PENGEMBANGAN KIT PEMBELAJARAN IPA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 8 MALANG MATERI SISTEM EKSKRESI Isma Nisaatul U., Hadi Suwono, dan Nuning Wulandari Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang Email: [email protected]; [email protected], [email protected] ABSTRAK: Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan KIT Pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 8 Malang materi Sistem Ekskresi yang valid, praktis, dan efektif. Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan Borg dan Gall yang terdiri dari 10 tahapan, namun disederhanakan menjadi 7, yaitu melakukan penelitian dan pengumpulan informasi, melakukan perencanaan, mengembangkan produk awal, melakukan uji coba lapangan tahap awal, melakukan revisi terhadap produk utama, melakukan uji coba lapangan utama, dan melakukan revisi terhadap produk operasional. Berdasarkan hasil validasi oleh ahli pendidikan, ahli materi dan praktisi lapangan diperoleh modus 4. Skor tersebut menunjukkan bahwa KIT Pembelajaran tergolong dalam kriteria sangat layak. Selain itu, nilai pretes dan postes memiliki N-gains 0.74 atau kriteria sangat tinggi. Sehingga, penelitian dan pengembangan ini menghasilkan KIT Pembelajaran IPA yang valid, praktis, dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: KIT Pembelajaran, Pendekatan Saintifik, Hasil Belajar, Sistem Ekskresi. ABSTRACT: The purpose of this research and development was to produce Science Learning KIT with scientific approach to improve students’ learning outcomes in Class VIII SMPN 8 Malang material Excretion system which are accurate, practical, and effective. Research and development were used a model of Borg and Gall that contain of 10 steps, but being simplefied become 7, that were initial research (pre survey), planning, developing initial product, doing initial field test, doing revision to the main product, doing the main field test, and doing revision to the operational product. Based on validation by education expert, materials expert, and teacher with a score mode 4. The score shows which Learning KIT was classified in very good criteria. In addition, the value of pretest and posttest has N-gains 0.74 or very high criteria. So, it can be conclude that research and development produce a Learning KIT with Scientific Approach which are accurate, practical, and effective to improve students’ teaching learning outcomes. Keywords: KIT, Scientific Approach, Learning Outcomes, and Excretion system IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. Menurut Zubaidah dkk (2014: 2) IPA didefinisikan dengan pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan. Paradigma pembelajaran IPA di sekolah mengalami pergeseran dari paradigma teacher-oriented ke student- 1 2 oriented. Peran guru bergeser dari menentukan ”apa yang akan dipelajari siswa” ke ”bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif, berarti mengubah pola pembelajaran guru yang selalu memberikan informasi dan sumber pengetahuan bagi siswa. Hal inilah yang menjadi paradigma baru dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 6 Januari 2015 di SMPN 8 Malang, menunjukkan bahwa siswa memiliki hasil belajar kurang maksimal dilihat pada saat kegiatan menyimpulkan pada akhir pembelajaran, hanya siswa tertentu yang berhasil menyimpulkan dengan benar. Hasil belajar kognitif IPA juga masih rendah yang dapat ditunjukkan dari dokumen nilai Ujian Tengah Semester (UTS) dimana ± 40% siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai 76,00. Dilihat dari hasil belajar ranah sikap dan keterampilan, siswa sudah memperoleh nilai dengan kategori baik dan sangat baik. Hasil belajar kognitif masih belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu 85%. Berdasarkan analisis terhadap soal UTS dan hasilnya, siswa mengalami kesulitan dalam hal tingkatan kognitif C3 dan C4. Banyak siswa yang menjawab salah soal-soal tentang analisis. Pendekatan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa diperlukan agar dapat mendukung pembelajaran menjadi lebih baik dan kondusif sehingga mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa Peralatan praktikum yang ada di SMPN 8 Malang tergolong cukup lengkap, banyak terdapat alat-alat dan media lain yang dapat menunjang proses pembelajaran. Hal lain yang menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum di SMPN 8 Malang adalah adanya sistem moving class. Setiap selesai 2 jam pelajaran harus pindah ke kelas lain. Permasalahan lain yang dialami adalah tidak semua kelas mendapatkan Laboratorium IPA dalam pembelajaran IPA, sehingga sering guru IPA kerepotan membawa alat-alat praktikum jika waktu moving class. Berdasarkan pemaparan tersebut, perlu adanya suatu seperangkat alat pembelajaran yang dikemas dalam suatu kotak yang dapat dengan mudah dibawa ketika moving class. Berbagai permasalahan dalam pembelajaran tersebut harus segera diatasi agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Solusi untuk mengatasi masalah 3 pembelajaran tersebut adalah dengan pengembangan KIT pembelajaran yang dilengkapi dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan KIT Pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 8 Malang materi Sistem Ekskresi yang valid, praktis, dan efektif. METODE Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang akan menghasilkan sebuah produk yaitu KIT Pembelajaran dan LKS IPA Sistem Ekskresi kelas VIII semester 2. Model yang digunakan adalah model pengembangan Borg dan Gall yang dimodifikasi (1983:775). Model pengembangan ini memiliki 10 tahapan sebagai berikut. 1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi (Research and Information collecting) 2. Perencanaan (Planning) 3. Pengembangan bentuk produk awal (Develop Preliminary form of product) 4. Uji coba lapangan tahap awal (Preliminary field testing) 5. Revisi produk utama (Main Product Revision) 6. Uji coba lapangan utama (Main Field Testing) 7. Revisi produk operasional (Operational Product Revision) 8. Uji coba lapangan operasional (Operational product revision) 9. Revisi produk terakhir (Final product revision) 10. Penyebarluasan dan penerapan (Dissemination and Implementation) Penelitian ini hanya dilakukan pada tahap 1 sampai 7. Penelitian tahap 8-10 akan dilakukan pada jenjang study lebih lanjut. Desain uji coba dilakukan pada uji coba lapangan tahap utama. Uji coba lapangan tahap utama ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana KIT Pembelajaran dan LKS IPA yang dikembangkan dapat diterima oleh siswa. Subjek uji coba adalah 30 siswa Sekolah Menengah Pertama yang sedang menempuh pokok bahasan Sistem Ekskresi di SMPN 8 Malang. Data yang diperoleh dalam pengembangan KIT Pembelajaran sistem ekskresi berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil pengisian lembar validasi KIT Pembelajaran dan LKS oleh validator serta hasil observasi 4 keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer. Data kuantitatif diperoleh dari skor pretes dan postes serta total skor angket respon siswa terhadap pembelajaran yang nantinya akan dikonversi menjadi nilai. Sesuai dengan data yang ingin diperoleh, maka instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis instrumen. Instrumen pertama merupakan instrumen pengumpulan data kualitatif, berupa lembar validasi oleh ahli pendidikan, ahli materi dan praktisi lapangan yang mengikuti bentuk skala Likert (4,3,2,1) serta lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Instrumen kedua merupakan instrumen pengumpulan data kuantitatif, berupa soal pretes dan postes serta angket respon siswa terhadap pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif dilakukan berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh para ahli pendidikan, materi, dan praktisi lapangan dalam skala Likert (1-4) pada Tabel 1. Tabel 1 Skor Angket berupa Penilaian Ahli dengan Skala Likert Kriteria Jika sangat layak/ sangat sesuai/ sangat baik Jika layak/ sesuai/ baik Jika tidak layak/ tidak sesuai/ kurang baik Jika sangat tidak layak/ sangat tidak sesuai/ tidak baik (diadaptasi dari Wahyuni, 2013) Skor 4 3 2 1 Analisis secara keseluruhan dilakukan dengan melihat modus yang akan dijadikan patokan dalam melakukan revisi. Berdasarkan skala tersebut, maka dari hasil validasi pengembangan produk berupa KIT Pembelajaran dan LKS bisa dinyatakan layak jika diperoleh modus dengan skor 4 atau 3. Apabila diperoleh modus dengan skor 2 atau 1 maka perlu dilakukan revisi. Teknik analisis deskriptif kuantitatif didasarkan pada skor pretes dan postes serta total skor angket respon siswa terhadap pembelajaran. Skor pretes dan postes siswa dianalisis dengan menggunakan rumus N-Gains. g= % postes − % pretes (100% − % pretes) Keterangan: g = nilai N-Gain Kriteria tingkat gain dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. 5 Tabel 2 Kriteria Tingkat Gain Nilai Gain Kriteria g ≥ 0.70 Tinggi 0.30 < g ≤ 0.70 Sedang g < 0.30 Rendah (Ariesta dan Supartono, 2011:64) Respon siswa terhadap pembelajaran dianalisis dengan menggunakan persentase sebagai berikut. P= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 x 100% Keterangan: P = persentase penilaian Respon positif siswa terhadap pembelajaran ditentukan berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria respon positif siswa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Kriteria Respon Positif Siswa Respon Siswa Kriteria RS ≥ 85% Sangat Positif 70% ≤ RS < 85% Positif 50% ≤ RS < 70% Kurang Positif RS < 50% Tidak Positif (Khabibah (dalam Yamasari, 2010:4)) Keterangan: RS = Respon siswa terhadap kriteria tertentu HASIL Produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah KIT Pembelajaran. KIT Pembelajaran dikembangkan berdasarkan KD 3.9 dan 4.9. KIT Pembelajaran ini merupakan suatu kotak yang berisi berbagai alat yang digunakan dalam pembelajaran Sistem Ekskresi. Spesifikasi produk KIT Pembelajaran sebagai berikut. 1. Kotak KIT (Gambar 4.1) terbuat dari papan triplek dengan ketebalan 1.5 cm dengan ukuran kotak yaitu panjang 35 x lebar 35 x tinggi 20 cm. 2. Media yang terdapat dalam KIT Pembelajaran terdiri dari alat laboratorium, bahan, dan Pop Up book Sistem Ekskresi. a. Alat laboratorium yang terdapat dalam KIT adalah alat yang digunakan untuk melakukan percobaan mekanisme penyaringan sederhana oleh ginjal, 6 pembuktian pernapasan menghasilkan CO2 dan H2O, serta uji urin yang terdiri dari: (1) tabung reaksi, (2) rak tabung reaksi, (3) pipet tetes, (4) gelas kimia 250 ml, (5) termometer, (6) pembakar spirtus, (7) kasa, (8) kaki tiga, (9) kaca, (10) penjepit tabung reaksi, (11) corong, (12) pengaduk, dan (13) gelas air mineral. b. Bahan yang terdapat dalam KIT adalah bahan yang digunakan untuk percobaan mekanisme penyaringan sederhana oleh ginjal, pembuktian pernapasan menghasilkan CO2 dan H2O, serta uji urin yang terdiri dari: (1) kertas label, (2) aluminium foil, (3) air kapur, (4) larutan benedict, (5) larutan biuret, (6) air, (7) kertas saring, (8) tepung, dan (9) sedotan. c. Pop Up Book adalah sebuah buku yang berisi gambar dua dimensi. Pop Up Book ini berisi gambar dua dimensi ruang lingkup sistem ekskresi manusia, organ ginjal, organ paru-paru, organ hati, organ kulit, dan perbandingan paruparu manusia perokok dan paru-paru sehat. 3. LKS untuk siswa memiliki bagian yang terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, petunjuk penggunaan LKS untuk siswa, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, Peta Konsep, Kegiatan Belajar, Uji Kompetensi, dan Daftar Pustaka. Hasil validasi dari tiga validator dan subjek uji coba lapangan utama produk pengembangan KIT Pembelajaran dengan pendekatan saintifik materi sistem ekskresi sebagai berikut. Validator Ahli Pendidikan Ahli pendidikan menilai terkait dengan nilai pendidikan yang terdapat dalam KIT Pembelajaran. Modus yang diperoleh adalah 4 dengan kriteria sangat layak dari berbagai aspek yang dinilai. Tabel 4 menyajikan ringkasan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli pendidikan. Tabel 4 Ringkasan Data Hasil Validasi LKS oleh Ahli Pendidikan No 1 Media KIT Pembelajaran 2 LKS Aspek yang dinilai Nilai Pendidikan Keamanan Bagi Siswa Kebermanfaatan Media Efisiensi Media Kotak KIT Kelayakan Isi Cover Kata Pengantar Daftar Isi Petunjuk Penggunaan LKS Modus 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 Kriteria Sangat Layak Sangat layak Sangat Layak Sangat layak Sangat Layak Sangat layak Sangat Layak Sangat layak Layak Sangat Layak 7 Tujuan Pembelajaran 4 Sangat layak Lanjutan Tabel 4 Ringkasan Data Hasil Validasi LKS oleh Ahli Peta Konsep 4 Pendidikan Sangat Layak No Media Aspek yang dinilai Modus Kriteria 2 LKS Kegiatan Belajar 4 Sangat layak Daftar Pustaka 4 Sangat Layak 4 Sangat layak Modus Komentar dan saran dari validator ahli pendidikan adalah pembelajaran tentang kulit bisa ditambahkan uji keringat dengan menggunakan kertas lakmus, kedalam materi disesuaikan dengan kemampuan siswa SMP, ukuran gambar diseimbangkan dan perlu diperhatikan batas atas dan bawah setiap halaman, perlu penambahan indikator dan tujuan pembelajaran pada kata pengantar, dan penulisan daftar pustaka disesuaikan lagi. Berbagai saran dan komentar tersebut dijadikan bahan pertimbangan dalam merevisi KIT Pembelajaran dan LKS. Validator Ahli Materi Ahli materi menilai KIT Pembelajaran dan LKS terkait dengan lingkupan materi. Berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi, diperoleh modus 4 atau dengan kriteria sangat layak. Berikut ini disajikan ringkasan data hasil validasi KIT Pembelajaran oleh ahli materi yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Ringkasan Data Hasil Validasi LKS oleh Ahli Materi No 1 2 Media KIT Pembelajaran LKS Aspek yang dinilai Keterkaitan dengan Konsep Hubungan dengan Siswa Kebermanfaatan Set Percobaan Penyaringan Darah Sederhana oleh Ginjal Set Percobaan Pernapasan Set Percobaan Uji Urin Pop Up Book Cover Kata Pengantar Daftar Isi Pendahuluan Petunjuk Penggunaan LKS Kompetensi Dasar Peta Konsep Kegiatan Belajar Kunci Jawaban Daftar Pustaka Modus Modus 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 Kriteria Layak Sangat Layak Sangat Layak Layak Sangat Layak Layak Layak Sangat Layak Layak Sangat Layak Layak Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Layak Sangat Layak Selain pengisian angket oleh validator, juga diperoleh data berupa komentar dan saran. Komentar dan saran yang diperoleh dari ahli materi adalah terkait dengan susunan kalimat sesuai dengan SPOK, perlu diseimbangkan kegiatan belajar 2 dan 3, perlu konsistensi kata kalian atau siswa, perlu adanya keterangan gambar dan 8 kalimat pengantar sebelum gambar, serta pembenaran konsep tentang filtrasi dan kencing manis. Semua saran dari ahli materi digunakan dalam merevisi produk sehingga layak untuk digunakan. Validator Praktisi Lapangan Validator praktisi lapangan menilai keterpakaian produk dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil validasi oleh praktisi lapangan, diperoleh modus 4 atau dengan kriteria sangat layak. Berikut ini ringkasan data hasil validasi KIT Pembelajaran oleh praktisi lapangan pada Tabel 6. Tabel 6 Ringkasan Data Hasil Validasi LKS oleh Praktisi Lapangan No 1 Media KIT Pembelajaran 2 LKS Aspek yang dinilai Nilai Pendidikan Keamanan Bagi Siswa Kebermanfaatan Media Efisiensi Media Kotak KIT Kelayakan Isi Cover Kata Pengantar Daftar Isi Petunjuk Penggunaan LKS Tujuan Pembelajaran Peta Konsep Kegiatan Belajar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Daftar Pustaka Keterpakaian dalam Pembelajaran Modus Modus 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Kriteria Sangat Layak Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Sangat Layak Selain pengisian angket oleh praktisi lapangan juga diperoleh data berupa komentar dan saran. Komentar dan saran yang diperoleh oleh validator praktisi lapangan yaitu perlu diperhatikan lagi penyusunan kata pengantar agar sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, pada tahap mengamati perlu diberi arahan atau panduan dari Guru, ide pop up nya kreatif dan menarik untuk siswa, dan desain LKS bagus dan menarik. Semua saran dan komentar dari praktisi lapangan dijadikan sebagai masukan dalam merevisi KIT Pembelajaran dan LKS sistem ekskresi. Uji Coba Lapangan Utama Uji coba lapangan utama ini dilakukan 30 siswa kelas VIII SMPN 8 Malang. Pretes dan postes digunakan untuk mengetahui keefektifan KIT Pembelajaran yang dikembangkan terhadap hasil belajar siswa. Hasil pretes dan postes 30 siswa kelas VIII SMPN 8 Malang dilakukan analisis data. Analisis data nilai pretes dan postes 9 siswa didasarkan pada nilai KKM yang telah ditentukan oleh SMPN 8 Malang, yaitu 76. Berdasarkan tabel nilai prestes dan postes uji coba lapangan tahap utama dari 30 siswa hanya 30% siswa yang mencapai nilai KKM. Rata-rata kelas untuk nilai pretes adalah 67. Nilai tersebut masih di bawah KKM yang sudah ditentukan oleh sekolah. Setelah siswa mempelajari sistem ekskresi dengan menggunakan KIT Pembelajaran yang kemudian dilakukan postes, didapatkan rata-rata kelas untuk nlai postes menjadi 91. N-gain yang diperoleh berdasarkan hasil pretes dan postes adalah 0.74. Berdasarkan kriteria tingkat N-gain 0.74 termasuk kategori tinggi atau menunjukkan perbandingan yang tinggi antara pretes dan postes. Kriteria N-gain yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah mempelajari sistem ekskresi dengan KIT Pembelajaran. Hasil belajar kognitif juga dilihat ulangan harian sistem ekskresi. Berdasarkan nilai ulangan harian didapatkan 30 siswa sudah mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 76.00. Pengisian angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan KIT Pembelajaran sistem ekskresi juga dilakukan selain pretes dan postes. Pengisian angket keterlaksanaan pembelajaran ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterpakaian KIT Pembelajaran dan keterlaksanaan pendekatan saintifik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan analisis data didapatkan data respon siswa terhadap pembelajaran adalah 90% artinya skor tersebut memiliki respon yang sangat positif terhadap pembelajaran. Aspek lain yang dinilai adalah keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan angket keterlaksanaan pembelajaran. Angket ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan KIT Pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh yaitu hasil observasi oleh observer yang terdiri dari dua orang, didapatkan data bahwa semua aspek yang diamati yang meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan KIT Pembelajaran kegiatan siswa dan guru terlaksana. Catatan lapangan oleh observer adalah terkait dengan pengelolaan kelas dan rencana pelaksanaan sudah sesuai dengan praktik lapangan. PEMBAHASAN 10 Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk KIT Pembelajaran Sistem Ekskresi. KIT Pembelajaran sistem ekskresi merupakan sebuah kotak yang berisi semua peralatan yang digunakan dalam pembelajaran sistem ekskresi. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Winanto (2011) yang menyatakan KIT IPA adalah suatu alat yang digunakan sebagai perantara untuk menjelaskan konsepkonsep IPA, fenomena alam dengan cara melakukan percobaan-percobaan sehingga dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep IPA yang disampaikan oleh guru. KIT Pembelajaran Sistem Ekskresi berisi set penyaringan darah sederhana oleh ginjal, set percobaan pembuktian pernapasan, set percobaan uji urin, dan pop up book. KIT Pembelajaran juga dilengkapi dengan LKS dengan pendekatan saintifik. LKS ini berisi langkah-langkah kegiatan yang harus dikerjakan oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prastowo (2014: 204), LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai. LKS Sistem Ekskresi memandu siswa dalam memahami konsep dan melakukan berbagai percobaan berdasarkan alat dan bahan yang terdapat dalam KIT Pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menuntut siswa dapat menggunakan metode-metode ilmiah yaitu menggali pengetahuan melalui mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, melaksanakan eksperimen, dan mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain. Langkah-langkah dalam pembelajaran saintifik ada 5, yaitu observing (mengamati), questioning (menanya), experimenting (mencoba), assosiating (menalar), dan networking (mengkomunikasikan). KIT Pembelajaran Sistem Ekskresi yang dikembangkan dengan pendekatan Saintifik, digunakan dalam beberapa pertemuan. Berikut penjelasan penggunaan KIT Pembelajaran Sistem Ekskresi dengan Pendekatan Saintifik. a. Mengamati Kegiatan mengamati menuntun siswa untuk mengamati objek atau fenomena yang ada di sekitar siswa. Pada kegiatan mengamati siswa dilatih kepekaan alat indra mata yaitu melalui menggunakan media Pop Up Book, gambar 11 pada LKS, dan kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh Guru. Pop up book yang digunakan dalam tahap ini berisi lingkup sistem ekskresi pada manusia, organ ginjal, paru-paru, hati, kulit sebagai organ ekskresi, serta perbedaan paru-paru sehat dan perokok. Media Pop up book digunakan pada kegiatan belajar 1 sampai 5. Kegiatan mengamati dengan menggunakan media Pop up dan gambar organ ekskresi memfasilitasi siswa untuk mempelajari struktur dari berbagai organ dalam sistem ekskresi. Selain pop up book, juga diperkuat oleh adanya gambar pada LKS kegiatan 1, 2, 4, dan 5 yaitu gambar sistem ekskresi manusia, struktur ginjal, orang yang sedang melakukan cuci darah, serta perbedaan paru-paru sehat dan perokok. Demontrasi yang dilakukan oleh guru dilakukan pada kegiatan belajar 3 yaitu guru mendemonstrasikan pernapasan menghasilkan H2O dengan menghembuskan udara pada kaca. Tingkatan koginitif pada tahap ini adalah tingkatan C2 yaitu memahami. Keseluruhan kegiatan mengamati memfasilitasi siswa agar dapat mencontohkan organ-organ penyusun sistem ekskresi dan menjelaskan struktur serta fungsi organ sistem ekskresi. b. Menanya Tahap kedua dari pendekatan saintifik adalah menanya. Guru berperan untuk memicu siswa bertanya atau merumuskan masalah. Tahap ini dilaksanakan menggunakan LKS dengan cara menuliskan pertanyaan siswa pada LKS. Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam ranah kognitif adalah tingkatan C2 dan C3 yaitu memahami dan menerapkan. Siswa memahami struktur organ penyusun sistem ekskresi dan dapat menemukan permasalahan untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan fenomena yang dihadirkan oleh guru. Sehingga, siswa dapat menerapkan untuk merumuskan masalah dengan cara menuliskan pada LKS sistem ekskresi. c. Mencoba Tahap ketiga dari pendekatan saintifik adalah mencoba. Pada kegiatan belajar 1 dan 5, siswa diarahkan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dibuat secara kelompok. Tingkatan kognitif dalam tahap ini adalah memahami yaitu C2. Siswa dapat menjelaskan sistem ekskresi manusia dan pola hidup sehat untuk menjaga sistem ekskresi. Siswa diarahkan untuk melakukan percobaan penyaringan darah sederhana ginjal secara kelompok pada kegiatan belajar 2. Kegiatan mencoba 12 ini digunakan set percobaan penyaringan darah sederhana yang terdiri dari corong, kertas saring, gelas air mineral, pengaduk, tepung terigu, dan air. Tingkatan kognitif dalam tahap ini adalah menerapkan yaitu C3. Siswa dapat melakukan percobaan penyaringan darah sederhana oleh ginjal. Pada pertemuan ketiga, siswa diarahkan untuk melakukan percobaan pembuktian paru-paru sebagai organ ekskresi secara kelompok. Kegiatan mencoba ini digunakan set percobaan pernapasan yang terdiri dari gelas air mineral, sedotan, air kapur, dan aluminium foil. Percobaan ini membuktikan bahwa pernapasan mengeluarkan CO2 yang dibuktikan dengan air kapur berubah warna menjadi lebih keruh. Hasil belajar yang diperoleh siswa termasuk tingkatan kognitif C3 yaitu menerapkan. Siswa dapat melakukan percobaan bahwa pernapasan menghasilkan CO2. Pada pertemuan kelima, siswa diarahkan untuk melakukan percobaan uji urin. Kegiatan mencoba ini digunakan set percobaan uji urin yang terdiri dari tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, kertas label, kaki tiga, pembakar spirtus, kasa, penjepit tabung reaksi, termometer, gelas kimia, urin, air larutan benedict, dan larutan biuret. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesehatan organ ekskresi manusia. Tingkatan kognitif dalam tahap ini adalah menerapkan yaitu C3. Siswa dapat melakukan uji urin untuk mengidentifikasi kesehatan organ ekskresi. d. Menalar Tahap keempat dari pendekatan saintifik adalah menalar. Kegiatan menalar pada kegiatan belajar 1, siswa diarahkan untuk menuliskan pokok pikiran terkait dengan sistem ekskresi. Pokok pikiran tersebut akan dibuat peta pikiran yang dituliskan di LKS. Tingkatan kognitif dari tahap ini adalah C2 yaitu memahami. Siswa dapat memahami sistem ekskresi dengan cara menuliskan pokok pikiran tentang sistem ekskresi pada manusia. Menalar pada kegiatan 2, 3, dan 4 adalah siswa diarahkan untuk menjawab pertanyaan pada LKS terkait dengan kegiatan mencoba yang telah dilakukan. LKS yang terdapat dalam KIT Pembelajaran memfasilitasi siswa untuk menganalisis hasil kegiatan mencoba. Tingkatan kognitif dari tahap ini adalah C4 yaitu menganalisis. Siswa dapat menganalisis struktur jaringan organ ginjal, paru-paru, hati, dan kulit serta keterkaitannya dengan bioproses pada manusia. Menalar pada kegiatan belajar 5, siswa diarahkan untuk menalar hasil jawaban secara kelompok dengan cara menuliskannya di LKS. 13 Tingkatan kognitif dari tahap ini adalah C4 yaitu menganalisis. Siswa dapat menganalisis beberapa penyakit pada organ ginjal, paru-paru, hati, dan kulit serta upaya untuk menjaga kesehatan organ tersebut. e. Mengkomunikasikan Tahap terakhir dari pendekatan saintifik adalah mengkomunikasikan. Kegiatan mengkomunikasikan ini merupakan kegiatan untuk melatih rasa percaya diri dan tanggung jawab siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa dalam tahap ini adalah C2 yaitu memahami. Siswa dapat memahami sistem ekskresi dan mengemukakan hasil analisis secara verbal di depan kelas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penilaian hasil belajar kognitif dilakukan berdasarkan nilai pretes, postes, dan penilaian Ulangan Harian Sistem Ekskresi. Nilai pretes dan postes dilakukan perhitungan N-gain untuk mengetahui perbedaan nilai pretes dan postes. Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan nilai N-gain sebesar 0.74. Nilai N-gain tersebut tergolong kriteria tinggi atau menunjukkan perbandingan yang tinggi antara pretes dan postes. Kriteria N-gain yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah mempelajari sistem ekskresi dengan KIT Pembelajaran. Siswa mengalami peningkatan hasil belajar kognitif dilihat dari kegiatan pembelajaran, yaitu siswa sudah menerapkan tingkatan kognitif C3 sampai C4. Hal ini mengalami peningkatan jika dilihat dari hasil UTS yang rata-rata siswa menjawab pertanyaan C1 dan C2 dengan benar tetapi menjawab salah pertanyaan yang berhubungan dengan C3 dan C4. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk berupa KIT Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Saintifik materi Sistem Ekskresi kelas VIII. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan KIT Pembelajaran yang valid berdasarkan validasi ahli dengan skor modus dari ahli pendidikan, materi, dan praktisi lapangan adalah 4. Skor tersebut menunjukkan bahwa KIT Pembelajaran tergolong dalam kriteria layak. KIT Pembelajaran Sistem Ekskresi juga praktis digunakan dalam pembelajaran, hal ini dilihat dari respon siswa diperoleh skor 90% artinya skor tersebut memiliki respon yang sangat postif terhadap pembelajaran. 14 Dilihat dari aspek keefektifan, KIT Pembelajaran Sistem Ekskresi efektif untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, hal ini dibuktikan dengan pretes dan postes yang dikerjakan oleh siswa memiliki N-gain yang tinggi yaitu sebesar 0.74. Siswa juga mengalami peningkatan hasil belajar kognitif dilihat dari kegiatan pembelajaran, yaitu siswa sudah menerapkan tingkatan kognitif C3 dan C4. Berdasarkan simpulan di atas, maka penggunaan dari KIT Pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut. a. Guru sebaiknya menyiapkan petunjuk keamanan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti, pecahnya peralatan yang berbahan gelas. b. KIT Pembelajaran terbuat dari papan triplek yang mudah terkontaminan jamur, sehingga sebaiknya disimpan di tempat yang kering. c. Siswa diarahkan untuk berhati-hati dalam menggunakan api yang terdapat pada bunsen terkait dengan uji kandungan urin. DAFTAR RUJUKAN Ariesta dan Supartono. 2011. Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar II Bebasis Inkuri Terbimbing untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(1), 62-68 Borg, W.R dan Gall, M.D. 1983. Educational Research: An Introductin, London: Longman, Inc. Mardiana, N., Zulirfan., Ma’aruf, Z. 2012. Pengembangan KIT Alternatif Cahaya dan Optik Sebagai Media Eksperimen Sains di Rumah Bagi Siswa SLTP, (Online),(http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/40 41/1.NANA%20MARDIANA.pdf?sequence=1), diakses 8 November 2014. Prastowo, A. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: DIVA Press. Sani, B., Kurniasih, I. 2014. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku Teks Pelajaran Sesuai dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena. Suprayitno, T. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Fisika untuk SMA. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Wahyuni, D.S. 2013. Pengembangan Petunjuk Praktikum Kimia SMA Kelas XI pada Topik Kapasitas Larutan Penyangga. (Online) http://a- 15 research.upi.edu/operator/upload/s_kim_0706475_chapter3.pdf diakses 3 Desember 2014. Winanto, A. 2011. Efektivitas Penggunaan KIT IPA Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD. Scholaria Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1 (2), 155176. Yamasari, Y. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Berkualitas. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pascasarjana X, ITS, Surabaya, 4 Agustus. Zubaidah, S., Mahanal, S. Yuliati, L, Sigit, D. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.