PEMBELAJARAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII DIO SYUKUR SUKIRMAN PUTRA [email protected] SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Pembelajaran Menulis Laporan Perjalanan dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VIII”. Adapun latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, penulis menginginkan suatu jawaban yang berasal dari pernyataan di bawah ini: 1. Bagaimana kemampuan menulis laporan perjalanan siswa kelas VIII sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual? 2. Bagaimana kemampuan menulis laporan perjalanan siswa kelas setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual? 3. Apakah ada perbedaan kemampuan siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual? Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai kemampuan siswa dalam menulis laporan perjalanan dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual. Penelitian pada siswa kelas VIII, dilakukan oleh penulis dengan menggunakan hipotesis bahwa kemampuan siswa kelas VIII sebelum mengikuti pembelajaran cukup baik. Kemudian hasil menulis laporan perjalanan setelah menggunakan pendekatan kontekstual diharapkan ada peningkatan menjadi lebih baik. Pada peneitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Pemilihan metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa kriteria penelitian yang mengukur keterampilan menulis laporan perjalanan cukup sulit dilaksanakan. Berdasarkan hasil tes membaca dan hasil observasi yang dilakukan di kelas VIII, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian-penelitian sebagai berikut: 1. Pendekatan kontekstual merupakan model pembelajaran yang efektif diberikan siswa kelas VIII karena dapat lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis laporan perjalanan. 2. Terlihat adanya peningkatan kemampuan siswa kelas VIII dalam menulis laporan perjalanan setelah diberikan menggunakan pendekatan kontekstual. 3. Terlihat adanya perbedaan hasil menulis laporan perjalanan siswa kelas VIII sebelum mengkuti pembelajaran pendekatan kontekstual dan sesudah mengikuti pembelajaran pendekatan kontekstual. Kata kunci : Laporan Perjalanan, Pendekatan Kontekstual.. PENDAHULUAN Membicarakan pengajaran Bahasa Indonesia tidak akan lepas dari kegiatan menulis. Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis termasuk aspek kegiatan berbahasa yang dianggap sulit. Hal itu dikeluhkan oleh banyak siswa dipendidikan dasar dan menengah mahasiswa di perguruan tinggi pun mengeluhkan sulitnya menulis. Akibat keluhan itu akhirnya menjadi opini umum, bahwa menulis itu sulit. Salah satunya membahas tentang menulis karangan berdasarkan laporan perjalanan (menulis narasi). Sebagai salah satu materi pembelajaran, maka pembelajaran menulis tersebut perlu disampaikan dengan metode yang tepat sehingga mencapai standar kompetensi yang diharapkan yaitu siswa mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengaaman secara tertulis dalam bentuk laporan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kompetensi pembelajaran menulis laporan siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandung tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu membuktikan dengan siswa masih mengalami kesulitan menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dan pemilihan kata diksi yang kurang tepat, misalnya dapat dilihat dari tugas laporan siswa. Pada umumnya siswa belum maksimal menuangkan gagasan mereka secara kronoogis. Secara umum memang siswa mampu menulis, namun mereka kurang memiliki ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan belum mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosa kata dan tata bahasa atau kaidah bahasa yang digunakan. Akibatnya nilai keterampilan menulis perjalanan siswa SMP Negeri 21 Bandung masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas untuk mata peajaran menulis laporan perjalanan yang hanya mencapai angka 6,00 (standar ketuntasan belajar minima untuk pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri 21 Bandung adalah 7,00). KAJIAN TEORI DAN METODE 1. KAJIAN TEORI Istilah pembelajaran mencakup dua konsep yang saling terkait, yaitu belajar dan mengajar. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara siswa dan pendidik peserta didik salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar sedangkan pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang berpotensi dibidang pembangunan. Suatu pembelajaran akan berhasil secara baik apabila seorang guru mampu mengubah diri siswa dalam arti luas menumbuh kembangkan keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya bagi perkembangan pribadi siswa. A. Menulis Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulisan untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini bisa disebut dengan istilah karangan atau tulisan kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama meskipun ada pendapat mengatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian berbeda. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah membuat huruf angka dan sebagainnya dengan pena, pensil, kapur dsb, anak-anak sedang belajar melahirkan pikirian atau perasaan (seperti pengarang membuat surat). Menurut Guntur Tarigan (1986:15) menjelaskan pengertian menulis sebagai kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai penyampaian. B. Laporan Perjalanan Laporan perjalanan adalah laporan yang berisi kegiatan seseorang dalam melakukan perjalanan kesuatu tempat yang dikunjungi, laporan perjalanan dapat berisi persiapan sebelum perjalanan dilakukan, kegiatan selama perjalanan berlangsung serta tujuan yang didapat setelah perjalanan berlangsung. Menurut Juhara (dalam Wardani 2008) menyebutkan bahwa laporan perjalanan merupakan salah satu bentuk laporan yang berisi kegiatan seseorang dalam melakukan perjalanan ke suatu tempat yang dikunjunginya. C. Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Depdiknas,2004:5). Komponen Pendekatan Kontekstual 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama yaitu : 1. Kontruvisme (contructivism) Kontruktivisme lahir dari gagasan jean piaget dan vigostsky. Hakikat dari teori kontruvisme ide bahwa siswa harus menjadikan hal-hal yang dipelajari itu menjadi milikmnya sendiri. Dalam hal ini, tugas guru tidak semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi membimbing mereka untuk belajar sendiri bahkan dengan menggunakan strategi mereka sendiri. Guru harus membimbing siswa membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri sehingga apa yang dipelajari itu sangat bermakna dan sangat relevan bagi kehidupan mereka. 2. Menemukan (inquiry) Proses menemukan merupakan kegiatan inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil proses mengingat materi yang disajikan guru, melainkan hasil dari menemukan fakta-fakta yang dipelajari. Guru harus merancang kegiatan inkuiri ini dalam setiap pembelajaran yang dikelolanya. Kegiatan inkuiri yang harus dirancng guru meliputi : observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering) penyimpulan (conclusion). Kata kunci strategi inkuiri adalah “siswa menemukan sendiri”. Untuk menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan kegiatan menemukan sendiri tersebut, maka guru harus senantiasa mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 3. Bertanya (questioning) Pengetahuan dan keterampilan yang berkesan pada diri siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan dorongan perasaan ingin tahu. Perasaan ingin tahu ini yang mendorong siswa untuk bertanya. Guru harus selalu menciptakan strategi yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk bertanya tanpa apa yang dia inginkan untuk diketahui. Kegiatan bertanya dapat muncul dalam kelompok belajar yang partisipatif. Oleh karena itu, guru sebaiknya menciptakan masyarakat belajar (Learning Community) di dalam kelas dikelolanya. Masyarakat belajar dapat terjadi apabila terjadi komunikasi dua arah. Seorang guru yang menjelaskan topik kepada para siswa bukanlah contoh masyarakat belajar. Dalam masyarakat belajar siswa saling belajar satu sama lain menjawab, mereka saling bertukar pikira, bertukar pendapat, dan bertukar pengalaman. Dalam pembelajaran seperti ini, tugas guru tidak sekedar menjelaskan sesuatu dan menjawab pertanyaan siswa. Tugas guru adalah mengelola kelas agar antara siswa dan guru, antara siswa dan siswa lain terjadi saling bertanya, saling menjawab, saling bertukar pikiran, bertukar gagasan, dan saling bertukar pengalaman. 5. Pemodelan (modeling) Ketika seorang guru atau salah seorang siswa membacakan puisi dimuka kelas, ia menjadi model bagi para siswa. Model dapat didatangkan dari kelas lain atau dari luar sekolah. Guru dapat menghadirkan juara baca puisi atau penyair untuk membacakan puisi dimuka kelas. Model dapat juga berupa rekaman audio atau audio visual. Pemodelan ini terutama dalam pembelajaran sastra jangan membuat proses pembelajaran menjadi terjebak pada proses peniruan tanpa proses internalisasi. Misalnya siswa meniru intonasi, gerak, mimik dan gerak model yang ditampilkan. Oleh karena itu setiap penampilan model harus dibahas didalam kelompok atau secara klasikal oleh para siswa melakukan internalisasi dan mereka benar-benar menjadi subjek yang aktif dan kreatif. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah sebuah proses perenungan yang dilakukan oleh siswa mengenai pengetahuan dan keterampilan yang baru saja dipelajarinya yang sudah menjadi miliknya. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajari sebagai bangunan pengetahuan dan keterampilan baru yang mengukuhkan, memperkaya, atau merevisi apa yang telah dimilikinya. Pada proses refleksi ini siswa bisa saja menghubungkan materi baru dipelajarinya dengan kehidupan. Ia menimbang-nimbang tentang manfaatnya serta kedudukannya dalam membangun cita-cita hidupnya dimasa yang akan datang. 7. Penilaian otentik (Authentic Assesment) ` Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui olehguru agar bisa dipastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang terkumpul mengisyaratkan bahwa siswa mengalami kendala dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil langkah yang tepat agar siswa mengatasi kendala tersebut karena assesment memberikan tekanan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar bahasa indonesia para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa berbahasa Indonesia bukan pada saat siswa mengerjakan tes Bahasa Indonesia. dapat diukur dengan hasil pretes. Apabila hasil postes menunjukan kemampuan siswa yang lebih tinggi daripada hasil pretes, maka pembelajaran dikatakan berhasil. Sebaliknya apabila hasil postes tidak menunjukan adanya peningkatan, maka pembelajaran dianggap tidak berhasil. Berdasarkan hasil pretes dan postes di kelas VIII diketahui jawaban siswa pada setiap soal, skor serta nilai akhirnya. Menggunakan rumus yang ditentukan yakni sebagai berikut : Nilai STS x SN STI Keterangan : STS = Skor Total Siswa STI = Skor Total Ideal SN = Skor Nilai Misalnya skor hasil pretes nama siswa (subjek 1) adalah 8 maka nilai akhir yang diperoleh adalah 8 yakni dengan menghitung sebagai berikut : Nilai 8x10= 8 2. METODE PENELITIAN Metode Deskriptif 10 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian adalah cara-cara atau alat yang di pakai dalam penelitian. Ketepatan memilih metode akan menentukan keberhasilan penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti.Metode deskriptif adalah adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best,1982 : 119). HASIL DAN PEMBAHASAN Secara jelas data nilai akhir tiap-tiap siswa hasil pretes dan postes akan di deskripsikan dari nilai tertinggi, sedang, maupun rendah yang dinilai akhirnya akan dituangkan alam tabel sebagai data keseluruhan, baik pretes maupun postes. TABEL 4.1 REKAPITULASI NILAI PRETES DAN NILAI POSTES Nilai Nilai Pretes F F.N % Nilai Nilai 0 0 0 10 14 140 9,5 0 0 9,5 0 0 9 9 81 9 11 99 8,5 0 0 8,5 0 0 8 12 96 8 10 80 7,5 0 0 7,5 0 0 7 10 70 7 1 7 2,70 6,5 0 0 6,5 0 0 0 6 4 24 6 1 6 2,70 5,5 5 Juml ah 0 2 0 10 0 24, 32 0 32, 44 0 27, 02 0 10, 82 0 5,40 % 37, 84 0 29, 73 0 27, 23 0 0 0 281 100 7, 29 - 0 0 33, 2 8, 97 0 0 37 5,5 5 Juml ah A. Hasil Sebelum pelaksanaan pembelajaran, terlebih dahulu disusun persiapan pembelajaran. persiapan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persiapan belajar dalam bentuk silabus, yang disusun meliputi kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, strategi belajar, sumber pembelajaran, alat dan bahan, kegiatan belajar mengajar, alokasi waktu dan penilaian. Setelah materi pelajaran disampaikan selanjutnya dsimpulkan dengan maksud agar siswa memperoleh kejelasan materi yang disampaikan. Untuk melihat sejauh keberhasilan pelaksanaan pembelajaran diadakan postes. Hasil postes selanjutnya dibandingkan dengan hasil pretes. Berhasil tidaknya pelajaran yang telah dilaksanakan 10 Rata-rata Postes F Rata-rata Keterangan : F: Frekuensi % : Presentase 37 F.N 1 - N : Nilai Nilai rata-rata = jumlah F.N Jumlah Nilai rata-rata pretes = 141 22 = 6,40 Nilai rata-rata postes = 172 22 = 7,81 Presentase = F Jumlah F X100% B. PEMBAHASAN Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai ratarata kemampuan memahami atau menulis laporan perjalanan dengan pendekatan kontekstual hasil pretes = 6,40. Apabila dikonsultasikan pada tabel penentuan patokan presentase untuk skala sepuluh, maka rata-rata pretes berkategori cukup, karena berada pada interval tingkat penguasaan antara 66%-75%. Hal ini berarti siswa kelas VIII SMP Negeri 21 hanya mampu memahami penulisan laporan perjalanan dengan pendekatan kontekstualnya rata-rata hanya 70-80% yang bisa, dengan demikian dapat dikatakan hasil analisis sebagai berikut. 1. Kemampuan menulis laporan perjalanan dengan teknik pendekatan kontekstual paling tinggi yaitu 8 sebanyak 6 orang (24,32%)artinya ada enam orang siswa yang dikategorikan baik sekali. 2. Siswa yang mampu mendapat nilai 7 sebanyak 9 orang (32,44%), dengan demikian, siswa tersebut diapresiasikan baik dalam menulis laporan perjalanan. 3. Siswa yang mendapat nilai 6 sebanyak 7 orang (27,02%), ketujuh orang siswa tersebut dapat dikategorikan cukup dalam menulis laporan perjalanan dengan pendekatan kontekstual. 4. Ada 3 orang siswa (10,82%) mendapat nilai 6 dalam menulis laporan perjalanan dengan pendekatan kontekstual artinya keempat orang tersebut dikategorikan sedang. Setelah dilakukan pembelajaran menulis laporan perjalanan dengan pendekatan kontekstual nilai rata-rata = 7,81 apabila di konsultasikan pada tabel penentuan patokan presentase untuk skala sepuluh maka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori baik. SIMPULAN A. Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam bab 4 dan rumusan pada bab 1 maka penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembelajaran menulis laporan perjalanan dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandung dalam memahami tulisan. 2. Pembelajaran menulis laporan perjalanan dengan pendekatan kontekstual (CTL) efektif digunakan siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandung. 3. Hal ini dilihat dari perolehan pretes menulis laporan perjalanan 6,40 dan hasil postes 7,81 menulis laporan perjalann sebesar ini membuktikan bahwa pendekatan kontekstual lebih efektif digunakan siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandung DAFTAR PUSTAKA Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Tujuan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Pemahaman Pembelajaran Berbahasa Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.