Salah satu cara untuk mengurangi andanya masalah

advertisement
Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang dan Deviden, Dalam
Perspektif Agency Theory Dengan Investment Opportunity Set Sebagai
Faktor Pembeda
Studi Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia 2010
(Wiwiek Prihandini)
Institut Perbanas
Abstrak
The aims of the study are to analyze the effect of managerial ownership
and debt policy of dividend policy, to the investment opportunity set
(IOS) as a distinguish model between companies and groups of high
and low IOS. Differences test between the two models using the Chow
Test. Sampling are taken from the population which is listed on the
Indonesia Stock Exchange as many as 432 companies, and conducted
through three stages. First, based on simple random sampling, 307
companies founded. Furthermore, select only the companies that pay
cash dividends, as many as 138 companies. Of this number selected
again only to companies that in their capital structure has managerial
ownership, and acquired 65 companies. The results of this study
indicate that the debt policy does not affect the dividend policy.
However, managerial ownership has a positive effect on firms with low
IOS. Whereas in companies with high IOS, managerial ownership
negatively affect dividend policy.
Pendahuluan
Agency theory
merupakan teori keuangan modern yang banyak dibahas oleh para
akdemisi belakangan ini. Teori ini memfokuskan pada isue utama mengenai tata kelola
perilaku manajemen. Teori keagenan menjelaskan mengenai adanya konflik kepentingan
antara pemegang saham dan manajer. Kecenderungannya manajer tidak selalu bekerja
untuk kepentingan pemegang saham. Struktur kepemilikan menjadi fenomena penting
karena selain berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, juga dapat mengurangi masalah
keagenan (Joher, 2006;51). Kepemilikan manajerial merupakan bagian dari struktur
kepemilikan yang dapat mempengaruhi kinerja dan nilai perusahaan melalui mitigasi
biaya keagenan perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat membantu mensejajarkan
kepentingan manajerial dengan pemegang saham eksternal ( Moon, 2011;1)
Dalam masalah keagenan, terdapat dua jenis biaya keagenan. Pertama, pada saat terjadi
penjualan saham kepada pihak eksternal, memunculkan masalah keagenan antara manajer
dan pemegang saham eksternal. Kedua, pembiayaan dengan hutang juga memunculkan
konflik antara pemegang saham dengan kreditur. Kepemilikan manajerial merupakan
cara untuk meminimalkan konflik keagenan (Jensen dan Meckling 1996). Kepemilikan
manajerial dapat mengurangi biaya modal dan berpengaruh pada peningkatkan biaya
hutang. Hal ini terjadi karena manajer yang mempunyai hak kepemilikan cenderung
memaksimalkan kepentingan pemegang saham, yang tidak lain dirinya sendiri. Dalam
kondisi ini manajer lebih suka membiayai usahanya dengan hutang, tidak dengan dana
yang dimiliki oleh pemegang saham. Semakin tinggi kepemilikan manajerial akan
mengurangi biaya kontrak, karena kepemilikan manajerial yang tinggi, berarti ikatan
manajemen dengan pemegang saham menjadi lebih kuat. (Sun Yi, 1987;159)
Cara lain untuk mengurangi adanya masalah keagenan adalah dengan menggunakan
hutang untuk pembiayaan kegiatan usaha perusahaan. Pengurangan konflik masalah
keagenan ini terjadi karena kebijakan hutang dapat membuat pemegang saham yakin
bahwa manajer membiayai kegiatan usahaanya tidak dengan menggunakan kekayaan
yang dimilikinya. Sementara itu manajer dapat meningkatkan kinerja perusahaan tanpa
kendala keterbatasan pembiayaan. Dengan demikian tujuan keduanya tercapai tanpa
terjadi konflik kepentingan.
Pembiayaan kegiatan usaha dengan penggunaan hutang menyebabkan terjadinya
pergeseran pengawasan manajer atas sumber pembiayaan, yang semula dilakukan oleh
pemegang saham selaku pemilik perusahaan, bergeser kepada pemberi pinjaman.
Agrawal (1996;1) menyebutkan bahwa kebijkan hutang dapat meningkatkan kinerja
perusahaan melalui pengawasan pemberi pinjaman. Pendapat lain menjelaskan bahwa
hutang dapat mengurangi konflik keagenan sebagai hasil dari perilaku opportunistik
manajer dan membiarkan konflik antara pemegang saham dan kreditor (Fatma ,2011;2).
Selain dapat mengurangi konflik keagenan keberadaan hutang dapat menekan
manajemen hanya untuk mendapatkan laba sedikit lebih tinggi, namun menjadi lebih
efisien karena memperkecil peluang terjadinya kebangkrutan, hilangnya pengedalian dan
reputasi perusahaan. Trade off biaya keagenan antara external equity dan hutang akan
menghasilkan jumlah optimal hutang dan struktur kepemilikan manajerial dalam
perusahaan (Joher, 2006;53)
Secara umum hutang merupakan pembayaran kontraktual kepada pemberi pinjaman
(kreditor) dan jika perusahaan tidak mampu membayar, kreditor akan meminta
perusahaan untuk melakukan likuidasi atau reorganisasi. Hak-hak hukum yang dimiliki
oleh kreditor dapat menekan manajemen untuk memberikan informasi mengenai efisiensi
dan efektivitas perusahaan (Haris&Raviv, 1990; 322-323 ). Meskipun struktur
kepemilikan tidak digunakan sebagai variabel independen, Joggi dan Gull (1999:371)
menyebutkan bahwa terdapat hubungan positf antara free cash flow dengan hutang pada
perusahaan dengan investment opportunity set (IOS) yang rendah. Dalam penelitian yang
dilakukan Tarjo (2005;83) IOS digunakan sebagai variabel moderating dalam hubungan
antara Free Cashflow, Kepemilikan Manajerial terhadap kebijakan hutang. Sementara
Agrawal, Knoeber (1996;27) menyebutkan terdapat hubungan antara kepemilikan
manajerial dan kebijakan hutang dengan kinerja perusahaan, semakin besar kepemilikan
manajerial akan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan, sementara semakin
besar hutang perusahaan berhubungan negatif dengan kinerja perusahaan.
Selain kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang, kebijakan deviden juga merupakan
alat manajemen yang dapat dipakai untuk memitigasi konflik keagenan. Meskipun
pembayaran kas kepada pemegang saham dapat mengurangi sumberdaya yang ada di
bawah penguasaan manager, namun kebijakan ini akan menjadi fungsi pengawasan pasar
modal terhadap perilaku manajer, pada saat perusahaan membutuhkan dana dari
pemegang saham (Jensen, 1986;1). Pembayaran deviden dapat menjadi sinyal bagi
pemgang saham bahwa manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham,
yang tidak lain kepentingannya adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.
Melalui peningkatan devidend payout ratio, perusahaan memiliki peluang untuk
meningkatkan pendanaan berasal dari external equity capital (Tandelilin, Wilberforce,
2002; 33)
Berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan struktur
kepemilikan manajerial sebagai variabel independen yang berpengaruh terhadap
kebijakan hutang, dan kepemilikan manajerial berhubungan dengan kinerja perusahaan.
Tulisan ini akan mengembangkan model, pengaruh kepemilikan manajerial dan kebijakan
hutang terhadap kebijakan deviden, sedangkan investment opportunity set (IOS) akan
digunakan sebagai pembeda model antara perusahaan dengan kelompok IOS yang tinggi
dan rendah .
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial dan
kebijakan hutang terhadap kebijakan deviden dan mengembangkan analisis tersebut pada
perusahaan yang memiliki IOS rendah dan tinggi.
.
Kajian Teori Dan Pengembangan Hipothesis
Penelitian yang dilakukan Jensen, Solberg, dan Zon (1992,247) mengenai kepemilikan
insider, debt, dan dividen policies menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan insider
berbeda diantara perusahaan-perusahaan, dan pada perusahaan dengan kepemilikan
insider yang tinggi lebih memilih tingkat hutang dan dividen yang rendah. Disebutkan
pula terdapat keterkaitan antara hutang dan kepemilikan insider.
Penelitian yang dilakukan Joher (2006;59) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berhubungan negatif dengan tingkat kepemilikan manajerial. Hasil penelitian ini
mendukung pernyataan bahwa kepemilikan kelembagaan
dapat mengawasi manajer
secara efektif dan mengurangi biaya keagenan. Temuan lainnya adalah ratio hutang
berhubungan negatif terhadap kepemilikan manajerial dan Biaya Research &
Development. Tanda negatif dari struktur kepemilikan manajerial, menunjukkan bahwa
varabel struktur kepemilikan manajerial dan hutang merupakan variabel yang saling
menggantikan dalam agency framework.
Sun Yi ( 1987;189) menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial memegang peranan
penting dalam pengambilan keputusan keuangan, dan ini terjadi pada perusahaan yang
pengendaliannya tidak efektif. Selanjutnya dijelaskan bahwa hutang perlu dikelompok-
kelompokkan
untuk
mengurangi
pengaruh
peningkatan
struktur
kepemilikan,
sebagaimana dinyatakan dalam contract cost theories dari keputusan-keputusan struktur
modal. Pada kesimpulan akhirnya dinyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap perilaku keuangan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kauki dan Guizani (2009; 51) menyatakan bahwa
pendekatan struktur kepemilikan memiliki relevansi yang tinggi untuk memahami
kebijakan deviden suatu perusahaan, dan terdapat hubungan negatif antara kepemilikan
institusional dengan deviden per share. Selain itu terdapat hubungan negatif antara state
ownership dengan tingkat deviden yang didistribusiakan kepada pemegang saham.
Penilitian ini dilakukan dengan studi di pasar modal Tunisia.
Meskipun tidak menggunakan variabel struktur kepemilikan namun Mahmoud, Perry,
dan Rimbey (1998;85) menyebutkan bahwa distribusi kepemilikan kekayaan perusahaan
penting dalam menjelaskan struktur modal dan manajer melakukan pengurangan tingkat
hutang karena peningkatan kesejahteraannya bergantung pada perusahaan.
Tandelilin dan Wilberforce (2002;41) melakukan penelitian dengan fokus pada pemikiran
bagaimana kepemilikan insider berhubungan dengan kebijakan hutang dan kebijakan
deviden. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan ratio hutang yang tinggi dapat
mengganti penggunaan kepemilikan manajerial dalam menyelesaikan konflik antara
pemegang saham eksternal dan manajer. Sebaliknya kepemilikan manajerial yang tinggi
mengarah pada tingkat pembayaran dividen yang rendah.
Masdupi (2005;65), sebagai hasil dari penelitiannya, menyatakan bahwa terdapat
pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, dan menegaskan,
terutama pada kepemilikan insider dan kepemilikan institusional. Selanjutnya dijelaskan
bahwa adanya kepemilikan insider akan membuat manajer ikut memiliki perusahaan,
sehingga perilaku opportunistik yang diperkirakan terjadi dapat dihindari. Hal ini terjadi
karena manajer akan ikut menanggung akibatnya sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan. Sementara kepemilikan institusional akan berdampak pada kekuatan
pemegang saham yang lebih besar untuk mengendalikan manajer. Selanjutnya diharapkan
manajer akan menggunakan hutang secara optimal sehingga biaya keagenan dapat
berkurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Tarjo (2005;102) menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial mampu digunakan untuk mengendalikan biaya keagenan hutang pada
kelompok usaha kecil. Selanjutnya dijelaskan adanya kepemilikan manajerial membawa
pengaruh terhadap pengambilan keputusan manajemen mengenai kebijakan hutang. Hasil
lainnya adalah perusahaan dengan IOS rendah dan Free Cashflow yang tinggi cenderung
menggunakan hutang untuk kegiatan operasional perusahaan. Dinyatakan pula bahwa
terdapat perbedaan free cashflow dan kebijakan hutang antara perusahaan dengan tingkat
IOS rendah dan tinggi.
Hipotesis
Ha1 : Kebijakan hutang, kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kebijaka
Deviden)
Ha2: Kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan deviden
Ha3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan deviden
Ha4:Terdapat perbedaan yang signifikan atas pengaruh kebijakan hutang dan
kepemilikan manajerial terhadap kebijakan deviden antara perusahaan
dengan IOS<1 dan IOS>1)
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang terpublikasi dalam
www.idx.co.id. Pengambilan sampel dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama
diambil berdasarkan simple random sampling, sejumlah sampel minimum sebesar 307
perusahaan. Dari sampel minimum ini kemudian diambil perusahaan yang membayarkan
cash devidend kepeda pemegang saham, diperoleh 138 perusahaan. Selanjutnya dari 138
perusahaan ini hanya diambil perusahaan yang dalam struktur modalnya terdapat
kepemilikan manajerial, hingga diperoleh 65 perusahaan. Alat uji statistik yang
digunakan adalah regresi berganda.
Analisis regresi merupakan model persamaan linier yang digunakan untuk menjelaskan
pengaruh kebijakan hutang dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan
deviden
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan ukuran dari kebijakan hutang, sedangkan deviden
payout ratio merupakan ukuran dari kebijakan deviden. Kepemilikan Manajerial (KM)
diukur dari persentase kepemilikan manajerial dibandingkan dengan total jumlah saham
yang beredar. Dalam hal ini Debt to Equity Ratio (DER) dan Kepemilikan Manajerial
(KM) sebagai variabel bebas (independent variable) dan Devidend payout Ratio (DPR)
sebagai variabel tak bebas (dependence variable). Secara umum model regresi berganda
(multiple
regression)
dapat
dituliskan
dalam
persamaan
sebagai
berikut
Yi   0  1 X 1i   2 X 2i  .......   p X pi   i . Dengan menggunakan metode OLS

(Ordinary Least Square), maka dugaan bagi   ( X ' X ) 1 X 'Y (Mattjik, 2000). Model
yang dibangun adalah sebagai berikut :
DPRi = β0 + β1 (DERi) + β2 (KMi) + e
Keterangan :
β0
β1, β2, β3
e
DPR
DER
KM
i
= Konstanta
= Koefisien Regresi
= error term, diasumsikan 0
= Debt Equity Ratio
= Devidend Payout Ratio
= Kepemilikan Manajerial
= Jenis Perusahaan dengan, i=1, Perusahaan dengan IOS < 1,
dan i=2, Perusahaan IOS >1
Hipotesis yang akan diuji dalam model persamaan regresi diatas adalah sebagai
berikut :
Hipotesis 1 (Pengujian Bersama Model)
H0 : β1 = β2 = β3 = 0 (Tidak ada pengaruh bersama yang signifikan Debt to Equity
Ratio
(DER),
Kepemilikan
Manajerial
(KI)
dan
Profitability terhadap Debt Equity Ratio (DPR))
H1 : ada i dimana βi ≠ 0 (Minimal ada satu variabel yang memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap Debt Equity Ratio (DPR))
Hipotesis nol ditolak jika nilai F hitung lebih besar F tabel (Fα(p,(n-p-1))) atau jika
nilai probabilitas lebih kecil dari nilai taraf nyata (α) 0.05.
Hipotesis 2 (Pengujian Parsial Parameter Model Regresi)
H0 : β1 = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan Debt to Equity Ratio terhadap
Debt Equity Ratio (DPR))
H1 : β1 ≠ 0 (Ada pengaruh yang signifikan Debt to Equity Ratio terhadap Debt
Equity Ratio (DPR))
Hipotesis nol ditolak jika nilai t hitung lebih besar t tabel dengan derajat bebas n
p-1 dengan t hitung t 
1
S 2
atau jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai taraf
1
nyata (α) 0.05.
Hipotesis 3 ((Pengujian Parsial Parameter Model Regresi)
H0 : β2 = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan Kepemilikan Manajerial (KM)
terhadap Debt Equity Ratio (DPR))
H1 : β2 ≠ 0 (Ada pengaruh yang signifikan Kepemilikan Manajerial (KM)
terhadap Debt Equity Ratio (DPR))
Hipotesis nol ditolak jika nilai t hitung lebih besar t tabel dengan derajat bebas n
p-1 dengan t hitung t 
2
S 2
atau jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai taraf
2
nyata (α) 0.05.
Hipotesis 4 (Pengujian Beda Koefisien Regresi)
H0 : βi1 = βi2 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas pengaruh kebijakan
hutang dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan deviden
antara perusahaan dengan IOS<1 dan IOS>1
H1 : βi1 ≠ βi2 Terdapat perbedaan yang signifikan atas pengaruh kebijakan
hutang dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan deviden
antara perusahaan dengan IOS<1 dan IOS>1
Hipotesis 4 diuji dengan menggunakan uji chow (chow test) dimana hipotesis nol
ditolak jika diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel dengan derajat bebas p dan
n+m-2p
Hasil Analisis
A. Deskripsi Data
Tabel statistik deskriptif menunjukkan rata-rata, standar deviasi, skewness, kurtosis. Nilai
rata-rata menunjukkan nilai tengah data, sedangkan standar deviasi menunjukkan
keragamaan data. Skewness menunjukkan tingkat kemenjuluran sebaran data. Nilai
skewness yang positif berarti sebaran data cenderung menjulur kekanan dan negatif
berarti sebaran data cenderung menjulur kekiri. Sedangkan kurtosis menunjukkan bobot
ekor pada sebaran data. Kurtosis dengan nilai positif menunjukkan sebaran data
cenderung memiliki bobot ekor yang panjang dan negatif menunjukkan sebaran data
memiliki bobot ekor yang pendek.
Tabel 1
Statistik Diskriptif
Rata-rata
All Data (n=65)
DPR
DER
KM
0.380
1.924
3.399
Perusahaan IOS<1 (n=13)
DPR
DER
KM
0.277
1.679
9.015
Perusahaan IOS>1 (n=52)
DPR
DER
KM
0.405
1.985
1.996
Standar Deviasi
0.403
2.425
6.851
0.194
1.124
12.380
0.437
2.658
3.576
Skewness
3.827
3.417
3.609
0.957
1.092
1.871
3.614
3.207
2.474
Kurtosis
20.698
15.210
15.919
1.372
1.749
3.289
17.857
12.821
6.346
Variabel
B. Pengujian Asumsi Regresi
1. Kenormalan Data
Pengujian kenormalan berguna untuk menguji apakah data yang digunakan untuk analisis
regresi mengikuti sebaran normal. Pengujian kenormalan data menggunakan statistik uji
Jarque-Bera dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Data mengikuti sebaran normal
H1 : Data tidak mengikuti sebaran normal
Jika diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka Hipotesis nol ditolak, dan jika
probabilitas lebih besar dari 0.05 maka Hipotesis nol diterima.
32
Series: DPR
Sample 1 65
Observations 65
28
24
20
16
12
8
4
0
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
0.379623
0.262700
2.815500
0.001500
0.402585
3.738235
22.04884
Jarque-Bera
Probability
1134.130
0.000000
3.0
Berdasarkan hasil statistik Jarque-Bera diatas, diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.000
lebih kecil dari 0.05, sehingga disimpulkan bahwa data cenderung tidak mengikuti
sebaran normal.
2. Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas digunakan untuk melihat apakah ada gejala multikolinieritas
antar variabel bebas. Pengujian multikolinieritas menggunakan korelasi pearson, dimana
semakin tinggi nilai korelasi atau semakin mendekati mendekati 1, maka cenderung
semakin tinggi multikolinieritas antar variabel bebas.
Tabel 2
Korelasi Pearson
DER
KM
DER
KM
1.000000
-0.120810
-0.120810
1.000000
Sumber: Pengoalah Data
Berdasarkan hasil korelasi pearson antar variabel diatas, diperoleh nilai korelasi antara
variabel bebas Debt to Equity Ratio dan KM sebesar -0.121 < 0.3 sehingga tidak ada
gejala multikolinieritas antar variabel bebas.
3. Heterokesdatisitas
Pengujian heterokesdatisitas berguna untuk melihat apakah ada gejala heterokesdatisitas
ragam sisaan dari model regresi. Pengujian heterokesdatisitas menggunakan uji F dengan
hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak ada gejala heterokesdatisitas
H1 : Ada gejala heterokesdatisitas
Jika diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka Hipotesis nol ditolak, dan jika
probabilitas lebih besar dari 0.05 maka Hipotesis nol diterima.
Tabel 3
White Heteroskedasticity Test
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.370599
1.567208
Probability
Probability
0.828670
0.814673
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan hasil White Heteroskedasticity test diatas, diperoleh nilai probabilitas uji F
sebesar 0.829 lebih besar dari 0.05, sehingga disimpulkan tidak ada gejala
heterokesdatisitas.
C. Analsis Regresi
Tabel 4
Model All Data
Dependent Variable: DPR
Method: Least Squares
Date: 11/04/11 Time: 10:36
Included observations: 65
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
DER
KM
0.420159
-0.014344
-0.003807
0.071386
0.021130
0.007479
5.885713
-0.678845
-0.508955
0.0000
0.4998
0.6126
R-squared
0.010309
Mean dependent var
0.379623
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
-0.021617
0.406913
10.26584
-32.25013
1.776866
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.402585
1.084619
1.184976
0.322905
0.725253
Sumber: Pengolahan Data
Tabel 5
Model IOS < 1
Dependent Variable: DPR
Date: 11/04/11 Time: 10:38
Included observations: 13
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
DER
KM
0.143562
0.015872
0.011891
0.084370
0.037064
0.003366
1.701572
0.428246
3.533159
0.1197
0.6775
0.0054
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.557240
0.468688
0.141121
0.199151
8.714969
2.905136
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.277415
0.193605
-0.879226
-0.748853
6.292789
0.017015
Sumber: Pengolahan Data
Tabel 6
Model IOS >1
Dependent Variable: DPR
Date: 11/04/11 Time: 10:37
Included observations: 52
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
DER
KM
0.518018
-0.021256
-0.035403
0.084178
0.022675
0.016852
6.153823
-0.937441
-2.100832
0.0000
0.3531
0.0408
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.089527
0.052365
0.425706
8.880047
-27.83145
1.876034
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.405175
0.437310
1.185825
1.298397
2.409094
0.100471
Sumber: Pengolahan Data
Tabel 7
Hasil Pengujian Hipotesis
All Data
Independent
Variable
Kebijakan
hutang (DER)
Tanda
-
Kepemilikan
manajerial
-
(KM)
Hipotesis
Terima Hipotesis
Nol
Terima Hipotesis
Nol
IOS<1
Tanda
+
+
Hipotesis
Terima Hipotesis
Nol
Tolak Hipotesis
Nol**
IOS>1
Tanda
-
-
Hipotesis
Terima Hipotesis
Nol
Tolak Hipotesis
Nol*
** Signifikan pada 1%
* Signifikan pada 5%
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis hanya variabel KM pada perusahaan IOS<1 dan
IOS>1 yang memiliki koefisien regresi yang signifikan yaitu pada taraf uji nyata 5% dan
10%, sedangkan pada ALL DATA variabel KM tidak signifikan. Yang membedakan
antara perusahaan IOS<1 dan IOS>1 adalah pada perusahaan IOS<1 variabel DER dan
KM koefisiennya positif, sedangkan pada perusahaan IOS>1 berlaku sebaliknya.
Uji Beda Koefisien Regresi Perusahaan IOS<1 dan Perusahaan IOS>1
Berdasarkan hasil uji chow test, diperoleh nilai F hitung 2.571 lebih besar dari F tabel
(F(3,59,5%)) = 0.985, sehingga disimpulkan bahwa koefisien regresi antara perusahaan
dengan IOS<1 dan IOS>1 berbeda signifikan.
Pembahasan
Hasil pegujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap kebijakan deviden sedangkan kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap
kebijakan deviden. Hal ini terjadi baik pada perusahaan dengan invesment opportunity set
(IOS) yang lebih kecil maupun yang lebih besar daripada 1. Namun pada perusahaan
dengan IOS<1 pengaruhnya positif, sedangkan untuk perusahaan dengan IOS>1
pengaruhnya negatif. Artinya pada perusahaan dengan tingkat investasi yang sudah jenuh
(IOS>1) atau pasar mengapresiasi nilai perusahaan lebih rendah dari nilai bukunya,
pemberian saham kepada para agen (direksi) justru berdampak negatif terhadap
pembagian deviden atau pembagian deviden kepada pemegang saham menjadi realtif
lebih kecil. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tandelilin dan
Wilberforce (2002;41) yang menyatakan kepemilikan manajerial yang tinggi mengarah
pada tingkat pembayaran dividen yang rendah. Sedangkan hasil penelitian pada
perusahaan dengan IOS<1 lebih menguatkan pendapat, bahwa kepemilikan manajerial
dapat memitigasi konflik kepentingan antara agen dengan principal, karena pengujian
hipotesisnya menunjukkan semakin besar kepemilikan manajerial berpengaruh positif
terhadap kebijakan deviden. Berikut merupakan contoh perusahaan dengan kepemilikan
manajerial yang kecil namun kebijakan deviden besar dan kepemilikan manajerial yang
besar dengan kebijakan deviden yang kecil.
Tabel 8
Kepemilikan Manajerial Tinggi, Kebijakan Deviden Rendah,
Dan Tingkat Profitability
No.
Perusahaan
1
2
3
4
5
Multi Breeder Adirama
Ultra Jaya Milk
Pusako Tarinka
Cipta Marga Nusaphala Persada
Duta Pertiwi Nusantara
Kepemilikan
Manajerial
8,28%
14,72%
9,73%
5,13%
7,28%
Kebijakan
Deviden
0,0015
0,0344
0,0879
0,0671
0,1213
Profitability
0,2957
0,0922
0,0345
0,1373
0,0455
Sumber: Pengolahan Data
Tabel 9
Kepemilikan Manajerial Rendah, Kebijakan Deviden Tinggi,
Dan Tingkat Profitability
No.
Perusahaan
1
2
3
4
5
Elnusa
Indo Tambangraya Megah
Indosat
Surya Citra Media
Indika Energy
Kepemilikan
Manajerial
0,04%
0,01%
0,0002%
0,05%
0,1892%
Kebijakan
Deviden
2,8155
1,2697
1,1578
0,8334
0,7927
Profitability
0,0364
0,3330
0,0658
0,3140
-0,0058
Sumber: Pengolahan Data
Berbeda dengan hasil penelitian ini, penelitian yang dilakukan Joher (2006;59)
mengartikan tanda negatif sebagai adanya fungsi yang saling menggantikan antara vara
rabel struktur kepemilikan manajerial dan hutang dalam agency framework. Namun hasil
penelitian ini agak mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Sun Yi ( 1987;189) yang
menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial dapat memiliki pengaruh yang berbeda
terhadap perilaku keuangan perusahaan.
Berdasarkan sajian dalam tabel 8, tampak bahwa pengaruh pengaruh kepemilikan
manajerial terhadap kebijakan hutang tidak berhubungan dengan tingkat profitability
perusahaan. Hal ini tampak Multi Breeder Adirama dan Ultra Jaya yang masing2
memiliki kinerja manajerial 8,28% dan 14,72% tingkat profitabilitasnya 0,2957 dan
0,0922. Pada Tabel 9 juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada hubungan antara
tingkat kepemilikan manajerial dan tingkat profitabilitas sebagaimana terlihat pada PT
Elnusa dan Indo Tambangraya Megah masing-masing 0,04%, 0,01% dan 0,0364 dan
0,3330.
Kesimpulan
Kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden, sedangkan kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden pada perusahaan yang
memiliki IOS (peluang pertumbuhan) rendah, namun berpengaruh negatif terhadap
perusahaan dengan IOS tinggi. Selain itu terdapat perbedaan yang signifikan atas
pengaruh kebijakan hutang dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan deviden
antara perusahaan dengan IOS<1 dan IOS>1. Kesimpulan lain yang bisa diambil dari
penelitian ini adalah kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang tidak beruhungan
dengan tingkat profitability.
Daftar Pustaka
Agrawal, Anup, and Knoeber, Charles (1996), Firm Performance and Mechanisms to
Control Agency Problems between Managers and Shareholders, Journal of
Financial and Quantitative Analysis
Alwi, Syafaruddin, Dividend and Debt Policy as Corporate Governance Mechanism:
Indonesia Evidence, Jurnal Pengurusan 29; 111-127, Malaysia, 2009.
Fact Book, Jakata Capital Market, Jakarta, Indonesia, 2010.
Farinha, Jorge, Dividend Policy, Corporate Governance And The Managerial
Entrenchment Hypothesis: An Empirical Analysis (Dissertation), CETE-Centro de
Estudos de Economia Industrial, do Trabalho e da Empresa, Faculdade de
Economia, Universidade do Porti, Portugal, 2002.
Harris and Raviv (1990), Capital Structure and the Information Role of Debt, The
Journal of Finance, Vol. 45, No. 2., pp. 321-349., http://www.jstor.org
Haryono Slamet (2005), Struktur Kepemilikan Dalam Bingkai Teori Keagenan, Jurnal
Akuntansi & Bisnis, Vol. 5, No. 1, pp 63-71
Jaggi B, Gull F. A, (1999), An Analysis of Joint Effects of Investment Opportunity Set,
Free Cash Flow and Size on Corporate Debt Policy, Review of Quantitative
Finance and Accounting, Vol. 12, pp 371-381.
Jensen,GR., Solberg, D.P. dan Zorn T.S., 1992, Simultaneous Determination of insider
ownership, debt, and dividend policies. Journal of Financial and Quantitaive
Analysis 27, pp 247-263
Jensen Michael (1986), Agency Costs of Free Cash Flow Corporate Finance, and
Takeovers, American Economic Review, Vol. 76, No. 2, pp. 323-329
Joher, Huson (2006), The Impact of Ownership Structure on Corporate Debt Policy: Two
Stage Least Square Simultaneous Model Approach For Post Crisis Period:
Evidence From Kuala Lumpur Stock Exchange, International Business &
Economics Research Journal, Vol. 5, No. 5, pp 51-64
Kouki Mondler and Guizani (2009), Ownership Structure and Dividend Policy Evidence
from the Tunisia Market, European Journal of Scientific Research, ISSN 1450216X, Vol. 25, no 1, pp 42-53
Kowaleski Oskar, Stetsyuk, Talavera Oleskandr, Corporate Governance and Dividend
Policy in Poland, Warsawa School of Economic, World Economy Research
Institute, Warsawa, Polandia, 2007.
Masdupi Erni (2005), Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang
Dalam Mengontrol Konflik Keagenan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.
20, No. 1, pp 57-69
Moon, Kenneth P, Managerial Ownership, Debt Policy, and the Impact of Institutional
Holding: An Agency Perspective, http://www.allbusiness.com/Accounting/debt
Sun Yi Jae, (1987), Management Ownership, Control, and Corporate Debt Policy,
Journal of Finance, Vol. 42, 157-193, www.kaae.or.kr.
Tandelilin, Eduardus dan Wilberforce, Turyasingura (2002), Can Debt and Dividend
Policies Substitute Insider Ownership In Controlling Equity Agency Conflict?,
Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. 4, No. 1, pp. 31-43
Tarjo (2005), Analisis Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan
Hutang pada Perusahaan Publik di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
Vol. 8, No. 1, Hal. 82-104.
Wen, Yuan, and Jia, Jingyi (2010), Institutional Ownership, Managerial Ownership and
Dividend Policy in Bank Holding Companies, International Review of
Accounting, Banking and Finance, Vol. 2, No. 1, pp 8-21
Download