ISSN 1693-7945 PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW BERBASIS LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOLABORATIF MAHASISWA DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oleh: Eka Vasia Anggis Universitas Wiralodra ABSTRAK Berdasarkan observasi pada Matakuliah Strategi Belajar Mengajar Off B, pada tanggal 5,10, dan 12 Sepetember 2013 di GKB 204 dan BIO 108 Universitas Negeri Malang, didapatkan kondisi pembelajaran yang sudah baik. Namun terdapat beberapa mahasiswa sudah mencoba untuk mengemukaan ide yang ada dipikirkan tetapi salah konsep. Sewaktu presentasi membahas materi, tiap anggota kelompok tidak memiliki tanggung jawab akan tugas masing-masing, mereka jarang melakukan diskusi dengan kelompoknya sehingga tidak terorganisir. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw_LS, (2) Mengetahui peningkatan keterampilan kolaboratif mahasiswa SBM melalui Jigsaw_LS. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Penelitian Tindakan Kelas Berbasis Lesson Study dengan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Prosedur penelitian Penelitian tindakan kelas berbasis Lesson Study yang dilakukan terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan pada 1 pokok bahasan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh subyek penelitian sebagai dasar untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah mahasiswa UM off B jurusan biologi yang sedang menempuh matakuliah SBM pada semester V. Jumlah mahasiswa sebanyak 27 orang. Berdasarkan hasil penelitian, keterlaksanaan pembelajaran jigsaw berbasis Lesson Study mengalami peningkatan antara siklus I dan II sebesar 6,00%, siklus I sebesar 80% dan siklus II sebesar 86%. Data keterampilan kolaboratif mahasiswa mengalami peningkatan sebesar 8,26% yangmana siklus I sebesar 85,08 siklus II sebesar 93,342%. Kesimpulan dari penelitian ini penerapan model Jigsaw berbasis Lesson Study dapat meningkatkan keterampilan kolaboratif k mahasiswa SBM off B semester V . Kata Kunci: Model Jigsaw_ LS, keterampilan kolaboratif PENDAHULUAN Berdasarkan Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) dikoordinasikan oleh The International Association for the Evaluation of Educational Achievement) (IEA) yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda menyampaikan informasi bahwa Indonesia tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara, pada tahun 2011 peringkat 54 dari 59 Negara (TIMSS, 2011: 45). Berdasarkan hasil observasi, melalui wawancara pada Matakuliah Strategi Belajar Mengajar Off B, pada tanggal 5,10, dan 12 Sepetember 2013 di GKB 204 dan BIO 108 didapatkan mahasiswa sudah mencoba untuk mengemukaan ide, walaupun terkadang ada yang salah konsep, ketika diadakan presentasi, para audience tidak duduk dengan kelompoknya masing-masing, letak tempat duduk tidak memungkan tiap kelompok untuk saling berinteraksi sehingga kurang adanya penukaran ide, tiap anggota kelompok tidak memiliki tanggung jawab akan tugas masing-masing. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukannya strategi pembelajaran yang tepat. Berdasarkan Depdiknas (2008: 31), strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam 1 GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015 mengajar. Menurut Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi,dkk, 2004:61) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, asih, dan asuh antar siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model kooperatif jigsaw yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kolaboratif siswa sehingga antar siswa saling bertukar ide sampai menemukan pemahaman atas konsep baru, kegiatan ini akan meningkatkan tingkat hasil belajar kognitif Model kooperatif jigsaw menggunakan kelompok ahli dan kelompok asal untuk saling bertukar pikiran dan nantinya kelompok ahli tersebut akan mempresentasikan di depan kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw berbasis lesson study untuk meningkatkan keterampilan kolaboratif mahasiswa Off B pada Matakuliah Strategi Belajar Mengajar Prodi S1 Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Manfaat dari penelitian ini adalah mempelajari kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran jigsaw berbasis Lesson study jika diaplikasikan dalam pembelajaran. Apabila terdapat kekurangan maka dapat disempurnakan pada pengalaman-pengalaman selanjutnya. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbasis LS (Lesson Study), pendekatan penelitian berupa deskriptif kualitatif.. Setiap pertemuan dalam PTK tersebut dilaksanakan dalam siklus LS dalam arti melalui tahapan plan (perencanaan bersama tim LS), do (pelaksanaan dilakukan dosen model dengan diobserveri oleh tim LS), dan see (refleksi bersama tim LS) Kehadiran dan Peran peneliti di Lapangan Kehadiran peneliti di lapangan menjadi dosen model yang akan memberikan pengajaran di kelas tersebut sebanyak 4 kali pertemuan. Peneliti mencoba untuk mengobati permasalahan yang ditemukan dalam suatu penelitian Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di kelas off B Matakuliah Strategi Belajar Mengajar (SBM), Prodi S1 Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Gedung Bio 108 di Universitas Negeri Malang (UM) Tahun 2013. Alamat kampus terletak Jl. Gombong No.4. Karakteristik dari jurusan biologi di kampus UM memiliki akreditas A dengan para dosen biologi yang berkualitas. Kegiatan penelitian dilakukan pada hari Selasa Jam 1-2 dan hari kamis jam ke 1-3 sejak tanggal 5 September sampai November 2013. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah mahasiswa UM off B jurusan biologi yang sedang menempuh matakuliah SBM pada semester V. Jumlah mahasiswa sebanyak 27 orang dengan 24 mahasisiwi dan 3 mahasiswa Instrumen Penelitian Instrumen penelitian meliputi perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran meliputi meliputi SAP, Lembar Kegiatan Mahasiswa. Instrumen pengumpulan data yang diperlukan pada penelitian ini meliputi wawncara dan catatan lapangan untuk memperoleh data awal, lembar keterlaksanaan pembelajaran jigsaw_LS oleh dosen model, catatan lapangan, lembar observasi keterlaksanaan keterampilan kolaboratif mahasiswa yangmana aspek yang akan dicapai adalah aspek bekerja secara produktif, aspek menghargai, aspek berkompromi dan aspek saling berkontribusi dan berbagi dengan penuh tanggung jawab, instrumen lain yaitu soal post test siklus I dan II untuk mengetahui tingkat hasil belajar kognitif yangmana soal diberikan dalam tingkatan kognitif tingkat tinggi C3-C5, kemudian lembar istrumen plan, do, see untuk penilaian keterlaksanaan LS. Teknik Analisis Data Teknik analisis data untuk uji Data keterampilan kolaboratif siswa diperoleh melalui lembar observasi keterampilan kolaboratif siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I 2 ISSN 1693-7945 dan siklus II. Data yang terdapat dalam lembar observasi keterampilan kolaboratif kemudian dihitung frekuensi yang muncul pada tiap siswa, dengan menggunakan rumus seperti berikut. ∑ skor yang dicapai Persentase keterampilan kolaboratif siswa = ∑skor maksimum x 100% Data tentang aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh guru dalam penerapan model pembelajaran yang telah ditentukan, dicatat dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran jigsaw Lesson study oleh guru pada pertemuan pertama sampai pada pertemuan keempat. dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: F P = N x 100% Keterangan: P = persentase ketercapaian tindakan guru F= jumlah tindakan yang dilakukan N= jumlah tindakan yang diobservasi Tabel 3.3 Penentuan Taraf Keberhasilan Persentase Kategori 85 -100 % A 80 - 84 % A75 - 79 % B+ 70 - 74 % B 65 - 69 % B60 - 64 % C+ 55 - 59 % C 40 - 54 % D 0 - 39 % E (Sumber: Biro Akademik Universitas Negeri Malang, 2013:90) HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Siklus I Pada pertemuan pertama, semua instrumen dan SAP disusun sendiri oleh dosen model, kemudian didiskusikan bersama dengan tim LS yang terdiri dari 3 anggota untuk mendapatkan masukan, kritikan. Hal yang direncanakan sebagai berikut SAP tentang materi pemahaman konsep model pembelajaran biologi, rubrik keterampilan kolaboratif, denah tempat duduk, LKM, lembar keterlaksanaan pembelajaran dan lembar-lembar instrumen LS, dan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan plan LS 100 % sudah terlaksana. Setelah mendapatkan kesepakatan bersama maka diberikan kepada dosen pengampu matakuliah SBM untuk mendapatkan masukan sampai didapatkan kesepakatan bersama. Pada tahap pelaksanaan (do) dosen model mencoba menerapkan dikelas secara mandiri SAP yang telah direncanakan bersama dengan diobserver oleh tim LS dan dosen pengampu matakuliah, Tahap ini meliputi tahap pendahuluan dengan memberi paresepsi dan motivasi, tahap perencanaan kooperatif yaitu pengelompokkan dan mengorganisasikan tugas belajar, tahap implementasi yaitu tahap pelaksanaan dari pengorganisasian tugas belajar, tahap penutup Pada tahap refleksi didapatkan memberikan penguatan dan meberikan kelompok untuk berpendapat bimbingan yang diberikan sudah baik, ada beberapa pertanyaan di LK yang rancu sehingga mahasiswa merasa bingung, redaksi di LK bisa lebih diperbaiki, ada beberapa mahasiswa yang bingung. Pada Pertemuan kedua, diadakan plan dengan memperhatikan refleksi pertemuan selanjutnya. Hal yang direncanakan adalah SAP tentang pemodelingan model pembelajaran biologi terdiri atas PBL, PJBL dan inkuiri, LKM (Lembar Kerja Mahasiswa), keterampilan kolaboratif, lembar keterlaksanaan pembelajaran Jigsaw_LS pertemuan kedua, lembar-lembar LS, materi pembelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan plan LS 100 % sudah terlaksana. Pada tahap pelaksanaan (do) dosen model mencoba menerapkan dikelas secara mandiri SAP yang telah direncanakan bersama dengan diobserver oleh tim LS dan dosen pengampu matakuliah. Tahap ini 3 GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015 meliputi tahap pendahuluan dengan memberi paresepsi dan motivasi, tahap perencanaan kooperatif yaitu pengelompokkan dan mengorganisasikan tugas belajar, tahap implementasi yaitu tahap pelaksanaan dari pengorganisasian tugas belajar, tahap penutup. Pada tahap refleksi keseluruhan kelompok yang saya amati sudah dapat berkolaborasi dengan baik daripda pertemuan, sebelumnya, masing-masing anggota kelompok mampu berpendapat, pada kegiatan penguatan walau sempat bingung akan instruksi LKM tetapi setelah didiskusikan bersama menjadi tidak bingung. Berdasarkan pembelajaran Jigsaw_LS maka didapatkan data tentang keterlaksanaan Jigsaw_LS pada siklus I sebesar 80,69% dengan taraf keberhasilan A-. Sementara itu, pada data keterampilan kolaboratif siklus I sebesar 85,075% dalam kategori A. Berikut ini, nilai yang didapatkan pada tiap aspek yaitu aspek bekerja secara produktif sebesar 78,74 dalam kategori B+, aspek menghargai 88,60%, aspek berkompromi sebesar 84,356%, aspek berbagi dan berkontribusi sebesar 88,60%. Hasil dari refleksi siklus I yaitu dosen model masih kurang mampu melakukan bimbingan pada kelompok kecil secara menyeluruh. Namun dosen model dapat menguasai kelas dengan baik dimana siswa selalu mengikuti instruksi dari dosen model dengan baik. Prosedur kerja dibuat oleh masing-masing kelompok. Selain itu agar semua kelompok mau maju mempresentasikan laporan yang telah dibuat maka dosen model memberi instruksi agar tiap perwakilan kelompok maju. Mahasiswa belum terlalu memahami model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan LKM pada siklus I ini sehingga mahasiswa sedikit mengalami kesulitan untuk melaksanakan tahap-tahap pembelajaran dan melaksanakan keterampilan kolaboratif. Berdasarkan hasil refleksi siswa pada siklus I siswa mengaku bingung akan instruksi aturan main dari dosen model yang diterapkan dan instruksi LKM agak membingungkan. Namun secara keseluruhan sudah baik. Hasil Penelitian Siklus II Pada pertemuan ketiga, tahap perencanaan meliputi semua instrumen dan SAP disusun sendiri oleh dosen model, kemudian didiskusikan bersama dengan tim LS yang terdiri dari 3 anggota untuk mendapatkan masukan, kritikan. Hal yang direncanakan sebagai berikut SAP tentang materi pemahaman konsep model kooperatif, keterampilan kolaboratif, denah tempat duduk, LKM, lembar keterlaksanaan pembelajaran dan lembar-lembar instrumen LS, materi pembelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan plan LS 100 % sudah terlaksana. Tahap do dilaksanakan pada tanggal 12 November 2013 diobserver oleh 4 orang yaitu 3 anggota teman sejawat dan 1 dosen pengampu matakuliah SBM. Tahap ini meliputi tahap pendahuluan dengan memberi paresepsi dan motivasi, tahap perencanaan kooperatif yaitu pengelompokkan dan mengorganisasikan tugas belajar, tahap implementasi yaitu tahap pelaksanaan dari pengorganisasian tugas belajar, tahap penutup. Pada tahap refleksi pertemuan ketiga keterampilan kolaboratif mahasiswa sudah baik, dosen model sudah berusaha terus memantau diskusi dan membenahi adanya kesalahan konsep sewaktu proses pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan keempat, tahap perencanaan yang dilakukan meliputi SAP tentang pemodelingan model kooperatif terdiri atas TGT, TPS dan GI, LKM (Lembar Kerja Mahasiswa), keterampilan kolaboratif, lembar keterlaksanaan pembelajaran pertemuan kedua, lembar-lembar LS, materi pembelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan plan LS 100 % sudah terlaksana. Tahap do dilaksanakan pada tanggal 14 November 2014, meliputi tahap pendahuluan dengan memberi paresepsi dan motivasi, tahap perencanaan kooperatif yaitu pengelompokkan dan mengorganisasikan tugas belajar, tahap implementasi yaitu tahap pelaksanaan dari pengorganisasian tugas belajar, tahap penutup. Pada tahap refleksi yaitu secara keseluruhan keterampilan kolaboratif pada pertemuan kali ini meningkat. Berdasarkan pembelajaran Jigsaw_LS siklus II, didapatkan data keterlaksanaan Jigsaw_LS sebesar 85, 42% berarti keterlaksanaan pembelajaran dalam kategori A. Data Keterlaksanaan kolaboratif sebesar 93,34% yangmana aspek yang dinilai meliputi aspek bekerja secara produktif sebesar 92,93% mengahargai sebesar 90,76%, aspek berkompromi sebesar 93, 48%, aspek berbagi dan berkontribusi sebesar 96,19%. 4 ISSN 1693-7945 Berdasarkan data siklus I dan II, maka didapatkan perbandingan siklus I dan II yaitu pada keterlaksanaan pembelajaran Jigsaw_LS dapat dilihat pada Grafik 1.1 Keterlaksanaan pembelajaran Jigsaw_LS siklus I dan II, Grafik 1.2 Data Keterampilan Kolaboratif Mahasiswa, Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Kognitif Grafik 1.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Jigsaw_LS Siklus I dan II DATA KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN JIGSAW_LS SIKLUS I DAN II 88.00% 86.00% Aspek 84.00% 82.00% 80.00% 78.00% 76.00% SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS Grafik 1.2 Grafik Data Ketermapilan Kolaboratif Mahasiswa Siklus I dan II DATA KETERAMPILAN KOLABORATIF MAHASISWA SIKLUS I DAN II 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 092.934 090.761 093.478 096.196 078.7393 088.604 084.366 088.604 siklus 2 0 0 0 0 0 siklus 1 Hasil refleksi siklus II yaitu dosen model telah mampu memperbaiki kekurangan pada siklus I. Bimbingan pada kelompok kecil sangat baik dan menyeluruh ke semua kelompok. Dosen model juga telah menguasai kelas dengan baik dimana siswa selalu mengikuti instruksi dari dosen model dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan observer kekurangan dari dosen model adalah kurangnya penguatan, masih diperlukannya pendalaman konsep sehingga dapat menguasai materi dengan sangat baik. Secara umum, kegiatan pada siklus II ini menunjukkan peningkatan pada semua aspek keterampilan kolaboratif mahasiswa. Pada hasil belajar kognitif juga menunjukkan peningkatan meskipun belum signifikan seperti keterampilan kolaboratif. 5 GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015 PEMBAHASAN Pelaksanaan Pembelajaran Jigsaw_LS untuk Meningkatkan Keterampilan Kolaboratif Pelaksanaan model pembelajaran koopertif jigsaw berbasis LS dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus I, terjadi penurunan antara pertemuan pertama dan kedua sebanyak 2,62%. Pada siklus I, semua point-point keterlaksanaan pembelajaran sudah dilaksanakan semua oleh dosen model. Namun, skor yang diberikan dari para observer, terjadi penurunan karena pada pertemuan kedua terdapat kurang jelasnya instruksi dari dosen model, kurang adanya penguatan, apersepsi dan motivasi perlu ditingkatkan lagi, Oleh karena itu, masih diperlukan refleksi bagi dosen model untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari apa saja yang diaplikasikan. Kekurangan yang didapatkan diperbaiki pada kegiatan plan pada pertemuan ketiga siklus II. Awalnya, dosen model hanya memikirkan ide sendiri, kemudian ide tersebut didiskusikan dengan tim LS PPL untuk mendapatkan kritikan dan masukan sewaktu melakukan kegiatan plan sampai mendapatkan kesepakatan bersama. Setelah itu, hasil kegiatan plan didiskusikan dengan dosen pengampu matakuliah SBM untuk mendapat masukan agar mendapatkan perencanaan yang lebih baik. Setelah itu, dosen model mencoba untuk memperbaiki rencana pembelajaran sesuai dengan hasil kegiatan plan yang dilakukan. Hasil perbaikan tersebut akan diimplementasikan pada kegiatan do (tindakan) pada pertemuan ketiga. Pada kegiatan ini diobserveri oleh ketiga observer (teman sejawat) dan satu observer dari dosen pengampu matakuliah SBM. Setelah kegiatan do selesai maka dilakukan kegiatan see (refleksi). Hasil refleksi, nilai keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga, didapatkan 84,43%, hal ini terjadi peningkatan dari pertemuan kedua dengan pertemuan ketiga. Jadi, perencanaan pada pertemuan ketiga dapat memperbaiki keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua. Setelah kegiatan refleksi selesai, dilanjutkan plan pada pertemuan keempat. Pelaksanaan plan sama dengan kegiatan plan sebelum-sebelumnya, plan yang dilakukan pada pertemuan keempat, hal ini diharapkan agar tidak terjadi penurunan ketika dilakukan tindakan kelas. Hasil refleksi pertemuan keempat, didapatkan 86,41%. Jadi, terjadi peningkatan antara pertemuan ketiga dengan pertemuan keempat sebesar 6,37%. Upaya dosen model yang dilaksanakan untuk meningkatkan keterlaksanaan pembelajaran model jigsaw, dengan memperbaiki point-point keterlaksanaan yang sebelumnya masih rendah untuk diperbaiki lagi terutama pada point motivasi, penguatan yang sebelumnya hanya mendapat skor 1 atau 2 saja. Pada siklus II pertemuan keempat, memang dalam keterlaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan namun tidak sampai 100%. Hal ini dikarenakan, penguatan masih perlu dioptimalkan, ada kelompok TGT yang mengalami misskomunikasi antar anggota kelompok dalam melakukan pemodelan disebabkan kurang adanya kerjasama kelompok diluar jam pelajaran sehingga materi yang didskusikan kelas dari dosen model selama 1 jam dalam memberikan pengetahuan awal sekaan akan terbuang percuma bagi kelompok TGT. Harapan dari dosen pengampu matakuliah SBM bagi dosen model adalah masih diperlukan peningkatan keterampilan profesional dan pedagogik agar lebih baik dengan mencoba mengajar dan mengajar walau PPL berakhir sehingga lebih banyak pengalamannya karena pengalaman adalah guru yang berharga dan merupakan pembelajaran yang bersifat kontekstual untuk mendapatkan pengalaman yang bermakna Pelaksanaan pembelajaran dengan model Jigsaw yang dikemas dalam bentuk Lesson Study memberikan situasi baru bagi guru dan siswa. Guru yang biasanya mengajar seorang diri dalam kegiatan Lesson Study ditemani oleh keempat observer. Hal ini sesuai dengan penelitian tesis Miyatiwi (2013) tentang PTK_LS yang menyatakan bahwa Lesson study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Menurut Susilo (2012:13) PTK dilaksanakan berbasis Lesson Study dalam rangka terutama agar dapat memperkuat pelaksanaan PTK yang merupakan proses yang dinamis di mana ada empat tahap yaitu 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan atau implementasi tindakan, observasi dan asesmen 3) análisis hasil observasi dan asesmen dilanjutkan dengan interpretasi, 4) refleksi. Setiap pertemuan dalam PTK tersebut dilaksanakan dalam siklus LS dalam arti melalui tahapan plan, do, dan see. 6 ISSN 1693-7945 Peningkatan Keterampilan Kolaboratif Mahasiswa Melalui Pembelajaran Jigsaw_LS Keterampilan kolaboratif mahasiswa merupakan keterampilan yang menekankan pada tugas spesifik dan berbagi tugas dalam kerja kelompok, membandingkan kesimpulan dan prosedur kerja kelompok, dan memberikan keleluasaan yang lebih besar pada siswa dalam kerja kelompok. Keterampilan kolaboratif memiliki empat aspek yaitu bekerja secara produktif, menghargai, berkompromi, berbagi dan kontribusi (Greenstein, 2012: 105). Berdasarkan hasil penelitian penerapan Jigsaw terjadi peningkatan keterampilan kolaboratif mahasiswa sebesar 8,264% yaitu pada siklus I sebesar 85,078% dan pada siklus II adalah sebesar 93,34%. Menurut Tu’u (2004 : 15) salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah pemilihan strategi yang digunakan dalam pembelajaran. Strategi yang memberikan hasil yang baik adalah strategi pembelajaran yang banyak melibatkan siswa berfikir, berargumen, berbicara, dan mengutarakan gagasan-gagasannya. Sebaliknya hasil yang diperoleh akan rendah apabila siswa hanya pasif dan menjadi pendengar ceramah guru dengan metode monolog dari guru. Pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan keterampilan kolaboratif siswa sehingga dapat melatih kerjasama. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok ahli mengajarkan kepada kelompok asal dan seluruh kelas dengan presentasi hasil diskusi. Siswa-siswa dari kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau dalami) kepada seluruh kelas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Keterlaksanaan pembelajaran jigsaw_LS dari siklus I dan II mengalami peningkatan 6,00%. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw berbasis Lesson Study dapat meningkatkan keterampilan kolaboratif mahasiswa Strategi Belajar Mengajar Off B sebesar 8,26%. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan. 1. Sebaiknya pendidik selain memiliki penguasaan konsep juga memiliki keahlian bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik dan tidak terjadi salah tafsir. 2. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebaiknya digunakan pada materi dalam bentuk narasi, materi yang berhubungan dengan parktikum, ekksperimen, investigasi, lebih cocok menggunakan model pembelajaran ilmiah seperti PBL, PJBL, Diskovery Inkuiri. 3. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw, hendaknya dicobakan dan dikembangkan oleh peneliti yang lain. DAFTAR PUSTAKA Biro Akademik. 2013. Pedoman pendidikan UM. Malang: Universitas Negeri Malang Ali. 2013. Penerapan Pemebelajaran dengan Metode Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study Disertai Penulisan Jurnal Belajar Untuk Meningkatkan Keterampilan Metkognitif Siswa. Tesis tidak diterbitkan: Pasca UM Arikunto, Suharsini. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsini,dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Jacob, Cornelis. 2013. Belajar kolaboratif melawan belajar kooperatif. Online. (http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._matematika/194507161976031cornelis_jacob/belajar_kolaboratif_lawan_kooperatif.pdf). Diakses tanggal 5 November 2013. Nurhadi, Y., Burhan & Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press. Nur. 2007. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas III SLTP NU Pakis. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM. 7 GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015 Permendikbud. 2013. Standar Proses. (online). (http://urip.files.wordpress.com/2013/06/03-bsalinan-lampiran-permendikbud-no-65-tahun-2013-ttg-standar-proses.pdf). Diakses tanggal 2 September 2013. Permendikbud. 2013. Kerangka dasar dan struktur kurikulum. (online). http://urip.files.wordpress.com/2013/06/04-a-salinan-permendikbud-no-69-tahun-2013-ttgkerangka dasar dan struktur kurikulum pdf. Diakses tanggal 2 September 2013. Permendikbud. 2013. Standar isi. (online). http://urip.files.wordpress.com/2013/06/04-a-salinanpermendikbud-no-69-tahun-2013-ttg-standar-penilaian.pdf. Diakses tanggal 2 September 2013. Sunarmi dan Triastono Imam. 2003. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Malang: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Tu’u, Tulus. 2004. Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Gramedia Widiasrana Indonesia. Sudrajat. 2011. Model-model pembelajaran. 2013. Online. (http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201146.pdf). Diakses tanggal 3 November 2013. Susilo, Herawati. 2012. Lesson Study dalam Bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sebagai Sarana Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Makalah disajikan dalam Seminar Pendidikan Biologi dengan tema “Lesson Study sebagai Peningkatan Kualitas Pengajaran”di Gedung Soetarjo Universitas Jember, 27 Oktober 2012. Team Peneliti LPPM Universitas Wiralodra Indramayu, sedang uji coba alat/ reaktor pengolah limbah plastik kresek menjadi minyak bakar/ bensin. (25-April-2015) 8