Area Laut Jawa Ikan Demersal/Dasar - E

advertisement
Vol.13.No.1.Th.2006
Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Di Perairan Selat Madura
Dengan Menggunakan Metode Holistik Serta Analisis Ekonominya
Firman Farid Muhsonim, Candra Nuraini
* Jurusan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo,
Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal Bangkalan Madura.
The Study of Exploration Fish Resources In Madura Strait with Holistic Methods And Economic Analysis
ABSTRACT
Background : The condition Study of Exploration Fish Resources In Strait Madura with Holistic Methods And Also
Economic Analysis Condition of territorial Strait Madura is over-fishing do not be strenghtened with data until how
big the condition to each fishery type catch. This matter is known of slower information so that alternative
management pattern very difficult to be applied.
Methods : This research aim to get information mount fish resource exploiting in Strait Madura and economic study
from some appliance catch. Exploiting fish resource storey with holistic analysis and economic study use NPV
analysis and Gross B /C Ratio.
Result : The result of the research showed that optimal effort pelagis (Eopt) was 461385.99 trip/year and total catch
(Cmsy) 46500.06 ton/year and over fishing was occurred since year 1997. The optimal demersal effort (Eopt) was
758962.95 trip / year and total catch (Cmsy) 24999.80 ton/year when over fishing happened since three the last year.
Economic analysis is arrest use appliance catch Dogol (NPV=4608030) and Payang (NPV=167,757,444). While
appliance catch gill net (NPV=-2858528) and net trammel (NPV=-671832) is conclusion improper.
Key words : Madura strait, method holistic, Over fishing
ABSTRAK
Latar Belakang : Kondisi perairan Selat Madura yang over-fishing tidak diperkuat dengan data sampai seberapa besar
kondisi tersebut untuk setiap jenis perikanan tangkap. Hal ini diketahui belakangan informasi lebih lambat sehingga
pola manajemen alternatif sangat sulit untuk diterapkan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Selat Madura dan kajian ekonomi dari beberapa alat tangkap.
Metode : Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dikaji dengan analisis holistic dan kajian ekonomi menggunakan
analisa NPV dan Gross B/C Ratio.
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan untuk perikanan pelagis effort optimal (Eopt) 461385.99 trip/tahun dan
total hasil tangkapan pada kondisi keseimbangan (Cmsy) 46500.06 ton/tahun maka terjadi over fishing sejak tahun
1997. Perikanan demersal menunjukkan effort optimal (Eopt) mencapai 758962.95 trip/tahun dan total produksi
keseimbangan (Cmsy) 24999.80 ton/tahun maka kondisi over fishing terjadi sejak tiga tahun terakhir. Analisis
ekonomi penangkapan yang layak adalah penangkapan menggunakan alat tangkap Dogol (NPV=4608030) dan Payang
(NPV=167,757,444). Sedangkan alat tangkap gill net (NPV=-2858528) dan trammel net (NPV=-671832) disimpulkan
tidak layak.
Kata kunci : Selat Madura, metode holistik, over fishing
87
Jurnal Protein
Muhsonim, dan Nuraini
PENDAHULUAN
Berdasarkan karakteristik sumberdaya,
faktor oseanografi, dan status pemanfaatannya,
perikanan laut Jawa Timur bisa dipisahkan
menjadi empat area, yaitu: (1) wilayah perairan
utara Jawa Timur, (2) wilayah perairan Selat
Madura, (3) perairan Selat Bali, dan (4) wilayah
perairan Selatan Jawa Timur (Anonymous, 2003).
Kondisi perairan Selat Madura yang overfishing tidak diperkuat dengan data sampai seberapa
besar kondisi tersebut untuk setiap jenis perikanan
tangkap. Hal ini diketahui belakangan (informasi
lebih lambat) sehingga konsekuensinya, pola
manajemen alternatif sangat sulit untuk diterapkan.
Sebagai contoh pola menejemen effort
(pembatasan alat) mengalami kendala, pengadaan
tenaga kerja dan perahu (kapal penangkap) sudah
terlanjur ada di sana. Nelayan tidak menunjukkan
respons yang sensitif terhadap keberadaan
sumberdaya ikan tersebut, maka penurunan CpUE
(Catch per Unit Effort) tidak segera diikuti dengan
pencarian alternatif lain yang lebih menguntungkan
oleh nelayan.
Banyak model yang digunakan untuk
menduga besarnya potensi perikanan laut yaitu :
model holistik (holistic models) dan model analisis
(analitycal models). Model holistic menganggap
suatu stok ikan sebagai suatu biomassa yang
homogen yang tidak memperdulikan struktur
panjang dan umur dari stok. Sedangkan model
analitik dengan menggunakan stuktur panjang dan
umur dari tok (Sparre, P., E. Ursin dan S. C.
Venema. 1996).
Permasalahan yang dihadapi perikanan selat
Madura adalah (1) penerapan sistem eksploitasi
pada tingkat nelayan yang cenderung bersifat
open access, dan (2) perencanaan kebijakan
perikanan laut belum didasari oleh informasi
tentang status pemanfaatan sumberdaya yang
cukup akurat (Anonymous, 2003).
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan
informasi tentang sampai seberapa jauh tingkat
pemanfaatannya yang dipergunakan sebagai
pedoman penentuan
alternatif
pengelolaan
sumberdaya ikan di perairan Selat Madura. Serta
mengetahui seberapa besar kajian ekonomi dari
beberapa alat tangkap di perairan selat Madura.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode
survey.
88
Pendekatan holistik ini menggunakan model
Surplus Produksi seperti yang telah diajukan oleh
Scaefer, Fox sebagai equilibrium model dan
Wolter & Hilborn, Schnute sebagai Nonequilibrium state model. Untuk keperluan ini
digunakan data statistik perikanan Jawa Timur
tahun 1995 sampai dengan 2003

equilibrium model
Menurut model ini, bahwa hasil tangkap
mempunyai hubungan linier negatif, yaitu :
CpUE = a – b f ..................................... (a)
Maka :
Upaya penangkapan optimum (fopt) = a / 2b
Maksimum Sustainable Yield (YMSY) = a2 /
4b

Non-equilibrium state model
Untuk mengestimasi stok beberapa
tahun kedepan dapat menggunakan persamaan
regresi multi linier, maka dapat diketahui
persamaan (Wiadnya D.G.R. et al, 1993) :
(Ut+1 – Ut) = r * Ut – (r/ (k*q)) * Ut2 – q*Ut*Et
..................................................................(b)
maka :
Ce = (r*k) / 4 (penangkapan optimum)
Ee = r/ (2*q) (Effort optimum)
Ue = (q*k) / 2 (CpUE optimum)
Pe = k / 2 (stok biomas pada kondisi
keseimbangan)
Analisis Ekonomi Penangkapan
Analisis ekonomi didapatkan dari sampling
beberapa alat tangkap yang ada di perairan Selat
Madura. Dari hasil survey didapatkan data besar
capitas, cost dan benefit dari alat tangkap tersebut.
Data tersebut dilakukan analisa beberapa analisis
perhitungan. Beberapa kriteria yang digunakan
dalam menghitung analisis proyek penangkapan
antara adalah : Net Present Value (NPV), Gross
Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio)
(Pudjosumarto, M., 1995).
a. Net Present Value
Merupakan selisih antara (Benefit)
dengan pengeluaran yang telah dilaksanakan
nilai uang saat ini dengan nilai uang akan
kriteria ini mengatakan bahwa usaha ini akan
layak atau tidaknya apabila nilai NPV > 0,
dapat dihitung dengan persamaan .4
Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Vol.13.No.1.Th.2006
n
NPV   B  C  K ……...................…(c)
F 1
Keterangan :
K
B
C
b.
=
merupakan capital yang
digunakan pada periode
investasi
= penarikan pada tahun ke 1 – n
= pengeluaran pada tahun 1 – n
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Merupakan perbandingan dari jumlah
benefit biaya kotor yang telah dilaksanakan.
Suatu usaha yang akan dipilih apabila
mempunyai nilai gross B/C > 1, Gross B/C
dapat dihitung. 4
Gross B/C :
B
……………...…. (d)
CK
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Fisik Perairan Selat Madura
Perairan Selat Madura bisa dikatakan
sebagai wilayah laut semi tertutup oleh Muara
Kamal di bagian barat dan gugus pulau-pulau
kecil di bagian timur. Hampir kesuluruhan
area merupakan wilayah pantai dangkal,
terlindung, gelombang relatif rendah dan bisa
diakses oleh hampir seluruh armada perikanan
yang ada, termasuk armada perikanan skala
kecil. Kabupaten yang berhubungan dengan
Selat Madura selain kabupaten yang ada di
Madura adalah Kabupaten/Kota Surabaya,
Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo
Tabel 1. Data oseanografi masing-masing wilayah penangkapan di Jawa Timur
NO
Parameter
Waktu
Area Selat Madura
Desember – Mei
29.0
1.
SST (0C)
Juni –November
27.0 - 29.0
Max
82
2.
Depth
Rata-rata
19
Trench (DST)
Pebruari
18-38
3.
Arus (cm/det)
Agustus
6-12
4.
Tinggi Gelombang (m)
0-1
5.
Up-Welling
Pebruari
39
6.
Topography at sea level (cm)
Agustus
43
Desember – Mei
1
7.
Produktifitas primer (PP)
Juni – November
1
Desember – Mei
0.1
3
8.
Klorofil (mg/m )
Juni – November
0.3
Desember – Mei
20
9.
Kecerahan (m)
Juni – November
20
Desember – Mei
4
10. O2 permukaan (ml/l)
Juni – November
4.5
Desember – Mei
3.5
kedalaman 100m
Juni-November
3
Desember – Mei
kedalaman 400m
Juni – November
Sumber : Atlas Oseanologi Perairan Indonesia dan Sekitarnya (1975)
Keterangan : **
= Daerah yang mempunyai up-welling besar
SST = Sea Surface Temperature
DST = Double Sunda Trench
2. Status Pemanfaatan Sumberdaya
Tingkat pemanfaatan dibagi menjadi
menurut jenis alat, yaitu : Status pemanfaatan
untuk alat demersal dan status pemanfaatan
untuk alat pelagis/permukaan untuk wilayah
perairan Selat Madura. qDalam melakukan
pendugaan status pemanfaatan sumberdaya
perikanan
hanya
dilakukan
dengan
89
Muhsonim, dan Nuraini
menggunakan jaring. Jenis alat tangkap
pancing yang sangat selektif tidak bisa
memberikan indikasi bahwa alat tersebut
berpengaruh terhadap peluang over-fishing.
Alat tangkap seperti bubu dan sero juga juga
tidak bisa digunakan sebagai data penduga
status pemanfaatan sumberdaya. Hal ini
disebabkan karena data yang tersedia kurang
mencukupi sehingga menghasilkan bias yang
terlalu tinggi.
3. Konversi Alat Tangkap
Alat yang digunakan sebagai effort
standar pada jenis alat permukaan atau pelagis
wilayah Selat Madura adalah purse seine.
Konversi
alat
dilakukan
dengan
membandingkan nilai hasil tangkapan per
satuan usaha (CpUE) alat lain ke dalam alat
standar. Satuan CpUE yang digunakan adalah
ton per trip. Sedangkan data yang digunakan
adalah standar statistik time seri perikanan
Jawa Timur sejak tahun 1995 – 2003.
Alat tangkap pelagis hasil konversi
payang terhadap purse seine mendapatkan
bahwa 1 unit purse seine setara dengan 4,77
unit payang. Sementara 1 unit purse seine
setara dengan 18,12 unit dogol. Dengan cara
yang sama, dalam usaha untuk mencapai total
hasil tangkapan setara purse seine, jaring
Jurnal Protein
insang hanyut yang dibutuhkan adalah setara
33,86 unit
Alat tangkap yang digunakan sebagai
effort standar pada jenis alat demersal adalah
dogol untuk perairan Selat Madura. Pada
perairan Selat Madura untuk alat demersal
dimana dogol sebagai alat standart, hasil
konversi 1 unit dogol setara dengan nilai 2,8
unit payang. Dengan demikian, 1 unit trip dari
alat dogol standar akan setara dengan 2,8 trip
dari alat tangkap payang. 1 unit dogol setara
dengan 2,61 unit Purse seine , 1 unit dogol
setara dengan 6,13 unit jaring insang hanyut.
4. Perikanan Pelagis Wilayah Perairan Selat
Madura
Perkembangan jumlah effort standar
dan total hasil tangkap perikanan pelagis di
perairan Selat Madura disajikan pada Tabel 2.
Estimasi status pemanfaatan sumberdaya
menggunakan rata-rata dari keempat model
(tabel 3). Hasil estimasi mendapatkan bahwa
jumlah effort optimal (Eopt) bagi perikanan
pelagis di perairan Selat Madura setara
461385.99 trip per tahun. Sedangkan total
hasil tangkapan pada kondisi keseimbangan
(Cmsy) dicapai pada 46500.06 ton per tahun.
Tabel 2. Perkembangan jumlah effort standar purse seine dan hasil tangkapan
total dari alat standar effort pelagis di perairan Selat Madura
E - Standarisasi Pukat Cincin/
Thn
C - Ikan Pelagis
U
Purse Seine
(trip)
(ton)
(TON/TRIP)
1995
242779
43346.02
0.1785
1996
317050
45614.21
0.1439
1997
272706
51572.64
0.1891
1998
308496
46443.82
0.1505
1999
291937
49536.20
0.1697
2000
296409
60190.76
0.2031
2001
289894
60975.78
0.2103
2002
296946
77131.59
0.2597
2003
1341395
71794.03
0.0535
90
Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Vol.13.No.1.Th.2006
Tabel 3. Status Pemanfaatan Area Sealt Madura Ikan Pelagis/Permukaan
Model
Schaefer
Fox
Walter
Hilborn
Shnute
Rerata
E opt (trip) C opt (ton) U opt (ton/trip)
r
q
k
(ton/th)
877551.29
846221.02
98872.30
81148.30
0.113
0.096
55311.21
1400.30
0.025
0.3612 0.0000033 15508.54
66460.46
461385.99
4579.33
46500.06
0.069
0.08
0.3897 0.0000029 47000.99
0.3754 0.0000031 31254.77
Indikasi over-fishing perikanan pelagis
di perairan Selat Madura sudah terjadi pada
tahun 1997. Kenaikan yang siknifikan
terhadap penangkapan pada tahun-tahun
terakhir akan menyebabkan kondisi overfishing semakin parah (gambar 1).
Gambar 1. Perbandingan antar C msy dengan penangkapan pada tiap tahun (1995-2003) pada
perikanan Pelagis Selat Madura.
5. Perikanan Demersal pada Wilayah
Perairan Selat Madura
Perkembangan jumlah effort dan hasil
tangkapan perikanan demersal di perairan
Selat Madura disajikan pada Tabel 4. Hasil
analisis menggunakan metode Scaefer, model
fox dan Walter Hilborn, dan tidak
menggunakan
model
Shnute
karena
mempunyai bias yang besar.
Tabel 4. Perkembangan jumlah effort standar Dogol dan hasil tangkapan total
dari alat standar effort pelagisn di perairan Selat Madura
E - Standararisasi Dogol C – Ikan demersal
U
Thn
(trip)
(ton)
(TON/TRIP)
1995
346821
19571.275
0.0564
1996
414160
22055.61
0.0533
1997
403800
21443.395
0.0531
1998
378946
20342.925
0.0537
1999
429883
18781.41
0.0437
2000
380564
23141.388
0.0608
2001
358470
27087.1
0.0756
2002
347671
27350.704
0.0787
2003
1819056
28118.844
0.0155
91
Jurnal Protein
Muhsonim, dan Nuraini
Tabel 5. Status Pemanfaatan Area Selat Madura Ikan Demersal
U opt
Model
E opt (trip) C opt (ton)
r
q
k (ton/th)
(ton/trip)
Schaefer
1134572.15 40635.97
0.036
Fox
1063551.79 32821.91
0.031
Walter Hilborn
78764.91
1541.51
0.020 0.5078 0.0000032 12143.10
Shnute
198470.01 226336.58
1.140 0.9487 0.0000024 954284.77
Rata-rata
618839.72 75334.00
0.307 0.7282 0.0000028 483213.93
Rata-rata (Schaefer, fox dan
758962.95 24999.80
0.03
walter Hilborn)
Dan
hasil
dari
perhitungan
mendapatkan bahwa jumlah effort optimal
(Eopt) di wilayah perairan Selat Madura
untuk
perikanan
demersal
mencapai
758962.95 trip/tahun setara dengan Dogol.
Sedangkan total produksi keseimbangan
adalah sekitar 24999.80 ton/tahun. Eksploitasi
perikanan demersal di perairan Selat Madura
cenderung melewati batas kemampuan
pemulihan stok sumberdaya atau telah
mengalami over fishing (Gambar 2).
Kelebihan tangkap/over fishing terjadi pada
tiga tahun terahir. Tingginya tekanan
sumberdaya ikan demersal di perairan Selat
Madura sudah terjadi ketika semakin
berkembangnya jumlah alat tangkap dan
teknologi penangkapan di Selat Madura
Gambar 2. Perbandingan antar C msy dengan penangkapan pada tiap tahun
(1995-2003) pada perikanan Demersal Selat Madura.
Dengan memperhatikan kelestarian
stok
dan
kemampuan
pemulihan
sumberdaya,
status
pemanfaatan
sumberdaya perikanan pelagis dan
demersal di perairan Selat Madura sudah
melebihi kapasitas kemampuan stok
sumberdaya. Hal ini bisa dilihat dari
indikator: (i) ukuran ikan yang tertangkap;
(ii) kepadatan armada berdasarkan
perkiraan
luas
daerah
operasi
penangkapan; (iii) dan tidak seimbangnya
antara kapasitas stok dengan jumlah effort
yang beroperasi.
92
6. Analisis Ekonomi Bidang Penangkapan
Perhitungan Analisis penangkapan
dilakukan selama 6 tahun. Besar discount
factor yang digunakan sebesar 12% sesuai
dengan yang disebutkan oleh Gittinger J.P.
(1986), menyatakan bahwa untuk negaranegara sedang berkembang pengukuran suatu
proyek usaha menggunakan discount factor
diasumsikan sebesar 8%-15% dalam nilai
yang sebenarnya. Angka yang dipilih adalah
12%, untuk itu hasil perhitungan analisis
penangkapan di Selat Madura menggunakan
discount factor 12%.
Perhitungan
analisis
ekonomi
dilakukan
dengan
2
perbandingan,
perbandingan pertama adalah dilakukan
Kajian Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Vol.13.No.1.Th.2006
setelah terjadi kenaikan BBM (Tabel 6) dan
perhitungan kedua dilakukan sebelum
kenaikan BBM (Tabel 7). Dari perhitungan
pertama dengan asumsi kenaikan BBM
menunjukkan
bahwa
analisis
proyek
penangkapan yang layak/menguntungkan
adalah penangkapan menggunakan alat
tangkap Dogol/cantrang (NPV = 4608030)
dan Payang (NPV = 167,757,444). Proyek
dikatakan layak bila nilai NPV > 0.
Sedangkan alat tangkap gill net (NPV = 2858528) dan trammel net ( NPV = -671832)
disimpulkan tidak layak karena nilai NPV < 0.
Sedangkan kalau dilihat dari perhitungan
Gross B/C menunjukkan bahwa Dogol dan
payang layak karena nilai Gross B/C >1. Dari
hasil analisis menunjukkan bahwa alat
tangkap payang merupakan alat tangkap yang
paling menguntungkan. Hal ini karena jika
dibandingkan dengan alat tangkap lain payang
merupakan alat tangkap yang skala besar dan
menggunakan teknologi yang lebih modern.
Perbandingan analisis ekonomi dari
sesudah kenaikan BBM (tabel 6) dan sebelum
kenaikan BBM (tabel 7) menunjukkan
perbedaan yang sangat signifikan. Sebelum
kenaikan BBM dari keempat alat tangkap
menunjukkan keuntungan dengan nilai NPV
untuk alat tangkap gill net (3406185),
Trammel net (3224369), Dogol (71060700)
dan payang (234865284). Sedangkan setelah
terjadinya kenaikan BBM dari RP 2.500
menjadi Rp 4.500 untuk alat tangkap gill net
dan trammel net dianggap tidak layak atau
merugi, sedangkan alat tangkap dogol dan
payang mengalami penurunan keuntungan.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar
dengan kenaikan BBM memerlukan upaya
yang lebih besar, dengan cara antara lain
melakukan penangkapan ke daerah yang lebih
luas atau memperbanyak waktu penangkapan.
Tabel 6. Analisa penangkapan setelah kenaikan BBM
No
Alat Tangkap
NPV
Gros B/C
1.
Gill Net
-2858528
0.95
2.
Trammel Net
-671832
0.98
3.
Dogol/cantrang
46080300
1.22
4.
Payang
167,757,444
1.52
Tabel 7. Analisa penangkapan sebelum kenaikan BBM
No
Alat Tangkap
NPV
Gros B/C
1.
Gill Net
3406185
1.06
2.
Trammel Net
3224369
1.11
3.
Dogol/cantrang
71060700
1.38
4.
Payang
234865284
1.91
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hasil estimasi perikanan pelagis di perairan
Selat Madura mendapatkan effort optimal
(Eopt) 461385.99 trip per tahun, total hasil
tangkapan pada kondisi keseimbangan (Cmsy)
dicapai pada 46500.06 ton per tahun dan
indikasi terjadinya over fishing sudah terjadi
sejak tahun 1997.
2. Perikanan Demersal di perairan Selat Madura
menunjukkan jumlah effort optimal (Eopt)
mencapai 758962.95 trip/tahun setara dengan
Dogol dan total produksi keseimbangan
(Cmsy) 24999.80 ton/tahun dan kondisi over
fishing terjadi sejak tiga tahun terakhir.
3. Analisis
proyek
penangkapan
yang
layak/menguntungkan adalah penangkapan
menggunakan alat tangkap Dogol/cantrang
(NPV = 4608030) dan Payang (NPV =
167,757,444). Sedangkan alat tangkap gill net
(NPV = -2858528) dan trammel net ( NPV =
-671832) disimpulkan tidak layak karena nilai
NPV < 0.
Saran
Sesuai
analisis
kelayakan
proyek
penangkapan yang paling menguntungkan adalah
alat tangkap dogol/cantrang.
93
Jurnal Protein
Muhsonim, dan Nuraini
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1995-2003. Laporan Statistik
Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur.
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa
Timur. Surabaya.
__________, 2001 . Laporan Akhir Pemetaan
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Selat Madura,
Laut Jawa dan Laut Wilayah Propinsi Bagian
Selatan. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi
Jawa
Timur
denganFakultas
Perikanan
Universitas Brawijaya. Malang. Hal I-3; 4-1 - 5-7
Gittingger P.J., 1986. Analisa Ekonomi ProyekProyek Pertanian. The Johns Hopkins University
Press. Penerjemah Sutomo S. & Mangiri K.
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
94
Pujawan, 1995. Evaluasi Proyek. Erlangga.
Bandung. 395 Hal.
Pudjosumarto, M., 1995.
Liberty. Yogyakarta.
Evaluasi
Proyek.
Sparre, P., E. Ursin dan S. C. Venema, 1996.
Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Bagian 1Petunjuk. FAO Fish. Tch. Alih Bahasa Balai
Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. Hal
96-132.s
Wiadnya, D G. R., L. Sutini, T.R. Lelono, 1993.
Bahan Referensi Manajemen Sumberdaya
Perairan dengan Kasus Perikanan Tangkap di
Jawa Timur. Fak. Perikanan Universitas
Brawijaya. Malang. Hal 13-68.
Download