5247 - perpusnwu.web.id

advertisement
MANUSKRIP
PENGELOLAAN GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA KELUARGA TUAN B
KHUSUSNYA PADA Anak R DENGAN SYNDROME DOWN DI DUSUN KRAJAN DESA TRUKO
KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
Oleh
PATRICI DA COSTA
NIM. 0131821
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PENGELOLAAN GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
PADA KELUARGA TUAN B KHUSUSNYA PADA Anak R DENGAN SYNDROME DOWN
DI DUSUN KRAJAN DESA TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
Patricio Da Costa*, Ahmad Kholid**, Wulansari***
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Down syndrome adalah kelainan kromosom dan gen yang paling umum sebagai penyebab
retardasi mental. Kelainan itu terjadi karena adanya kelebihan kromoson pada kromoson 21.
Down syndrome terjadi dalam satu di antara 800 bayi yang lahir dan terjadi pada semua etnis.
Penelitian ini tertarik untuk mendeskripsikan kompetensi produksi fonem anak down syndrome
dan menjelaskan pola-pola penyimpangannya dalam rangka pemulihan secara fonologis
pengujaran anak down syndrome. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) penyimpangan dalam
pengujaran terjadi secara teratur pada tiap anak, misalnya perubahan suatu fonem terjadi pada
fonem yang lain dan terjadi berulang-ulang; (2) penyimpangan fonologis pada tiap anak tidak
sama dan penyimpangan ini tergantung dari tingkat intelegensia, kemampuan motorik serta
lingkungan yang menyertainya; (3) Pemulihan fonologis anak retardasi mental, diperlukan suatu
pelatihan. Akan tetapi pelatihan tersebut tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan lingkungan.
Kata Kunci: Down Syndrome, kelainan berbahasa, kompleks fonologis
PENDAHULUAN
Syndrome down merupakan sindrom
genetik yang paling sering dijumpai. Dalam
sehari-hari penanganan kelainan ini masih
belum komprehensif. Tatalaksana down
syndrome di tempat praktek masih terbatas
pada mengatasi keluhan yang ada.
Penanganan yang komprehensif yang
melibatkan multidisiplin ilmu pada tumbuh
kembang anak, akan menentukan kualitas
kehidupan anak tersebut (Soetjinigsih &
Ranuh, 2013).
Angka kejadian Syndrome Dwon di
Indonesia hingga saat ini belum diketahui. Di
RSCM, Jakarta, pada periode 1975-1979, dari
19.382 kelahiran hidup, dilaporkan 21 kasus
(1,08/1.000) bayi Syndrome Down. Angka ini
sesuai dengan angka kejadian rata-rata,
yaitu 1/1.000 anak yang dilaporkan dalam
banyak penelitian. Seandainya angka ini
diberlakukan secara umum, di Jakarta,
dengan penduduk 8.498.709 jiwa dan
kelahiran hidup 231.165 jiwa atau 2,72% per
tahun, akan ditemukan sekitar 231 kasus
Syndrome Dwon setiap tahun. Bila insiden ini
diperluas di seluruh Indonesia dengan
sekitar 5 juta kelahiran hidup, maka akan
jumpai sekitar 5.000 kasus, baru Syndrome
Down setiap tahunnya (Soetjinigsih & Ranuh,
2013).
Angka kejadiannya sampai tahun 2014
adalah 1,0-1,2 per 1000 kelahiran hidup,
dimana 20 tahun sebelumnya dilaporkan 1,6
per 1000 kelahiran hidup. Diperkirakan 20%
anak dengan Syndrome Down dilahirkan oleh
ibu yang berumur diatas 35 tahun. Syndrome
Down dapat terjadi pada semua ras. angka
kejadiannya pada bangsa kulit putih lebih
tinggi dari pada kulit hitam (Sutjiningsih,
2006).
Anak
dengan
Syndrome
Dwon
memerlukan
penanganan
secara
multidisiplin. Selain penanganan dengan
cara medis pendidikan anak juga perlu
mendapat perhatian serta partisipasi dari
keluarga. Penanganan secara medis, pada
anak Syndrome Dwon sama dengan anak
yang normal. Beberapa keadaan dimana
anak dengan Syndrome Dwon memerlukan
perhatian khusus yaitu dalam hal
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
pendengarannya, penyakit jantung bawaan,
penglihatannya, nutrisi dan kelainan tulang.
Mereka juga memerlukan pemeliharaan
kesehatan, imunisasi, kedaruratan medis
serta dukungan dan bimbingan dari keluarga
(mekanisme koping) (Soetjiningsih, 2006).
Dengan adanya anggota keluarga yang
menderita Syndrome Dwon di harapkan
keluarga mampu mengenal penyakit yang di
derita
oleh
anggota
keluarganya
sebagaimana
fungsi keluarga
dalam
perawatan kesehatan dalam sebuah
keluarga, jika ada anggota yang sakit
alangkah
baiknya
keluarga
bisa
memfungsikan 5 tugas keluarga yaitu :
Mengenal masalah kesehatan keluarga,
membuat keputusan tindakan kesehatan
yang tepat, merawat anggota keluarga yang
sakit, memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat,
serta
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan baik puskesmas atau rumah sakit.
Berdasarkan urutan diatas, perawatan
klien
Syndrome
Dwon
melibatkan
multidisiplin ilmu. Salah satunya adalah
perawat, perawat dapat membantu keluarga
dalam hal perawatan klien Syndrome Dwon
oleh karena itu penulis tertarik untuk
mengelola gangguan tumbuh kembang pada
anak Syndrome Dwon di keluarga. Tujuan
penulisan ini agar penulis mampu
memberikan gambaran pengelolaan pada
keluarga dengan Syndrome Dwon yang
mempunyai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
METODE
Pengelolaan pasien dilakukan terhadap
An R keluarga Tn B. Kondisi An. R saat ini
sedang dalam keadaan keterlambatan
mental, waktu anak umur 9 bulan pernah
periksa di Rumah Sakit Salatiga dengan
keluhan belum bisa tengkurap, kemudian
oleh dokter di katakan anak memiliki
keterbelakangan mental sehingga bisa
menghambat
pertumbuhan
dan
perkembangannya. Saat An. R belum bias
bicara, belum bisa buka baju dan celana
sendiri, namun suara sudah bisa, tapi dari
segi pertumbuhan terlihat jari-jari tabuh,
mata sipit dan saat ini sedang tidak
menderita sakit.
HASIL
Hasil analisis menunjukkan bahwa (1)
penyimpangan dalam pengujaran terjadi
secara teratur pada tiap anak, misalnya
perubahan suatu fonem terjadi pada fonem
yang lain dan terjadi berulang-ulang; (2)
penyimpangan fonologis pada tiap anak
tidak sama dan penyimpangan ini
tergantung dari tingkat intelegensia,
kemampuan motorik serta lingkungan yang
menyertainya; (3) Pemulihan fonologis anak
retardasi mental, diperlukan suatu pelatihan.
Akan tetapi pelatihan tersebut tidak akan
berhasil tanpa adanya dukungan lingkungan.
PEMBAHASAN
Ketidakmampuan koping keluarga
(tumbuh kembang anak) berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan. Diagnosa keperawatan
ini muncul berdasarkan hasil pengkajian
penulis bahwa keluarga belum mengetahui
penyakit Anak R dan Anak R sampai sekarang
belum bisa bicara, belum bisa menyusun
balok, belum bisa melempar bola, belum
bisa memakai baju sendiri dan mata Anak R
terlihat sipit, jari-jari pun terlihat tabuh.
Keluarga mengatakan tidak tahu tentang
penyakit Anak R, keluarga mengatakan Anak
R belum sekolah, tetapi Anak R belum bisa
bicara, belum bisa menulis, belum bisa
membuka baju sendiri, belum bisa
menyusun balok, belum bisa melempar bola
dan kenapa Anak R tidak seperti anak-anak
lain yang sebaya dengannya. Maka penulis
merumuskan diagnose Ketidakmampuan
koping keluarga (tumbuh kembang anak)
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga
dalam
mengenal
masalah
kesehatan.
Anak dengan Down Syndrome yang
memiliki
gangguan
pertumbuhan
dibutuhkan
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan penunjang berkala oleh tenaga
medis, untuk memantau dan menjaga
kesehatannya.
Selain
pemeliharaan
kesehatan, Anak Down Syndrome perlu di
beri latihan terapi dini agar mampu
melakukan pekerjaan sehari-hari dan dapat
beradaptasi dengan lingkungannya. Oleh
karena itu, dibutuhkan bantuan keluarga,
teman, dan masyarakat untuk mendukung
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
perkembangan Down syndrome. Perlu kerja
sama yang baik dari berbagai pihak demi
tercapainya
kondisi
kesehatan,
pertumbuhan, dan perkembangan yang baik
pada anak dengan Down Syndrome
(Kawanto dan Soedjatmiko, 2007: 189).
Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan adalah ketidakmampuan
keluarga mengetahui dan mengenal faktafakta dari masalah kesehatan yang, meliputi
pengertian, tanda-tanda dan gejala, faktor
penyebab yang mempengaruhi serta
persepsi keluarga terhadap masalah
(Friedman, 1998) dalam Dion dan Betan
(2013:25). Berkaitan dengan keluarga tidak
mengenal tidak mampu mengenal masalah
kesehatan maka perlu di berikan pendidikan
kesehatan untuk merubah perilaku agar
keluarga mau melakukan pengobatan pada
An. R.
Penulis mengangkat diagnosa ini
sebagai diagnosa pertama karena dilihat dari
sifat
masalah
merupakan
ancaman
kesehatan dengan nilai scoring 3/3x1=1 bila
keadaan tersebut tidak segera di atasi, maka
membahayakan Anak R karena keluarga
belum memahami tentang penyakit Down
Syndrome dengan gangguan tumbuh
kembang.
Rencana tindakan pada Jumat tanggal
08 April 2016, beri pendidikan kesehatan,
anjurkan
melakukan
stimulasi
perkembangan
secara
tepat,
kaji
pengetahuan tentang Down Syndrome
dengan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sejauh mana pemahaman
keluarga mengenai materi yang akan
diberikan dan sebagai tolak ukur apakah
pendidikan yang diberikan bisa di pahami
oleh keluarga sehingga diharapkan terdapat
perbedaan tingkat pengetahuan sebelum
dan
sesudah
diberikan
pendidikan
kesehatan.
Implementasi yang dilakukan pada hari
Jumat, tanggal 8 april 2016 jam 10:15 WIB di
rumah Tuan B yaitu dengan mengkaji tingkat
pengetahuan keluarga, dengan mengetahui
tingkat pemahaman dan pengetahuan
keluarga tentang down syndrome (Nanda,
2010), memberikan informasi tentang
pendidikan kesehatan, menjelaskan tentang
pengertian Down syndrome, penyebab
Down syndrome, pada tindakan ini penulis
tidak menemukan hambatan karena
keluarga mau menjawab sesuai pertanyaan
pendidikan kesehatan tentang Down
syndrome.
Pada
saat
memberikan
pendidikan kesehatan terdapat hambatan
karena perbedaan bahasa penyuluhan
dengan bahasa sehari-hari yang digunakan
keluarga dan juga karena tingkat pendidikan
keluarga yang kurang. Namun hambatan
tersebut dapat diatasi penulis dengan
menggunakan kalimat yang mudah di
mengerti.
Evaluasi terakhir masalah teratasi
dengan kriteria hasil Tuan B mampu
menjelaskan kembali apa yang di jelaskan
penulis. Dimana untuk rencana tindak
lanjutnya adalah menganjurkan kepada
keluarga supaya keluarga selalu memberikan
kasih sayang yang baik kepada Anak R dan
bisa selalu memperhatikannya termasuk
dalam memberikan pendidikan di rumah.
Keluarga juga disarankan berkunjung ke
pelayanan kesehatan untuk berkonsultasi
pada petugas kesehatan dengan tujuan agar
mendapatkan informasi tambahan yang
dibutuhkan tentang Down Syndrome.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengelolaan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
masalah kesehatan pada keluarga Tuan B
khususnya Anak R, maka penulis mengambil
kesimpulan masalah gangguan pertumbuhan
dan perkembangan berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga
mengenal
masalah kesehatan dapat teratasi. Dan hasil
setelah diberikan pendidikan kesehatan,
keluarga mampu menjelaskan kembali
tentang pengertian, penyebab, gejala, cara
pencegahan, dan cara merawat anak dengan
down
syndrome
dengan
masalah
pertumbuhan dan perkembangan.
SARAN
Institusi pendidikan dapat menambah
literatur keperawatan keluarga dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah dan lebih
meningkatkan
dalam
pelaksanaan
pengelolaan kasus terhadap mahasiswa
setiap melakukan praktik klinis keperawatan.
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Pelayanan kesehatan diharapkan lebih
aktif di dalam memberikan informasi
mengenai kesehatan dengan penyuluhan
langsung ke masyarakat khususnya pada
keluarga yang mempunyai anak Down
Syndrome
dengan
masalah
tumbuh
kembang.
DAFTAR PUSTAKA
Dion,Y. & Betan, Y. (2013), Asuhan
keperawatan keluarga kosep dan
praktik (edisi 1). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kawanto. F. H dan Soedjatmiko. (2007).
Pemantauan tumbuh kembang anak
Down
Syndrome.
http://
SSaripediatri.idai.or.id/abstrak.asp?q=4
5.
NANDA.
(2013).
Aplikasi
Asuhan
Keperawatan Berdasarkan diagnisa
medis,JIlit. 1 jakarta : EGC.
Soetjiningsih. (2009). Tumbuh kembang
anak. Jakarta EGC.
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
MANUSCRIPT
MANAGEMENT OF GROWTH AND DEVELOPMENTAL DISORDER MR. B’s FAMILY
ESPECIALLY CHILD R WITH DOWN SYNDROME AT KRAJAN TRUKO VILLAGE
BRINGIN SUB-DISTRICT SEMARANG REGENCY
By
PATRICIO DA COSTA
0131821
NGUDI WALUYO NURSING ACADEMY
UNGARAN
2016
Ngudi Waluyo Nursing Academy
APPROVAL OF ADVISOR
This manuscript Entitled” Management Of Growth And Developmental Disorder Mr. B’s Family
Especially Child R With Down Syndrome At Krajan Truko Village Bringin Sub-District Semarang
Regency “ has been approved, checked and ready to be maintained in front of Manuscript’s
examiner Ngudi Waluyo Nursing Academy.
Day
Date
: Wednesday
: June 21nd 2016
Advisor
Dewi Rosnita Hardiany, S.S.
NIDN. 0620038302
Ngudi Waluyo Nursing Academy
APPROVAL
The manuscript entitled “Management Of Growth And Developmental Disorder Mr. B’s Family
Especially Child R With Down Syndrome At Krajan Truko Village Bringin Sub-District Semarang
Regency” has been approved, checked, and maintained in the presence of the Manuscript’s
examiner Ngudi Waluyo Nursing Academy, on:
Day
Date
: Wednesday
: June 22nd 2016
Examiner
Endang Susilowati, S.S., M.Hum
NIDN. 0620038302
Ngudi Waluyo Nursing Academy
MANAGEMENT OF GROWTH AND DEVELOPMENTAL DISORDER MR. B’s FAMILY
ESPECIALLY CHILD R WITH DOWN SYNDROME AT KRAJAN TRUKO VILLAGE
BRINGIN SUB-DISTRICT SEMARANG REGENCY
Patricio Da Costa*, Ahmad Kholid**, Wulansari***
*Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRACT
Down syndrome is the most common chromosome disorder and genetic cause of mental
retardation. It occurs because of the presence of an extra copy of chromosome 21. Down
syndrome occurs in about one in every 800 live births. Down syndrome occurs with equal
frequency across all ethnic groups and subpopulations. This research is intended to acquire a
description of phoneme production competence and examines the patterns of deviations which
occur as well as identifying the recovering point phonologically of children with down syndrome.
The results of the analysis indicate that (1) the deviations in pronunciation occur regularly in each
child, for instance, the change of a certain phoneme occur in other phonemes and it happens
repeatedly; (2) The phonological deviations in each child are not the same according to their
intelligence, motoric capability, and background environment, (3) The phonological recovery of
children with mental retardation requires a certain type of training, but this training will never
succeed without supporting and conducive environment.
Keywords: Down Syndrome, Language Disorder, Phonology Competence
INTRODUCTION
Down syndrome is a genetic syndrome
that most often encountered. In everyday
handling of this disorder is still not
comprehensive. Management of Down
syndrome practice is limited to control the
symptoms.
Comprehensive
treatment
involving multidisciplinary science in child
development, will determine the quality of
life for the child (Soetjinigsih & Ranuh,
2013).
The incidence of Down syndrome in
Indonesia is still unknown. At RSCM, Jakarta,
in the period 1975-1979 of 19382 live births,
reported 21 cases (1.08/1000) babies with
Down syndrome. This figure corresponds to
the average incidence rate, which is 1/1000
children were reported in many studies. If
this number be generalized, in Jakarta, with
a population of 8,498,709 and 231165 live
births or 2.72% per year, it will be found
about 231 cases of Down syndrome every
year. When this incident was expanded
throughout Indonesia with about 5 million
live births, it will meet about 5,000 new
cases of down syndrome annually
(Soetjinigsih & Ranuh, 2013).
In 2014, the incidence of down
syndrome was 1.0-1.2 per 1000 live births, of
which 20 years were previously reported 1.6
per 1,000 live births. An estimated 20% of
children with Down syndrome are born to
mothers aged over 35 years. Down
syndrome can occur in all races. The
incidences of down syndrome in the white
people is higher than black people
(Sutjiningsih, 2009).
Children with Down syndrome require a
multidisciplinary treatment. In addition to
handle by means of medical education of
children is also a concern as well as
participation of families. Medically, the child
with Down syndrome is same as a normal
child. Some of the circumstances in which a
child with Down Syndrome need special
attention, namely in terms of hearing,
congenital heart disease, vision, nutrition
and bone disorders. They also require health
Ngudi Waluyo Nursing Academy
care, immunization, medical emergencies as
well as the support and guidance of the
family (coping mechanisms) (Soetjiningsih,
2006).
If there is a family members who suffer
from down syndrome, it is expected the
family is able to recognize the disease
suffered by his family as a family function in
health care in a family, if a member is, the
family should be functioning 5 family duties,
including: Knowing the family health
problems, making decision on health
treatment appropriately, caring for family
members who sick, modifying a healthy
home environment, as well as utilizing
health facilities either the clinic or hospital.
Based on the above sequence, the
nursing care for patient with Down
syndrome is involving multidisciplinary. One
of them is a nurse. The nurse can help the
family in the patient with Down syndrome
treatment therefore the writer is interested
to make the management of growth
disorder in children with down syndrome.
The purpose of this paper is to enable the
writer to provide an overview on the
management of family with Down Syndrome
and
suffering
from
growth
and
developmental disorder.
METHOD
The management of patient in Mr. B
family especially Child R. The condition of
Child R is currently in mental retardation.
When the children aged 9 months, they
visited to Salatiga Hospital with a complaint
didn’t develop well, and then the doctor
stated that the child has mental retardation
which can inhibit growth and development.
When Child R is can not to speak, can not
open his own shirt and pants.
RESULT
The results of the analysis indicate that
(1) the deviations in pronunciation occur
regularly in each child, for instance, the
change of a certain phoneme occur in other
phonemes and it happens repeatedly; (2)
The phonological deviations in each child are
not the same according to their intelligence,
motoric
capability,
and
background
environment, (3) The phonological recovery
of children with mental retardation requires
a certain type of training, but this training
will never succeed without supporting and
conducive environment.
DISCUSSION
Inability of family coping (child
development) related to the inability of the
family to know the health problems. Nursing
diagnoses appeared based on the
assessment of the writer that the family did
not know the disease suffered by Child R and
Child R until now couldn’t talk, could not
arrange blocks, could not throw a ball, could
not wear their own clothes. The family didn’t
knowing about the disease of Child R and the
family said that Child R did not go to school,
and Child R did not like other children in the
same age. The writer formulated the
diagnosis of Inability family coping (child
development) related to the inability of
family to know the health problems.
Children with down syndrome who has
a growth and developmental disorder
required
physical
examination
and
investigation regularly by medical personnel,
to monitor and maintain their health. In
addition to health care, a child with down
syndrome need to be given early training of
therapy to be able to perform their daily
activities and can adapt to their
environment. Therefore, it needs the help of
family, friends, and the community to
support the development of down
syndrome. Good cooperation is needed from
various parties for the achievement of
health, growth and good development in
children with down syndrome (Kawanto and
Soedjatmiko, 2007: 189).
The inability of family to know the
health problems are the inability of family
to know and recognize the facts of health
problems, including the definition, signs and
symptoms, causes that influence and family
perception of the problem (Friedman, 1998)
in Dion and Betan (2013: 25 ). In connection
with the family did not know was not able to
recognize the health problems it is necessary
to provide health education to change
behavior so that the family wants to do the
treatment on Child R.
Ngudi Waluyo Nursing Academy
The writer raised this diagnosis as the
first diagnosis as seen from the nature of the
problem is a health threat to the value
scoring 3/3x1 = 1 if the situation does not
soon be overcome, will harm Child R
because the family did not understand about
the disease of Down Syndrome with growth
and developmental disorders.
A plan of action on Friday April 8, 2016,
gave health education, encourage to
stimulate
appropriate
development,
assessed the knowledge of down Syndrome
with growth and developmental disorder of
the extent to which understanding by the
family of the material that will be given and
as a measure of whether the education
provided can be understood by a family so
hopefully there will be differences in the
level of knowledge before and after health
education given.
Implementation was carried out on
Friday, April 8th, 2016 at 10:15 am at the
house of Mr. B which assessed the level of
knowledge of the family, by knowing the
level of understanding and knowledge about
Down syndrome in the family (Nanda, 2010),
provided
information
about
health
education, explained on the definition of
Down syndrome, the cause of Down
syndrome, this action found no obstacles
because the family wanted to answer the
appropriate questions of health education
about down syndrome. There was problem
of health education because of language
differences in delivering information as well
as the education level of the average family.
However, these obstacles can be overcomed
by the writer by using simple sentences.
Last evaluation indicated that the
problem was resolved with outcome that
Mr. B was able to re-explaining the
information from the writer. For the followup plan it is recommended to the family
always given good affection to Child R and
always paid attention including to provide
education at home. The family was also
advised to visit health services for
consultation on healthcare workers with the
aim to obtain additional information is
needed about down syndrome.
CONCLUSION
Based on the management of growth
and developmental disorder the family's
inability to recognize health problems in Mr.
B family especially Child R, the writer
concludes
that
the
growth
and
developmental disorder in the relation with
the family's inability to know health
problems can be resolved. And the result
after being given health education, the
family was able to re-explain on the
definition, causes, symptoms, prevention,
and how to care for a child with Down
syndrome
with
the
growth
and
developmental disorder.
SUGGESTION
For the educational institutions should
contribute in providing literatures about
caring for family and further improve the
conduct of the case management toward
students doing clinical practice of nursing.
The health services are expected to be
more active in providing health information
directly to the community, especially in
families with children with down syndrome
in
association
with
growth
and
developmental problems.
REFERENCES
Dion, Y. & Betan, Y. (2013), Asuhan
keperawatan keluarga kosep dan
praktik (1st edition). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kawanto. F. H dan Soedjatmiko. (2007).
Pemantauan tumbuh kembang anak
Down
Syndrome.
http://
SSaripediatri.idai.or.id/abstrak.asp?q=4
5.
NANDA.
(2013).
Aplikasi
Asuhan
Keperawatan Berdasarkan diagnisa
medis, 1st edition, Jakarta : EGC.
Soetjiningsih. (2009). Tumbuh kembang
anak. Jakarta EGC.
Ngudi Waluyo Nursing Academy
Ngudi Waluyo Nursing Academy
Ngudi Waluyo Nursing Academy
Download