ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS

advertisement
ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)
TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR
Anthi Dwi Putriani Anugrah
Universitas Gunadarma
ABSTRAKSI
Pertumbuhan perusahaan akan menciptakan banyak pilihan investasi
(investment option) yang dapat dilakukan perusahaan di masa akan datang. Pilihan
investasi ini kemudian dikenal dengan istilah Investment Opportunity Set (IOS). Dana
yang digunakan untuk melakukan pilihan investasi bukan hanya berasal dari modal
dalam perusahaan sendiri melainkan juga dari penjualan saham yang melibatkan
investor. Dari jumlah dana yang ditanamkan investor, tentunya investor
mengharapkan nilai return yang tinggi dari investasi yang mereka tanamkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Investment Opportunity Set
(IOS) sebagai proksi pertumbuhan suatu perusahaan terhadap return saham
perusahaan manufaktur. Proksi IOS yang digunakan adalah Market to Book Value of
Assets (MKTBKASS), Market to Book Value of Equity (MKTBKEQ), rasio
EPS/Price dan Capital Expenditures to Book Value of Asset (CAPBVA). Penelitian
ini menggunakan metode purposive sampling (judgement) dalam pengambilan
sampel penelitian dan dilakukan selama 5 tahun pengamatan yaitu tahun 2004-2008,
dan terpilih sebanyak 21 sampel perusahaan manufaktur. Pengujian terhadap variabel
penelitian dilakukan dengan menggunakan software AMOS versi 5.0.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa rasio proksi IOS MKTBKASS dan
MKTBKEQ memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
perusahaan manufaktur, sedangkan rasio proksi IOS E/P dan CAPBVA tidak
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan
manufaktur. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar aset yang digunakan
perusahaan dalam menjalankan usahanya dan semakin baik kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan dan mengelola modalnya maka akan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham perusahaan sektor manufaktur.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian
Fokus penilaian kinerja perusahaan saat ini tidak hanya pada laporan keuangan,
banyak yang memandang bahwa nilai suatu perusahaan juga tercemin dari nilai investasi
yang akan dikeluarkan di masa yang akan datang. Myers (1977) menggambarkan nilai
suatu perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (aset yang dimiliki) dengan
invesment options (pilihan investasi) di masa depan. Gaver dan Gaver (1993) menyatakan
bahwa nilai investment options ini tergantung pada discretionary expenditures yang
dikeluarkan oleh manajer di masa depan. Pilihan-pilihan investasi yang dilakukan
perusahaan di masa depan tersebut kemudian dikenal dengan set kesempatan investasi
atau investment opportunity set (IOS) (Kallapur dan Trombley, 2001).
IOS secara melekat tidak dapat diamati (inherently unobsevable) dan bila
diukur dengan satu proksi tunggal saja cenderung tidak sempurna (Norpratiwi, 2004),
sedangkan Kallapur dan Trombley (2001) menjelaskan bahwa untuk mengukur IOS
harus digunakan banyak pendekatan agar dapat dilihat hubungannya dengan variabelvariabel lain yang sifatnya observable. Banyak penelitian yang mengukur set
kesempatan investasi untuk menentukan klasifikasi perusahaan apakah termasuk
perusahaan bertumbuh (growth firm) atau perusahaan tidak bertumbuh (nongrowth
firm) untuk kemudian dihubungkan terhadap berbagai macam kebijakan perusahaan.
(Norpratiwi, 2004).
Setiap perusahaan pasti memiliki konsep going concern dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya (Norpratiwi, 2004). Konsep going concern tersebut menuntut
perusahaan untuk menjalankan kegiatan bisnisnya secara berkelanjutan. Dalam
menjalankan keberlanjutan tersebut diharapkan perusahaan akan tumbuh dari tahun
ke tahun. Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan baik oleh kalangan internal
maupun eksternal dari sebuah perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan yang
tinggi membutuhkan lebih banyak dana karena banyak kesempatan investasi yang
akan mereka lakukan. Dana tersebut dapat diperoleh perusahaan salah satunya adalah
dengan penjualan saham.
Bagi perusahaan, pertumbuhan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
investasi dalam perusahaan tersebut, sedangkan dampak positif dari pertumbuhan
perusahaan bagi investor adalah tingginya return atas investasi yang mereka
tanamkan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dari penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah Market to Book Value of Asset Ratio (MKTBKASS) sebagai salah
satu dari proksi IOS memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap return saham perusahaan manufaktur?
2. Apakah Market to Book Value of Equity Ratio (MKTBKEQ) sebagai salah
satu proksi IOS memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
return saham perusahaan manufaktur?
3. Apakah Earning per Share / Price Ratio (E/P) sebagai salah satu dari
proksi IOS memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
return saham perusahaan manufaktur ?
4. Apakah Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA) sebagai
salah satu dari proksi IOS memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap return saham perusahaan manufaktur?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Market to Book
Value of Asset (MKTBKASS), Market to Book Value of Equity (MKTBKEQ),
earning per share/ price ratio (E/P) dan Capital Expenditure to Book Value of Asset
(CAPBVA) sebagai proksi-proksi dari Investment Opportunity Set ( IOS ) terhadap
return yang diterima para pemegang saham perusahaan publik manufaktur yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja perusahaan ataupun unit bisnis
dari sebuah perusahaan yang dapat digunakan oleh kalangan industri
maupun oleh manajemen perusahaan itu sendiri.
2. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menambah referensi penelitian
selanjutnya terutama mengenai pengaruh IOS terhadap return khususnya
bagi para pelaku pasar modal.
3. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan alternatif sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi.
BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1.
Investment Opportunity Set (IOS)
Istilah set kesempatan investasi atau Investment Opportunity Set (IOS)
muncul setelah dikemukakan oleh Myers (1977) yang memandang nilai suatu
perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (aset yang dimiliki) dengan
invesment options (pilihan investasi) pada masa depan. Kole dalam Norpratiwi (2004)
menyatakan nilai investment options ini tergantung pada discretionary expenditures
yang dikeluarkan manajer di masa depan yang pada saat ini merupakan pilihanpilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari
biaya modal dan dapat menghasilkan keuntungan, sedangkan assets in place tidak
memerlukan investasi semacam itu. Pilihan-pilihan investasi di masa yang akan
datang ini kemudian dikenal dengan set kesempatan investasi atau investment
opportunity set (IOS).
Myers (1977) menyatakan bahwa perusahaan adalah kombinasi antara nilai
aktiva riil (asset in place) dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Pilihan
investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali
perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa
mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi
tersebut akan mengalami pengeluaran yang lebih tinggi dibanding dengan nilai
kesempatan yang hilang.
Opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan
adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja,
tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi
kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang
setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi
ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable) (Rokhayati, 2005). Berdasarkan
pengertian tersebut para peneliti telah mengembangkan proksi pertumbuhan
perusahaan menjadi IOS sesuai dengan tujuan dan jenis data yang tersedia dalam
penelitiannya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya
kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung
pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang.
Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu
proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya
variabel pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain. Dari berbagai penelitian
tentang IOS dapat dibuktikan bahwa IOS dijadikan sebagai dasar untuk
mengklasifikasikan perusahaan sebagai kategori perusahaan bertumbuh dan tidak
bertumbuh, dan IOS juga memiliki hubungan dengan berbagai variabel kebijakan
perusahaan (Norpratiwi, 2004).
2.2.
Jenis-jenis Proksi IOS
Proksi IOS yang digunakan dalam bidang akuntansi dan keuangan
digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu (Kallapur dan Trombley, 2001) :
1.
Proksi IOS berbasis pada harga
Proksi IOS yang berbasis pada harga merupakan proksi yang menyatakan
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga
pasar. Proksi berdasarkan anggapan yang menyatakan bahwa prospek
pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham,
dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi
secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place) dibandingkan
perusahaan yang tidak tumbuh. IOS yang didasari pada harga akan berbentuk
suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar
perusahaan.
Proksi IOS yang merupakan proksi berbasis harga adalah : Market value of
equity plus book value of debt, Ratio of book to market value of asset, Ratio
of book to market value of equity, Ratio of book value of property, plant, and
equipment to firm value, Ratio of replacement value of assets to market
value, Ratio of depreciation expense to value dan Earning Price ratio.
2.
Proksi IOS berbasis pada investasi
Proksi IOS berbasis pada investasi merupakan proksi yang percaya pada
gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara
positif dengan nilai IOS suatu perusahaan.
Proksi IOS yang merupakan proksi IOS berbasis investasi adalah :
Ratio R&D expense to firm value, Ratio of R&D expense to total assets, Ratio
of R&D expense to sales, Ratio of capital addition to firm value, dan Ratio of
capital addition to asset book value.
3.
Proksi IOS berbasis pada varian (variance measurement)
Proksi IOS berbasis pada varian (variance measurement) merupakan proksi
yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika
menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang
tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Proksi
IOS yang berbasis varian adalah : VARRET (variance of total return), dan
Market model Beta.
2.3.
Proksi IOS Dalam Penelitian
Proksi IOS yang dipilih dalam penelitian ini adalah proksi IOS yang
digunakan oleh Smith dan Watts (1992), Gaver & Gaver (1993), dan Norpratiwi
(2004) yang merupakan proksi IOS paling valid sebagai proksi pertumbuhan. Proksi
– proksi tersebut yaitu:
1. Rasio Market to Book Value of Asset (MKTBKASS)
Rasio nilai buku aktiva terhadap nilai pasar
Pemilihan proksi ini dikarenakan dalam penelitian sebelumnya proksi ini secara
konsisten memiliki korelasi yang signifikan dengan realisasi pertumbuhan
perusahaan.
2. Rasio Market to Book Value of Equity (MKTBKEQ)
Rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar
Pemilihan proksi ini karena dapat mencerminkan besarnya return dari aktiva yang
ada dan investasi yang diharapkan di masa yang akan datang akan melebihi return
dari ekuitas yang diinginkan.
3. Rasio EPS/Price
Rasio laba per lembar saham
Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan dilihat dari
earning power yang dimiliki oleh perusahaan
4. Rasio Capital Expenditures to Book Value of Asset (CAPBVA).
Rasio ini tidak termasuk dalam proksi IOS pertumbuhan melainkan proksi
investasi.
Pemilihan proksi ini untuk menghubungkan adanya aliran tambahan modal saham
perusahaan untuk aktiva produktif sehingga berpotensi sebagai indikator
perusahaan tumbuh.
2.4.
Return Saham
Tingkat keuntungan (return) adalah rasio antara pendapatan investasi selama
beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya investor
mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian yang sekecil mungkin,
sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang
optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Konsep ini penting
karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat
keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Ratarata return saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode
tertentu dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham
sebelumnya (Hartono, 2000).
Rumus dari Return Saham :
Ri,t
=
P i,t - P i,t -1
P i,t -1
Keterangan :
Ri,t
= Return Saham i pada Tahun t
= Harga Penutupan Saham Pada Tahun t
P i,t
P i,t –1 = Harga Penutupan Saham Pada Tahun t-1
2.5.
Pengaruh Proksi IOS terhadap Return Saham
Proksi IOS digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi
perusahaan. Indikasi adanya perusahaan yang tumbuh merupakan informasi yang
dapat digunakan investor untuk memperoleh return. Semakin tinggi MKTBKASS,
semakin besar asset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin
besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh, sehingga harga sahamnya
akan meningkat, dan pada akhirnya return saham yang diperoleh pemegang saham
akan semakin meningkat pula. Dalam hal permodalan yang dilakukan perusahaan,
proksi IOS yang dilihat adalah Proksi MKTBKEQ. Investor dapat melihat kinerja
perusahaan dalam memperoleh modal. Kemahiran perusahaan mengelola modalnya
dapat dinilai investor menggunakan proksi ini. Semakin besar nilai rasio dari proksi
ini maka akan mempengaruhi nilai dari harga saham perusahaan. Rasio ini
mempengaruhi nilai dari return saham secara positif (Setyarini, 2006).
Kekuatan laba dari suatu perusahaan dapat diukur menggunakan proksi IOS
E/P rasio. Rasio ini mengukur seberapa besar kekuatan laba yang dimiliki oleh
perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio E/P yang fluktuatif akan mempengaruhi
nilai dari return saham secara fluktuatif pula (Norpratiwi, 2004). Sedangkan proksi
CAPBVA mengukur jumlah aliran modal perusahaan yang digunakan untuk
memperoleh aktiva tetapnya. Semakin besar nilai dari rasio CAPBVA akan
berpengaruh terhadap peningkatan nilai dari return suatu perusahaan (Rahmawati,
2006).
2.6.
1)
Pengembangan Hipotesis
Market Value to Book of Assets (MKTBKASS)
Rasio market value to book of asset merupakan proksi IOS berdasarkan harga.
Proksi ini digunakan untuk mengukur prospek pertumbuhan perusahaan berdasarkan
banyaknya asset yang digunakan dalam menjalankan usahanya. Bagi para investor,
proksi ini menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi perusahaan. Indikasi
adanya perusahaan yang tumbuh merupakan informasi yang dapat digunakan investor
untuk memperoleh return maupun abnormal return. Semakin tinggi MKTBKASS
semakin besar asset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin
besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh, sehingga harga sahamnya
akan meningkat, dan pada akhirnya return saham yang diperoleh pemegang saham
akan semakin meningkat.
Rasio ini digunakan oleh Smith dan Watts (1992) dalam penelitiannya yang
menghubungkan level IOS dengan kebijakan deviden dan pendanaan perusahaan dan
hasil dari pengujian yang dilakukan menyatakan bahwa rasio MKTBKASS
mempunyai korelasi yang signifikan terhadap kebijakan pendanaan dan deviden.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartono (1999) juga menunjukkan bahwa rasio ini
memiliki korelasi yang signifikan terhadap kebijakan deviden. Penelitian yang
dilakukan oleh Norpratiwi (2004) yang mengkorelasikan proksi MKTBKASS
terhadap return saham pada saat pelaporan keuangan menyatakan adanya korelasi
yang signifikan antara MKTBKASS sebagai salah satu dari proksi IOS dengan return
saham perusahaan.
2)
Market Value to Book of Equity (MKTBKEQ)
Rasio market value to book of equity merupakan proksi berdasarkan harga.
Proksi ini menggambarkan permodalan suatu perusahaan. Rasio ini dapat diperoleh
dengan mengalikan jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham
terhadap total ekuitas. Bagi para investor yang akan melakukan pembelian saham
perusahaan, penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan
mengelola modal merupakan suatu hal yang penting. Apabila suatu perusahaan dapat
memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha, maka semakin besar
kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh, maka harga saham perusahaan
tersebut diperkirakan akan meningkat, dan pada akhirnya semakin meningkat pula
return yang diperoleh.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa
rasio MKTBEQ memiliki korelasi yang signifikan dengan faktor umum. Korelasi
yang signifikan antara MKTBEQ dengan pertumbuhan penjualan adalah hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh Rokhayati (2005). Hasil serupa pun didapat dari
penelitian yang dilakukan oleh Norpratiwi (2004) yang menyatakan bahwa rasio
MKTBEQ memiliki korelasi yang signifikan terhadap return saham perusahaan.
3) Earning per Share / price ratio (E/P)
Rasio earning per share/price ratio atau rasio laba per lembar saham terhadap
harga pasar saham merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan seberapa besar
earning power yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang stabil akan
memperlihatkan stabilitas pertumbuhan earning per share/price, sebaliknya
perusahaan yang tidak stabil akan memperlihatkan pertumbuhan earning per
share/price yang fluktuatif.
Bila E/P perusahaan naik secara konsisten (tidak fluktuatif), dapat diartikan
perusahaan sedang tumbuh. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan tersebut.
Hal ini akan berdampak positif terhadap harga saham, dan pada akhirnya return yang
diperoleh akan semakin tinggi.
Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA)
Rasio ini digunakan untuk melihat besarnya aliran tambahan modal saham
perusahaan. Dengan tambahan modal saham ini perusahaan dapat memanfaatkannya
untuk tambahan investasi aktiva produktifnya, sehingga berpotensi sebagai
perusahaan bertumbuh. Para investor dapat melihat seberapa besar aliran modal
tambahan suatu perusahaan dengan membagi capital expenditure dengan total asset.
Semakin besar aliran tambahan modal saham, semakin besar kemampuan perusahaan
untuk memanfaatkannya sebagai tambahan investasi, sehingga perusahaan tersebut
mempunyai kesempatan untuk dapat bertumbuh. Dengan demikian akan
mengakibatkan kenaikan harga saham pada perusahaan dan pada akhirnya akan
meningkatkan return yang diterima para pemegang saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999) menyatakan bahwa
adanya korelasi yang signifikan antara CAPBVA dengan variabel pertumbuhan
perusahaan. Rasio CAPBVA yang dikorelasikan dengan pertumbuhan aset
perusahaan tumbuh yang dilakukan oleh Rokhayati (2005) menghasilkan adanya
korelasi yang signifikan antara kedua variabel. Hasil korelasi yang sama antara rasio
CAPBVA sebagai salah satu dari proksi IOS dengan return saham dilakukan oleh
Norpratiwi (2004).
4)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1
: Market Value to Book of Asset (MKTBKASS) memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap return perusahaan manufaktur.
H2
: Market Value to Book of Equity (MKTBKEQ) memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap return perusahaan manufaktur.
: Earning Per Share / Price Ratio (EP) memiliki pengaruh positif dan
H3
signifikan terhadap return perusahaan manufaktur.
H4
: Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA) memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap return perusahaan manufaktur.
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah disusun di atas, maka model penelitian
yang dapat dibuat adalah :
Model Penelitian
MKTBKASS
MKTBKEQ
1
RETURN
OTHER
EP
CAPBVA
Gambar 2.1. Model Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Sampel Penelitian
Perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2004-2008.
Pengambilan sampel perusahaan manufaktur menggunakan metode Purpossive
Sampling (Judgement). Metode Purpossive Sampling (Judgement) atau pengambilan
sampel bertujuan berdasarkan pertimbangan tertentu merupakan
metode
pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu yamg melibatkan pemilihan subjek
yang berada di tempat paling menguntungkan atau dalam posisi terbaik untuk
memberikan informasi yang diperlukan (Sekaran, 2006). Kriteria-kriteria dalam
pengambilan sampel ini adalah :
1.
Perusahaan yang dijadikan sampel harus memiliki umur lebih dari 5 tahun
pada tahun pengamatan.
2.
Perusahaan yang dijadikan sampel harus mempublikasikan secara lengkap
laporan keuangan tahun 2004-2008.
3.
Perusahaan yang dijadikan sampel tidak mengalami penurunan asset
selama tahun pengamatan.
4.
Perusahaan yang dijadikan sampel tidak memiliki total ekuitas dan laba
yang negatif selama tahun pengamatan.
5.
Perusahaan yang dijadikan sampel tidak boleh memiliki return = 0 selama
tahun pengamatan.
Dari kriteria-kriteria yang telah disebutkan diatas, maka diperoleh 21 perusahaan
manufaktur yang memenuhi kriteria yang telah disebutkan untuk kemudian akan
dijadikan sampel dalam penelitian.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data bersumber dari sumber data sekunder yaitu data
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang kriterianya
telah disebutkan sebelumnya. Data yang digunakan yaitu data total asset, total
ekuitas, harga penutupan saham, jumlah saham beredar, penambahan aktiva tetap
yang diambil dari website Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.jsx.co.id dan dari
situs YAHOO finance.
Berikut ini adalah tabel yang memuat 21 perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian :
Tabel 3.2.
Perusahaan Sampel Penelitian
No
Nama Perusahaan
Bidang Usaha
1 Unilever Indonesia TBK
Barang Konsumsi
2 H.M. Sampoerna TBK
Industri Rokok
3 Lion Mesh Prima TBK
Industri Metal
4 Delta Djakarta TBK
Industri Tekstil
5 Selamat Sempurna TBK
Industri Otomotif
6 Kimia Farma TBK
Industri Kimia & Obat-obatan
7 Roda Vivatex TBK
Industri Tekstil
8 United Tractors TBK
Industri Otomotif
9 Fast Food Indonesia
Industri Makanan & Minuman
10 Aqua Golden M TBK
Industri Makanan & Minuman
11 Fajar Surya Wisesa TBK
Industri Kertas
12 Astra Internasional TBK
Industri Barang Otomotif
13 Jembo Cable Company TBK
Industri Kabel
14 Tunas Baru Lampung TBK
Industri Makanan & Minuman
15 Mayora Indah TBK
Industri Makanan & Minuman
16 Darya Varia Lab. TBK
Industri Kimia & Obat-obatan
17 Hexindo Adiperkasa TBK
Industri Barang Otomotif
18 Pyridam Farma TBK
Industri Kimia & Obat-obatan
19 Lautan Luas TBK
Industri Kimia
20 Semen Gresik (PERSERO) TBK Industri Semen
21 Kedaung Setia Industri
Industri Metal
Sumber : hasil olah data, 2009.
3.3.
Metode Analisis
Pengukuran Variabel :
3.3.1. Variabel Independen (Investment Opportunity Set)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan merupakan variabel independen
adalah Investment Opportunity Set (IOS). Proksi-proksi yang mewakili nilai IOS dan
kemudian dijadikan variabel independen adalah MKTBKASS, MKTBKEQ, E/P, dan
CAPBVA. Proksi-proksi tersebut dihitung dengan menggunakan rumus seperti
berikut (Norpratiwi, 2004) :
1. MKTBKASS = T.Aset- T.ekuitas + ( jmlh lbr saham beredar X harga penutupan shm)
Total aset
Keterangan
Total Asset
Total Ekuitas
Jumlah Lembar Saham Beredar
Harga Penutupan Saham
: Total kekayaan perusahaan.
: Modal yang berasal dari penjualan saham.
: Jumlah lembar saham yang beredar.
: Harga jual penutupan saham akhir tahun.
2. MKTBKEQ = Jumlah lbr saham beredar X harga penutupan saham
Total Ekuitas
Keterangan
Jumlah Lembar Saham Beredar : Jumlah lembar saham yang beredar.
Harga Penutupan Saham
: Harga jual penutupan saham akhir tahun.
Total Ekuitas
: Modal yang berasal dari penjualan saham
3. EPS/ Price
=
Laba per lembar saham
Harga saham
Keterangan
Laba per lembar saham
:
Laba bersih perusahaan dibagi dengan jumlah
lembar saham yang beredar
Harga Saham
:
Harga penutupan saham akhir tahun
4. CAPBVA
= (Tambahan aktiva tetap dalam satu tahun)
Total aset
Keterangan
Tambahan Aktiva Tetap dalam Satu Tahun
Total Asset
: Pengurangan aktiva tahun yang
bersangkutan dengan tahun
sebelumnya.
: Total kekayaan perusahaan
3.3.2. Variabel Dependen (Return)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel return
saham. Return Saham adalah rasio antara pendapatan investasi selama beberapa
periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan (Hartono, 2000).
Return saham dihitung dengan rumus :
Ri,t
=
P i,t - P i,t -1
P i,t -1
= Return Saham i pada Tahun t
Ri,t
P i,t
= Harga Penutupan Saham Pada Tahun t
P i,t –1 = Harga Penutupan Saham Pada Tahun t-1
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel MKTBKASS,
MKTBKEQ, E/P dan CAPBVA sebagai proksi dari IOS terhadap variabel return
saham. Nilai masing masing dari setiap variabel kemudian dihitung dengan
menggunakan rumus yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah nilai dari masingmasing proksi IOS diketahui dan nilai return saham tiap perusahaan per tahun telah
dihitung maka kemudian dilakukanlah uji normalitas bagi setiap variabel. Uji
normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan
dengan test of normality and outliers. Sedangkan uji hipotesis menggunakan uji
regresi linier. Semua pengujian dilakukan dengan menggunakan software Amos
versi 5.0 karena alat uji ini mempunyai kapasitas yang cukup untuk melakukan uji
regresi.
3.4.
Pengujian Hipotesis
Langkah- langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan Hipotesis Penelitian
Pernyataan Hipotesis Penelitian 1
Market to Book Value of Asset (MKTBKASS) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap return perusahaan manufaktur.
Dari pernyataan hipotesis pertama di atas, maka dapat disusun hipotesis
statistik sebagai berikut :
Market to Book Value of Asset (MKTBKASS) tidak
Ho1 :
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham perusahaan manufaktur.
Ha1 :
Market Value to Book of Asset (MKTBKASS) memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
perusahaan manufaktur.
2.
3.
Pernyataan Hipotesis Penelitian 2
Market to Book Value of Equity (MKTBKEQ) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap return perusahaan manufaktur.
Dari pernyataan hipotesis penelitian kedua di atas, maka dapat disusun
hipotesis statistik sebagai berikut :
Ho2 :
Market to Book Value of Equity (MKTBKEQ) tidak memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
perusahaan manufaktur.
Ha2 :
Market to Book Value of Equity (MKTBKEQ) memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
perusahaan manufaktur.
Pernyataan Hipotesis Penelitian 3
Earning per Share / Price Ratio (EP) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap return perusahaan manufaktur.
Dari pernyataan hipotesis penelitian ketiga di atas, maka dapat disusun
hipotesis statistik sebagai berikut :
Ho3 :
Earning per Share / Price Ratio (EP) tidak memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
perusahaan manufaktur.
Ha3 :
Earning Per Share / Price Ratio (EP) memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan
manufaktur.
Pernyataan Hipotesis Penelitian 4
Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA) memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap return perusahaan manufaktur.
Dari pernyataan hipotesis penelitian keempat di atas, maka dapat disusun
hipotesis statistik sebagai berikut :
Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA) tidak
Ho4 :
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham perusahaan manufaktur.
Ha4 :
Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham perusahaan manufaktur.
Menentukan derajat kepercayaan (level of significance) 95% (alpha 5%).
Kriteria pengujian hipotesis 1 sampai dengan 4 yaitu H0 ditolak apabila p
value bernilai lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (Santoso, 2007).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Kasus
Penelitian ini mengambil sampel 21 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk kemudian dilihat rasio pertumbuhannya melalui proksi IOS
yang kemudian dihubungkan dengan variabel return saham. Perusahaan yang
dijadikan sampel bergerrak dalam bidang usaha barang konsumsi, industri rokok,
industri tekstil, industri metal, industri otomotif, industri semen dan juga industri
kimia. Semua perusahaan sampel termasuk kedalam kategori perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.2.
Hasil Uji Model Fit (Goodness of fit Index)
Alat uji Goodness of fit Index merupakan alat uji yang memungkinkan
pengaruh jumlah sampel menjadi kurang sensitif dalam proses pengambilan
keputusan. Dalam uji GFI ini secara teoritis bahwa semakin hasil GFI mendekati
angka 1 maka akan semakin baik model penelitian dalam menjelaskan data (Santoso,
2007).
Berikut adalah tabel hasil uji model fit (Goodness of fit Index) :
Tabel 4.2.
Hasil Uji GFI
Model
GFI
Default model
.677
Saturated model
1.000
Independence model
.670
Sumber : data primer diolah, 2009
Dilihat dari tabel 4.2. diatas bahwa nilai dari GFI pada model penelitian adalah
sebesar 0.677, karena nilainya berada diantara 0 sampai 1 bahkan mendekati angka 1
maka dapat dikatakan bahwa model penelitian dalam penelitian ini cukup baik dalam
menjelaskan data yang ada.
4.3.
4.3.1
Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji Hipotesis 1
Hipotesis 1 dari penelitian ini adalah variabel Market to Book Value of Asset
(MKTBKASS) berpengaruh terhadap variabel return saham perusahaan manufaktur.
Dari hipotesis penelitian tersebut, maka hipotesis statistik yang dapat disusun adalah
sebagai berikut :
H01
:b1= 0: Variabel Market to Book Value of Asset (MKTBKASS) tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel return
Ha1
: b1 ≠ 0 : Variabel Market to Book Value of Asset (MKTBKASS) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel return
Tabel 4.3.
Hasil Uji Hipotesis 1
Estimate S.E. C.R.
.198 .034 5.822
RETURN <--- MKTBKASS
p
***
Sumber : data primer diolah, 2009.
Dari tabel 4.3. yang merupakan hasil analisis pengaruh variabel MKTBKASS
terhadap variabel return diperoleh nilai estimate X1 sebesar 0.198 yang berarti
apabila variable MKTBKASS naik sebesar 1 poin maka akan terjadi kenaikan
variabel return sebesar 0.198 dengan nilai standart error sebesar 0.034 dan nilai
critical ratio sebesar 5.822. Nilai p value pada tabel di atas adalah sebesar 0.000 yang
berarti nilainya kurang dari batas signifikansi sebesar 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis penelitian 1 yang menyatakan variabel MKTBKASS memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel return diterima atau dengan kata
lain variabel MKTBKASS memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel return (menerima Ha dan menolak H0).
4.3.2. Hasil Uji Hipotesis 2
Hipotesis 2 pada penelitian ini adalah Market Value to Book of Equity
(MKTBKEQ) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
perusahaan manufaktur. Hipotesis statistik yang dapat disusun adalah sebagai berikut:
Ho2 : b2 = 0 :
Variabel Market Value to Book of Equity (MKTBKEQ) tidak
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
return saham.
Ha2 : b2 ≠ 0 :
Variabel Market Value to Book of Equity (MKTBKEQ)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
return saham.
Tabel 4.4.
Hasil Uji Hipotesis 2
Estimate S.E. C.R.
p
.128 .017 7.357 ***
RETURN <--- MKTBKEQ
Sumber : data primer diolah, 2009.
Dari tabel 4.4. yang merupakan hasil analisis pengaruh variabel MKTBKEQ
terhadap variabel return diperoleh nilai estimate X2 sebesar 0.128 yang berarti
apabila variabel MKTBKEQ naik sebesar 1 poin maka return akan naik sebesar 0.128
dengan nilai standart error sebesar 0.017 dan nilai critical ratio sebesar 7.357. Nilai
p value pada tabel diatas adalah sebesar 0.000 yang berarti nilainya kurang dari batas
signifikansi sebesar 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian 2 yang
menyatakan variabel MKTBKEQ memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel return diterima atau dengan kata lain variabel MKTBKEQ memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel return (menerima Ha dan menolak
Ho).
4.3.3. Hasil Uji Hipotesis 3
Hipotesis 3 dari penelitian ini adalah Earning per Share / Price Ratio (EP)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan
manufaktur. Hipotesis statistik yang dapat disusun adalah sebagai berikut :
H03 : b3 = 0 :
Variabel Earning per Share / Price Ratio (EP) tidak memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel return saham.
Ha3 : b3 ≠ 0 :
Variabel Earning per Share / Price Ratio (EP) memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel return saham.
Tabel 4.5.
Hasil Uji Hipotesis 3
Estimate S.E. C.R.
p
EP
.232 .518 .447 .655
RETURN <--Sumber : data primer diolah, 2009.
Dari tabel 4.5. yang merupakan hasil analisis mengenai pengaruh variabel
E/P terhadap variabel return diperoleh nilai estimate X3 sebesar 0.232 yang berarti
apabila variabel E/P naik sebesar 1 poin maka return akan naik sebesar 0.232 dengan
nilai standart error sebesar 0.546 dan nilai critical ratio sebesar 0.447. Nilai p value
pada tabel diatas adalah sebesar 0.655 yang berarti nilainya lebih dari batas
signifikansi sebesar 0.05 yang artinya variabel EP dalam memprediksi nilai dari
variabel return tidak signifikan maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian 3
yang menyatakan variabel E/P memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel return ditolak atau dengan kata lain variabel E/P tidak memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel return (menerima H0 dan menolak Ha).
4.3.4. Hasil Uji Hipotesis 4
Hipotesis 4 dari penelitian ini adalah Capital Expenditure to Book Value of
Asset (CAPBVA)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham perusahaan manufaktur. Hipotesis statistik yang dapat disusun dari hipotesis
penelitian di atas adalah sebagai berikut :
Variabel Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA)
H04 : b4 = 0 :
tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
return saham.
Ha4 : b4 ≠ 0 :
Variabel Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
return saham.
RETURN <---
Tabel 4.6.
Hasil Uji Hipotesis 4
Estimate S.E. C.R.
p
CAPBVA
-.076 1.014 -.075 .940
Sumber : hasil olah data primer, 2009.
Dari tabel 4.6. yang merupakan hasil analisis pengaruh variabel CAPBVA
terhadap variabel return diperoleh nilai estimate untuk X4 sebesar -0.076 yang berarti
apabila variabel CAPBVA naik sebesar 1 poin maka return akan turun sebesar 0.076
dengan nilai standart error sebesar 1.041 dan nilai critical ratio sebesar 0.941. Nilai
p value pada tabel diatas adalah sebesar 0.941 yang berarti nilainya lebih dari batas
signifikansi sebesar 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian 4 yang
menyatakan variabel CAPBVA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel return ditolak atau dengan kata lain variabel CAPBVA tidak memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel return (menerima H0 dan menolak
Ha).
Gambar model analisis penelitian berikut nilai dari dari penelitian yang telah
dilakukan :
MKTBKASS
.
.198
MKTBKEQ
.128
.232
EP
.46
RETURN
OTHER
-.076
CAPBVA
Gambar 4.1. Hasil Analisis
4.4.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian keempat variabel proksi IOS diatas secara umum
dapat ditunjukkan bahwa pengaruh rasio proksi IOS yang terdiri dari rasio Market to
Book Value of Asset (MKTBKASS), Market to Book Value Equity (MKTBKEQ),
Earning per Share / Price Ratio (E/P) dan capital expenditure to book value of asset
(CAPBVA) terhadap return perusahaan bahwa terdapat variabel yang memiliki
pengaruh positif dan signifikan maupun yang tidak memiliki pengaruh positif dan
signifikan. Penjelasan tentang hasil pengujian adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis penelitian satu yaitu pengaruh Market to Book Value of Asset
(MKTBKASS) dengan return perusahaan manufaktur dapat dibuktikan
signifikansinya yang artinya hipotesis penelitian satu diterima, hal ini karena nilai
p value dari MKTBKASS adalah sebesar sebesar 0.000 yang kurang batas
signifikansi sebesar 0.05 dengan nilai estimate sebesar 0.198. Hal ini berarti rasio
MKTBKASS dapat dikatakan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai dari return saham perusahaan manufaktur. Rasio antara nilai pasar terhadap
nilai buku asset (MKTBKASS) mencerminkan peluang investasi yang dimiliki
perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui hubungan bahwa semakin tinggi
MKTBKASS maka akan semakin tinggi nilai IOS perusahaan. Gaver dan Gaver
(1993) menemukan bahwa semakin tinggi rasio nilai pasar aktiva terhadap nilai
buku, maka akan semakin tinggi pula nilai IOS (Norpratiwi, 2004). Dengan nilai
IOS yang semakin tinggi diharapkan return saham akan semakin meningkat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Norpratiwi (2004) dan oleh Setyarini
(2006) menyatakan adanya korelasi signifikan antara rasio MKTBKASS terhadap
return saham pada saat pelaporan laporan keuangan. Sementara dari penelitian ini
yang menguji variabel MKTBKASS dengan return saham tahunan selama tahun
2004-2008 menghasilkan bahwa rasio MKTBKASS memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap variabel return saham. Variabel MKTBKASS yang
mengalami kenaikan 1 akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kenaikan nilai return sebesar 0.198.
2. Hipotesis penelitian dua yaitu pengaruh Market to Book Value of Equity
(MKTBKEQ) dengan return perusahaan manufaktur dapat dibuktikan
signifikansinya yang artinya hipotesis penelitian dua diterima, hal karena nilai p
value dari MKTBKEQ adalah sebesar sebesar 0.000 yang kurang dari batas
signifikansi sebesar 0.05 dengan nilai estimate sebesar 0.128. Hal ini berarti rasio
MKTBKEQ dapat dikatakan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai dari return saham perusahaan manufaktur.
Rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas (MKTBKEQ) mencerminkan adanya
peluang investasi bagi suatu perusahaan. Collin and Kothari membuktikan bahwa
perbedaan nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku merupakan cerminan peluang
investasi (Norpratiwi, 2004). Proksi MKTBKEQ dapat menjelaskan pula bahwa
besarnya return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di masa yang
akan datang dapat melebihi return dari ekuitas yang diinginkan. Dalam penelitian
Norpratiwi (2004) yang menguji hubungan atau korelasi antara 2 variabel ini
hasilnya adalah terdapat korelasi positif yang signifikan antara kedua variabel ini.
Dalam penelitian ini yang menguji seberapa pengaruh dari rasio MKTBKEQ
terhadap variabel return hasilnya adalah variabel MKTBKEQ memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel return. Yang berarti semakin besar rasio
dari MKTBKEQ maka hal yang sama terjadi dengan variabel return.
3. Hipotesis penelitian tiga yaitu pengaruh Earning per Share / Price Ratio (E/P)
dengan return perusahaan manufaktur tidak dapat dibuktikan signifikansinya
yang artinya hipotesis penelitian tiga ditolak, hal karena nilai p value dari rasio
E/P adalah sebesar sebesar 0.655 yang jauh melebihi batas signifikansi sebesar
0.05 dengan nilai estimate sebesar 0.232. Hal ini berarti rasio Earning per Share /
Price Ratio (E/P) dapat dikatakan memiliki pengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap nilai dari return saham perusahaan manufaktur.
Nilai korelasi antara set peluang investasi dengan adanya kesempatan
memperoleh return di pasar modal berkorelasi negatif sebesar 0,03 dan secara
statistik tidak signifikan merupakan hasil dari penelitian Norpratiwi (2004)
sedangkan hal yang bertentangan merupakan hasil penelitian Setyarini (2006)
yang menyatakan bahwa antara rasio E/P terdapat korelasi yang signifikan. Dalam
penelitian ini hasilnya adahah rasio E/P memiliki pengaruh yang positif namun
tidak signifikan karena nilai dari probabilitasnya adalah sebesa 0.655. Hal ini
berarti kekuatan laba yang dimiliki oleh perusahaan tidak memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadaap tingkat pengembalian investasi yang akan
diterima investor dari investasi yang ditanamkan investor dalam suatu
perusahaan.
4. Hipotesis penelitian empat yaitu pengaruh rasio Capital Expenditure to Book
Value of Asset (CAPBVA) terhadap return perusahaan manufaktur tidak dapat
dibuktikan signifikansinya yang artinya hipotesis penelitian empat ditolak, hal
karena nilai p value dari CAPBVA adalah sebesar sebesar 0.940 yang jauh
melebihi batas signifikansi sebesar 0.05 dengan nilai estimate sebesar -0.076. Hal
ini berarti rasio CAPBVA dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai dari return saham perusahaan manufaktur.
Rasio Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA) menggunakan
investasi riil sebagai ukuran nilai buku aktiva tetap dan tambahan aktiva tetap.
Rasio ini diproksikan sebagai rasio yang mencerminkan adanya peluang investasi
bagi suatu perusahaan melalui kesempatan adanya tambahan modal melalui nilai
investasi riil berupa aktiva tetap. Bagi suatu perusahaan, nilai peluang investasi
juga dapat dianalisis melalui investasi riil berupa aktiva tetap. Yang dapat
diinvestasikan dalam satu atau lebih periode. Apabila perusahaan dikategorikan
sebagai perusahaan tumbuh, maka secara langsung peluang investasi tersebut
dapat dibuktikan dengan adanya tambahan modal melalui tambahan aktiva tetap
Seperti halnya rasio proksi IOS yang lain, rasio CAPBVA pun memiliki
hubungan signifikan pada return saat pelaporan keuangan dari hasil penelitian
Norpratiwi (2004) namun skripsi dari Setyarini (2006) menyatakan bahwa rasio
ini tidak memiliki hubungan signifikan terhadap variabel return yang diamati
pada saat pelaporan laporan keuangan.. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
adanya tambahan modal yang digunakan untuk aktiva produktifnya tidak
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian
investasi yang yang akan diterima investor.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, hasil
penelitian menunjukkan :
1.
Hipotesis penelitian satu menyatakan bahwa rasio Market to Book Value of
Asset (MKTBKASS) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham. Hasil pengujian membuktikan bahwa rasio Market to Book
Value of Asset (MKTBKASS) memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham. Pengaruh yang positif dapat dilihat dari nilai estimate
2.
3.
4.
MKTBKASS yaitu sebesar 0.198 dan nilai p value sebesar 0.000 yang berarti
variabel MKTBKASS berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Hipotesis penelitian dua menyatakan bahwa rasio Market to Book Value of
Equity (MKTBKEQ) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham. Hasil pengujian membuktikan bahwa rasio Market to Book
Value of Equity (MKTBKEQ) memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham. Pengaruh yang positif dapat dilihat dari nilai estimate
MKTBKEQ yaitu sebesar 0.128 dan nilai p value sebesar 0.000 yang berarti
variabel MKTBKEQ berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Hipotesis penelitian tiga menyatakan bahwa Earning per Share / Price Ratio
(E/P) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hasil
pengujian membuktikan bahwa Earning per Share / Price Ratio (E/P) tidak
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Pengaruh
yang positif dapat dilihat dari nilai estimate E/P yaitu sebesar 0.655 namun
nilai p value sebesar 0.232 yang berarti variabel E/P tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham.
Hipotesis penelitian empat menyatakan bahwa rasio capital expenditure to
book value of asset (CAPBVA) memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham. Hasil pengujian membuktikan bahwa rasio capital
expenditure to book value of asset (CAPBVA) tidak memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham. Pengaruh yang negatif dapat
dilihat dari nilai estimate CAPBVA yaitu sebesar -0.076 dan nilai p value
sebesar 0.940 yang berarti variabel CAPBVA tidak memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap return saham.
Dari kesimpulan hipotesis penelitian diatas dapat dikatakan bahwa rasio
MKTBKASS dan rasio MKTBKEQ memberikan pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap nilai return saham. Semakin besar aset yang digunakan
perusahaan dan semakin baik perusahaan dapat mengelola modalnya maka akan
memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham yang diterima
para investor perusahaan manufaktur. Sedangkan rasio E/P tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap nilai return saham, bahkan pengaruhnya cenderung bersifat
negatif, sehingga dapat dikatakan kekuatan laba suatu perusahaan tidak akan
mempengaruhi nilai dari return saham yang akan diterima oleh investor. Rasio
CAPBVA memiliki pengaruh yang positif namun pengaruhnya tidak signifikan
sebagai prediktor dari variabel return saham. Hal ini berarti adanya tambahan aliran
modal yang digunakan perusahaan untuk tambahan aktiva produktifnya memberikan
pengaruh yang tidak signifikan terhadap return yang diterima investor.
5.2.
1.
Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
Jumlah perusahaan yang digunakan sebagai sampel penelitian sangat kecil,
meskipun penelitian ini menggunakan pooled data.
2.
3.
5.3.
Sampel tidak dikelompokkan menjadi perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh.
Hal ini karena telah dimasukkannya kriteria return tidak sama dengan 0 dan
secara intuitif proksi dari IOS yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
proksi yang valid sebagai variabel proksi IOS.
Penelitian ini menggunakan standardized estimates dari software AMOS 5.0,
sehingga nilai constant dari persamaan regresi tidak dapat ditunjukkan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian diatas, implikasi bagi
para pelaku pasar modal dan penelitian yang akan datang adalah sebagai berikut:
1.
Bagi para (calon) investor yang akan melakukan transaksi saham di Bursa
Efek Jakarta khususnya pada perusahaan manufaktur hendaknya tetap lebih
memperhatikan kondisi pertumbuhan suatu perusahaan.
2.
Untuk memudahkan para investor dalam menganalisis keadaan pasar modal,
maka hendaknya bursa efek memberikan informasi yang lengkap. Oleh karena
itu para emiten juga diharapkan dapat memberikan laporan keuangan
perusahaannya secara riil dan tepat waktu, sehingga informasi ini dapat
memberikan secara nyata prospek pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang.
3.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang proksi-proksi IOS yang
mempengaruhi pertumbuhan suatu perusahaan, semakin banyak proksi IOS
yang dipergunakan akan semakin tinggi power of test-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Dharmmesta, Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo. 1998. Pengantar Bisnis Modern.
BPFE.Yogyakarta.
Gaver J. Jennifer., dan Keneth M.Gaver. 1993. ”Additional Evidence on the
Association between the Investment Opportunity Set and Corporate
Financing, Deviden, and Compensation Policies”, Financial Management,
24:19-32.
. 1995. ”Compensation Policy and the
Investment Opportunity Set”, Financial Management, 24:19-32.
Halim, Abdul. 2005. “Analisis Investasi”, Salemba Empat, Jakarta.
Hartono, Jogiyanto. 1999. ”Agency Cost Explanation for Deviden Payment”, Working
Paper, UGM.
.. 2000. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, BPFE,
Yogyakarta.
Kallapur, Sanjay., dan Mark A Trombley. 1999. “The Association between
Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth”, Journal of
Bussiness Finance & Accounting, 26:505-519.
__________________________________. 2001. “The Investment Opportunity
Set : Determinants, Consequnces and Measurement”, Managerial Finance,
27:3.
Myers, S. 1977. ”Determinants of Corporate Borrowing”, Journal Financial
Economics, 5:147-175.
Norpratiwi, M.V. Agustina. 2004. “Analisis Korelasi Investment Opportunity Set
terhadap Return Saham”, Thesis Pascasarjana UGM.
Nugroho, A., Julianto dan Jogiyanto Hartono. 2002. ”Confirmatory factor Analysis
Gabungan proksi Investment Opportunity Set dan Hubungannya terhadap
Realisasi Pertumbuhan” ,Simposium Nasional Akuntansi 5, pp.192- 212.
Rahmawati, Nina. 2006. “Analisis Hubungan Set Desempatan Investasi dengan
Pendanaan Perusahaan dan Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEJ”, Skripsi Tidak Dipublikasikan Universitas Islam
Indonesia.Yogyakarta.
Rokhayati, Isnaeni. 2005. ”Analisis Hubungan IOS dengan Realisasi Pertunbuhan
serta Perbedaan Perusahaan yang Tumbuh dan Tidak Tumbuh Terhadap
Kebijakan Pendanaan dan Deviden di BEJ”, SMART Vol I No. 2 Januari 2005
: (p41-60).
Sami, Heibatollah, S.M Simon Ho dan C.K Kevin Lam, 1999, “Association Between
IOS and Corporate Financing, Deviden, Leasing, and Compensation
Policies”, Working Paper UGM.
Santoso, Singgih. 2007. Structural Equating Modelling Konsep dan Aplikasi dengan
AMOS. Elex Media Komputindo. Jakarta
Setyarini, Aprilia. 2006. “Korelasi Investment Opportunity Set (IOS) Perusahaan
Tumbuh dan tidak Tumbuh Terhadap Abnormal Return Perusahaan”. Skripsi
Universitas Islam Indonesia.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Jakarta : Salemba Empat.
Smith Jr.Clifford W.,dan Ross L.Watss. 1992. ”The Investment Opportunity Set and
Corporate Financing, Dividend,and Compensation Policies”, Journal of
Fianancial Economics, 2:263-292.
Walpole, E. Ronald. 1992. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
www.idx.co.id
www.Yahoofinance.com
Download