjasama antara sekolah dan orang tua di rumah,
sekolah hendaknya menjadi proaktif dalam melibatkan orang tua peserta didik
dalam perencanaan dan pembuatan kebijakan.
11. Penilaian pada pendidikan karakter hendaknya mengukur karakter sekolah,
berfungsinya staf sekolah sebagai pendidik-pendidik karakter dan diperluas pada
penampilan karakter yang baik pada para peserta didik. Pendidikan karakter yang
efektif harus mengupayakan untuk mengukur pengaruh program-program sekolah
terhadap perkembangan moral peserta didik. Dalam kaitan ini, ada tiga bentuk hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, karakter sekolah, seberapa inten sekolah telah
berfungsi sebagai ”caring community”. Hal ini dapat diukur, misalnya dengan
mengadakan survey, dengan meminta para peserta didik menunjukkan indikasi
secara mendalam terhadap mana mereka menyetujui pernyataan-pernyataan
seperti: ’Para peserta didik dalam kelas ini memiliki rasa hormat dan penuh
perhatian antara yang satu dengan yang lainnya”, dan ”Kelas ini sebagai suatu
keluarga”. Di samping itu, dapat juga dilakukan observasi sebagai alat yang
berguna untuk mengukur karakter sekolah. Kedua, staf sekolah tumbuh sebagai
pendidik karakter. Seberapa inten staf sekolah, guru-guru, administrator, dan
pendukung personal lainnya telah mengembangkan pengertian-pengertian tentang
apa yang mereka dapat kerjakan untuk memacu perkembangan karakter? Ketiga,
karakter para peserta didik. Seberapa inten para peserta didik menampakkan
pengertian, komitmen, dan tindakan-tindakan atas dasar nilai-nilai etika inti?
12
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
Untuk hal ini dapat dilakukan melalui sekolah, misalnya kumpulkan data tentang
berbagai karakter yang berhubungan dengan perilaku-perilaku sebagai berikut:
pernahkah para peserta didik terlambat datang ke sekolah dan apakah suka
membolos? Adakah perkelahian peserta didik menurun? Apakah vandalisme
(suka merusak), cenderung menurun? Apakah insiden penyalahgunaan obat keras,
telah berkurang?
C. Pendekatan Komprehensif Pendidikan Karakter
Ada dua tujuan pendidikan karakter, yaitu kebijakan dan kebaikan. Pendidikan
tentang kebaikan merupakan dasar demokrasi. Pendidikan karakter perlu diefektifkan
karena adanya kecenderungan perilaku menyimpang dari peserta didik. Memperhatikan
adanya gejala-gejala negatif tersebut, nilai-nilai apakah yang perlu diajarkan? Dua buah
nilai moral utama adalah ”respect and responsibility” (rasa hormat dan tanggung jawab).
Di samping itu ada sejumlah nilai yang diajarkan, antara lain: “honesty (kejujuran),
fairness (keterkuaan), tolerance (toleransi), prudence (kehati-hatian), self-discipline
(disiplin diri), helpfulness (membantu dengan tulus), compassion (rasa terharu),
cooperation (bekerjasama), courage (keteguhan hati), and host of democratic values”
(Lickona, 1991:43-45).
Apakah
syarat-syarat
karakter
yang baik?
Karakter,
berkaitan
dengan
pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri atas
pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan berbuat kebaikan, atau
kebiasaan pikiran, kebiasaan perasaan dalam hati, dan kebiasaan berperilaku yang baik.
Ketiga hal inilah yang menentukan kehidupan bermoral. Komponen-komponen karakter
yang baik adalah seperti pada bagan berikut (Lickona, 1991: 53).
COMPONENTS OF GOOD CHARACTER
MORAL KNOWING
1. Moral awareness
2. Knowing moral values
3. Perspective-taking
4. Moral Reasoning
5. Decision-making
6. Self-knowledge
MORAL FEELING
1. Conscience
2. Self-esteem
3. Empathy
4. Loving the good
5. Self-control
6. Humility
MORAL ACTION
1. Competence
2. Will
3. Habit
13
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
Dalam komponen “moral knowing” (pengetahuan moral) terdapat enam aspek, yaitu (1)
kesadaran moral (kesadaran hati nurani). (2) Knowing moral values (pengetahuan nilainilai moral), terdiri atas rasa hormat tentang kehidupan dan kebebasan, tanggung jawab
terhadap orang lain, kejujuran, keterbukaan, toleransi, kesopanan, disiplin diri, integritas,
kebaikan, perasaan kasihan, dan keteguhan hati. (3) Perspective- taking (kemampuan
untuk memberi pandangan kepada orang lain, melihat situasi seperti apa adanya,
membayangkan bagaimana dia seharusnya berpikir, bereaksi, dan merasakan). (4) Moral
reasoning (pertimbangan moral) adalah pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan
bermoral dan mengapa kita harus bermoral. (5) Decision-making (pengambilan
keputusan) adalah kemampuan mengambil keputusan dalam menghadapi masalahmasalah moral. (6) Self-knowledge (kemampuan untuk mengenal atau memahami diri
sendiri), dan hal ini paling sulit untuk dicapai, tetapi hal ini perlu untuk pengembangan
moral.
Dalam komponen ”moral feeling” (perasaan moral), terdapat enam aspek penting,
yaitu (1) conscience (kata hati atau hati nurani), yang memiliki dua sisi, yakni sisi
kognitif (pengetahuan tentang apa yang benar) dan sisi emosi (perasaan wajib berbuat
kebenaran). (2) Self-esteem (harga diri), dan jika kita mengukur harga diri sendiri berarti
menilai diri sendiri; jika menilai diri sendiri berarti merasa hormat terhadap diri sendiri.
(3) Empathy (kemampuan untuk mengidentifikasi diri dengan orang lain, atau seolaholah mengalami sendiri apa yang dialami oleh orang lain dan dilakukan orang lain). (4)
Loving the good (cinta pada kebaikan); ini merupakan bentuk tertinggi dari karakter,
termasuk menjadi tertarik dengan kebaikan yang sejati. Jika orang cinta pada kebaikan,
maka mereka akan berbuat baik dan memiliki moralitas. (5) Self-control (kemampuan
untuk mengendalikan diri sendiri), dan berfungsi untuk mengekang kesenangan diri
sendiri. (6) Humility (kerendahan hati), yaitu kebaikan moral yang kadang-kadang
dilupakan atau diabaikan, pada hal ini merupakan bagian penting dari karakter yang baik.
Dalam komponen ”moral action” (tindakan moral), terdapat tiga aspek penting,
(1)
competence
(kompetensi
moral),
yaitu
kemampuan
untuk
menggunakan
pertimbangan-pertimbangan moral dalam berperilaku moral yang efektif; (2) will
14
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
(kemauan), yakni pilihan yang benar dalam situasi moral tertentu, biasanya merupakan
hal yang sulit; (3) habit (kebiasaan), yakni suatu kebiasaan untuk bertindak secara baik
dan benar.
Bagaimanakah strategi kita untuk mengajarkan ”respect and responsibility” (rasa
hormat dan tanggung jawab) yang merupakan nilai-nilai moral utama? Licknona (1991)
mengemukakan suatu konsep tentang ”a comprehensive approach to moral values and
character education” seperti pada bagan berikut (Lickona, 1991:69)
A COMPREHENSIVE APPROACH
TO VALUES AND CHARACTER EDUCATION
Classroom Strategies
Schoolwide Strategies
1. The teacher as caregiver
model and mentor
2. A moral classroom community
1. Caring beyond the classroom
2. Creating a positive moral culture
in the school
3. School, parents, and communities
as partner
3. Moral discipline
4. A democratic classroom environment
5. Teaching values through the curriculum
6. Cooperative learning
7. Conscience of craft
8. Moral reflection
9. Teaching conflict resolution
Character
1. Moral knowing
2. Moral feeling
3. Moran action
Dalam bagan di atas terkandung ide-ide yang komprehensif mengenai pendidikan
karakter, sebagi berikut.
1. Pada umumnya pendidikan karakter mempunyai dua tujuan utama, yaitu
membantu peserta didik menjadi bijak (smart) dan membantu mereka menjadi
orang yang baik. Baik, dalam arti nilai-nilai moral yang seimbang, yakni nilainilai yang dapat memperkokoh martabat manusia dan mengembangkan kebaikan
15
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
individu dan masyarakat. Dua nilai-nilai moral universal yang merupakan nilainilai inti dalam masyarakat umum dan yang secara moral dapat diajarkan adalah
rasa hormat dan tanggung jawab.
2. Sekolah sebagai lembaga sosial diharapkan dapat membentuk karakter dengan
menggunakan strategi pendekatan komprehensif, yang meliputi semua pendekatan
terhadap pendidikan nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan sekolah untuk
mencapai pengembangan karakter. Pendekatan tersebut meliputi 12 strategi di
dalam kelas dan di luar kelas. Yang termasuk pendekatan komprehensif di dalam
kelas adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan kegiatan pendidik (guru),
antara lain sebagai berikut.
(1) Aktivitas guru sebagai pemberi rasa hormat dan cinta, sebagai model dan
sebagai mentor yang memeperlakukan peserta didik dengan cinta dan rasa
hormat, menjadi contoh yang baik, menunjukkan perilaku yang prososial, dan
berperilaku hati-hati dan cermat.
(2) Menciptakan suatu masyarakat yang bermoral di dalam kelas, membantu
peserta didik untuk saling mengenal satu sama lainnya, rasa hormat dan penuh
perhatian antara yang satu dengan yang lainnya, dan merasakan nilai anggota di
dalam kelompok.
(3) Praktikkan atau terapkan disiplin moral, ciptakan dan laksanakan aturanaturan sebagai kesempatan untuk memacu pemikiran moral, laksanakan
pengendalian diri, dan menggeneralisasi perhatian dan hormat kepada orang lain.
(4) Ciptakan lingkungan kelas yang demokratis, libatkan peserta didik dalam
pengambilan keputusan dan berikan tanggung jawab untuk membuat kelas
sebagai tempat yang baik untuk belajar.
(5) Ajarkan nilai-nilai melalui kurikulum, gunakan subjek akademik sebagai
wahana untuk menguji isu-isu kesusilaan (etika)
(6) Gunakan cara belajar kooperatip untuk mengajar peserta didik tentang
karakter dan keterampilan-keterampilan untuk saling membantu dan bekerjasama.
16
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
(7) Kembangkan kesadaran tentang keahlian keterampilan dengan memacu
tanggung jawab akademik pada para peserta didik dan kembangkan rasa hormat
mereka terhadap nilai dari belajar dan bekerja.
(8) Bangkitkan refleksi moral mereka melalui membaca, menulis, berdiskusi,
latihan pengambilan keputusan, dan berdebat dalam diskusi.
(9) Ajarkan cara-cara pemecahan konflik, dengan demikian peserta didik akan
memiliki kemampuan dan komitmen untuk memecahkan konflik-konflik secara
terbuka dan jujur, dan tidak dengan kekerasan.
(10) Pendekatan komprehensif yang berkenaan dengan aktivitas-aktivitas sekolah
harus diarahkan kepada kegiatan untuk belajar membaca lebih giat, pemeliharaan
kondisi kelas dengan menggunakan model-model dan kesempatan-kesempatan
bagi pelayanan sekolah dan masyarakat untuk membantu peserta didik untuk
belajar memperhatikan serta memelihara suasana kelas.
(11) Ciptakan budaya moral positif di sekolah, kembangkan seluruh lingkungan
sekolah (melalui kepemimpinan kepala sekolah), memperluas disiplin sekolah,
memperluas rasa kemasyarakatan di sekolah, ciptakan organisasi yang
demokratis, ciptakan suasana bermoral di antara kelompok orang dewasa, dan
sediakan waktu untuk memperlihatkan perilaku moral.
(12) Ajaklah orang tua dan anggota masyarakat sebagai partner dalam pendidikan
nilai-nilai, dukung orang tua sebagai pendidik moral pertama dan utama bagi
anak-anaknya, doronglah orang tua untuk mendukung sekolah dalam melakuan
usaha-usaha untuk memacu meningkatkan nilai-nilai yang baik, dan gunakan
bantuan masyarakat (seperti pemuka-pemuka agama, kalangan pengusaha, media
massa) dalam mengembangkan nilai-nilai yang akan diajarkan di sekolah.
Dalam hubungan dengan pendidikan karakter ini, William J. Bennett (Ed.,
1997) dalam bukunya berjudul: ”The Book of Virtues: A Treasury of Great Moral
Stories” mengemukakan bahwa dalam pendidikan moral, pendidik perlu
mengajarkan tentang nilai-nilai moral seperti: rasa hormat kepada orang tua dan
guru, jujur, terbuka, toleransi, adil, religius, bertanggung jawab terhadap
17
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
masyarakat dan negara, serta memiliki rasa kasih sayang dan cinta terhadap
Tuhan, masyarakat, dan lingkungan. Dengan menggunakan ilustrasi ceritraceritra, Bennett mengungkapkan beberapa cara untuk mengembangkan karakter
yang baik, antara lain sebagai berikut.
(1) Self-discipline (disiplin diri) perlu ditanamkan pada peserta didik, para
pendidik/guru, para pelatih, pembimbing, dan pada semua komponen yang
terkait dengan kegiatan proses pembelajaran.
(2) Compassion (rasa terharu) yang disertai rasa kasih. Di samping disiplin diri,
kita sering menyaksikan adanya rasa
keterharuan, yang kadang-kadang
menutup hati atau kesadaran moral. Bagaimana caranya untuk meningkatkan
rasa kasihan kepada orang lain pada peserta didik? Dalam hal ini, berikanlah
merka ceritra-ceritra dan pribahasa yang bermanfaat sebanyak mungkin.
(3) Responsibility (tanggung jawab). Orang yang tidak bertanggung jawab adalah
suatu ciri bahwa orang itu belum matang, sebliknya adanya rasa tanggung
jawab adalah ciri kematangan seseorang. Jika kita berupaya untuk membantu
peserta didik menjadi orang yang bertangung jawab, maka sesungguhnya kita
membantu mereka menjadi matang.Tanggung jawab, dan supaya kita menjadi
bertanggung jawab, harus menggunakan kekuatan yang ada pada setiap
orang; dan setiap orang harus melakukannya teus-menerus.
(4) Friendship (pesahabatan). Ceritra-ceritra mengenai pershabatan yang baik
merupakan paradigma moral bagi semua hubungan antar manusia.Pengertian
persahabatan ini lebih luas daripada kenalan dan di dalamnya termasuk lebih
luas dari afeksi.
(5) Work (pekerjaan), apa yang harus dikerjakan supaya kita meningkat? Ini
pertanyaan yang menyangkut pekerjaan, dan sekaligus pertanyaan yang
menyangkut kehidupan.
(6) Courage (keberanian dan keteguhan hati).Di samping bekerja, menghayati
dan menikmati makna kerja bagi kehidupan manusia, perlu menanamkan
keberanian dan keteguhan hati atau ketekunan dalam menghadapi perasaan
18
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
takut, sifat ragu-ragu, gugup, bimbng, dan sifat-sifat lainnya yang sering
mengganggu.
(7) Perseverance (ketekunan), perlu dibina terus. Bagaimana caranya mendorong
peserta didik supaya tekun dan tetap melaksanakan usaha-usaha untuk
meningkatkan keberanian dan ketekunannya sendiri? Dalam hal ini, peserta
didik harus melaksanakan sendiri, dan orang tua/pendidik berada bersamasama mereka, serta mengawasi dari belakang (Tut Wuri Handayani), dengan
membimbing dan mengarahkan serta memberikan contoh-contoh yang
positif.
(8) Honesty (kejujuran). Supaya bisa menjadi orang jujur, berbuatlah secara
nyata, secara murni, dan bisa dipercaya. Kejujuran ini bisa diwujudkan atau
diekspresikan dalam bentuk rasa hormat kepada diri sendiri dan pada orang
alin. Hal ini perlu dilatih dan dipelajari sepanjang hidup supaya menjadi
orang yang memiliki integritas dan kemauan yang mulia.
(9) Loyalty (loyalitas).Faktor kejujuran harus diiringi dengan prinsip loyalitas,
sehingga persahabatan dan hubungan-hubungan antar manusia bisa diterima
dengan baik. Loyalitas atau kesetiaan berkaitan dengan hubungan
kekeluargaan, persahabatan, afiliasi keagamaan, kehidupan profesional dan
lain-lain, yang kesemuanya itu dapat berubah atau berkembang.
(10) Faith (keyakinan/kepercayaan). Hal terkhir yang sangat penting bagi
kehidupan manusia adalah keyakinan atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Kuasa/Ida Sang Hyang Widi Wasa. Hal ini merupakan dimensi yang
sangat penting yang merupakan sumber moral manusia.
D. Metode Pendidikan Karakter
Menurut Sommers (1993) dalam artikelnya yang berjudul: ”Teaching the Virtue,
a Blueprint for Moral Education” , bahwa salah satu metode penting dalam pendidikan
moral adalah metode ”values clarification” (klarifikasi nilai). Dengan menggunakan
metode ini, pendidik/guru tidak secara langsung menyampaikan kepada peserta didik
tentang ”benar” atau ”salah”, tetapi sebaliknya peserta didik harus diberikan kesempatan
19
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
untuk menyatakan nilai-nilai dengan caranya sendiri. Lebih lanjut disarankan, bahwa (1)
sekolah harus memiliki aturan-aturan tingkah laku yang menekankan pada kesopanan,
kebaikan-kebaikan, disiplin diri, dan kejujuran; (2) pendidik/guru-guru jangan
mengindoktrinasi peserta didik, jika mereka minta dengan tegas atas dasar kesopanan,
kejujuran, dan keterbukaan; (3) peserta didik harus diberikan ceritra-ceritra yang
menekankan pada prinsip-prinsip kebaikan, dan para peserta didik hendaknya gemar
membaca, mempelajarai dan mendiskusikan tentang isu-isu moral. Dalam kaitan ini, para
pendidik harus membantu peserta didik agar mengenal nilai-nilai moral yang diwariskan
melalui literatur, internet, agama, dan filsafat. Hal ini penting karena hal-hal yang
berkaitan dengan kebaikan dapat dipikirkan dan dipelajari melalui pendidikan moral.
Selanjutnya, Alfie Kohn (1991) dalam artikelnya yang berjudul: ”The Role of
School”, antara lain menyebutkan bahwa untuk membantu peserta didik supaya bisa
tumbuh menjadi dewasa, kepada mereka harus ditanamkan nilai-nilai disiplin sejak dini
melalui proses interaksi antar peserta didik, dengan guru-guru, dan orang tua. Melalui
interaksi dengan teman sejawat, dengan guru-guru, orang tua, pembuat kebijakan dan
lain-lain, akan dapat ditumbuhkan nilai-nilai prososial. Dalam hubungan ini dapat
digunakan diantara empat pendekatan untuk mengubah perilaku dan sikap, sebagai
berikut: (1) funishing (menghukum), (2) bribing (menyogok/menyuap), (3) encouraging
commitment to values (mendorong komitmen terhadap nilai). Penggunaan hukuman
dengan kekerasan merupakan cara yang tidak efektif dan bahkan menyebabkan situasi
menjadi lebih buruk, karena hukuman akan menimbulkan perlawanan dan kemarahan.
Oleh karena itu, penggunaan hukuman ini harus benar-benar selektif dan tidak berupa
hukuman fisik. Seperti yang diungkapkan oleh Gordon (1989), bahwa selama usaha kita
untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan nilai-nilai yang baik, maka
penggunaan hukuman kekerasan tidak diperkenankan. Selanjutnya, pendekatan dengan
’bribing’ atau menyogok/menyuap, yang merupakan reward (hadiah), memang
belumdiketahui secara pasti efektivitasnya, mana lebih efektif antara hadiah dn hukuman.
Hadiah ini hanya bersifat merangsang motivasi ekstrinsik, pada hal yang lebih penting
adalah membangkitkan motivasi intrinsik.
Setelah mempertimbangkan keterbatasan dari hukuman dan hadiah, kini
sampailah kepada pendekatan yang dipandang lebih baik, yakni pendekatan yang
20
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
mendorong komitmen terhadap nilai-nilai. Tujuan guru/pendidik tidak hanya untuk
membangkitkan perilaku yang baik, tetapi juga untuk membantu peserta didik untuk
melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang baik dan bertanggung jawab serta
memiliki disiplin yang kuat. Bagaimana caranya untuk meningkatkan komitmen
kelompok terhadap nilai-nilai? Dalam kaitan ini, bukan saja untuk bertujuan untuk
menginternalisasi nilai-nilai yang baik di dalam masyarakat, tetapi juga untuk
menginternalisasi nilai-nilai yang lainnya. Dengan demikain, sesungguhnya para
pendidik menginginkan supaya dapat mengantarkan peserta didik menjadi orang yang
baik, dapat menciptakan norma-norma secara bertanggung jawab terhadap apa yang
mereka yakini, katakan, kerjakan, dan bagaimana caranya berhubungan dengan para
peserta didik, dan bagaimana caranya mendorong peserta didik untuk saling berhubungan
antara yang satu dengan yang lain.
Untuk memupuk ”selflessness’ atau ”mutualy” (rasa kebersamaan), yakni suatu
kebutuhan untuk mengadakan pertalian interpersonal, sangat diperlukan adanya
keterlibatan orang tua secara persuasif (Etzioni, 1983). Rasa kebersamaan akan terwujud,
jika setiap orang memperhatikan perilakunya dalam konteks kelompok budaya yang lebih
luas, dimana ia berfungsi. Hal yang sangat penting bagi pendidik adalah bahwa hal itu
akan muncul jika dipelajari sejak masa kanak-kanak sebagai akibat dari proses
interakasinya berkali-kali dengan orang tua mereka. Dalam hubungan ini,, perlakuan
orang tua tidak boleh keras, tetapi harus sebagai model yang tidak agresif. Tujuan
pendidik dan orang tua adalah mengantarkan anak-anak supaya menjadi disiplin. Oleh
karena itu, orang tua harus menjadi model yang bisa ditiru, dan juga masyarakat juga
harus memberikan dorongan bagi munculnya perilaku disiplin pada anak-anak. Dalam
kaitan dengan pembentukan disiplin diri, para pendidik/guru dapat melakukan hal-hal
berikut: (1) para guru harus menggunakan teknik-teknik disiplin yang dapat mendorong
tanggung jawab personal, (2) para guru sedapat mungkin harus menghindari penggunaan
hukuman, (3) para guru harus menyadari kualitas perhatian terhadap peserta didik dan
bekerja untuk menciptakan hubungan-hubungan yang baik dengan peserta didik, dan (4)
para guru dan para administrator harus menciptakan hubungan yang kuat dengan orang
tua peserta didik (Lisley, 1996:677). Dengan demikian jelaslah bahwa dalam pembinaan
disiplin, tanggung jawab, dan rasa kebersamaan pada peserta didik, maka orang
21
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
tua/pendidik harus menjadi model yang baik, dan masyarakat bertanggung jawabuntuk
mendorong berkembangnya perilaku disiplin. Orang tua harus menekankan pada
konsekuensi tindakannya sehingga harus menghindari penggunaan hukuman dengan
kekerasan dan pendidikan pada anak-anak harus didasarkan pada tanggung jawab
bersama.
Demikianlah secara garis besar prinsip-prinsip umum dalam pelaksanaan
pendidikan karakter yang perlu dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh pendidik/guru,
khususnya dalam rangka pengembangan profesionalime guru, termasuk pengembangan
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Semua komponen dan aspek yang
mendukung pembentukan karakter yang baik, perlu dimiliki oleh guru yang profesional,
sebelum mengajarkan atau memberikan contoh tentang pikiran, perasaan, dan perilaku
moral yang baik kepada peserta didik.
IV. Penilaian Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Sosial
A. Aspek-aspek yang dinilai
Untuk dapat melakukan penilaian kompetensi guru secara tepat, kelas diklat
dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 10 peserta setiap kelompok (peer group).
Setiap peserta diminta untuk meranking 10 peserta dalam kelompok tersebut. Setiap
ranking dapat ditempati maksimum dua peserta. Peserta diklat dinilai dengan cara
diranking melalui butir-butir sebagai berikut.
1. Kedisiplinan (ketaatan mengikuti tata tertib)
2. Penampilan (kerapian dan kewajaran)
3. Kesantunan berperilaku
4. Kemampuan bekerjasama
5. Kemampuan berkomunikasi
6. Komitmen
7. Keteladanan
8. Semangat
9. Empati
10. Tanggung jawab
22
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
B. Lembar Penilaian Kompetensi Peserta Diklat
Rankinglah teman-teman dan diri Bapak/Ibu sesuai dengan prestasi masingmasing selama mengikuti diklat ini. Ranking satu berarti peserta diklat merupakan
peserta terbaik dalam aspek yang dinilai dan berikan skor 100; ranking dua diberi skor
90, dan seterusnya. Skor tersebut masukkan dalam lembar penilaian berikut.
No
Aspek yang dinilai0
Nomor peserta dalam kelompok
1
1
Kedisiplinan (ketaatan mengikuti tatatertib)
2
Penampilan (kerapian dan kewajaran)
3
Kesantunan berperilaku
4
Kemampuan bekerjasama
5
Kemampuan berkomunikasi
6
Komitmen
7
Keteladanan
8
Semangat
9
Empati
10
Tanggung jawab
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor rerata
Penilai,
(boleh tidak mencantumkan nama)
Tabel konversi ranking ke skor
Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
23
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
DAFTAR PUSTAKA
Aronfreed, J.& Reber, A. (1965). Internalized Behavioral Supression and The Timing of
Social Punishment. Journal of Personality and Social Psychology, 1, 3-16.
Bennett, William J. (Ed., 1997). The Book of Virtues for Young People: A Treasury of
Great Moral Stories. New York: Simon & Schuster.
Brown, A.L. (1975). The Development of Memory: Knowing, Knowing about Knowing,
and Knowing How to Know. In: H.W. Reese (Ed.). Advances in Child Development
and Behavior. (Vol.10). New York: Academic Press.
Benninga, J. (1991). Moral Character and Civic Education in the Elementary School.
Nership: Teachers College Press.
Dienstbier, R.A. 1984). The Role of Emotion in Moral Socializaion. In: Izard, J. Kagan
& R.B. Zajonc (Ed.). Emotions, Cognitions, and Behavior. New York: Cambridge
University Press.
Etzioni, Amitai. (1997).Children Learn What They Live. The Washington Post National
Weekly. Edition January 13, 1997.
Gordon, Thomas. (1989). Teaching Children Self-Disciplin. New York:Times Books.
Heath, D. (1994). School of Hope: Developing Mind and Character in Today’s Youth.
San Fransisco: Jossey-Bass.
Henry, R. (1983). The Psychodinamic: Foundation of Morality. New ork: Basel.
Huffman, H. (1994). Developing a Character Education Program. Alexandria: VA,
Character Education Part.
Kieman, Louise. (1997). Teaching More than Book Smart. Chicago Tribune Magazine,
Pebruay 18, 1997, p.5.
Koyan, I.W. (2000). Pendidikan Moral: Pendekatan Lintas Budaya. Jakarta: Proyek
PGSM, Ditjen Dikti.
Koyan, I.W. (2004). Pendidikan Karakter: Suatu Pendekatan Komprehensip. Makalah.
Kohn, Alfie. (1991). Caring Kids: The Role of The School. California: Phi Delta Kappa.
Kilpatrick, W. (1992). Why Johnny Can’t Tell Right from Wrong. New York: Simon and
Schuster.
Lickona, T. (1996). Eleven Principles of Effective Character Education. Journal of Moral
Education.1, 1996, pp.93-94.
Loehrer, Michael C. (1998). How to Change a Rottern Attitude; A Manual for Building
Virtue and Character in Middle and High School Students. California: Corwin
Press. A Sage Publications Company.
Lasley, T.J. (1996). Teaching Selflessness in A Selfish Society. Ohio State University: Phi
Delta Kappa.
Mosher, R.L. (1980). Moral Education: A First Generation of Research and
Development. New York: Praeger Publishers.
24
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
Rest, J.R. (1994). Moral Development in Professions: Psychology and Applied Ethics.
New Jersey: Lawrense Erlbaum Associates Publishers.
Rosen, Louis. (1997). School Discipline: Best Practice for Administrators. California:
Corwin Press. A Sage Publications Company.
Rusnack, Timothy, (Ed). (1998). An Integrated Approach to Character Education.
California: Corwin Press, Inc. A Sage Publications Company..
Sichel, B.A. (1988). Moral Education: Character, Community, and Ideals. Philadelphia:
Temple University Press.
Sommers, Ch. H. (1993). Teaching Te Virtues: A Blueprint for Moral Education.
Chicago Tribune Magazine, September 12, 1993.
25
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Materi Diklat Sertifikasi Guru (Kompetensi Kepribadian dan Sosial) di Universitas Pendidikan Ganesha
Download