SDM Pendidikan Masa Depan

advertisement
MAKALAH
SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
PENDIDIKAN MASA DEPAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Manajemen SDM Pendidikan
Dosen : Dr. Hj. Anik Tri Suwarni, MM
\
Disusun Oleh :
Daroji (1108036126)
PROGRAM STUDY ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat rendah
jika dibandingkan dengan negara lain bahkan dengan sesama anggota ASEAN. Salah
satu faktor utama rendahnya kualitas sumber daya manusia ini tentu berhubungan
dengan dunia pendidikan nasional. Program pendidikan nasional yang dirancang
diyakini belum berhasil menjawab harapan dan tantangan masa kini maupun di masa
depan.
Dalam menghadapi harapan dan tantangan di masa depan, pendidikan
merupakan sesuatu yang sangat berharga dan dibutuhkan. Pendidikan di masa depan
memainkan peranan yang sangat fundamental di mana cita-cita suatu bangsa dan
negara dapat diraih. Bagi masyarakat suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu
kebutuhan yang akan menentukan masa depannya.
Menghadapi masa depan yang sudah pasti diisi dengan arus globalisasi dan
keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi, pendidikan akan
semakin dihadapkan terhadap berbagai tantangan dan permasalahan yang lebih rumit
dari pada masa sekarang atau sebelumnya. Untuk itu, pembangunan di sektor
pendidikan di masa depan perlu dirancang sedini mungkin agar berbagai tantangan
dan permasalahan tersebut dapat diatasi. Dunia pendidikan nasional perlu dirancang
agar mampu melahirkan generasi atau sumber daya manusia yang memiliki
keunggulan pada era globalisasi dan keterbukaan arus informasi dan kemajuan alat
komunikasi yang luar biasa.
1.2. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam penulisan makalah ini, saya menfokuskan pada
pembahasan tertentu yang kami rumuskan ke dalam tiga pertanyaan berikut ini:
1. Apa yang harus direncanakan untuk menyusun manajemen pendidikan
dimasa depan?
2. Apa saja karakteristik SDM pendidikan di masa depan ?
3. Bagaimana implementasi SDM pendidikan di masa depan ?
2
1.3. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan:
1. Memahami dengan baik karakteristik SDM Pendidikan masa depan.
2. Menambah khazanah keilmuan.
3. Memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen SDM Pendidikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Manajemen Pendidikan Dimasa Depan
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan daur
(siklus) penyelenggaraan pendidikan yang dimulai dari perencanaan, diikuti oleh
pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian tentang
usaha sekolah untuk mencapai tujuannya (Suryosubroto, 2004: 27). Selain itu
manajemen pendidikan juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau rangkaian
kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia
yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien (Suharsimi Arikunto &
Lia Yuliana, 2008: 14). Dari dua pandangan tentang manajemen pendidikan,
dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan atau
rangkaian kegiatan yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif
dan efisien.
Masa depan merupakan zaman yang akan datang atau belum terjadi
(Poerwadarminta, 1984: 634). Masa depan pendidikan perlu diperhatikan oleh
para pendidik. Dimasa yang akan datang, telah terpampang cita-cita dan harapan
dari suatu pendidikan. Cita-cita dan harapan pendidikan dapat terwujud jika sudah
ada gambaran yang ada dimasa yang akan datang.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen pendidikan dimasa depan merupakan manajemen pendidikan yang
dirancang atau disusun untuk menghadapi tantangan masa depan. Manajemen
pendidikan mempunyai fungsi yang harus dipahami oleh para manajer pendidikan
masa depan. Fungsi tersebut antara lain: perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengkoordinasian. Perencanaan pendidikan merupakan suatu
proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan
4
pendidikan dimasa depan yang diarahkan kepada tercapainya tujuan-tujuan
dengan sarana yang optimal. Pengorganisasian pendidikan merupakan usaha
bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada agar
dicapai hasil yang efektif dan efisien. Pengarahan pendidikan merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh pimpinan pendidikan untuk memberikan penjelasan
pendidikan, serta bimbingan kepada para orang-orang yang ada dibawahnya
sebelum dan selama melaksanakan tugas. Pengkoordinasian dalam pendidikan
merupakan suatu usaha yang dilakukan pimpinan untuk mengatur, menyatukan,
menserasikan, mengintegrasikan semua kegiatan yang dilakukan bawahannya
dalam dunia pendidikan.
Yang harus direncanakan pada penyusunan manajemen pendidikan
adalah hasil yang ingin dicapai dari pendidikan dan bagaimana kegiatan
pendidikan tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya halangan suatu
apapun.
2.2. Karakteristik SDM Masa Depan
Pada makalah “Tantangan Kurikulum Masa Depan (Kurikulum Masa
Depan Pendidikan Menengah)”, Ir. Hadiwiratama dari LAPI ITB, Bandung
menekankan hal-hal berikut ini:

Pada era globalisasi ini tampak bahwa yang menjadi pelopor dan penanda
masa depan adalah ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based
economy) dan industri berbasis pengetahuan (knowledge-based industry).

Industri berbasis pengetahuan sangat bergantung kepada inovasi sebagai
kunci keberhasilan. Untuk menemukan inovasi apa yang perlu diterapkan,
diperlukan research and development, litbang (penelitian dan pengembangan)
karena hasilnya dijadikan modal untuk meengembangkan kemampuan
inovasi.

Pengembangan pendidikan dan khususnya kurikulum perlu memperhatikan
kecenderungan dunia yang berubah, antara lain:
5
 Polarisasi masyarakat global ke dalam negara-negara inovator teknologi,
negaranegara adaptor teknologi, dan negara-negara yang terkucilkan dari
kemajuan teknologi.
 Bidang-bidang yang menjadi generator utama perubahan dunia, yaitu
teknologi informasi, teknologi biologi, dan teknologi nano.

Tuntutan tata ekonomi baru terhadap SDM yang memiliki kemampuan man
of purpose, man of imagination, man of creativity, dan man of innovation.

Industri berbasis pengetahuan memerlukan tenaga kerja yang amat mahir
sebagai knowledge workers.

Tuntutan ciri SDM masa depan ini perlu dipenuhi sistem pendidikan,
khususnya melalui kurikulum yang dikembangkan dan diimplementasi
Konstruksi SDM yang berkualitas ditandai oleh orientasi nilai positif
universal akan memudahkan personal dan kolektifuntuk ikut ambil bagian dan
akhirnya muncul sebagai pemenang dalam kompetisi secara multinasional.
Perusahaanmultinasional berbasis industri dan kapital lebih –lebih setelh masuk
pada perkembangan posmodern berbasis kemandirian, inovatif, kreatif, aktif,
berani dan nilai-nilai positif lainnya. Karena pada seperti itu manajemen informasi
menjadi sangat penting. Oleh karena itu, penguasaan teknologi komputer dan
internet tidak bisa ditunda lagi.
Hal yang sangat penting yang perlu dilakukan adalah tidak perlu
menunggu instruksi dari atas, pemerintah pusat dan daerah, tetapi atas inisiatif
pesonal untuk menggerakkan dinamika perubahan dalam rangka mengkonstruksi
SDM yang unggul yang memiliki nilai positif , memiliki sikap positif, dan
perilaku positif pula. Peran guru sangat strategis untuk memberikan arah dan
pendampingan siswa dalam pemetaan, perencanaan, dan pelaksanaannya.
Berkaitan dengan hal itu, gagasan Mochtar Buchori dalam Sudaminta (1990)
masih relevan untuk dikemukakan dalam sistem pendidikan, guru dituntut untuk
memiliki tiga kemampuan dalam mengkonstruksi nilai positif. Pertama,
kemampuan untuk mengetahui pola-pola perubahan dan kecenderungan yang
sedang berjalan. Kedua, kemampuan untuk menyusun gambaran tentang dampak
yang akan ditimbulkan oleh kecenderungan-kecenderungan yang sedang berjalan.
6
Ketiga, kemampuan untuk menyusun program-program penyesuaian diri yang
akan ditempuhnya dalam jangka waktu tertentu katakanlah jangka lima tahun.
2.3. Implementasi SDM Pendidikan Masa Depan
A. Implementasi Konsep Keputusan Stratejik.
Konsep keputusan stratejik merupakan derivasi dari konsepsi manajemen
stratejik. Dalam bidang ekonomi khususnya di lingkungan bisnis yang
mengembangkan manajemen secara teoritis dan praktis, manajemen stratejik telah
cukup lama dikenal dan dikembangkan. Berbeda dengan di lingkungan organisasi
non profit, khususnya bidang pendidikan, kehadiran manajemen stratejik pada
dasarnya merupakan suatu paradigma baru. Sebagai paradigma baru, jika
diimplementasikan pada lingkungan organisasi pendidikan, tidak mungkin
dilakukan sebagai kegiatan pengambilalihan seluruh kegiatannya sebagaimana
dilaksanakan di lingkungan organisasi profit (bisnis), karena kedua organisasi
tersebut satu dengan yang lain berbeda dalam banyak aspek, terutama dari segi
filsafat yang mendasarinya dan tujuan yang hendak dicapai.
Manajemen strategik adalah perencanaan berskala besar (disebut
Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh
(disebut VISI), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan
yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi
secara efektif (disebut MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan
Operasional) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian
tujuan (disebut Tujuan Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional)
organisasi.” Pengertian yang cukup luas ini menunjukkan bahwa Manajemen
Strategik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak
secara serentak ke arah yang sama pula. Komponen pertama adalah Perencanaan
Strategik dengan unsur- unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategik
organisasi. Sedang komponen kedua adalah Perencanaan Operasional dengan
unsur- unsurnya adalah Sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan Fungsifungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi
7
penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja Internal dan eksternal,
fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik.
Beberapa karakteristik dari manajemen stratejik adalah sebagai berikut :
a. Manajemen Strategik diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala
besar dalam arti mencakup seluruh komponen di lingkungan sebuah
organisasi yang dituangkan dalam bentuk Rencana Strategik (RENSTRA)
yang dijabarkan menjadi Perencanaan Operasional (RENOP), yang
kemudian dijabarkan pula dalam bentuk Program-program kerja.
b. Rencana Strategik berorientasi pada jangkauan masa depan ( 25 – 30
tahun). Sedang Rencana Operasionalnya ditetapkan untuk setiap tahun
atau setiap lima tahun.
c. VISI, MISI, pemilihan strategik yang menghasilkan Strategi Utama
(Induk) dan Tujuan Strategik Organisasi untuk jangka panjang, merupakan
acuan dalam merumuskan RENSTRA, namun dalam teknik
penempatannya sebagai keputusan Manajemen Puncak secara tertulis
semua acuan tersebut terdapat di dalamnya.
d. RENSTRA dijabarkan menjadi RENOP yang antara lain berisi program –
program operasional.
e. Penetapan RENSTRA dan RENOP harus melibatkan Manajemen Puncak
(Pimpinan) karena sifatnya sangat mendasar dalam pelaksanaan seluruh
misi organisasi.
f. Pengimplementasian Strategi dalam program – program untuk mencapai
sasarannya masing – masing dilakukan melalui fungsi – fungsi manajemen
yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan
kontrol.
Berdasarkan karakteristik dan komponen Manajemen Strategik sebagai
sistem, terlihat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat intensitas dan
formalitas
pengimplementasiannya
di
lingkungan
organisasi
non
profit
(pendidikan). Beberapa faktor tersebut antara lain adalah ukuran besarnya
organisasi, gaya manajemen dari pimpinan, kompleksitas lingkungan ideologi,
8
sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya termasuk kependudukan, peraturan
pemerintah dsb. sebagai tantangan eksternal. Tingkat intensitas dan formalitas itu
dipengaruhi juga oleh tantangan internal, antara lain berupa kemampuan
menterjemahkan strategi menjadi proses atau rangkaian kegiatan pelaksanaan
pekerjaan sebagai pelayanan umum yang efektif, efisien dan berkualitas (dalam
bidang pendidikan misalnya menetapkan model/sistem instruksional, sumber –
sumber belajar, media pembelajaran, dan lain-lain).
Berdasarkan pengertian dan karakteristiknya manajemen stratejik, maka
keputusan stratejik memiliki beberapa dimensi atau bersifat multidimensional.
Dimensi-dimensi dimaksud adalah:
a. Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan
Manajemen Strategik dalam mempertahankan dan mengembangkan
eksistensi suatu organisasi berpandangan jauh ke masa depan, dan
berperilaku proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa depan yang
diprediksi akan dihadapi. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan
ditetapkan sebagai Visi organisasi yang akan diwujudkan 25 – 30 tahun
lebih di masa depan. Menurut Nawawi (2005 : 155), Visi dapat diartikan
sebagai “kondisi ideal yang ingin dicapai dalam eksistensi organisasi di
masa depan”. Sehubungan dengan itu Lonnie Helgerson yang dikutip oleh
J. Salusu (dalam Nawawi, 2005) mengatakan bahwa : “Visi adalah
gambaran kondisi masa depan dari suatu organisasi yang belum tampak
sekarang tetapi merupakan konsepsi yang dapat dibaca oleh setiaporang
(anggota organisasi). Visi memiliki kekuatan yang mampu mengundang,
memanggil, dan menyerukan pada setiap orang untuk memasuki masa
depan. Visi organisasi harus dirumuskan oleh manajemen puncak
organisasi”.
Masih menurut J. Salusu yang mengutip pendapat Naisibit : “Visi
merupakan gambaran yang jelas tentang apa yang akan dicapai berikut
rincian dan instruksi setiap langkah untuk mencapai tujuan. Suatu visi
dikatakan efektif jika sangat diperlukan dan memberikan kepuasan,
9
menghargai masa lalu sebagai pengantar massa depan”. Masih dalam
Hadari Nawawi, menurut Kotler yang juga dikutip oleh J. Salusu
dikatakan bahwa : “Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi
yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan,
kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani,
nilai-nilai yang diperoleh, serta aspirasi dan cita – cita masa depan.
Sehingga secara sederhana Visi organisasi dapat diartikan sebagai sudut
pandang ke masa depan dalam mewujudkan tujuan strategic organisasi,
yang berpengaruh langsung pada misinya sekarang dan di masa depan.
Sehubungan dengan itu Misi organisasi pada dasarnya berarti keseluruhan
tugas pokok yang dijabarkan dari tujuan strategik untuk mewujudkan visi
organisasi.
b. Dimensi Internal dan Eksternal
Dimensi Internal adalah kondisi organisasi non profit (pendidikan) pada
saat sekarang, berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang
harus diketahui secara tepat. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan
EVALUASI DIRI antara lain dengan menggunakan Analisis Kuantitatif
dengan menggunakan perhitungan – perhitungan statistik, menggunakan
data kuantitatif yang tersedia di dalam Sistem Informasi Manajemen
(SIM). Namun kerap kali data kuantitatif tidak memadai, karena lemahnya
SIM dalam mencatat, mencari, melakukan penelitian dan mengembangkan
data pada masa lalu. Oleh karena itu Evaluasi Diri tidak boleh tergantung
sepenuhnya pada data kuantitatif, karena dapat juga dilakukan dengan
Analisis Kualitatif dengan menggunakan berbagai informasi kualitatif atau
sebagian data kuantitatif dan sebagian lagi data kualitatif.
Untuk Analisis Kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan Analisis
SWOT. Dimensi lingkungan eksternal pada dasarnya merupakan analisis
terhadap lingkungan sekitar organisasi (sekolah), yang terdiri dari
Lingkungan Operasional, Lingkungan Nasional dan Lingkungan Global,
yang mencakup berbagai aspek atau kondisi, antara lain kondisi sosial
10
politik, sosial ekonomi, sosial budaya, kemajuan dan perkembangan ilmu
dan teknologi, adat istiadat, agama, dll. Pengimplementasian Manajemen
Strategik perlu mengidentifikasi dan mendayagunakan kelebihan atau
kekuatan dan mengatasi hambatan atau kelemahan organisasi.
c. Dimensi Pendayagunaan Sumber – Sumber.
Manajemen strategik sebagai kegiatan manajemen tidak dapat melepaskan
diri dari kemampuan mendayagunakan berbagai sumber daya yang
dimiliki, agar secara terintegrasi terimplementasikan dalam fungsi – fungsi
manajemen ke arah tercapainya sasaran yang telah ditetapkan di dalam
setiap RENOP, dalam rangka mencapai Tujuan Strategik melalui
pelaksanaan Misi untuk mewujudkan Visi Organisasi (sekolah). Sumber
daya yang ada terdiri dari Sumber Daya Material khususnya berupa sara
dan prasarana, Sumber Daya finansial dalam bentuk alokasi dana untuk
setiap program, Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Teknologi dan
Sumber Daya Informasi. Semua sumberdaya ini dikategorikan dalam
sumber daya internal, yang dalam rangka evaluasi diri (Analisis Internal)
harus diketahui dengan tepat kondisinya.
d. Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak (Pimpinan)
Manajemen strategik yang dimulai dengan menyusun Rencana Strategik
merupakan pengendalian masa depan organisasi, agar eksistensi sesuai
dengan visinya dapat diwujudkan. Rencana Strategik harus mampu
mengakomodasi seluruh aspek kehidupan organisasi yang berpengaruh
pada eksistensinya di masa depan merupakan wewenang dan tanggung
jawab manajemen puncak. Rencana Strategik sebagai keputusan utama
yang prinsipil, tidak saja ditetapkan dengan mengikutsertakan, tetapi harus
dilakukan secara proaktif oleh manajemen puncak, karena seluruh kegiatan
untuk merealisasikannya merupakan tanggung jawabnya.
e. Dimensi Multi Bidang
11
Manajemen Strategik sebagai Sistem, pengimplementasiannya harus
didasari dengan menempatkan organisasi sebagai suatu sistem. Dengan
demikian berarti sebuah organisasi akan dapat menyusun RENSTRA dan
RENOP jika tidak memiliki keterikatan atau ketergantungan sebagai
bawahan pada organisasi lain sebagai atasan. Dalam kondisi sebagai
bawahan (sekolah merupakan bawahan Dinas Pendidikan) berarti tidak
memiliki kewenangan penuh dalam memilih dan menetapkan visi, misi,
tujuan dan strategi. Sekolah hanya berperan sebagai penyusun RENOP dan
program tahunan.
Dari uraian tersebut jelas bahwa RENSTRA dan RENOP bersifat multi
dimensi, terutama jika perumusan RENSTRA hanya dilakukan pada
banyak organisasi non profit termasuk pendidikan yang tertinggi. Dengan
dimensi yang banyak tersebut, maka mudah terjadi tidak seluruh dimensi
dapat diakomodasi.
Melalui pengambilan keputusan stratejik, maka implementasi keputusan
dapat dievaluasi dengan menggunakan tolok ukur sebagai berikut :
1) Profitabilitas
Keunggulan ini menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan diselenggarakan
secara efektif dan efisien, dengan penggunaan anggaran yang hemat dan tepat,
sehingga diperoleh profit berupa tidak terjadi pemborosan.
2) Produktivitas Tinggi
Keunggulan ini menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan (kuantitatif) yang dapat
diselesaikan cenderung meningkat. Kekeliruan atau kesalahan dalam bekerja
semakin berkurang dan kualitas hasilnya semakin tinggi, serta yang terpenting
proses dan hasil memberikan pelayanan umum (siswa dan masyarakat)
mampu memuaskan mereka.
3) Posisi Kompetitif
12
Keunggulan ini terlihat pada eksistensi sekolah yang diterima, dihargai dan
dibutuhkan masyarakat. Sifat kompetitif ini terletak pada produknya (misal :
kualitas lulusan) yang memuaskan masyarakat yang dilayani.
4) Keunggulan Teknologi
Semua tugas pokok berlangsung dengan lancar dalam arti pelayanan umum
dilaksanakan secara cepat, tepat waktu, sesuai kualitas berdasarkan tingkat
keunikan dan kompleksitas tugas yang harus diselesaikan dengan tingkat
rendah, karena mampu mengadaptasi perkembangan dan kemajuan teknologi.
5) Keunggulan SDM
Di lingkungan organisasi pendidikan dikembangkan budaya organisasi yang
menempatkan manusia sebagai faktor sentral, atau sumberdaya penentu
keberhasilan organisasi. Oleh karena itu SDM yang dimiliki terus
dikembangkan dan ditingkatkan pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan
sikapnya terhadap pekerjaannya sebagai pemberi pelayanan kepada siswa.
Bersamaan dengan itu dikembangkan pula kemampuan memecahkan masalah
yang dihadapi oleh sekolah pada masa sekarang dan untuk mengantisipasi
masalah – masalah yang timbul sebagai pengaruh globalisasi di masa yang
akan datang.
6) Iklim Kerja
Tolok ukur ini menunjukkan bahwa hubungan kerja formal dan informal
dikembangkan sebagai budaya organisasi berdasarkan nilai – nilai
kemanusiaan. Di dalam budaya organisasi pendidikan, setiap SDM sebagai
individu dan anggota organisasi terwujud hubungan formal dan hubungan
informal antar personil yang harmonis sesuai dengan posisi, wewenang dan
tanggung jawab masing – masing di dalam dan di luar jam kerja.
7) Etika dan Tanggung Jawab Sosial
13
Tolok ukur ini menunjukkan bahwa dalam bekerja terlaksana dan
dikembangkan etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi, dengan selalu
mendahulukan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi, kelompok dan/atau organisasi.
B. Implementasi Keputusan administrasi pendidikan
Pengambilan keputusan dalam lingkup administrasi pendidikan harus
didasarkan pada pemahaman bahwa sejalan dengan era informasi dalam dunia
global ini, pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan
sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Kondisi tersebut tidak dapat
dielakkan bahwa dalam proses pendidikan tidak hanya pengetahuan dan
pemahaman peserta didik yang perlu dibentuk (Drost, 2001: 11), namun sikap,
perilaku dan kepribadian peserta didik perlu mendapat perhatian yang serius,
mengingat perkembangan komunikasi, informasi dan kehadiran media cetak
maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi peserta didik.
Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan pesera didik pada
sikap, perilaku atau kepribadian yang benar, agar mampu menjadi agents of
modernization bagi dirinya sendiri, lingkungannya, masyarakat dan siapa saja
yang dijumpai tanpa harus membedakan suku, agama, ras dan golongan.
Pendidikan diarahkan pada upaya memanusiakan manusia, atau membantu proses
hominisasi dan humanisasi, maksudnya pelaksanaan dan proses pendidikan harus
mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi dan
bernilai tinggi (bermoral, berwatak, bertanggungjawab dan bersosialitas). Para
peserta didik perlu dibantu untuk hidup berdasarkan pada nilai moral yang benar,
mempunyai watak yang baik dan bertanggungjawab terhadap aktifitas-aktifitas
yang dilakukan. Dalam konteks inilah pendidikan budi pekerti sangat diperlukan
dalam kehidupan peserta didik di era globalisasi ini
Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan
berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya
secara optimal, baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik.
Aspek kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
14
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan dengan sifat yang terdiri dari lima
aspek yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yaitu: gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Pengembangan potensi peserta didik merupakan proses yang disengaja dan
sistematis dalam membiasakan/mengkondisikan peserta didik agar memiliki
kecakapan dan keterampilan hidup. Kecakapan dan keterampilan yang dimaksud
berarti luas, baik kecakapan personal (personal skill) yang mencakup; kecakapan
mengenali diri sendiri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking
skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic skill),
maupun kecakapan vokasional (vocational skill). Kegiatan pendidikan pada tahap
melatih lebih mengarah pada konsep pengembangan kemampuan motorik peserta
didik. Terkait dengan proses melatih ini, perlu dilakukan pembiasaan dan
pengkondisian anak dalam berpikir secara kritis, strategis dan taktis dalam proses
pembelajaran. Peserta dilatih memahami, merumuskan, memilih cara pemecahan
dan memahami proses pemecahan “masalah”. Berangkat dari kondisi tersebut,
maka budaya instant dalam pembelajaran yang selama ini dibudayakan harus
ditinggalkan, menuju proses pemberdayaan seluruh unsur dalm sistem
pembelajaran.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sangat menuntut
hadirnya perubahan paradigma pendidikan yang berorientasi pada pasar dan
kebutuhan hidup masyarakat. Sayling Wen dalam bukunya “future of education”
menyebutkan beberapa pergeseran paradigma pendidikan, yang juga berpengaruh
terhadap cara pandang dalam pengambilan keputusan administrasi pendidikan,
yaitu antara lain:
15
1.
Pendidikan
yang
berorientasi
pada
pengetahuan
bergeser
menjadi
pengembangan ke segala potensi yang seimbang.
Pada pendidikan orientasi pendidikan lebih menekankan pada pemindahan
informasi yang dimiliki kepada peserta didik (bersifat kognitif). Proses
pembelajaran yang berkembang di negara kita dapat deskripsikan sebagai
berikut: peran guru sangat dominan dalam proses pembelajaran, kesan yang
muncul adalah guru mengajar peserta didik diajar, guru aktif peserta didik
pasif, guru pinter peserta didik minder, guru berkuasa, peserta didik dikuasai.
Dalam kegiatannya pendidik berusaha memola anak didik sesuai dengan
kehendaknya. Program pembelajaran, materi, media, metode dan evaluasi
yang diterapkan sepenuhnya disiapkan oleh pendidik.
2.
Dari
keseragaman
pembelajaran
bersama
yang sentralistik
menjadi
keberagaman yang terdesentralisasi dan terindividulisasikan. Hal ini seiring
dengan berkembangnya teknologi informasi dimana informasi dapat diakses
secara mudah melalui brbagai macam media pembelajaran secara mandiri,
misalnya; internet, multimedia pembelajaran, dsb.
3. Pembelajaran dengan model penjenjangan yang terbatas menjadi pembelajaran
seumur hidup. Belajar tidak hanya terbatas pada jenjang pendidikan dasar,
menengah dan tinggi, namun belajar dapat dilakukan sepanjang hayat, yang
tidak terbatas pada tempat, usia, waktu, dan fasilitas.
4.
Dari
pengakuan
gelar
kearah
pengakuan
kekuatan-kekuatan
nyata
(profesionalisme)
Dilihat dari kualitas pendidik, secara kuantitatif jenjang pendidikan yang
dimiliki guru-guru SD, SLTP, SMU/SMK cukup menjanjikan, Sebagian besar
sarjana atau D2. Hal ini ditunjukkan dengan gelar yang dimiliki pada
pendidik, namun secara kualitas, sungguh memprihatinkan. Secara kualitatif
bisa dilihat, motivasi belajar dan motivasi berprestasi dalam meningkatkan
profesionalisme di kalangan pendidik sangat rendah. Sebagian besar guru
malas belajar, malas mencari pengetahuan baru, dan berkarya (baca: tekun
16
membaca, mengikuti pelatihan, menulis karya ilmiah). Pola pikir yang
berkembang pada pendidik saat ini lebih loyal pada integrasi gaji dari pada
loyalitas profesional, dengan nafsu mengejar pangkat, golongan, posisi dan
tunjangan. Di antara pendidik ada yang melanjutkan kuliahnya ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (S1, S2 dan S3), bukan untuk meningkatkan
kualitas diri dan profesi, namun demi “gengsi, posisi dan gaji”, kesempatan
kuliah yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas diri dan
profesi secara mandiri mulai menghilang. Kondisi demikian sungguh
memprihatinkan. Namun seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan
persaingan global, kompetensi dan profesionalisme akan menjadi tolok ukur
keberhasilan seseorang dalam memenang persaingan hidup. Prestasi kerja
menempatkan seseorang pada posisi kerja yang sesungguhnya (“saat ini
muncul image posisi kerja adalah uang”)
5. Pembelajaran yang berbasis pada pencapaian target kurikulum bergeser
menjadi pembelajaran yang berbasis pada kompetensi dan produksi.
Pencapaian target kurikulum bukan satu-satunya indikator keberhasilan proses
pendidikan, keberhasil pendidikan hendaknya di lihat dari konteks, input,
proses, output dan outcomes, sehingga keberhasilan pendidikan dapat
dimaknai secara komprehensif. Masih banyak lembaga pendidikan kita yang
masih menekankan pada pencapaian target kurikulum, contoh dilapangan: kita
lihat kurikulum pendidikan dasar, pada jenjang pendidikan dasar (masa kanakkanak dan SD) merupakan jenjang pendidikan yang menyenangkan (masa
bermain), coba kita lihat setelah anak mulai masuk di TK atau di SD
kesempatan bermain bagi anak sangat dibatasi. Sistem pembelajaran yang
diterapkan membatasi gerak anak dengan dinding dan keangkuhan guru yang
sangat kokoh di depan kelas. Anak-anak mulai dipola sekehendak gurunya
yang dengan dalih agar sesuai dengan kurikulum yang telah dirumuskan oleh
pejabat pendidikan. peserta didik SD yang seharusnya masih menggunakan
konsep pendidikan bermain sambil belajar. Dengan, namun mulai menghilang,
yang muncul belajar sambil bermain. Sehingga anak-anak SD kurang
mengenal nama-nama benda, tumbuhan, binatang yang ada disekitarnya.
17
Kondisi ini wajar, karena beban pelajaran yang dipersyaratkan dalam
kurikulum yang harus ditanggung peserta didik di SD begitu berat (9 mata
pelajaran), belum lagi masih banyaknya pekerjaan rumah (PR) yang sebagian
besar bersifat menghafal (mengkhayal) hal-hal yang terpisah dari kemampuan
dan tuntutan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sejak masa kanak-kanak para
peserta didik telah dikondisikan dengan pencapaian target kuantitif yang
sangat berat. Untuk mengurangi jumlah pengkhayal dalam pendidikan,
sebaiknya pada jenjang pendidikan dasar mulai dipikirkan menerapkan
kurikulum dasar yang berbasis pada mata pelajaran Matematika, bahasa, sains,
jasmani dengan memperhatikan pemberdayaan sistem nilai yang berkembang
di daerahnya. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan
kontektual.
6. Pendidikan sebagai investasi manusia dengan hight cost, yang dapat dinikmati
oleh kelompok masyarakat menengah ke atas, khususnya pendidikan tinggi.
Untuk membekali terjadinya pergeseran orientasi pendidikan di era global dalam
mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, diperlukan strategi
pengembangan pendidikan, antara lain:
1. Mengedepankan model perencanaan pendidikan (partisipatif) yang berdasarkan
pada need assessment dan karakteristik masyarakat. Partisipasi masyarakat
dalam perencanaan pendidikan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi.
2. Peran pemerintah bukan sebagai penggerak, penentu dan penguasa dalam
pendidikan, namun pemerintah hendaknya berperan sebagai katalisator,
fasilitator dan pemberdaya masyarakat.
3. Penguatan fokus pendidikan, yaitu fokus pendidikan diarahkan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat, kebutuhan stakeholders, kebutuhan pasar
dan tuntutan teman saing.
4. Pemanfaatan sumber luar (out sourcing), memanfaatkan berbagai potensi
sumber daya (belajar) yang ada, lembaga-lembaga pendidikan yang ada,
18
pranata-pranata kemasyarakatan, perusahaan/industri, dan lembaga lain yang
sangat peduli pada pendidikan.
5. Memperkuat kolaborasi dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak, baik
dari instansi pemerintah mapun non pemerintah, bahkan baik dari lembaga di
dalam negeri maupun dari luar negeri.
6. Menciptakan soft image pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar
belajar, sebagai masyarakat belajar seumur hidup.
7. Pemanfaatan teknologi informasi, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan baik
jalur pendidikan formal, informal maupun jalur non formal dapat
memanfaatkan teknologi informasi dalam mengakses informasi dalam
mengembangkan potensi diri dan lingkungannya (misal; penggunaan internet,
multi media pembelajaran, sistem informasi terpadu, dsb)
19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang
merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.
2. Karakteristik sumber daya manusia masa depan berupa konstruksi SDM yang
berkualitas ditandai oleh orientasi nilai positif universal akan memudahkan
personal dan kolektif untuk ikut ambil bagian dan akhirnya muncul sebagai
pemenang dalam
kompetisi
secara multinasional.
Perusahaan
multinasional berbasis industri dan kapital lebih –lebih setelah masuk pada
perkembangan posmodern berbasis kemandirian, inovatif, kreatif, aktif, berani
dan nilai-nilai positif lainnya. Karena pada seperti itu manajemen informasi
menjadi sangat penting. Oleh karena itu, penguasaan teknologi komputer dan
internet tidak bisa ditunda lagi.
3. Implementasi SDM Pendidikan masa depan yang perlu dilakukan yang pertama
adalah Perencanaan Strategik dengan unsur- unsurnya yang terdiri dari Visi,
Misi, Tujuan Strategik organisasi. Sedang komponen kedua adalah
Perencanaan Operasional dengan unsur- unsurnya adalah Sasaran atau Tujuan
Operasional,
Pelaksanaan
Fungsi-
fungsi
manajemen
berupa
fungsi
pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan
situasional, jaringan kerja Internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi
serta umpan balik.
B. Saran
1. Para pendidik sebaiknya menyiapkan manajemen dimasa depan agar dapat
bersaing dengan tantangan pendidikan masa depan.
2. Pelaksanaan manajemen sebaiknya praktis dan efisien.
3. Pelaksanaan manajemen yang sia-sia sebaiknya ditinggalkan saja.
20
DAFTAR PUSTAKA
LAN, Perencanaan Strategik Instansi Pemerintah, Jakarta LAN dan BPKP,2000.
Silberman, M. Active Learning : 101 Strategi to Teach Any Subject. Boston:
Allyn and Bacon, 1996.
Sondang PS. Management Strategik, Jakarta, Bumi Aksara, 1995.
Suwarsono M. Management Strategik Konsep dan Kasus, Yogyakarta 1998.
Gagasan Kurikulum Masa Depan, Departemen Pendidikan Nasional, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2007
http://www.tubiyono.com/publikasi--articles/opini/114-konstruksi-sdmberkarakter-nilai-nilai-yang-terdapat-pada-expose-poster-di-ppkkuniversitas-airlangga
http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/10/manajemen-pendidikan-masa-depan/
21
Download