hukum acara perdata

advertisement
HUKUM ACARA PERDATA
Oleh :
Hamonangan Albariansyah, SH, MH
(Disarikan dari buku ajar “Hukum Acara Perdata di Indonesia”,
karya Bpk. Ahmaturrahman, SH)
Kartu Kuliah (KK)
Lengkapi isian biodata KK
Tempel pasphoto “pantas” dan stempel
fakultas
Tulis di pojok kanan atas KK kelas saudara
berdasarkan isian KRS online
Contoh : “ Kelas A “
Wajib mencantumkan tanggal di bagian
kolom kiri,setiap perkuliahan
Tulis jumlah paraf dosen pada saat akhir
perkuliahan
Aturan Perkuliahan HAPER
3 SKS = maximal 32 X Pertemuan (termasuk mid)
Mahasiswa wajib hadir minimal 85% = 21 X masuk :
 Mahasiswa tidak dapat mengikuti UAS
 tidak ada tugas pengganti kehadiran
Hadir di kelas tidak berdasarkan pilihan di KRS atau tidak di
cantumkan tanggal/kuliah di KK = KK tidak di paraf
Max telat masuk kelas 10 menit  tdk diizinkan masuk
Komponen nilai
Tugas - Quiz (lisan) + UTS (lisan) + UAS
Tugas copy-paste atau kumpul tugas tidak tepat waktu = “ 0 ”
Pemalsuan paraf, menitip KK dan/atau Kecurangan Ujian = “D“
Ujian susulan max.1 minggu setelah Mata Kuliah tsb
KK hilang = ujian lisan 2 soal, 1 paraf
Tidak ada absensi menggunakan KK sementara (kertas)
Mahasiswa mentaati aturan akademik selama di kelas
Buku Bacaan Hukum Acara Pedata
Prof. Sudikno Mertokusumo, SH,
“Hukum Acara Perdata Indonesia”
Prof. Abdulkadir Muhammad, SH,
“Hukum Acara Perdata Indonesia”
Buku tsb ada di Perpustakaan anda
Salinan slide :
http://hamonangan.unsri.ac.id/
PERTEMUAN 1
GARIS BESAR POKOK PEMBELAJARAN (GBPP)
HUKUM ACARA PERDATA
Pendahuluan
Pemberian Kuasa (Lastgeving)
Penyelesaian Perkara Perdata
Gugatan
Upaya Menjamin Hak (Sita Jaminan)
Pemeriksaan Di Persidangan
Pembuktian
Putusan Hakim (Vonnis)
Upaya Hukum (Recht Middelen)
Pelaksanaan Putusan Hakim (Eksekusi)
Bab I
Pendahuluan
Hukum Acara, hukum proses, hukum formil
Hukum Acara : hukum yang mengatur caranya menjamin
ditaatinya hukum perdata material dengan perantara hakim
agar memperoleh perlindungan hukum untuk mencegah
tindakan menghakimi sendiri (eigenrichting)
Ps.666 ayat 3 BW, 2 pendapat mengenai tindakan
menghakimi sendiri :
Tidak dibenarkan, negara telah menyediakan upaya untuk
memperoleh perlindungan hukum melalui pengadilan
Tidak dibenarkan, akan tetapi abapila peraturan yang ada tidak
cukup memberikan perlindungan, maka tindakan menghakimi
sendiri secara tidak tertulis dibenarkan.
Hukum Proses : Rangkaian perbuatan hukum yang mengatur
cara atau apa saja yang dilakukan agar hukum materil dapat
diwujudkan
Hukum Formil : hukum yang mengutamakan kebenaran cara
dan bentuk agar substansi hukum materil dapat dilaksanakan
Hukum Acara Perdata
Prof.Dr. Sudikno Mertokusumo, SH
Hukum Acara Perdata adalah
kumpulan aturan-aturan hukum
yang mengatur bagaimana cara menjamin
ditaatinya hukum perdata materil
dengan perantara hakim
Perbedaan :
H.Acara Pidana : hak yang dilanggar
bersangkutan dengan kepentingan umum
H.Acara Perdata : hak yang dilanggar
bersangkutan dengan kepentingan pribadi
Perlindungan hukum yang diberikan Pengadilan
untuk mencegah eigenrichting
Tuntutan hak yang mengandung
sengketa  Gugatan, sekurangkurangnya dua pihak
Tuntutan hak yang tidak mengandung
sengketa  Permohonan, hanya satu
pihak saja
Timbulnya perkara perdata karena
inisiatif pihak penggugat, bukan inisiatif
hakim
Persidangan Perdata
1. Tuntutan hak tidak mengandung sengketa
/peradilan tidak sesungguhnya (Voluntaire
Jurisdictie).
Ciri- cirinya :
Mengadili perkara tidak mengandung konflik atau
sengketa, melainkan tuntutan hak berupa permohonan
Hanya terdapat satu pihak, tanpa lawan
Produk pengadilan berupa Penetapan (Bechikking) atau
putusan menerangkan,menetapkan (declaratoir)
Penetapan mempunyai kekuatan hukum mengikat pada
diri pemohon sendiri dan pihak ketiga
Penetapan tidak memerlukan pertimbangan atau alasan
Aturan BW buku ke IV tidak berlaku
Contohnya ; penetapan wali hakim, ahli waris,
permohonan kewarganegaraan, pengangkatan anak,
penetapan pengampuan
2. Tuntutan hak yang mengandung sengketa/peradilan
sesungguhnya (Contentiuese Jurisdictie).
Ciri-cirinya :
Sekurang-kurang nya dua pihak yang bersengketa
(Penggugat-Tergugat),
tuntutan hak dalam bentuk gugatan
Produk pengadilan diakhiri dengan putusan (vonnis)
Putusan mengikat para pihak yang bersengketa saja
Putusan harus mempunyai alasan yang kuat dan
tepat
Buku ke IV BW berlaku
Contoh nya : sengketa hak atas tanah, sengketa
HAKI, sengketa ganti kerugian
Yang diatur dalam HaPdt ..?
Bagaimana cara pihak yang dirugikan mengajukan
perkaranya ke pengadilan
Bagaimana cara pihak yang diserang
mempertahankan hak nya
Bagaimana hakim bertindak terhadap pihak-pihak
yang berperkara
Bagaimana hakim memeriksa dan memutus perkara
Bagaimana melaksanakan putusan hakim (eksekusi)
Dengan kata lain Hukuk Acara Perdata adalah :
> Rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana
orang harus bertindak terhadap dan dimuka pengadilan
dan cara bagaimana pengadilan harus bertindak, untuk
melaksanakan peraturan hukum perdata materill
SUMBER HUKUM ACARA PERDATA
HIR (Herziene Indonesische Reglement) di
dalam Stb.1941 : 44 Pasal 118-245,
berlaku bagi Gol. Bumiputera daerah Jawa
& Madura
RBg (Rechtsreglement voor de
Buitenwesten) di dalam Stb.1927 : 227
Pasal 142-314, berlaku bagi Gol.
Bumiputera daerah luar Jawa & Madura
BRv (Reglement opde Burgerlijke
Rechtvordering) di dalam Stb.1847 : 52,
berlaku bagi Gol.Eropa & yang
dipersamakan. Skerang sebagai Pedoman
UU Kekuasaan Kehakiman, 48 tahun
2009
UU Mahkamah Agung, 5 tahun 2004
UU No.2 tahun 1986 ttg Peradilan
Umum jo UU No.8 tahun 2004 jo UU
No.49 tahun 2009 ttg Perubahan
kedua UU No.2 tahun 1986 ttg
Peradilan Umum
SEMA
Yurispurdensi
Perjanjian Internasional
Asas-asas dalam HAPdt
(see UU No. 4 tahun 2004)
Peradilan dilakukan “demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan yang maha Esa”.
Pada kepala Putusan hakim.
Fungsinya : memberi kekuatan eksekutorial
pada putusan hakim.
Kekuatan eksekutorial adalah kekuatan untuk
dilaksanakan apa yang ditetapkan dalam
putusan itu secara paksa oleh alat negara.
Peradilan dilakukan dengan :
“sederhana”, mudah dipahami dan tidak
berbelit-belit.
“cepat”, tidak banyak formalitas
“biaya ringan”, terjangkau oleh rakyat.
Hakim bersifat menunggu
Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak,
pembuktian diserahkan sepenuhnya kepada
pihak yang berkepentingan
Hakim bersifat Pasif
Ruang lingkup atau luasnya pokok sengketa
yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa
pada asasnya ditentukan oleh pihak yang
berperkara, bukan hakim
Ultra Petita Partium, Hakim hanya mengadili apa
yang dituntut, dilarang memvonis atas perkara
yang tidak dituntut atau menjatuhkan vonis lebih
dari yang dituntut
Pembuktian diserahkan kepada para pihak,
pihak yang berperkara bebas mengajukan upaya
hukum
Beracara atau berperkara memerlukan biaya
yang meliputi :
Biaya kepaniteraan, pemanggilan,,
pemberitahuan para pihak dan bea materai
Biaya perkara dibebankan kepada :
Pihak Penggugat, karena ia mengajukan gugatan
Jika gugatan dikabulkan, maka biaya perkara
dibebankan kepada pihak yang kalah (tergugat)
Jika gugatan ditolak, biaya dibebankan kepada
Penggugat (Penggugat kalah)
Apabila para pihak tidak mampu, maka beracara
secara gratis (prodeo), biaya dibebankan kepada
negara (Pasal 237 HIR atau 273 RBg)
Asas Hakim Majelis, sekurangkurangnya 3 orang hakim.
Maksud & tujuannya untuk menjamin
pemeriksaan yang seobjektif nya dan
memberikan perlindungan HAM di bidang
peradilan
Namun dalam prakteknya dapat ditemui
pemeriksaan dengan hakim tunggal (Unus
Judex) untuk mempercepat jalannya
proses. Contoh : putusan declaratoir,
pelanggaran lalu lintas.
Hakim harus mendengarkan kedua pihak
(Audi et Alteram Partem)
Hakim tidak memihak, para pihak diperlakukan
sama
Asas Sidang Terbuka Untuk Umum, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang
Artinya setiap orang diperbolehkan hadir dan
mendengarkan pemeriksaan di persidangan
Tujuan asas ini adalah menjamin objektifitas
peradilan, sebagai social control oleh masyarakat.
Akan tetapi pada pembacaan putusan harus
dalam sidang yang terbuka untuk umum, apabila
putusan diucapkan dalam sidang yang tidak
dinyatakan terbuka untuk umum berarti putusan
tersebut tidak sah, tidak mempunyai kekuatan
hukum yang mengakibatkan batalnya putusan
menurut hukum
Putusan Hakim harus disertai dengan alasanalasan.
Tujuan dicantumkan alasan-alasan tersebut
sebagai pertanggungjawaban hakim dan
objektifitas atas putusan kepada masyarakat
Putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup
pertimbangan (Onvoldoende Gemotiveerd)
merupakan alasan untuk mengajukan kasasi dan
harus dibatalkan
Alasan-alasan hakim dalam penjatuhan
keputusan :
Perundang-undangan
Nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat
Jurisprudensi, doktrin, dan harga emas (masalah ganti
kerugian)
Pertemuan 2
Kekuasaan Kehakiman
Sejak UU No.4 tahun 2004, badan peradilan secara organisasi, administrasi
dan financial dibawah kekuasaan MA
P. Umum
UU No. 49 tahun 2009
Memeriksa dan mengadili perkara orang sipil baik pidana maupun perdata
P. Militer
UU No. 31 tahun 1997
Peradilan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana yang khusus dilakukan oleh
anggota TNI
P. Agama
UU No. 50 tahun 2009
Orang Muslim dan Perdata Tertentu seperti perkawinan, perceraian, warisan, hibah,
wasiat, wakaf, sadaqoh
P. TUN
UU No. 51 tahun 2009
Mengadili perkara yang timbul akibat tindakan penguasa yang berupa penetapan
(Beschikking) yang merugikan orang lain secara individu
P. Niaga
UU No. 37 tahun2004
Mengadili perkara kepailitan
P. Tipikor
UU No. 46 tahun 2009, mengadili perkara tindak pidana korupsi
Pembagian PN dan PT
Berdasarkan Volume Perkara, Luas Wilayah, dan Potensi Daerah, yaitu :
PN Klas I A,
P. Perdata > 300/thn
P. Pidana > 800/thn
PN Klas I B,
P. Perdata < 300/thn
P. Pidana < 800/thn
PN Klas II A,
P. Perdata < 150/thn
P. Pidana < 400/thn
PN Klas II B,
P. Perdata < 60/thn
P. Pidana < 200/thn
Klas A :
Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Ujung Pandang
Klas B :
Aceh, Padang, Palembang, Denpasar, Banjarmasin, Manado, Ambon
dan Jayapura
STRUKTUR ORGANISASI
1. Ketua PN/PT


Pengalaman 10 tahun sebagai hakim PN/PT
5 tahun bagi hakim PT yang pernah menjabat ketua PN
2. Hakim

WNI, Pegawai Negeri, Sarjana Hukum, min 25 tahun,
berwibawa, adil, jujur, bertaqwa, setia kepada Pancasila dan
UUD 45
3. Panitera





Dalam tugasnya dibantu oleh panitera pengganti
Tugas nya menyelenggarakan administrasi perkara
Mengikuti dan mencatat jalannya persidangan
Dalam perkara perdata bertugas melaksanakan putusan
pengadilan
Membuat salinan putusan
4. Juru Sita (deur waader)





Dalam tugasnya dibantu oleh juru sita pembantu
Melaksanakan semua perintah ketua sidang
Menyampaikan pengumuman, teguran, protes dan
pemberitahuan putusan pengadilan
Melakukan penyitaan atas perintah ketua
pengadilan
Membuat berita acara penyitaan
TUGAS POKOK BADAN PENGADILAN
Pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan
mengadili suatu perkara yang diajukan dengan
dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib memeriksa dan mengadili
Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami
nilai-nilai dalam masyarakat
Pengadilan mengadili menurut hukum, tidak
membeda-bedakan orang
Pengadilan membantu mengatasi segala
hambatan untuk dapat tercapainya peradilan
sederhana, cepat dan biaya ringan
Sejarah Hukum Acara Perdata dan
Peradilan di Indonesia
1.
2.
3.
4.
5.
Zaman Hindia Belanda (1848-1942)
Zaman Jepang (1942-1945)
Zaman RIS (1945 dan 1949 dan 1950)
Periode 1950-1959
Periode 5 Juli 1959 s/d 11 Maret 1966
dan sesudah 11 Maret 1966
Zaman Hindia Belanda (1848-1942)
a. H.L.Wichers ditugaskan pemerintah HB menjabat
ketua Hooggerechtshof (MA) di Batavia
b. Tidak membenarkan praktek pengadilan yang
memeriksa, memutus perkara perdata untuk
gol.Bumiputera menggunakan aturan gol.Eropa
tanpa landasan UU
c. Dengan peraturan Gubjen
J.J.Rochussen,memerintahkan Wichers
merancang Reglement tentang administrasi Polisi,
acara perdata dan acara pidana bagi Bumiputera
sekaligus gol.Timur Asing di Jawa-Madura.
Disamakan  kecerdasan sama
d. Rancangan yg telah disahkan tsb lazim disebut Het
Inlandsch Reglement (HIR)
e. Menyusul kemudian aturan untuk luar jawa-madura
yang disebut dengan Rechtsreglement voor de
Buitenwesten (RBg), Stb 1927 No.227
Susunan Peradilan
Jawa-Madura
- Hooggerechtshof
- Raad van Justitie
- Residentiegerecht
- Landrecht
- Landraad
- Districtgerecht
Luar Jawa-Madura
Hooggerechtshof
Raad van Justitie
Residentiegerecht
Landrecht
Magistraadgerecht
Zaman Jepang
UU No.1 tahun 1942 yang menentukan
“bahwa untuk sementara waktu segala UU
dan peraturan dari pemerintah Hindia
Belanda dahulu terus berlaku, sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan
balatentara Jepang”
Tidak ada perubahan dalam hukum materill,
hanya perubahan penyederhanaan sistem
peradilan dengan sistem hakim tunggal,
menjadi : Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Swapraja, Peradilan Adat
dan Peradilan Militer.
Periode RIS
UU No. 7 tahun 1947 tentang susunan
keluasaan MA dan Kejaksaan Agung
UU No.20 tahun 1947 tentang Banding di
jawa-madura,dan RBg diluar Jawa-madura
4 lingkungan peradilan ; umum, agama,
adat dan militer
Periode 1950-1959
Menghapus pengadilan khusus,hanya
meninggalkan PN yang berkuasa pada
tingkat pertama memeriksa,mengadili
UU No.1 tahun 1951 ttg susunan peradilan
umum, yaitu PN, PT dan MA
Periode 5 Juli 1959- 11 Maret 1966
UU No.19/1964 ttg Ket.Pokok kekuasaan
kehakiman
UU No.13 tahun 1965 ttg Pengadilan dalam
Peradilan Umum
4 lingkungan peradilan, yaitu : Peradilan
umum,peradilan agama, peradilan militer,
peradilan TUN
Namun kedua UU tsb memberikan eksekutif
dapat intervensi perkara,pengadilan,peradilan,
bertentangan dengan UUD’45
Orde baru,Digantikan dgn UU No.14 tahun
1970 ttg Pokok Kekuasaan Kehakiman dan
UU No.2 tahun Peradilan Umum.
Belum ada HaPdt yg berlaku secara
Universal,seperti HaPidana (UU No.8/1981)
Bab II
Pemberian Kuasa (Lastgeving)
Lastgeving adalah :
suatu persetujuan atau perjanjian
dengan mana seorang memberikan
kekuasaan atau wewenang kepada
orang lain
Yang menerimanya untuk atas
namanya melakukan perbuatan
hukum suatu urusan/perihal
Pengaturan Lastgeving
Hukum Formil HIR,RBg & Brv
Hukum Materill, BW/KUHPerdata, UU No.18 tahun
2003 ttg Advokat
Advokat : orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik
didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi
persyaratan UU ini.
Jasa Hukum : jasa yang diberikan advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum,
menjalankan kuasa, mewakili,mendampingi,membela dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum
klien
Kuasa Insidential : memberikan jasa dalam bidang hukum
hanya untuk sekali saja (1 perkara). Orang yang dapat
menjadi kuasa insidential,yaitu :
Mempunyai hub.keluarga dengan salah satu pihak sampai
derajat ketiga
Mereka yang ada hubungan kerja dengan suatu instansi
Mereka yang termasuk salah satu pihak dalam perkara
Persyaratan Advokat
See Pasal 3 UU No.18/2003:
WNI, tinggal di Indonesia, tidak berstatus
PNS/Pejabat Negara
Berusia min.25 tahun
Berijazah Sarjana, latar belakang pendidikan hukum
Lulus ujian advokat yang diadakan organisasi
advokat
Magang min 2 tahun terus menerus pada kantor
advokat
Tidak pernah dipidana dengan ancaman 5 tahun >
Berprilaku baik, jujur, bertanggung jawab,adil dan
integritas tinggi.
Cara Pemberian Kuasa
Secara Lisan
Pihak yang memberikan kuasa selalu hadir
bersama pihak yang menerima kuasa
Ditunjuk lisan ketika membuat gugatan
lisan dilakukan didepan ketuan PN. Maka
ketika itulah disebutkan maksud memberi
kuasa.
Ditunjuk secara lisan dimuka persidangan.
Pemberi dan penerima kuasa hadir di
sidang (dicatat dalam berita acara sidang)
Secara Tertulis
Dengan menunjuk nama orang yang
diberi kuasa di dalam surat gugatan.
Dengan Surat Kuasa Khusus :
mencantumkan identitas pemberi dan
penerima kuasa
Mencantumkan lawan dan objek perkara
Mencantumkan pengadilan tempat
berperkara
Mencantumkan hal-hal yang dikuasakan
(jika perlu) cantumkan pemberian hak
substitusi (memberikan kuasa kepada
orang lain)
Bab III
Penyelesaian Perkara Perdata
Litigasi
Gugatan (tuntutan yang mengandung sengketa)
Permohonan (tuntutan hak yang tidak mengandung
sengketa)
Perdamaian melalui Pengadilan
Pihak penggugat mencabut gugatannya dan
melakukan perdamaian dengan tergugat dengan
akte bawah tangan atau akta otentik.
Non-Litigasi
Arbitrase (didasarkan pada perjanjian arbitrase)
ADR
Konsultasi
Negosiasi
Mediasi
konsolidasi
Tahap-tahap Penyelesaian Perkara
Perdata
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
Pengajuan Gugatan
Proses Persidangan
Replik-Duplik
Pembuktian
Upaya Hukum
Pelaksanaan Putusan Hakim
(eksekusi)
I. Pengajuan Gugatan
a. Pengajuan Gugatan yang telah
memenuhi syarat formal, syarat-syarat
surat gugatan tersebut :
Identitas para pihak
Fundamental petendi (dasar
gugatan)
Petitum (tuntutannya)
Ditanda tangani
Fundamental Petendi terdiri dari dua bagian, yaitu :
Uraian tentang kejadian atau bagian peristiwa
yang merupakan penjelasan duduk perkara.
Kejadian yang nyata yang mendahului peristiwa
hukum, sejarah asal mula terjadinya hak
Uraian tentang adanya hak atau hubungan
hukum yang menjadi dasar yuridis daripada
tuntutan
Petitum, putusan yang diharapkan/dimintakan agar
diputuskan hakim, harus jelas dan sempurna
(tidak bertentangan satu dengan lainnya-obscuur
libel),hendaknya bersifat tunggal, sehingga
apabila terjadi, makan tidak diterimanya gugatan.
b. Pendaftaran gugatan di kepaniteraan
Pengadilan negeri yang berwenang
dengan membayar uang muka
(vorschot) biaya perkara, untuk
kemudian memperoleh nomor
registrasi perkara.
c. Panitera menyampaikan/menaikkan
berkas perkara tersebut kepada ketua
PN bahwa berkas tersebut sudah
diteliti dan syarat formalnya sudah
lengkap.
d. Ketua PN mengeluarkan atau
Penetapkan Majelis Hakim (PMH)
yang akan memeriksa dan mengadili
perkara, sekaligus menunjuk Panitera
Sidang
e. PMH membuat Surat Penetapan Hari
Sidang (PHS) yang menetapkan waktu
persidangan pertama.
f. Juru Sita akan melakukan
pemanggilan terhadap pihak-pihak
yang berperkara untuk menghadiri
sidang sesuai PHS selambatlambatnya 3 hari sebelum hari sidang
II. Proses Persidangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Panitera Sidang mempersiapkan segala
sesuatunya untuk sidang, dan melaporkannya bila
telah siap dan menunggu di ruangan.
Majelis hakim memasuki ruang sidang (yang hadir
berdiri)
Ketua majelis hakim membuka sidang (sidang
dinyatakan terbuka untuk umum dengan ketukan
palu 1 atau 3x)
Ketua majelis menanyakan identitas penggugat
dan kemudian tergugat
Anjuran damai kepada pihak yang berperkara oleh
majelis hakim (bila tdk berhasil,sidang dilanjutkan)
Pembacaan surat gugatan oleh penggugat/kuasa
hukum nya
III. Jawaban Tergugat, Replik-Duplik
Jawaban Tergugat, yaitu berupa
eksepsi (tangkisan), pokok perkara,
dan gugatan balik (rekonvensi)
Replik, yaitu tanggapan Penggugat
terhadap jawaban tergugat
Duplik, yaitu tanggapan tergugat
terhadap replik penggugat
Dst,..hingga hak bicara terakhir ada
pada tergugat
IV. Pembuktian
a. Beban pembuktian dibebankan
kepada para pihak yang
mendalilkan adanya hak atau
menyangkal adanya hak orang lain,
maka ia yang membuktikan
nya.(see Pasal 1865 BW).
b. Pembuktian dilakukan
menggunakan alat-alat bukti tulisan,
saksi, persangkaan, pengakuan dan
sumpah.(see Pasal 1866 BW)
c. Penyusunan Kesimpulan (conclusion)
masing-masing oleh para pihak.
Kesimpulan ini tidak mutlak/tidak harus
d. Musyawarah majelis hakim
e. Pengumuman putusan hakim dalam
sidang terbuka untuk umum
f. Hakim ketua akan menanyakan para
pihak apakah mereka menerima
putusan tersebut atau tidak dan para
pihak dapat menggunakan upaya
hukum
V. Upaya Hukum
Upaya Hukum Biasa
Verzet, banding, kasasi
Upaya Hukum Luar Biasa
Peninjauan Kembali (Request Civil) dan
perlawanan pihak ketiga (Dendin Verzet)
VI. Eksekusi
3 Macam eksekusi dalam HaPdt, yaitu:
Eksekusi untuk melakukan suatu
pembayaran sejumlah uang
Eksekusi untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perbuatan
Eksekusi untuk pengosongan benda
tetap, seperti tanah atau rumah.
Bab IV
GUGATAN
Pada asasnya setiap orang boleh
mengajukan gugatan ke pengadilan, namun
dapat menggugat sebagaimana persyaratan
gugatan.
Syarat mengajukan gugatan, yaitu :
Adanya kepentingan
Mempunyai dasar hukum
Merasa haknya dirugikan
Subjek Hukum Perdata
Natuurlijke Persoon (Orang)
Harus cakap (bekwaamheid)
Recht Persoon (Badan Hukum)
Natuurlijke Persoon
Legitima Persona Standi in Judicio
(setiap orang berwenang untuk
menghadap ke pengadilan)
Orang yang berwenang (Bevoegd) tidak
selalu mampu (bekwaam)
Bekwaam :
Sudah dewasa (21 th/telah kawin)
Sehat akal pikiran
Tidak dibawah pengampuan (curatele)
Yang menyebabkan orang tidak
cakap :
Belum dewasa (minderjarig), sehingga
harus diwakili urusan nya
Di bawah pengampuan, dikarenakan :
Sakit ingatan
Pemboros/pemabuk
Debitur yang dinyatakan pailit
Kedudukan sebagai istri
Setelah keluarnya SEMA No.3 tahun
1963, ketentuan Psal 110 KUHPerdata
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Recht Persoon
Akan diwakili oleh pengurusnya, tanpa
memerlukan surat kuasa khusus (Pasal 1655
KUHPerdata)
Apabila badan hukum itu telah dibubarkan,
maka diwakili oleh pemberesnya
Badan hukum publik diwakili pemimpinya,
pemerintah diwakili pimpinan departemen.
Nama pimpinan/pengurus bdan hukum publik
tidak perlu dimuat dalam surat gugatan
maupun putusan hakim
Kompetensi Pengadilan
Kewenangan pengadilan mengadili suatu
perkara, yaitu ;
Kompetensi absolut
Menentukan peradilan dan pengadilan jenis apa yang
berwenang mengadili suatu perkara tergantung isi
gugatan/pokok perselisihan (Rationae materiae)
– Cerai orang islam  P.Agama
– Cerai orang non islam  P.Negeri
Kompetensi relatif
Berhubungan dengan wilayah hukum suatu pengadilan.
Menentukan pengadilan mana yang berwenang,
menyangkut pembagian kekuasaan mengadili.
Pasal 142 (1) RBg atau 118 (1) HIR
Asas Actor Sequitor Forum Rei.
Bahwa gugatan diajukan ke PN yang wilayah hukumnya
ditempat tinggal tergugat (penggugat ikut ketempat orang
yang digugat)
Pertimbangannya ialah bahwa tergugat adalah pihak
yang benar selama belum terbukti bersalah dengan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap (incraht), sesuai dengan asas Presumption
of Innocence.
Dasar menurut kode etik persidangan, bahwa tergugat
duduk di sebelah kanan, penggugat disebelah kiri
tergugat.
Kompetensi relatif tergantung dari tempat tinggal
tergugat
Pengecualian terhadap asas actor
sequitur forum rei (Pasal 142 RBg atau
118 HIR) :
Apabila tergugat lebih dari 1 yang tinggal
dalam lingkungan pengadilan yang
beda, maka gugatan diajukan ke PN
tempat salah seorang tergugat
Apabila tergugat terdiri dari tergugat
yang berhutang dan tergugat yang
menjamin hutang, maka gugatan
diajukan di PN ditempat tinggal tergugat
yang berhutang
Apabila tempat tinggal tergugat tidak
diketahui, maka gugatan diajukan ke PN
di wilayah hukum penggugat
Apabila tempat tinggal/kedudukan telah
dipilih dalam suatu akta/perjanjian
antara pihak yang berperkara, maka
gugatan diajukan ke PN yang dipilih.
Apabila gugatan mengenai benda tetap,
maka gugatan diajukan ke PN yang
wilayah hukumnya tempat benda
terebut terletak (forum rei sitae)
Bagaimana dengan Permohonan dan
perkara cerai.. ?
Di wilayah hukum tempat tinggal pemohon,
kecuali pengangkatan anak dilakukan di
wilayah PN tempat si anak yang akan diangkat
(termohon)
Cerai talak (dilakukan oleh suami dilakukan
dengan permohonan).
Diajukan di pengadilan tempat tinggal termohon
(istri), kecuali istri meninggalkan tempat tinggal
bersama tanpa izin suami, dilakukan di P.agama
wilayah pemohon (suami)
Cerai Gugat (dilakukan oleh istri dengan
gugatan),
Diajukan di P.agama wilayah tempat tinggal istri
(penggugat), kecuali istri meninggalkan tempat
kediaman bersama tanpa izin suami (tergugat).
Pihak-pihak dalam Gugatan
Penggugat atau Para Penggugat
Pihak yang merasa berhak atas suatu hak/
barang yang haknya dilanggar/dirugikan
pihak lain
Tergugat atau Para Tergugat
Pihak yang dirasa atau diduga melanggar
hak orang lain dan tidak mau menyerahkan
secara sukarela hak tersebut sehingga orang
lain dirugikan kepentingan nya
Turut Tergugat
Orang yang ada hubungan dengan
masalah yang disengketakan, tetapi tidak
mempunyai kepentingan langsung/tidak
ada
Pihak Ketiga yang ikut dalam perkara
Interventie (campur tangan)
Menyertai (voeging)
Menengahi (tussenkomst)
Vrijwaring (Penjamin)
Formiele
sederhana
Cara mengajukan Gugatan
Tertulis
Oleh penggugat
Ditujukan kepada ketua PN yang berwenang
Ditandatangani oleh penggugat/kuasanya
atau cap jempol
Dicantumkan tanggal gugatan dan diberi
materai
Dibuat beberapa rangkap (PN, tergugat,
penggugat)
Lisan
Penggugat datang sendiri ke panitera
PN dan menjelaskan duduk perkara
Penjelasan tersebut dicatat oleh
paneitera
Kemudian ditulis dan dibacakan kembali
kepada penggugat
Diteruskan kepada ketua PN
Ketua PN menandatangani catatan yang
dicatan oleh panitera PN
Persyaratan isi Gugatan
Identitas para pihak
Nama, umur, pekerjaan, tempat tinggal, status,
agama, kewarganegaraan. Sehingga jelas siapa
penggugat dan tergugat.
Fundamental Petendi
Bagian yang menguraikan fakta
Bagian yang menguraikan hukumnya
Petitum
Petitum Primer
Petitum pokok
Petitum tambahan
– Tuntutan agar putusan dapat dijalankan dahulu, meskipun
ada verzet atau banding (Uitvoerboor bij Vooraad)
– Tergugatan membayar biaya perkara, bunga, uang paksa,
tuntutan nafkah dan pembagian harta dalam perceraian
Petitum Subsidair (pengganti)
Dimaksudkan untuk mengganti atau
cadangan bila petitum pokok dan tambahan
tidak dikabulkan atau ditolak PN
Misalnya :
”mohon putusan yang seadil-adilnya”
“Terserah kepada bapak hakim”
“Agar hakim mengadili menurut keadilan
yang sebenarnya”
Ada kemungkinan dilanggarnya asas
“Ultra Petita Partium”
Penggabungan Gugatan
Komulasi Subjektif (Penggabungan
Subjek)
Penggugat yang terdiri lebih dari seorang
melawan tergugat yang hanya seorang
saja ;
atau seorang penggugat melawan tergugat
yang terdiri lebih dari seorang ;
kedua pihak masing-masing terdiri lebih
dari seorang
Haruslah ada hubungan koneksitas
Komulasi Objektif (Penggabungan Tuntutan)
Penggugat mengajukan lebih dari satu tuntutan
dalam suatu perkara sekaligus
Tidak mensyaratkan bahwa tuntutan tersebut
terdapat koneksitas
Sudikno mengutip pendapat Stein, bahwa
komulasi objektif tidak dibolehkan :
Bila gugatan tertentu diperlukan acara yang
berlainan
Bila diantara tuntutan ini ada yang bukan
termasuk wewenang relatif PN
Bila tuntutan tentang “bezit” tidak boleh diajukan
bersama-sama dengan tuntutan “eigendom”
Memasukkan Gugatan
Surat gugatan selesai dibuat dan
ditandatangani
Penggugat memasukkan surat gugatan
disertai dengan salinannya kepada
panitera PN, salinan gugatan dimaksudkan
untuk disampaikan kepada tergugat
bersama dengan surat pemanggilan dari
PN
Penggugat membayar biaya perkara yang
meliputi biaya kepaniteraan, biaya
pemanggilan dan pemberitahuan kepada
para pihak
Bagi mereka yang tidak mampu dimungkinkan untuk
beracara secara Cuma-Cuma (prodeo) dengan
mengajukan izin kepada ketua PN yang disertai
dengan surat keterangan tidak mampu dari
camat/lurah
Gugatan yang telah diterima, diberkan nomor
registrasi, selanjutnya disampaikan kepada ketua PN
untuk dipelajari dan membentuk hakim majelis
Jur sita melakukan penyitaan, dan segala
pemberitahuan PN kepada para pihak sekurangkurangnya 3 hari sebelum sidang
Apabila yang bersangkutan telah meninggal, maka
pemanggilan diberitahukan kepada ahli warisnya
Dalam beberapa hal harus pula melalui surat kabar
seperti perceraian, bilamana suami tidak diketahui.
Bab V
Sita Jaminan (Upaya Menjamin Hak)
Demi menjaga kepentingan penggugat, dan
jangan sampai penggugat menang perkara
hanya diatas kertas dan agar putusan dapat
dilaksanakan tidak kosong (Illusoir),
Maka penggugat mempunyai hak untuk
mengajukan permohonan sita (Beslag/arrest)
terhadap barang-barang tertentu untuk
disimpan sebagai jaminan agar tidak
dipindah-tangankan oleh tergugat.
Cara Pengajuan Permohonan Sita
Jaminan
Permohonan diajukan bersama-sama
atau dicantumkan dalam surat gugatan,
dirumuskan setelah uraian fundamental
petendi/posita (dasar gugatan)
Permohonan diajukan tersendiri atau
terpisah dengan surat gugatan
Pengajuan sita jaminan tidak boleh
meliputi seluruh harta kekayaan
tergugat, tetapi hanya atas barang
tertentu saja.
Pasal 211 RBg/Pasal 197 ayat 8 HIR
bahwa barangyang tidak boleh disita
tersebut adalah hewan, ternak, dan
perkakas yang benar-benar fungsinya
berguna sebagai alat mata pencaharian,
sedangkan hewan atau sarana produksi
untuk mencari keuntungan dapat
dikenakan sita.
Macam-macam Sita Jaminan
Sita Jaminan Terhadap Barang Penggugat
Revindicatoir Beslag (Pasal 260 RBg atau 226
HIR
Maritale Beslag (Pasal 823 BRv atau Pasal 24
ayat 2 KUHPerdata)
Sita Jaminan Terhadap Barang Tergugat
(Conservatoir Beslag)
Conservatoir Beslag (Pasal 208 RBg atau
Pasal 197 HIR dan Pasal 261 RBg atau Pasal
227 HIR)
Revindicatoir Beslag
Ciri-ciri :
Hanya dimungkinkan terhadap barang
bergerak saja (Roerendezaken)
Barang bergerak tersebut harus milik
penggugat sendiri
Barang tersebut berada di tangan tergugat
dengan cara melawan hukum
Barang tersebut diambil dari tangan
tergugat dan diserahkan kepada penggugat
Cara melakukan sita nya :
Harus mencantumkan secara terperinci
(spesifikasi) barang bergerak tersebut
Saat pengajuan permohonannya dapat
dilakukan bersama-sama dicantumkan
dalam gugatan atau terpisah dari surat
gugatan
Diajukan atau ditujukan kepada Ketua
Pengadilan Negeri
Maritale Beslag
Ciri-cirinya :
Hanya terhadap seluruh harta bersama baik
yang dikuasai suami atau istri, tidak termasuk
harta bawaan masing-masing pihak
Barang yang disita merupakan barang
bergerak maupun barang tidak bergerak
Harus terjadi dalam perkara perceraian
Prinsipnya istri yang mengajukan, namun
suami dapat mengajukan
Dapat diajukan selama pemeriksaan perkara
berlangsung
Tujuan nya untuk menjamin keutuhan harta
bersama selama proses perceraian sampai
eksekusi
Conservatoir Beslag
Ciri-ciri :
Barang yang dapat disita adalah abrang bergerak
maupun barang tetap milik tergugat (Pasal 208,261
RBg dan Pasal 197,227 HIR)
Barang Bergerak Milik Tergugat yang berada pada
pihak ketiga
Barang yang disita tersebut harus tetap berada dan
dikuasai oleh tergugat
Syarat mengajukan CB harus ada dugaan yang
beralasan bahwa tergugat akan memindahtangankan
atau mengasingkan barang tersebut.
Apabila permohonan CB yang telah diajukan
dikabulkan oleh hakim, maka harus dinyatakan
dengan penetapan hakim pada putusan sela dan
pada saat putusan akhir, hakim memutuskan status
sita jaminan tersebut.
Apakah boleh dilakukan sita untuk
kedua kalinya (rangkap) ?
Berdasarkan asas “Saisie Sur Saisie ne
Vaut” di dalam Pasal 463 BRv, bahwa
terhadap barang yang sama dan waktu
yang sama tidak dapat diadakan sita
rangkap
Sudikno M, bahwa asas tersebut hanya
berlaku terhadap barang bergerak, dan
tidak berlaku terhadap barang tidak
bergerak.
Solusi terhadap sita rangkap ?
Sita Penyesuaian (Vergelijkende Beslag)
Membuat berita acara bahwa barang terperkara
sudah ada sita jaminan, sehingga sita jaminan
yang kedua dan seterusnya hanya mengikuti sita
jaminan yang pertama
Artinya apabila barang tersebut dilelang, kalau
ada sisa atau lebih dari sita jaminan pertama,
barulah diperuntukkan bagi pemegang sita
jamina kedua dst, namun nila tidak ada, maka
pemegang sita kedua tidak mendapatkan apaapa.
Menyita barang tergugat di luar yang sudah
disita (Voortgezet Beslag)
Saat berlakunya Sita Jaminan
Terhadap barang bergerak, maka sita
jaminan berlaku saat diumumkan atau
didaftarkan di kantor kades/lurah pada hari
itu juga
Terhadap barang tidak bergerak :
Bersertifikat, salah satu salinan atau turunan
berita acara dikirimkan atau didaftarkan ke BPN
seksi kadaster (pend.Tanah) dan diumumkan di
kantor.
Tidak bersertifikat, salah satu salinan diserahkan
kepada kepala desa/lurah untuk diadakan
pengumuman terhadap sita jaminan, satu
salinan lain dikirimakn kepada kantor BPN, dan
diumumkan di kantor desa/lurah
Pengangkatan dan Pencabutan
Sita Jaminan
Selama Proses berjalan, apabila si
pemohon sita minta pada Pengadilan
Negeri supaya sita diangkat (dengan
penetapan)
Bersama-sama dengan putusan
akhir, apabila gugatan ditolak, maka
dalam putusan akhir sita yang pernah
dilakukan harus dinyatakan
diangkat/dicabut yaitu dicantumkan
dalam amar dictum putusan
Kemungkinan-kemungkinan Terjadinya
Pengangkatan Sita Jaminan
Download