KENDALIKAN AMERIKA DENGAN PENYADARAN PROF. DR. I. JACOB, Gurubesar Anthropologi Ragawi, UGM, Yogyakarta. Untuk melawan dan mengimbangi Amerika, perlu waktu yang cukup lama. Saat ini Amerika merupakan negara paling kuat. Ditandai semakin ganasnya menyerang Afghanistan, Irak dan bukan tidak mungkin di waktu-waktu yang akan datang menyerbu negeri-negeri , seperti Syria, Iran dan Korea Utara. Untuk mengerem tindakan Amerika, sangat membutuhkan kejadian yang spektakuler. Dengan munculnya fenomena globalisasi yang masuk ke negeri-negeri lain, akan membumerang dirinya sendiri. Contoh terkecil adalah, warganya sendiri untuk bersekolah sangat mahal biayanya atau lewat kredit dan terjadi untuk mengambil ijasah pun harus ditebus dengan hutang. Rakyat Amerika terkadang kurang beruntung, mereka cari pekerjaan ke negeri-negeri lain. Contoh lain yang membumerang Amerika adalah bangkitnya negeri-negeri lain dalam teknologi dan industri seperti Eropa Timur, Korea Selatan, India, dan Cina. Industri mereka yang maju, terutama negeri Cina sangat menyulitkan Amerika dalam memasarkan seperti produk tekstilnya. Kesulitan-kesulitan inilah yang membumerang Amerika dan diharapkan dapat menyadarkan untuk tidak berbuat sewenang-wenang terhadap negeri lain. Amerika paling doyan main hakim sendiri, uniteral, dan ini membuat negeri-negeri lain benci. Memperlakukan tawan perang di Guantanamo dengan sangat buruk, tetapi kegiatan di luar menggembargemborkan HAM. Amerika juga menjadi penjarah budaya terbesar, seperti melakukan pencurian bendabenda budaya yang ada di Afghanistan dan Irak untuk dilelang di NewYork. Amerika sangat mendesak negeri-negeri lain melaksanakan program antiteroris ke negeri-negeri lain dengan mengasosiasikan pelaku teroris adalah umat Islam, dengan melakukan teror ekonomi. Banyak uang Indonesia dilarikan ke luar negeri, Amerika tidak menolong hal itu. Amerika lebih tertarik untuk memburu teroris kekerasan. Bukan teroris ekonomi. Yang dapat meredam dan menyadarkan tentang bahaya sepak terjang Amerika, adalah memberikan pendidikan di pesantren dan akademisi. Sekaligus menarik simpati militer untuk mendukung teror ekonomi terhadap Indonesia. Bukan tidak mungkin, Indonesia akan dijadikan sasaran neokolonialisme baru atau negeri jajahan baru dalam bidang ekonomi. Taktik adalah dengan memiskikan duia dan membagi dunia menjadi 2 blok: miskin dan kaya. Orang miskin jumlahnya banyak tetapi secara kekuatan militer sangat kecil. Pemilu 2004 harus dapat memilih pemimpin Indonesia yang jujur dan adil. Sekaligus dapat melawan hegemoni Amerika agar tidak dijajah, carana dengan memperkuat sendi-sendi kehidupan berbangsa. ASYKURI IBN CHAMIM, SS, Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah. Saya optimis masa depan dunia akan baik, meski Amerika semakin agresif. Masalah-masalah hubungan internasional dapat diselesaikan, demikian pula dengan perdamaian dunia akan dapat diraih. Asal, jika lembaga-lembaga dunia melakukan kerja yang bertanggungjawab dan melakukan hubungan internasional dengan jujur dan lebih ilegaliter. Negara-negara harus punya kesungguhan untuk mengusahakan peran PBB. Untuk menanggulangi AS sangat tergantung negara-negara masing-masing, yang sudah terjadi di era globalisasi adalah memindahkan otoritas nasional kepada otoritas global, semisal MNC (Multinasional corporation). Ternyata sosial globalisasi ini tenyata juga merupakan kapitalisme global. Ada kaitan antara teror militer AS ke negara-negara ketiga dengan diekspornya kapitalisme ke negara –negara dunia ketiga. Implikasinya adalah terpasungnya kedaulatan nasional oleh kekuatan global. Untuk melawan dominasi global kita harus mandiri, swasembada, bebas hutang luar negeri, otoritas ekonomi dikendalikan kepada Indonesia sendiri. Karena dalam konteks sejarah dominasi asing terhadap negara suatu negara sering terjadi. Semua perspektif ditinjau dari barat, oleh negara dominator. Konsep pembangunan dipaksakan. Dominasi, menurut saya adalah pembangunanisme dan globalisasi. Seharusnya srategi kebijakan pembangunan negara harus dikendalikan ke negara masing-masing, bukan oleh negara asing. Untuk mencegah dominasi AS, harus diusahakan dengan politik domestik. AS, yakni saat ini pemenang pemilu di sana adalah kaum republik. Nanti kalau demokrat yang menang, diupayakan agar sekarang Amerika tidak seperti sekarang ini. Tidak semua orang AS setuju dengan kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahannya. Peninjauan baru atau neokolonialisme dijalankan AS dengan senjata militer dan ekonomi. Maka untuk melawannya negara-negara dunia ketiga harus menumbuhkan kemandirian dan agar tidak mudah didikte oleh kekuatan asing. BUDI ASY’ARI, Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah. Apa yang dilakukan Amerika sudah di luar batas kewajaran.Menandakan PBB sudah tidak berfungsi. Negara-negara anggota PBB harus mengupayakan secara sistemik untuk menguatkan PBB. Dibutuhkan solidaritas negara-negara dunia ketiga agar terjadi hubungan internasional yang lebih adil. Tapi kenyataannya negara-negara ketiga tidak solider dan punya kepentingan sendiri-sendiri. Contohnya ketika Irak diserang bukannya mendapat bantuan atau solidaritas negara-negara Arab. Penjajahan baru Amerika untuk membebaskan negara-negara dunia ketiga butuh waktu panjang. Posisi tawar negara maju sangat kuat sekali. Negara—negara nonblok harus mengupayakan solidaritas atau kerjasama selatan-selatan. Kerjasama antar negara miskin akan menguatkan mereka dan menaikkan posisi tawar terhadap negara kaya. Malasah ini juga sangat mambutuhkan waktu lama, karena sistem yang dibantu negara kaya sangat kuat sekali. Negara maju berusaha mencengkeram dunia ketiga dan tidak mudah untuk melepaskannya. SAUD EL HUJAJ, SS, Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah. Untuk menanggulangi dominasi Amerika dan negara-negara barat lainnya, kita harus berani menolak bantuan dan intervensi. Amerika dan kekuatan-kekuatan global lainnya melalui media komunikasi, IMF membuat negara-negara ketiga tidak lagi mampu mandiri, seperti Indonesia saat ini. Yang terpenting mengembangkan wacana penyadaran kepada dunia ketiga agar dapat memberikan counter hegemoni Amerika dan negara barat lainnya. Harus dibangun media yang mandiri, harus ada usaha dan tidak tergoda liberalisasi. Para pimpinan negeri ini sudah dihegemoni, demikian pula dengan rakyat yang ada di negara-negara berkembang sedang dalam tahap dihegemoni Amerika. Kampanye penyadaran anti hegemoni Amerika harus dimulai dari akar rumput agar menyadari kepentingan kemandirian ekonomi, pemikiran dan budaya. Saya sangat setuju yang dilakukan oleh Amerika adalah penjajahan barat atau neokolonialisme. Neokolonialisme adalah tangan kedua dari globalisasi dan liberalisasi. Pada saad ini negara-negara berkembang terpecah-pecah, Filipina, Indonesia, dan Malaysia berbeda dalam sikapnya ketika menghapi globalisasi. Mereka tidak punya common enem state (musuh bersama) sehingga bisa berbentuk solidaritas. Amerika, sangat tergantung parpolnya siapa yang berkuasa. Kekerasan militer yang dilakukan Amerika terhadap negara-negara berkembang adalah tergantung kepada siapa parpol yang berkuasa, dalam hal ini saat ini yang sedang berkuasa adalah partai Republik. Untuk menanggulangi Amerika yang seperti ini, harus dihadapi dengan kemandirian negara Indonesia dan negara-negara ketiga lainnya. Harus berani stop atau menghentikan bantuan asing. Bantuan yang selama ini diterima sebenarnya lahan untuk dikorup pimpinan kita sendiri. Beban hutang terus bertambah. ANDAR NUBUWO, SS, Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah. Rakyat punya kedaulatan sendiri. Harus dipikirkan bersama bagaimana menentang Amerika agar tidak melakukan tindakan sepihak kepada negara-negara dunia ketiga. Saat ini umat Islam belum bersatu. Perpecahan dalam tubuh umat Islam harus segera diatasi. Harus diupayakan satu sikap bagaimana menghadapi masalah-masalah dunia. Pan Arabisme hanya sekedar utopia. Tidak mewujud dalam langkah konkret. Masing-masing dalam tubuh umat Islam, punya kepentingan sendiri –sendiri yang tidak saling dicari titik temunya. IMF dan negara-negara donor lainnya masih memberikan dananya kepada negara-negara dunia ketiga. Ada intervensi, kekuatan kapitalisme, dan pemerintah tidak kritis terhadap fenomena-fenomena ini. Menurut saya, kita harus mampu dan menumbuhkan kesadaran kritis agar tidak didikte pihak asing. Kaum intelektual harus bertanggungjawab agar kekritisan warga negara diusahakan agar selamat dari intervensi dan dominasi asing. Dengan kemandirian ini, kita bisa keluar dari lilitan dominasi asing, hutang luar negeri dan penjajahan baru atau neokolonialisme.*** Bahan: nafi. Penulis: ru. Sumber: Suara Muhammadiyah Edisi 2 2004