Catatan Sidang Mediasi Gugatan CLS Hak Atas Air

advertisement
Catatan Sidang Mediasi Gugatan CLS Hak Atas Air
PN Jakpus, 20 Januari 2013
I. Para Pihak
1. Penggugat
- Pak Jidan
- Pak Suhendi Nur
- Nur Hidayah
2. Tergugat
- Tergugat II (Wakil Presiden)
- Tergugat III (PU)
- Tergugat IV (Menteri Keuangan)
- Tergugat V (Gubernur)
- Tergugat VII (PAM JAYA)
- Turut Tergugat 1 (Palyja)
- Turut Tergugat 2 (Aetra)
Tergugat I (Presiden) dan Tergugat VI (DPRD) tidak datang dalam tahapan pertama
mediasi.
Mediator dalam mediasi kali ini adalah Marthin Ponto Bidara, S.H. dengan Panitera
adalah Maryati, S.H.
II. Jalannya Mediasi
Hakim membuka mediasi dan mempersilahkan Penggugat yang diwakili oleh Kuasa
Hukumnya untuk memberikan Opening Statement. Penyampaian Opening Statement
diberikan oleh Bang Isnur LBH Jakarta, yang intinya: Penggugat tetap pada gugatan,
kecuali para tergugat menyadari kekeliruannya dan berfikir tentang kemaslahatan bagi
jutaan warga Jakarta.
Kemudian para tergugat dan turut tergugat menyampaikan pendiriannya, yaitu:
1. Wapres (Tergugat 2) menyampaikan proposal mediasi tertulis. Secara ringkas
dibacakan yang intinya: menghormati proses mediasi, prinsipnya pengelolaan air
merupakan kewenangan Pemprov DKI, bukan kewenangan tergugat 2. Sesuai dengan
Pasal 21 dan 22 UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
2. Menteri PU (Tergugat 3) menyampaikan apresiasi terhadap proses mediasi dan
mengharapkan tetap berhasil. Sesuai dg Pasal 40 UU No 7 Tahun 2004 tentang sumber
daya air dan Pasal 38 PP No 16 Tahun 2005. Fungsi Menteri PU memfasilitasi agar
fasilitas terpenuhi dan mengupayakan. Sudah berupaya menambah 10 m3 perdetik
agar memenuhi kebutuhan warga DKI Jakarta.
3. Menteri keuangan (Tergugat 4) karena Penggugat tetap pada dalil dan gugatannya,
belum bisa memberikan dalil. Pemberian support letter pada tahun 1997 sudah sesuai
dengan ketentuan perundang2an.
4. Gubernur (V), PDAM salah satu badan usaha, kewenangannya otonom à Tindak
tanduk dari seluruh usaha PDAM dan Gubernur menerima laporan terkait usaha dan
upayanya. Pihak Gubernur menghormati gugatan penggugat, karena terkait kebijakan
terutama dari PDAM tersendiri, telah melaporkan kepada Bapak Gubernur, namun
belum ada tanggapan dan statement, gugatan ini akan dikemanakan. Di PDAM sedang
ada proses revisi PKS dan belum selesai. Dalam forum mediasi berikutnya, akan ada
rekomendasi yang bisa diberikan oleh Gubernur.
5. PDAM, karena gugatan ini karena kebijakan, yang satu lain ini ada soal bisnis. PDAM
merupakan perusahaan daerah milik DKI, sekarang sedang melakukan diskusi intens
PKS yang akan dimungkinkan renegosiasi, seperti yang disampaikan oleh Kuasa
Hukum Gubernur. Sepanjang pemecahannya memperbaiki pelayanan pada konsumen,
PDAM akan tunduk pada hasil mediasi.
6. PALYJA, sedang mengadakan diskusi internal, sekarang masih menunggu untuk
menyikapi.
7. AETRA, sedang berdiskusi dgn manajemen dan belum selesai pada saat mediasi
dilakuukan. Ada peningkatan pelayanan, akan mengadakan sambungan baru bainyang
belum tersambung.
Kemudian, sebelum menutup mediasi, para penggugat menyampaikan pernyataan
sebagai berikut:
1. Pak Jidan: niat untuk mengajukan gugatan CLS adalah dari hati nurani melihat
ketidakadilan yang terus menerus terjadi. Pengelolaan air oleh swasta penuh
kebohongan karena tidak melalui proses tender yang wajar dan main tunjuk. Kemudian
harga air mahal, di Singapura yang mengimpor air dari Batam bisa menjual air dengan
harga 2000 per liter dan layak minum. Di Indonesia, Perusahaan membohongi public
dengan menjual Air Minum tetapi kualitas airnya tidak layak untuk diminum. Dan lagi,
pelanggan harus membayar lebih mahal, yaitu 4000 rupiah per liter. Meminta untuk
menghentikan swastanisasi air yang merugikan rakyat dan warga Jakarta. Jika
perusahaan swasta tersebut rugi, silahkan dihitung kerugiannya dan dibebankan
kepada kami tapi jangan terus menerus menanggungkan kerugiannya pada kami para
konsumen.
2. Pak Suhendi Nur: air sebagai kekayaan Indonesia diolah sebesar-besarnya untuk
kepentungan wrakyat. Hentikan swastanisasi air yang merugikan rakyat. Saya
mendukung Pak Jidan untuk meminta kepada semua pihak, untuk menghitung
kerugian pihak swasta dan menanggungkan kepada konsumen sampai lunas. Anggap
lah itu dosa masa lalu, mungkin dulu Indonesia sedang menghadapi kebangkrutan
sehingga memilih pihak swasta untuk mensupplay kebutuhan air. Setelah itu, Mediator
meminta para pihak untuk mencari rumusan jawaban atas :
1. Apakah benar air di Jakarta dikelola oleh Pihak Swasta?
2. Apakah air boleh dikelola oleh pihak swasta?
3. Apakah jika dikelola swasta, telah menimbulkan kerugian terhadap Negara dan warg
Negara?
Jawaban atas pertanyaan ini diminta hakim mediator disampaikan dalam Mediasi
selanjutnya, yakni Hari Senin, 28 Januari 2012 jam 09.00 s.d 10.00 pagi).
Download