HUKUM ACARA PERDATA Oleh : Hamonangan Albariansyah, SH, MH (Disarikan dari buku ajar “Hukum Acara Perdata di Indonesia”, karya Bpk. Ahmaturrahman, SH) Kartu Kuliah (KK) Lengkapi isian biodata KK Tempel pasphoto “pantas” dan stempel fakultas Tulis di pojok kanan atas KK kelas saudara berdasarkan isian KRS online Contoh : “ Kelas A “ Wajib mencantumkan tanggal di bagian kolom kiri,setiap perkuliahan Tulis jumlah paraf dosen pada saat akhir perkuliahan Aturan Perkuliahan HAPER 3 SKS = maximal 32 X Pertemuan (termasuk mid) Mahasiswa wajib hadir minimal 85% = 21 X masuk : Mahasiswa tidak dapat mengikuti UAS tidak ada tugas pengganti kehadiran Hadir di kelas tidak berdasarkan pilihan di KRS atau tidak di cantumkan tanggal/kuliah di KK = KK tidak di paraf Max telat masuk kelas 10 menit tdk diizinkan masuk Komponen nilai Tugas - Quiz (lisan) + UTS (lisan) + UAS Tugas copy-paste atau kumpul tugas tidak tepat waktu = “ 0 ” Pemalsuan paraf, menitip KK dan/atau Kecurangan Ujian = “D“ Ujian susulan max.1 minggu setelah Mata Kuliah tsb KK hilang = ujian lisan 2 soal, 1 paraf Tidak ada absensi menggunakan KK sementara (kertas) Mahasiswa mentaati aturan akademik selama di kelas Buku Bacaan Hukum Acara Pedata Prof. Sudikno Mertokusumo, SH, “Hukum Acara Perdata Indonesia” Prof. Abdulkadir Muhammad, SH, “Hukum Acara Perdata Indonesia” Buku tsb ada di Perpustakaan anda Salinan slide : http://hamonangan.unsri.ac.id/ PERTEMUAN 1 GARIS BESAR POKOK PEMBELAJARAN (GBPP) HUKUM ACARA PERDATA Pendahuluan Pemberian Kuasa (Lastgeving) Penyelesaian Perkara Perdata Gugatan Upaya Menjamin Hak (Sita Jaminan) Pemeriksaan Di Persidangan Pembuktian Putusan Hakim (Vonnis) Upaya Hukum (Recht Middelen) Pelaksanaan Putusan Hakim (Eksekusi) Bab I Pendahuluan Hukum Acara, hukum proses, hukum formil Hukum Acara : hukum yang mengatur caranya menjamin ditaatinya hukum perdata material dengan perantara hakim agar memperoleh perlindungan hukum untuk mencegah tindakan menghakimi sendiri (eigenrichting) Ps.666 ayat 3 BW, 2 pendapat mengenai tindakan menghakimi sendiri : Tidak dibenarkan, negara telah menyediakan upaya untuk memperoleh perlindungan hukum melalui pengadilan Tidak dibenarkan, akan tetapi abapila peraturan yang ada tidak cukup memberikan perlindungan, maka tindakan menghakimi sendiri secara tidak tertulis dibenarkan. Hukum Proses : Rangkaian perbuatan hukum yang mengatur cara atau apa saja yang dilakukan agar hukum materil dapat diwujudkan Hukum Formil : hukum yang mengutamakan kebenaran cara dan bentuk agar substansi hukum materil dapat dilaksanakan Hukum Acara Perdata Prof.Dr. Sudikno Mertokusumo, SH Hukum Acara Perdata adalah kumpulan aturan-aturan hukum yang mengatur bagaimana cara menjamin ditaatinya hukum perdata materil dengan perantara hakim Perbedaan : H.Acara Pidana : hak yang dilanggar bersangkutan dengan kepentingan umum H.Acara Perdata : hak yang dilanggar bersangkutan dengan kepentingan pribadi Perlindungan hukum yang diberikan Pengadilan untuk mencegah eigenrichting Tuntutan hak yang mengandung sengketa Gugatan, sekurangkurangnya dua pihak Tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa Permohonan, hanya satu pihak saja Timbulnya perkara perdata karena inisiatif pihak penggugat, bukan inisiatif hakim Persidangan Perdata 1. Tuntutan hak tidak mengandung sengketa /peradilan tidak sesungguhnya (Voluntaire Jurisdictie). Ciri- cirinya : Mengadili perkara tidak mengandung konflik atau sengketa, melainkan tuntutan hak berupa permohonan Hanya terdapat satu pihak, tanpa lawan Produk pengadilan berupa Penetapan (Bechikking) atau putusan menerangkan,menetapkan (declaratoir) Penetapan mempunyai kekuatan hukum mengikat pada diri pemohon sendiri dan pihak ketiga Penetapan tidak memerlukan pertimbangan atau alasan Aturan BW buku ke IV tidak berlaku Contohnya ; penetapan wali hakim, ahli waris, permohonan kewarganegaraan, pengangkatan anak, penetapan pengampuan 2. Tuntutan hak yang mengandung sengketa/peradilan sesungguhnya (Contentiuese Jurisdictie). Ciri-cirinya : Sekurang-kurang nya dua pihak yang bersengketa (Penggugat-Tergugat), tuntutan hak dalam bentuk gugatan Produk pengadilan diakhiri dengan putusan (vonnis) Putusan mengikat para pihak yang bersengketa saja Putusan harus mempunyai alasan yang kuat dan tepat Buku ke IV BW berlaku Contoh nya : sengketa hak atas tanah, sengketa HAKI, sengketa ganti kerugian Yang diatur dalam HaPdt ..? Bagaimana cara pihak yang dirugikan mengajukan perkaranya ke pengadilan Bagaimana cara pihak yang diserang mempertahankan hak nya Bagaimana hakim bertindak terhadap pihak-pihak yang berperkara Bagaimana hakim memeriksa dan memutus perkara Bagaimana melaksanakan putusan hakim (eksekusi) Dengan kata lain Hukuk Acara Perdata adalah : > Rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan dimuka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan harus bertindak, untuk melaksanakan peraturan hukum perdata materill SUMBER HUKUM ACARA PERDATA HIR (Herziene Indonesische Reglement) di dalam Stb.1941 : 44 Pasal 118-245, berlaku bagi Gol. Bumiputera daerah Jawa & Madura RBg (Rechtsreglement voor de Buitenwesten) di dalam Stb.1927 : 227 Pasal 142-314, berlaku bagi Gol. Bumiputera daerah luar Jawa & Madura BRv (Reglement opde Burgerlijke Rechtvordering) di dalam Stb.1847 : 52, berlaku bagi Gol.Eropa & yang dipersamakan. Skerang sebagai Pedoman UU Kekuasaan Kehakiman, 48 tahun 2009 UU Mahkamah Agung, 5 tahun 2004 UU No.2 tahun 1986 ttg Peradilan Umum jo UU No.8 tahun 2004 jo UU No.49 tahun 2009 ttg Perubahan kedua UU No.2 tahun 1986 ttg Peradilan Umum SEMA Yurispurdensi Perjanjian Internasional Asas-asas dalam HAPdt (see UU No. 4 tahun 2004) Peradilan dilakukan “demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang maha Esa”. Pada kepala Putusan hakim. Fungsinya : memberi kekuatan eksekutorial pada putusan hakim. Kekuatan eksekutorial adalah kekuatan untuk dilaksanakan apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat negara. Peradilan dilakukan dengan : “sederhana”, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. “cepat”, tidak banyak formalitas “biaya ringan”, terjangkau oleh rakyat. Hakim bersifat menunggu Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak, pembuktian diserahkan sepenuhnya kepada pihak yang berkepentingan Hakim bersifat Pasif Ruang lingkup atau luasnya pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh pihak yang berperkara, bukan hakim Ultra Petita Partium, Hakim hanya mengadili apa yang dituntut, dilarang memvonis atas perkara yang tidak dituntut atau menjatuhkan vonis lebih dari yang dituntut Pembuktian diserahkan kepada para pihak, pihak yang berperkara bebas mengajukan upaya hukum Beracara atau berperkara memerlukan biaya yang meliputi : Biaya kepaniteraan, pemanggilan,, pemberitahuan para pihak dan bea materai Biaya perkara dibebankan kepada : Pihak Penggugat, karena ia mengajukan gugatan Jika gugatan dikabulkan, maka biaya perkara dibebankan kepada pihak yang kalah (tergugat) Jika gugatan ditolak, biaya dibebankan kepada Penggugat (Penggugat kalah) Apabila para pihak tidak mampu, maka beracara secara gratis (prodeo), biaya dibebankan kepada negara (Pasal 237 HIR atau 273 RBg) Asas Hakim Majelis, sekurangkurangnya 3 orang hakim. Maksud & tujuannya untuk menjamin pemeriksaan yang seobjektif nya dan memberikan perlindungan HAM di bidang peradilan Namun dalam prakteknya dapat ditemui pemeriksaan dengan hakim tunggal (Unus Judex) untuk mempercepat jalannya proses. Contoh : putusan declaratoir, pelanggaran lalu lintas. Hakim harus mendengarkan kedua pihak (Audi et Alteram Partem) Hakim tidak memihak, para pihak diperlakukan sama Asas Sidang Terbuka Untuk Umum, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang Artinya setiap orang diperbolehkan hadir dan mendengarkan pemeriksaan di persidangan Tujuan asas ini adalah menjamin objektifitas peradilan, sebagai social control oleh masyarakat. Akan tetapi pada pembacaan putusan harus dalam sidang yang terbuka untuk umum, apabila putusan diucapkan dalam sidang yang tidak dinyatakan terbuka untuk umum berarti putusan tersebut tidak sah, tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengakibatkan batalnya putusan menurut hukum Putusan Hakim harus disertai dengan alasanalasan. Tujuan dicantumkan alasan-alasan tersebut sebagai pertanggungjawaban hakim dan objektifitas atas putusan kepada masyarakat Putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup pertimbangan (Onvoldoende Gemotiveerd) merupakan alasan untuk mengajukan kasasi dan harus dibatalkan Alasan-alasan hakim dalam penjatuhan keputusan : Perundang-undangan Nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat Jurisprudensi, doktrin, dan harga emas (masalah ganti kerugian) Pertemuan 2 Kekuasaan Kehakiman Sejak UU No.4 tahun 2004, badan peradilan secara organisasi, administrasi dan financial dibawah kekuasaan MA P. Umum UU No. 49 tahun 2009 Memeriksa dan mengadili perkara orang sipil baik pidana maupun perdata P. Militer UU No. 31 tahun 1997 Peradilan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana yang khusus dilakukan oleh anggota TNI P. Agama UU No. 50 tahun 2009 Orang Muslim dan Perdata Tertentu seperti perkawinan, perceraian, warisan, hibah, wasiat, wakaf, sadaqoh P. TUN UU No. 51 tahun 2009 Mengadili perkara yang timbul akibat tindakan penguasa yang berupa penetapan (Beschikking) yang merugikan orang lain secara individu P. Niaga UU No. 37 tahun2004 Mengadili perkara kepailitan P. Tipikor UU No. 46 tahun 2009, mengadili perkara tindak pidana korupsi Pembagian PN dan PT Berdasarkan Volume Perkara, Luas Wilayah, dan Potensi Daerah, yaitu : PN Klas I A, P. Perdata > 300/thn P. Pidana > 800/thn PN Klas I B, P. Perdata < 300/thn P. Pidana < 800/thn PN Klas II A, P. Perdata < 150/thn P. Pidana < 400/thn PN Klas II B, P. Perdata < 60/thn P. Pidana < 200/thn Klas A : Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Ujung Pandang Klas B : Aceh, Padang, Palembang, Denpasar, Banjarmasin, Manado, Ambon dan Jayapura STRUKTUR ORGANISASI 1. Ketua PN/PT Pengalaman 10 tahun sebagai hakim PN/PT 5 tahun bagi hakim PT yang pernah menjabat ketua PN 2. Hakim WNI, Pegawai Negeri, Sarjana Hukum, min 25 tahun, berwibawa, adil, jujur, bertaqwa, setia kepada Pancasila dan UUD 45 3. Panitera Dalam tugasnya dibantu oleh panitera pengganti Tugas nya menyelenggarakan administrasi perkara Mengikuti dan mencatat jalannya persidangan Dalam perkara perdata bertugas melaksanakan putusan pengadilan Membuat salinan putusan 4. Juru Sita (deur waader) Dalam tugasnya dibantu oleh juru sita pembantu Melaksanakan semua perintah ketua sidang Menyampaikan pengumuman, teguran, protes dan pemberitahuan putusan pengadilan Melakukan penyitaan atas perintah ketua pengadilan Membuat berita acara penyitaan TUGAS POKOK BADAN PENGADILAN Pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan mengadili Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai dalam masyarakat Pengadilan mengadili menurut hukum, tidak membeda-bedakan orang Pengadilan membantu mengatasi segala hambatan untuk dapat tercapainya peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan Sejarah Hukum Acara Perdata dan Peradilan di Indonesia 1. 2. 3. 4. 5. Zaman Hindia Belanda (1848-1942) Zaman Jepang (1942-1945) Zaman RIS (1945 dan 1949 dan 1950) Periode 1950-1959 Periode 5 Juli 1959 s/d 11 Maret 1966 dan sesudah 11 Maret 1966 Zaman Hindia Belanda (1848-1942) a. H.L.Wichers ditugaskan pemerintah HB menjabat ketua Hooggerechtshof (MA) di Batavia b. Tidak membenarkan praktek pengadilan yang memeriksa, memutus perkara perdata untuk gol.Bumiputera menggunakan aturan gol.Eropa tanpa landasan UU c. Dengan peraturan Gubjen J.J.Rochussen,memerintahkan Wichers merancang Reglement tentang administrasi Polisi, acara perdata dan acara pidana bagi Bumiputera sekaligus gol.Timur Asing di Jawa-Madura. Disamakan kecerdasan sama d. Rancangan yg telah disahkan tsb lazim disebut Het Inlandsch Reglement (HIR) e. Menyusul kemudian aturan untuk luar jawa-madura yang disebut dengan Rechtsreglement voor de Buitenwesten (RBg), Stb 1927 No.227 Susunan Peradilan Jawa-Madura - Hooggerechtshof - Raad van Justitie - Residentiegerecht - Landrecht - Landraad - Districtgerecht Luar Jawa-Madura Hooggerechtshof Raad van Justitie Residentiegerecht Landrecht Magistraadgerecht Zaman Jepang UU No.1 tahun 1942 yang menentukan “bahwa untuk sementara waktu segala UU dan peraturan dari pemerintah Hindia Belanda dahulu terus berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan balatentara Jepang” Tidak ada perubahan dalam hukum materill, hanya perubahan penyederhanaan sistem peradilan dengan sistem hakim tunggal, menjadi : Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Swapraja, Peradilan Adat dan Peradilan Militer. Periode RIS UU No. 7 tahun 1947 tentang susunan keluasaan MA dan Kejaksaan Agung UU No.20 tahun 1947 tentang Banding di jawa-madura,dan RBg diluar Jawa-madura 4 lingkungan peradilan ; umum, agama, adat dan militer Periode 1950-1959 Menghapus pengadilan khusus,hanya meninggalkan PN yang berkuasa pada tingkat pertama memeriksa,mengadili UU No.1 tahun 1951 ttg susunan peradilan umum, yaitu PN, PT dan MA Periode 5 Juli 1959- 11 Maret 1966 UU No.19/1964 ttg Ket.Pokok kekuasaan kehakiman UU No.13 tahun 1965 ttg Pengadilan dalam Peradilan Umum 4 lingkungan peradilan, yaitu : Peradilan umum,peradilan agama, peradilan militer, peradilan TUN Namun kedua UU tsb memberikan eksekutif dapat intervensi perkara,pengadilan,peradilan, bertentangan dengan UUD’45 Orde baru,Digantikan dgn UU No.14 tahun 1970 ttg Pokok Kekuasaan Kehakiman dan UU No.2 tahun Peradilan Umum. Belum ada HaPdt yg berlaku secara Universal,seperti HaPidana (UU No.8/1981) Bab II Pemberian Kuasa (Lastgeving) Lastgeving adalah : suatu persetujuan atau perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan atau wewenang kepada orang lain Yang menerimanya untuk atas namanya melakukan perbuatan hukum suatu urusan/perihal Pengaturan Lastgeving Hukum Formil HIR,RBg & Brv Hukum Materill, BW/KUHPerdata, UU No.18 tahun 2003 ttg Advokat Advokat : orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan UU ini. Jasa Hukum : jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,mendampingi,membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien Kuasa Insidential : memberikan jasa dalam bidang hukum hanya untuk sekali saja (1 perkara). Orang yang dapat menjadi kuasa insidential,yaitu : Mempunyai hub.keluarga dengan salah satu pihak sampai derajat ketiga Mereka yang ada hubungan kerja dengan suatu instansi Mereka yang termasuk salah satu pihak dalam perkara Persyaratan Advokat See Pasal 3 UU No.18/2003: WNI, tinggal di Indonesia, tidak berstatus PNS/Pejabat Negara Berusia min.25 tahun Berijazah Sarjana, latar belakang pendidikan hukum Lulus ujian advokat yang diadakan organisasi advokat Magang min 2 tahun terus menerus pada kantor advokat Tidak pernah dipidana dengan ancaman 5 tahun > Berprilaku baik, jujur, bertanggung jawab,adil dan integritas tinggi. Cara Pemberian Kuasa Secara Lisan Pihak yang memberikan kuasa selalu hadir bersama pihak yang menerima kuasa Ditunjuk lisan ketika membuat gugatan lisan dilakukan didepan ketuan PN. Maka ketika itulah disebutkan maksud memberi kuasa. Ditunjuk secara lisan dimuka persidangan. Pemberi dan penerima kuasa hadir di sidang (dicatat dalam berita acara sidang) Secara Tertulis Dengan menunjuk nama orang yang diberi kuasa di dalam surat gugatan. Dengan Surat Kuasa Khusus : mencantumkan identitas pemberi dan penerima kuasa Mencantumkan lawan dan objek perkara Mencantumkan pengadilan tempat berperkara Mencantumkan hal-hal yang dikuasakan (jika perlu) cantumkan pemberian hak substitusi (memberikan kuasa kepada orang lain) Bab III Penyelesaian Perkara Perdata Litigasi Gugatan (tuntutan yang mengandung sengketa) Permohonan (tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa) Perdamaian melalui Pengadilan Pihak penggugat mencabut gugatannya dan melakukan perdamaian dengan tergugat dengan akte bawah tangan atau akta otentik. Non-Litigasi Arbitrase (didasarkan pada perjanjian arbitrase) ADR Konsultasi Negosiasi Mediasi konsolidasi Tahap-tahap Penyelesaian Perkara Perdata I. II. III. IV. V. VI. Pengajuan Gugatan Proses Persidangan Replik-Duplik Pembuktian Upaya Hukum Pelaksanaan Putusan Hakim (eksekusi) I. Pengajuan Gugatan a. Pengajuan Gugatan yang telah memenuhi syarat formal, syarat-syarat surat gugatan tersebut : Identitas para pihak Fundamental petendi (dasar gugatan) Petitum (tuntutannya) Ditanda tangani Fundamental Petendi terdiri dari dua bagian, yaitu : Uraian tentang kejadian atau bagian peristiwa yang merupakan penjelasan duduk perkara. Kejadian yang nyata yang mendahului peristiwa hukum, sejarah asal mula terjadinya hak Uraian tentang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis daripada tuntutan Petitum, putusan yang diharapkan/dimintakan agar diputuskan hakim, harus jelas dan sempurna (tidak bertentangan satu dengan lainnya-obscuur libel),hendaknya bersifat tunggal, sehingga apabila terjadi, makan tidak diterimanya gugatan. b. Pendaftaran gugatan di kepaniteraan Pengadilan negeri yang berwenang dengan membayar uang muka (vorschot) biaya perkara, untuk kemudian memperoleh nomor registrasi perkara. c. Panitera menyampaikan/menaikkan berkas perkara tersebut kepada ketua PN bahwa berkas tersebut sudah diteliti dan syarat formalnya sudah lengkap. d. Ketua PN mengeluarkan atau Penetapkan Majelis Hakim (PMH) yang akan memeriksa dan mengadili perkara, sekaligus menunjuk Panitera Sidang e. PMH membuat Surat Penetapan Hari Sidang (PHS) yang menetapkan waktu persidangan pertama. f. Juru Sita akan melakukan pemanggilan terhadap pihak-pihak yang berperkara untuk menghadiri sidang sesuai PHS selambatlambatnya 3 hari sebelum hari sidang II. Proses Persidangan a. b. c. d. e. f. Panitera Sidang mempersiapkan segala sesuatunya untuk sidang, dan melaporkannya bila telah siap dan menunggu di ruangan. Majelis hakim memasuki ruang sidang (yang hadir berdiri) Ketua majelis hakim membuka sidang (sidang dinyatakan terbuka untuk umum dengan ketukan palu 1 atau 3x) Ketua majelis menanyakan identitas penggugat dan kemudian tergugat Anjuran damai kepada pihak yang berperkara oleh majelis hakim (bila tdk berhasil,sidang dilanjutkan) Pembacaan surat gugatan oleh penggugat/kuasa hukum nya III. Jawaban Tergugat, Replik-Duplik Jawaban Tergugat, yaitu berupa eksepsi (tangkisan), pokok perkara, dan gugatan balik (rekonvensi) Replik, yaitu tanggapan Penggugat terhadap jawaban tergugat Duplik, yaitu tanggapan tergugat terhadap replik penggugat Dst,..hingga hak bicara terakhir ada pada tergugat IV. Pembuktian a. Beban pembuktian dibebankan kepada para pihak yang mendalilkan adanya hak atau menyangkal adanya hak orang lain, maka ia yang membuktikan nya.(see Pasal 1865 BW). b. Pembuktian dilakukan menggunakan alat-alat bukti tulisan, saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah.(see Pasal 1866 BW) c. Penyusunan Kesimpulan (conclusion) masing-masing oleh para pihak. Kesimpulan ini tidak mutlak/tidak harus d. Musyawarah majelis hakim e. Pengumuman putusan hakim dalam sidang terbuka untuk umum f. Hakim ketua akan menanyakan para pihak apakah mereka menerima putusan tersebut atau tidak dan para pihak dapat menggunakan upaya hukum V. Upaya Hukum Upaya Hukum Biasa Verzet, banding, kasasi Upaya Hukum Luar Biasa Peninjauan Kembali (Request Civil) dan perlawanan pihak ketiga (Dendin Verzet) VI. Eksekusi 3 Macam eksekusi dalam HaPdt, yaitu: Eksekusi untuk melakukan suatu pembayaran sejumlah uang Eksekusi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan Eksekusi untuk pengosongan benda tetap, seperti tanah atau rumah. Bab IV GUGATAN Pada asasnya setiap orang boleh mengajukan gugatan ke pengadilan, namun dapat menggugat sebagaimana persyaratan gugatan. Syarat mengajukan gugatan, yaitu : Adanya kepentingan Mempunyai dasar hukum Merasa haknya dirugikan Subjek Hukum Perdata Natuurlijke Persoon (Orang) Harus cakap (bekwaamheid) Recht Persoon (Badan Hukum) Natuurlijke Persoon Legitima Persona Standi in Judicio (setiap orang berwenang untuk menghadap ke pengadilan) Orang yang berwenang (Bevoegd) tidak selalu mampu (bekwaam) Bekwaam : Sudah dewasa (21 th/telah kawin) Sehat akal pikiran Tidak dibawah pengampuan (curatele) Yang menyebabkan orang tidak cakap : Belum dewasa (minderjarig), sehingga harus diwakili urusan nya Di bawah pengampuan, dikarenakan : Sakit ingatan Pemboros/pemabuk Debitur yang dinyatakan pailit Kedudukan sebagai istri Setelah keluarnya SEMA No.3 tahun 1963, ketentuan Psal 110 KUHPerdata dinyatakan tidak berlaku lagi. Recht Persoon Akan diwakili oleh pengurusnya, tanpa memerlukan surat kuasa khusus (Pasal 1655 KUHPerdata) Apabila badan hukum itu telah dibubarkan, maka diwakili oleh pemberesnya Badan hukum publik diwakili pemimpinya, pemerintah diwakili pimpinan departemen. Nama pimpinan/pengurus bdan hukum publik tidak perlu dimuat dalam surat gugatan maupun putusan hakim Kompetensi Pengadilan Kewenangan pengadilan mengadili suatu perkara, yaitu ; Kompetensi absolut Menentukan peradilan dan pengadilan jenis apa yang berwenang mengadili suatu perkara tergantung isi gugatan/pokok perselisihan (Rationae materiae) – Cerai orang islam P.Agama – Cerai orang non islam P.Negeri Kompetensi relatif Berhubungan dengan wilayah hukum suatu pengadilan. Menentukan pengadilan mana yang berwenang, menyangkut pembagian kekuasaan mengadili. Pasal 142 (1) RBg atau 118 (1) HIR Asas Actor Sequitor Forum Rei. Bahwa gugatan diajukan ke PN yang wilayah hukumnya ditempat tinggal tergugat (penggugat ikut ketempat orang yang digugat) Pertimbangannya ialah bahwa tergugat adalah pihak yang benar selama belum terbukti bersalah dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (incraht), sesuai dengan asas Presumption of Innocence. Dasar menurut kode etik persidangan, bahwa tergugat duduk di sebelah kanan, penggugat disebelah kiri tergugat. Kompetensi relatif tergantung dari tempat tinggal tergugat Pengecualian terhadap asas actor sequitur forum rei (Pasal 142 RBg atau 118 HIR) : Apabila tergugat lebih dari 1 yang tinggal dalam lingkungan pengadilan yang beda, maka gugatan diajukan ke PN tempat salah seorang tergugat Apabila tergugat terdiri dari tergugat yang berhutang dan tergugat yang menjamin hutang, maka gugatan diajukan di PN ditempat tinggal tergugat yang berhutang Apabila tempat tinggal tergugat tidak diketahui, maka gugatan diajukan ke PN di wilayah hukum penggugat Apabila tempat tinggal/kedudukan telah dipilih dalam suatu akta/perjanjian antara pihak yang berperkara, maka gugatan diajukan ke PN yang dipilih. Apabila gugatan mengenai benda tetap, maka gugatan diajukan ke PN yang wilayah hukumnya tempat benda terebut terletak (forum rei sitae) Bagaimana dengan Permohonan dan perkara cerai.. ? Di wilayah hukum tempat tinggal pemohon, kecuali pengangkatan anak dilakukan di wilayah PN tempat si anak yang akan diangkat (termohon) Cerai talak (dilakukan oleh suami dilakukan dengan permohonan). Diajukan di pengadilan tempat tinggal termohon (istri), kecuali istri meninggalkan tempat tinggal bersama tanpa izin suami, dilakukan di P.agama wilayah pemohon (suami) Cerai Gugat (dilakukan oleh istri dengan gugatan), Diajukan di P.agama wilayah tempat tinggal istri (penggugat), kecuali istri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin suami (tergugat). Pihak-pihak dalam Gugatan Penggugat atau Para Penggugat Pihak yang merasa berhak atas suatu hak/ barang yang haknya dilanggar/dirugikan pihak lain Tergugat atau Para Tergugat Pihak yang dirasa atau diduga melanggar hak orang lain dan tidak mau menyerahkan secara sukarela hak tersebut sehingga orang lain dirugikan kepentingan nya Turut Tergugat Orang yang ada hubungan dengan masalah yang disengketakan, tetapi tidak mempunyai kepentingan langsung/tidak ada Pihak Ketiga yang ikut dalam perkara Interventie (campur tangan) Menyertai (voeging) Menengahi (tussenkomst) Vrijwaring (Penjamin) Formiele sederhana Cara mengajukan Gugatan Tertulis Oleh penggugat Ditujukan kepada ketua PN yang berwenang Ditandatangani oleh penggugat/kuasanya atau cap jempol Dicantumkan tanggal gugatan dan diberi materai Dibuat beberapa rangkap (PN, tergugat, penggugat) Lisan Penggugat datang sendiri ke panitera PN dan menjelaskan duduk perkara Penjelasan tersebut dicatat oleh paneitera Kemudian ditulis dan dibacakan kembali kepada penggugat Diteruskan kepada ketua PN Ketua PN menandatangani catatan yang dicatan oleh panitera PN Persyaratan isi Gugatan Identitas para pihak Nama, umur, pekerjaan, tempat tinggal, status, agama, kewarganegaraan. Sehingga jelas siapa penggugat dan tergugat. Fundamental Petendi Bagian yang menguraikan fakta Bagian yang menguraikan hukumnya Petitum Petitum Primer Petitum pokok Petitum tambahan – Tuntutan agar putusan dapat dijalankan dahulu, meskipun ada verzet atau banding (Uitvoerboor bij Vooraad) – Tergugatan membayar biaya perkara, bunga, uang paksa, tuntutan nafkah dan pembagian harta dalam perceraian Petitum Subsidair (pengganti) Dimaksudkan untuk mengganti atau cadangan bila petitum pokok dan tambahan tidak dikabulkan atau ditolak PN Misalnya : ”mohon putusan yang seadil-adilnya” “Terserah kepada bapak hakim” “Agar hakim mengadili menurut keadilan yang sebenarnya” Ada kemungkinan dilanggarnya asas “Ultra Petita Partium” Penggabungan Gugatan Komulasi Subjektif (Penggabungan Subjek) Penggugat yang terdiri lebih dari seorang melawan tergugat yang hanya seorang saja ; atau seorang penggugat melawan tergugat yang terdiri lebih dari seorang ; kedua pihak masing-masing terdiri lebih dari seorang Haruslah ada hubungan koneksitas Komulasi Objektif (Penggabungan Tuntutan) Penggugat mengajukan lebih dari satu tuntutan dalam suatu perkara sekaligus Tidak mensyaratkan bahwa tuntutan tersebut terdapat koneksitas Sudikno mengutip pendapat Stein, bahwa komulasi objektif tidak dibolehkan : Bila gugatan tertentu diperlukan acara yang berlainan Bila diantara tuntutan ini ada yang bukan termasuk wewenang relatif PN Bila tuntutan tentang “bezit” tidak boleh diajukan bersama-sama dengan tuntutan “eigendom” Memasukkan Gugatan Surat gugatan selesai dibuat dan ditandatangani Penggugat memasukkan surat gugatan disertai dengan salinannya kepada panitera PN, salinan gugatan dimaksudkan untuk disampaikan kepada tergugat bersama dengan surat pemanggilan dari PN Penggugat membayar biaya perkara yang meliputi biaya kepaniteraan, biaya pemanggilan dan pemberitahuan kepada para pihak Bagi mereka yang tidak mampu dimungkinkan untuk beracara secara Cuma-Cuma (prodeo) dengan mengajukan izin kepada ketua PN yang disertai dengan surat keterangan tidak mampu dari camat/lurah Gugatan yang telah diterima, diberkan nomor registrasi, selanjutnya disampaikan kepada ketua PN untuk dipelajari dan membentuk hakim majelis Jur sita melakukan penyitaan, dan segala pemberitahuan PN kepada para pihak sekurangkurangnya 3 hari sebelum sidang Apabila yang bersangkutan telah meninggal, maka pemanggilan diberitahukan kepada ahli warisnya Dalam beberapa hal harus pula melalui surat kabar seperti perceraian, bilamana suami tidak diketahui. Bab V Sita Jaminan (Upaya Menjamin Hak) Demi menjaga kepentingan penggugat, dan jangan sampai penggugat menang perkara hanya diatas kertas dan agar putusan dapat dilaksanakan tidak kosong (Illusoir), Maka penggugat mempunyai hak untuk mengajukan permohonan sita (Beslag/arrest) terhadap barang-barang tertentu untuk disimpan sebagai jaminan agar tidak dipindah-tangankan oleh tergugat. Cara Pengajuan Permohonan Sita Jaminan Permohonan diajukan bersama-sama atau dicantumkan dalam surat gugatan, dirumuskan setelah uraian fundamental petendi/posita (dasar gugatan) Permohonan diajukan tersendiri atau terpisah dengan surat gugatan Pengajuan sita jaminan tidak boleh meliputi seluruh harta kekayaan tergugat, tetapi hanya atas barang tertentu saja. Pasal 211 RBg/Pasal 197 ayat 8 HIR bahwa barangyang tidak boleh disita tersebut adalah hewan, ternak, dan perkakas yang benar-benar fungsinya berguna sebagai alat mata pencaharian, sedangkan hewan atau sarana produksi untuk mencari keuntungan dapat dikenakan sita. Macam-macam Sita Jaminan Sita Jaminan Terhadap Barang Penggugat Revindicatoir Beslag (Pasal 260 RBg atau 226 HIR Maritale Beslag (Pasal 823 BRv atau Pasal 24 ayat 2 KUHPerdata) Sita Jaminan Terhadap Barang Tergugat (Conservatoir Beslag) Conservatoir Beslag (Pasal 208 RBg atau Pasal 197 HIR dan Pasal 261 RBg atau Pasal 227 HIR) Revindicatoir Beslag Ciri-ciri : Hanya dimungkinkan terhadap barang bergerak saja (Roerendezaken) Barang bergerak tersebut harus milik penggugat sendiri Barang tersebut berada di tangan tergugat dengan cara melawan hukum Barang tersebut diambil dari tangan tergugat dan diserahkan kepada penggugat Cara melakukan sita nya : Harus mencantumkan secara terperinci (spesifikasi) barang bergerak tersebut Saat pengajuan permohonannya dapat dilakukan bersama-sama dicantumkan dalam gugatan atau terpisah dari surat gugatan Diajukan atau ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Maritale Beslag Ciri-cirinya : Hanya terhadap seluruh harta bersama baik yang dikuasai suami atau istri, tidak termasuk harta bawaan masing-masing pihak Barang yang disita merupakan barang bergerak maupun barang tidak bergerak Harus terjadi dalam perkara perceraian Prinsipnya istri yang mengajukan, namun suami dapat mengajukan Dapat diajukan selama pemeriksaan perkara berlangsung Tujuan nya untuk menjamin keutuhan harta bersama selama proses perceraian sampai eksekusi Conservatoir Beslag Ciri-ciri : Barang yang dapat disita adalah abrang bergerak maupun barang tetap milik tergugat (Pasal 208,261 RBg dan Pasal 197,227 HIR) Barang Bergerak Milik Tergugat yang berada pada pihak ketiga Barang yang disita tersebut harus tetap berada dan dikuasai oleh tergugat Syarat mengajukan CB harus ada dugaan yang beralasan bahwa tergugat akan memindahtangankan atau mengasingkan barang tersebut. Apabila permohonan CB yang telah diajukan dikabulkan oleh hakim, maka harus dinyatakan dengan penetapan hakim pada putusan sela dan pada saat putusan akhir, hakim memutuskan status sita jaminan tersebut. Apakah boleh dilakukan sita untuk kedua kalinya (rangkap) ? Berdasarkan asas “Saisie Sur Saisie ne Vaut” di dalam Pasal 463 BRv, bahwa terhadap barang yang sama dan waktu yang sama tidak dapat diadakan sita rangkap Sudikno M, bahwa asas tersebut hanya berlaku terhadap barang bergerak, dan tidak berlaku terhadap barang tidak bergerak. Solusi terhadap sita rangkap ? Sita Penyesuaian (Vergelijkende Beslag) Membuat berita acara bahwa barang terperkara sudah ada sita jaminan, sehingga sita jaminan yang kedua dan seterusnya hanya mengikuti sita jaminan yang pertama Artinya apabila barang tersebut dilelang, kalau ada sisa atau lebih dari sita jaminan pertama, barulah diperuntukkan bagi pemegang sita jamina kedua dst, namun nila tidak ada, maka pemegang sita kedua tidak mendapatkan apaapa. Menyita barang tergugat di luar yang sudah disita (Voortgezet Beslag) Saat berlakunya Sita Jaminan Terhadap barang bergerak, maka sita jaminan berlaku saat diumumkan atau didaftarkan di kantor kades/lurah pada hari itu juga Terhadap barang tidak bergerak : Bersertifikat, salah satu salinan atau turunan berita acara dikirimkan atau didaftarkan ke BPN seksi kadaster (pend.Tanah) dan diumumkan di kantor. Tidak bersertifikat, salah satu salinan diserahkan kepada kepala desa/lurah untuk diadakan pengumuman terhadap sita jaminan, satu salinan lain dikirimakn kepada kantor BPN, dan diumumkan di kantor desa/lurah Pengangkatan dan Pencabutan Sita Jaminan Selama Proses berjalan, apabila si pemohon sita minta pada Pengadilan Negeri supaya sita diangkat (dengan penetapan) Bersama-sama dengan putusan akhir, apabila gugatan ditolak, maka dalam putusan akhir sita yang pernah dilakukan harus dinyatakan diangkat/dicabut yaitu dicantumkan dalam amar dictum putusan Kemungkinan-kemungkinan Terjadinya Pengangkatan Sita Jaminan