MODUL PERKULIAHAN Kewirausahaan II LAPORAN PERKEMBANGAN BISNIS Mengetahui Kebutuhan Dan Kriteria SDM Yang di Butuhkan Fakultas Program Studi Ekonomi Bisnis Manajemen 2012 1 Tatap Muka 11 Kode MK Disusun Oleh Kode MK Ari Sulistyantop Abstract Kompetensi Pengembangan SDM dan Strategi Pengembangan SDM Mampu mengetahui Kebutuhan Dan Kriteria SDM Yang di Butuhkan KEWIRAUSAHAAN Ari Sulistyanto, S.Sos. M.i Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pembahasan A. PENDAHULUAN Manajemen Sumber Daya Manusia diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi.Tujuannya adalah memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif. Untuk mencapai tujuan ini, studi tentang manajemen personalia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan, mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi, dan memelihara karyawan dalam jumlah (kuantitas) dan tipe (kualitas) Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi sdm adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource department. Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya. Pengembangan (development) adalah fungsi operasional kedua dari manajemen sumber daya manusia. Pengembangan karyawan (baru/lama) perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan, agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih dahulu ditetapkan suatu program pengembangan karyawan. Program pengembangan karyawan hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada ketrampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun untuk masa depan. Pengembangan harus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan supaya prestasi kerjanya baik dan mencapai hasil yang optimal. 2012 2 KEWIRAUSAHAAN Ari Sulistyanto, S.Sos. M.i Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengembangan karyawan dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan yang sejenis. Setiap pegawai perusahaan dituntut agar dapat bekerja efektif, efisien, kualitas dan kuantitas pekerjaannya baik sehingga daya saing perusahaan semakin besar. Pengembangan karier bagi para pendidikan.Walaupun ini dilakukan untuk tujuan nonkarier maupun pegawai baik lama pengembangan atau baru melalui latihan dan pelatihan mempunyai dan kesamaan dalam metode yang digunakan dalam pembelajaran, namun dalam beberapa hal dapat dibedakan diantaranya sebagai berikut a. Pengembangan lebih peduli karyawan lebih berorientasi kepada masa depan dan terhadap pendidikan, yaitu terhadap peningkatan kemampuan seseorang untuk memahami dan menginterprestasi pengetahuan bukan mengajarkan pengembangan ketrampilan teknis. Dengan demikian lebih kepada pertumbuhan kepribadian karyawan, bukan bukan kepada peningkatan kemampuan teknis. b. Sedangkan pelatihan lebih berorientasi pada pekerjaan saat ini, fokusnya kepada pekerjaan seseorang saat ini ditujukan untuk meningkatan ketrampilan- ketrampilan tertentu dan kemampuan untuk dapat melaksanakan pekerjaannya dengan segera mungkin. B. DEFENISI PENGEMBANGAN SDM Pengembangan teknis, teoritis, adalah suatu usaha untuk meningkatkan konsepsual, dan moral karyawan kemampuan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui latihan dan pendidikan. Jenis-jenis pengembangan SDM terdiri dari : 1. Pengembangan secara informal Pengembangan secara informal yaitu pegawai atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari buku-buku literatur yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan karena prestasi kerja pegawai semakin besar, disamping efesiensi dan produktivitasnya juga semakin baik. 2. 2012 Pengembangan secara formal 3 KEWIRAUSAHAAN Ari Sulistyanto, S.Sos. M.i Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengembangan secara formal yaitu pegawai ditugaskan oleh perusahaannya untuk 2012 4 mengikuti pendidikan KEWIRAUSAHAAN Ari Sulistyanto, S.Sos. M.i Kom dan pelatihan, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan. Pengembangan secara formal dilakukan perusahaan karena tuntutan pekerjaan saat ini ataupun masa datang, yang sifatnya nonkarier atau karier seorang pegawai. C. ASPEK STRATEJIK PENGEMBANGAN SDM 1. Strategi Organisasi dan Pengembangan SDM Luoma mengemukakan, bahwa ada tiga pendekatan dalam pengembangan SDM, yaitu pendekatan berdasarkan kebutuhan, pendekatan oportunistik dan pendekatan yang didasarkan pada konsep yang menganggap bahwa kapabilitas adalah kunci untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Pendekatan berdasarkan pengembangan SDM kebutuhan adalah untuk menganggap mengidentifikasi bahwa dan strategi memperbaiki kekurangan keterampilan dalam kaitannya denga strategi organisasi, jadi pendekatan jenis ini bersifat reaktif. Pendekatan oportunistik menganggap bahwa strategi pengembangan SDM lebih dipengaruhi pendekatan oleh faktor eksternal ini dibuat ide pendahuluan dari pada faktor internal. untuk pengembangan Pada SDM di organisasi secara umum yang berasal dari studi kasus, benchmarking, dan lain-lain. Pendekatan ketiga menganggap bahwa kapabilitas adalah kunci untuk mempertahankan keunggulan kompetitif, pendekatan ini bersifat proaktif, karena memfokuskan diri pada keadaan organisasi yang diinginkan dimasa mendatang. Dalam pelaksanaannya, ketiga pendekatan tersebut seringkali dipergunakan secara bersamaan dan disesuaikan dengan kondisi perusahaan / organisasi saat ini dan pengembangan yang diinginkan dimasa mendatang. 2. Integrasi antara Strategi Pengembangan SDM dan Strategi SDM yang Lain Didalam pengelolaan SDM, antara strategi fungsi SDM yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dilihat sebagai bagian yang terpisah, tetapi harus dilihat sebagai suatu yang komprehensif. Sebagai contoh adalah dampak strategi pengembangan SDM terhadap fungsi perekrutan dan mengembangkan seleksi, bila fungsi pengembangan SDM dapat karyawan dengan baik, maka tidak diperlukan mencari tenaga dari luar perusahaan, artinya tidak diperlukan perekrutan eksternal. D. PENDEKATAN TERHADAP PENGEMBANGAN SDM Mechael Amstrong mengatakan bahwa pengembangan sumber daya manusi meliputi : 1. Pendidikan dan Pelatihan yang Sistematis dan Terencana Pelatihan dan Pendidikan adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan karyawan lama dan baru yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan untuk saat ini atau untuk masa mendatang. Tujuan pelatihan dan pendidikan pada umumnya dilakukan untuk kepentingan karyawan, perusahaan dan konsumen. Untuk kepentingan karyawan adalah sebagai berikut : a. Memberikan ketrampilan dan pengetahuan diperlukan karyawan b. Meningkatkan moral. yang c. Memperbaiki kinerja d. Membantu karyawan dalam mengadapi perubahan-perubahan e. Peningkatan karier f. Peningkatan jumlah balas jasa yang akan diterima Untuk kepentingan perusahaan adalah sebagai berikut : a. Memenuhi kebutuhan PSDM b. Penghematan c. Mengurangi tingkat kerusakan dan kecelakaan. d. Memperkuat komitmen karyawan Untuk kepentingan konsumen adalah sebagai berikut : a. Akan mendapatkan produk yang baik b. Meningkatkan pelayanan 2. Pengembangan yang Berkesinambungan Program pendidikan dan pelatihan (Diklat) harus dijadikan sebagai proses yang berkelanjutan, dengan demikian setiap karyawan tidk hanya memandang pekerjaan sebagai suatu kewajiban yang bersifat rutinitas, akan tetapi selama mereka bekerja mereka juga melakukan pengembangan diri dan selalu belajar. 3. Penciptaan Organisasi Pembelajaran Pedral mengemukakan bahwa organisasi pembelajaran adalah lembaga yang menfasilitasi kegiatan belajar dari seluruh anggotanya dan terus melakukantransformasi. Bila ini bisa diterapkan dalam suatu perusahaan, maka kegiatan belajar dan pengembangan karyawan akan menjadi budaya perusahaan yang menjelma dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pihak pimpinan tidak lagi merasa terpaksa untuk mengadakan program diklat, dan sebaliknya tidak ada lagi karyawan yang merasa diabaikan karena tidak diikutkan dalam program diklat tersebut. 4. Diklat Yang Terkait dengan Kinerja Diklat seperti ini diberikan berkaitan dengan kinerja karyawan, bagi karyawan adalah untuk mengisi kesenjangan antara hal yang mereka ketahui dengan yang dapat mereka lakukan dalam bidang pekerjaan yang harus dilakukannya. 5. Pengembangan Manajemen dan Perencanaan Karier Tujuan pengembangan manajemen adalah untuk memastikan bahwa organisasi memiliki manajer yang efektif untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa mendatang. Garry Dessler mendefinisikan manajemen sebagai segala usaha untuk meningkatkan pada saat ini dan pengembangan kinerja manajemen masa mendatang, dengan menambah pengetahuan, mengubah sikap atau meningkatkan keterampilan. Pengembangan manajemen dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti rotasi kerja, sehingga pengalaman kerja karyawan akan bertambah, karena setiap terjadi rotasi tersebut mereka akan mendapatkan pelatihan formal, umpan balik dan melaksanakan program-program pada bagian pekerjaan yang baru. Selain itu juga dibutuhkan pengembangan karier, agar kebutuhan pergantian manajemen dapat terpenuhi kapanpun diperlukan, selain itu juga akan memberikan kepastian kepada setiap karyawan tentang jenjang karier yang akan dilalui dan didapatkannya selama mereka bekerja di perusahaan tersebut, sehingga karyawan akan memiliki motivasi kerja yang tinggi. E. PROSES DIKLAT Garry Dessler mengatakan ada lima pengembangan tenaga kerja, yaitu analisis kebutuhan, validasi, implementasi, diperlukan program proses desain instruksional, evaluasi serta tindak lanjut. Analisis kebutuhan untuk memperoleh data kebutuhan guna menyusun langkah diklat apa yang dimiliki yang efektif dan tepat karyawan sasaran untuk dilaksanakan. Data tersebut dapat diperoleh dari laporan kinerja karyawan dan pendapat para manajer tentang kekurangan yang dimiliki bawahannya. Disain instruksional instruksional juga diperlukan, karena tidak tepat untuk semua jenis diklat.Validasi semua atau desain keabsahan, maksudnya adalah kesesuaian antara materi diklat dengan kebutuhan peserta diklat serta tujuan diadakannya diklat tersebut. Implementasi disinilah proses tahapan ini atau penerapan pengembangan adalah sebenarnya tahap menjalankan dilaksanakan, diklat , akan tetapi tidak akan efektif bila tidak didukung oleh tahapan sebelumnya. Faktor yang sangat menetukan dalam tahap ini adalah keberadaan dan kemampuan guru, instruktur atau trainer. Terakhir adalah tahap evaluasi. Evaluasi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan dengan berbagai cara / metoda. Bahkan Edward Salis mengatakan bahwa evaluasi yang berkualitas adalah evaluasi yang dilakukan di awal, saat berlansung dan diakhir diklat. 1. Orientasi Karyawan Yaitu acara yang bersifat khusus dan formal dalam rangka memperkenalkan pekerjaan, rekan kerja, lingkungan kerja, target yang harus dicapai serta tujuan perusahaan secara umum. Pada dasarnya dengan adanya orientasi diharapkan perusahaan kesenjangan pengetahuan umum tentang antara karyawan baru dengan karyawan lama dapat diperkecil, sehingga mereka tidak merasa asing dalam dunia kerja yang akan dihadapinya. 2. Pelatihan Lansung di Tempat Kerja Pelatihan seperti ini dikenal dengan on the job training, yaitu dengan cara meberikan pelatihan lansung pada karyawan di tempat kerjanya sendiri, biasanya materi atasan lansung (penyelia). karena disampaikan oleh karyawan senior atau Pelatihan seperti ini biasanya lebih efektif, karyawan menerima materi yang lansung dapat dipraktekan, selain itu juga lebih hemat biaya. 3. Pelatihan di Luar Tempat Kerja Pelatihan seperti ini dikenal dengan off the job training, yaitu dengan cara memberikan materi di luar tempat kerja, seperti di laboratorium. Teknik pelatihan seperti ini dapat berupa audiovisual, teknik simulasi, teknik berbasis komputer, dll. 4. Magang Merupakan perpaduan antara pelatihan di dalam dan di luar tempat kerja. Misalnya para peserta diberi teori diluar tempat kerja, lalu diberi kesempatan untuk mempraktekannya di tempat kerja masing-masing. Derek Torrington mengatakan ada tiga macam gaya belajar, yaitu aktivis, reflektor dan teoritis. Orang-orang ”permainan peran”, orang-orang menganalisis hal orang-orang suatu yang aktivis lebih senang dengan reflektor sangat pakar dalam dan alasan terjadinya hal tersebut, sedangkan teoritis sangat pakar dalam menggabungkan potongan informasi dan cenderung potongan- memulai belajar dengan membaca topik terlebih dahulu. Berbagai tipe pembelajar sebenarnya dipengaruhi oleh jenis kecerdasan dominan yang dimiliki pembelajar kecerdasan tersebut. kepada tujuh macam, Thomas Amstrong yaitu kecerdasan membagi dalam berbahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan mengenai ruang, kecerdasan kinestetisjasmaniah, kecerdasan antar berkaitan dengan musik, kecerdasan hubungan pribadi, kecerdasan intrapersonal atau kemampuan mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri. H. TIPS PEMBELAJARAN YANG SUKSES Selain berbagai hal yang sudah dibahas sebelumnya, ada beberapa tips yang perlu diingat oleh para pendidik atau pelatih agar program diklat yang dilakukan berjalandengan sukses, antara lain : 1. Materi yang diberikan akan lebih mudah dipahami bila berarti, untuk itu hendaknya materi yang diberikan dalam bahasa yang mudah dimengerti, dengan alat bantu visual sebanyak mungkin, dan diberikan contoh-contoh konkrit yang tidak asing bagi para peserta. 2. Pastikan bahwa keterampilan dan perilaku yang baru diperoleh peserta mudah diterapkan menciptakan di tempat kerjanya, dalam hal ini dapat disiasati dengan suasana diklat semirip mungkin dengan suasana kerja para peserta. 3. Berilah motivasi pada para peserta, misalnya dengan memberikan umpan balik yang memadai, seperti pujian untuk yang memperoleh hasil baik dan kecaman bila hasilnya buruk. Atau bisa juga dengan membiarkan peserta menjalankan pelatihan dengan cara yang bisa mereka lakukan sendiri, para pelatih hanya tinggal mengawasi apabila yang dilakukan peserta sudah tidak sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai darim pelatihan tersebut. Daftar Pustaka 1. Gery Dessler, Manajemen SDM, 1998 2. Edwin B. Fuppo, Manajemen Personalia, 1998 3. T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan SDM, 2001 4. Ati Cahyati, Stategi Kebijakan MSDM, 2005 5. rs. H. Melayu, S.P. Hasibuan, MSDM (versi revisi), 2005 6. Marihot Efendi Hariandja, Drs., M.Si, MSDM, 2002