HubunganAntara Perubahan Sosial Dan Hukum Sebagai Alat atau Sarana Untuk Mengubah Masyarakat Ritha Tuken Abstract: Basically law changes strating from such a disparity. Due to the nature of the rigid law is written, then from the beginning would have to be expected that in the course of time the law will always be difficult to adapt to changes. Hence arises when teh gap between the law with something changes in society, the gap was actually included a normal thing. The situation will be different, if the gap has reached a level such that the need for change is marked by behavioral of society members, who no longer feel the obligations required by law, as something that must be run. One of the development in a society that requires a special adaptation of the law, is the field of modern technology and medical. Kata – kata kunci: Perubahan sosial, Hukum, Masyarakat Hukum bisa berfungsi medngendalikan masyarakat dan bisa juga menjadi sarana untuk melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Dalam penelitian ini membicarakan tentang bagaimana hukum itu dipakai sebagai sarana yang demikian tadi, dimulai dari pembicaraan mengenai hukum dalam konteks perubahan masyarakat. Salah satu masalah penting yang dihadapi oleh setiap sistem adalah bagaimana bisa mempertahankan kelangsungan hidup ditengah-tengah tarikan perubahanperubahan tersebut. Tantangan ini bisa dijawab dengan memberikan jawaban, atau hancur., atau mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut sehingga bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya. Suatu sistem dikatakan hancur, mana kala sebagai akibat dari pertukarannya, dengan perubahan-perubahan tersebut ia tidak mampu mempertahankan eksistensinya, sehingga harus mengala terhadap tekanan perubahan tersebut. Sebaliknya, apabila ia sanggup mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan mampu berpartisipasi dengan baik terhadap perubahan-perubahan yang terjadi disekelilingnya, maka sistem itu akan hidup terus. Perubahan-perubahan pada masyarakat-masyarakat di dunia dewasa ini, merupakan gejala yang normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat kebagianbagian lain dari dunia , berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru dibidang teknologi, terjadinya suatu revolusi, modernisasi pendidikan, dan seterusnya terjadi disuatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lai yang letaknya jauh dari tempat tersebut. Namun demikian perubahan tersebut hanya akan dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dari kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan kehidupan masyarakat dalam waktu yang lampau. Seseorang yang tidak sempat untuk menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di Indonesia, misalnya akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan demikan itu biasanya didasarkan atas suatu pandangan sepintas lalu yang kurang mendalam dan kurang teliti, oleh karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu di dalam perkembangannya sepanjang masa. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi, susunan lembagalembagakemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Oleh karena luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut, maka bila mana seseorang hendak membuat uraian tentang perubahan dalam masyarakat, perlulah terlebih dahulu ditentukan secara tegas, perubahan mengenai hal apa yang dimaksudkan olehnya, sebagai titik tolak kerangka pikir. HUKUM BERHADAPAN DENGAN PERUBAHAN Pada uraian terdahulu pernah dibicarakan mengenai hakekat dari hukum yang berlaku pada suatu wilayah tertentu itu sebagai suatu sistem, oleh karena itulah ia juga disebut sebagai ” Sistem hukum”. Bagaimanapun perubahan itu dikatakan selalu terjadi namun sifatnya bisa berlain-lainan, yang untuk mudahnya bisa digolongkan ke dalam suatu kategori, masing-masing adalah, (1) Perubahan yang lambat, yang incremental, bertambah sedikitdemi sedikit dan (2) Perubahan dalam skala besar, perubahan, revolusioner, Masing-masing perubahan tersebutmelontarkan persoalan-persoalannya sendiri, sedangkan hukum juga harus bisa menemukan cara-cara yang berbeda pula untuk melakukan adaptasi terhadap masing-masing perubahan tersebut. Menghadapi perubahan yang lambat, adaptasi itu barang kali cukup dilakukan dengan melakukan perubahan kecil-kecilan pada tatanan peraturan yang ada, baik dengan cara mengubah maupun dengan menambahnya. Metode penafsiran dan kontruksi juga termasuk pada perlengkapan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang tidak berskala besar. Lain lagi soalnya apabila perubahan itu bersifat besar-besaran yang untuk itu suatu adaptasi kecil-kecilan seperti barusan diuraikan tentunya tidak cukup untuk mengatasinya. Disini harus terjadi penyusaian yang bersifat revolusioner. Pada waktu dibicarakan perkembangan hukum di Eropa pada baba terdahulu, kita sebetulnya dihadapkan kepada contoh-contoh yang baik sekali mengenai berlangsungnya perubahan-perubahan besar dalam hukum. Peralihan dari Standestaat ke msyarakat sipil, misalnya, merupakan perubahan besar-besaran yang menghendaki agar hukumnya diubah sama sekali dan pada saat itu kita mulai melihat lahirnya suatu konsep hukum modern yang hanya mengenal satu sumber kekuasan dalam masyarakat. Perubahan hukum merupakan masalah penting, antara lain disebutkan karena hukum itu pada dewasa ini umumnya memakai bentuk tertulis. Dengan pemakaian bentuk ini memang kepastian lebih terjamin, namun ongkos yang harus dibayarnya pun cukup mahal juga, yaitu berupa kesulitan untuk melakukan adaptasi yang cukup cepat terhadap perubahan di sekelilingnya. Karena tertulis hukum lalu menjadi kaku, lain hal dengan hukum kebiasaan yang karena bentuknya lebih mudah melakukan adaptasi itu. Singkatnya pada hukum tertulis mudah tercipta kesenjangan antara peraturan hukum dengan yang diaturnya (Raharjo, 1979: 56-69). Menurut Arnold M. Rose dalam Soekanto Soerjono (2006: 108) mengemukakan adanya tiga teori umum perihal perubahan – perubahan sosial, yang kemudian dihubungkan dengan hukum. Ketiga teori umum itu sebetulnya lebih banyak menyangkut sebab utama terjadinya perubahan-perubahan sosial, yakni masingmasing: 1. Kumulasi yang progresif dari pada penemuan – penemuan di bidang teknologi 2. Kontak atau konflik antar kebudayaan, dan 3. Gerakan sosial (social movement) Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat, dalam arti bahwa hukum mungkin dipergunakan sebagai suatu alat oleh agent of change . Agent of change atau pelopor perubahan adalah seseorang atau kelompok orang yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Suatu perubahan sosial yang dikehendaki atau direncanakan , selalu berada dibawah pengendalian serta pengawasan pelopor perubahan tersebut. Cara-cara untuk mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu, dinamakan social engineering atau social planning . Hukum Sebagai Sarana Pengatur Perilakuan Sebagai sarana social engeering, hukum mkerupakan suatu sarana yang ditujukan untuk mengubah perilakuan warga masyarakat, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu masalah yang dihadapi dalam bidang ini adalah apabila terjadi apa yang dinamakan oleh Gunnar Myrdal sebagai soft development di mana hukum-hukum tertentu yang dibentuk dan ditetapkan, ternyata tidak efektif. Gejala-gejala semacam itu akan timbul, apabila ada faktor- faktor tertentu yang menjadi halangan. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari pembentuk hukum, penegak hukum, para pencari keadilan ( justitiabelen) maupun golongan-golongan lain di dalam masyarakat. Faktor-faktor itulah yang harus diidentifikasikan, karena merupakan suatu kelemahan yang terjadi kalau hanya tujuan-tujuan yang dirumuskan, tanpa mempertimbangkan sarana-sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kalauhukum merupakan sarana yang dipilih untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut maka prosesnya tidak h anya berhenti pada pemilihan hukum sebagai sarana saj. HUKUM SEBAGAI SARANA REKAYASA SOSIAL. Salah satu ciri menonjol dari hukum pada masyarakat moderen adalah penggunaannya secara sadar oleh masyarakatnya. Di sini hukum tidak hanya dipakai untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingka laku yang terdapat dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengarahkannyakepada tujuan-tujuan yang dikehendaki, menghapuskan kebiasaan yang dipandangnya tidak sesuai lagi, menciptakan pola-pola kelakuan baru dan sebagainya. Inilah yang disebut sebagai pandangan modern. Keadaan yang demikian iti berbeda sekali dengan pandangan atau konsep hukum yang lain, seperti yang diajarkan oleh aliran sejarah. Pemuka utama dari aliran tersebut, yaitu Friedrich Karl Von Savigny, yang juga sering disebut sebagai pendiri aliran sejarah tersebut, mengatakan bahwa hukum itu merupakan ekspresi dari kesadaran umun atau semangat dari rakyat ( Volksgeisit). Savigny mempertahankan pendapat bahwa hukum itu pertama-tama dilahirkan dari kebiasaan dan kesadaran umum masyarakat.kemudian dari keputusan hakim, tetapi bagaimanapun juga diciptakan dari kekuatan-kekuatan dari alam yang bekerja secara diam-diam, dan tidak oleh kemauan sendiri dari pembuat undang-undang. Konsep tersebut memang didukung oleh kenyataan dalam sejarah, yaitu pada masyarakat-masyarakat yang masih sederhana sifatnya. Pada masyarakat-masyarakat eperti itu memang tidak dijumpai peranan dari pembuat undang-undang seperti pada masyarakat modern sekarang ini. Peranan dari hukum kebiasaan adalah lebih menonjol. Sorokin telah menggambarkan pangangan dari masyarakat modern tentang hukum itu dengan cukup tajam, yaitu sebagai: “ Hukum buatan manusia, yang sering hanya berupa instrumen untuk mendudukkan dan mengeksploitasi suatu golongan oleh golongan lain. Tujuannya adalah sepenuhnya utilitarian: keselamatan hidup manusia, keamanan harta benda dan pemilikan, keamanan dan ketertiban, kebahagiaan dan kesejakteraan atau dari masyarakat seluruhnya, atau dari golongan yang berkuasan dalam masyarakat. Norma-normanya bersefat relatif, bisa diubah dan bergantung pada keadaan. Dalam sitem hukum yang demikian itu tidak ada yang dianggap abadi atau suci....” Adanya hubungan fungsional antara sistem hukum yang dipakai dan (struktur) masyarakatnya sebetulnya sudah diuraikan oleh emile. Durkeim, pada waktu ia membicarakan tentang hubungan antara kualitas solidaritas antara anggota-anggota masyarakat dengan sistem hukum yang dipakainya. Durhein membedakan antara” masyarakat dengan solidaritas mekanik” dengan “masyarakat dengan solidaritas organik” Masyarakat dengan solidaritas yang disebut pertama adalah yang mendasarkan pada sifat kebersamaan dari pada anggotanya. Sedangkan yang kedua mendasarkan pada individualitas dan kebesaran dari para anggotanya. Masyarakat solidaritas mekanik dipertahankan oleh sisten hukum represif, sedangkan masyarakat solidaritas organik oleh sistem hukum restitutif. Dengan mengutif istilah dalam ilmu tehnik, penggunaan hukum secara sadar untuk mengubah masyarakat itu disebut sebagai social engineering atau lengkapnya social ingineering by law. Langkah yang diambil dalam social engineering bersifat semetris, dimulai dari identifikasi probel sampai kepada jalan pemecahannya yaitu: a. Mengenal problem yang dihadapi sebaik-baiknya. Termasuk di dalamnyamengenali dengan saksama masyarakat yang hendak menjadi sasaran dari penggarapan tersebut. b. Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting dalam hal social engineering itu hendak diterapkan pada masyarakat dengan sektor-sektor kehidupan majemuk, seperti: tradisional, modern dan perencanaan . Pada tahap ini ditentukan nilai-nilai dari sektor mana yang dipilih. c. Membuat hipoteswa- hipotesa dan memilih mana yang paling layak untuk bisa dilaksanakan. d. Mengikuti jalannya penerapan hukum dan mengatur efek-efeknya. Sekalipun orang pada zaman modern sekarang ini mempunyai kesadaran tentang penggunaan hukum untuk menyusun dan mengubah masyarakat yang demikian itu, namun masih harus dipertanyakan, “seberapa jaug hukum itu mampudipakai sebagai instrumen yang demikian itu?”. Hukum tetap dipakai sebagai instrmen yang dipakai secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu. Hanya dalam menilai proses pencapaian tujuan itu kita tidak boleh berpikir seperti dalam ilmu-ilmu alam. Yang jelas, prosesnya akan berlangsung cukup panjang dan efek yang ditimbulkannya bisa merupakan efek yang sifatnya berantai. Dalam keadaan yang demikian ini, hukum bisa digolongkan kedalam faktor penggerak mula, yaitu yang memberkan doronganpertama secara sistematik. Suatu contoh baik sekali mengenai proses yang demikian itu adalah suatu keputusan yang dibuat oleh Supreme Court Amerika serikat pada tahun 1954yang menyatakan, bahwa pemisahan rasial pada sekolah-sekolah pemerintah adalah tidak konstitusional. Kalau perhatian, maka penggunaan hukum untuk melakukan nperubahanperubahan dalam masyarakat berhubungan erat dengan konsep penyelenggaraan kehidupan sosial- ekonomi dalam masyarakat. Apabila yang berpendapat, bahwa proses-proses sosial ekonomi itu hendaknya dibiarkan berjalan menurut hukum-hukum kemasyarakatan sendiri maka hukum tidak akan digunakan sebagai instrumen perubahan yang demikian itu. Oleh karena itu peranan hukum berkaitan erat dengan konsep perkembangan masyarakat yang didasarkan pada perencanaan. KESIMPULAN 1. Hukum menghadapi perubahan yang lambat, adaptasi itu barangkali cukup dilakukan dengan melakukan perubahan kecil-kecilan pada tatanan peraturan yang ada, baik dengan cara mengubah maupun dengan menambahnya. Metoda penafsiran dan kontruksi juga termasuk pada perlengkapan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang tidak berskala besar. 2. Hukum sebagai sarana instrumen yang dipakai secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu. Hanya dalam menilai proses pencapaian tujuan itu kita tidak boleh berpikir seperti dalam ilmu-ilmu alam.Yang jelas, prosesnya akan berlangsung cukup panjang dan efek yang ditimbulkannya bisa merupakan efek yang sifatnya berantai. DAFTAR RUJUKAN Ali , Achmad 2002. Menguak Tabir Hukum ( Suatu Kajian Filosifis dan sosiologis); Candra Pratama . Raharjo Satjipto, 2006. Ilmu Hukum ; PT. Citra Aditiya Bakti Bandung Soekanto Soerjono, 1988 Pokok-pkok Sosiologis Hukum Raja Grafindo Persada. Jakarta. Lev, Daniel.S. 1971 Hukum dalam Masyarakat- masyarakat yang sedang Berubah Hukum dan Keadilan. Nomor 2 tahun ke II.