RINGKASAN EKSEKUTIF Peranan Penting Kawasan Perlindungan Laut dan Zona Larang Tangkap Sebagai Strategi Mengurangi Dampak Penangkapan Ikan Berlebihan Oleh : Muhammad Desna Noronhae Saat ini negara-negara di dunia sedang mengalami krisis perikanan secara kronis yang merupakan dampak dari penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing). Bersumber dari fakta dilapangan dan laporan dari para peneliti perikanan menunjukkan bahwa hasil perikanan dunia semakin menurun dan tekanan terhadap ekosistem laut semakin meningkat. Negara kita tercinta, Indonesia yang terkenal dengan negara maritim ternyata tidak lepas juga dari masalah besar krisis perikanan. Sebagai salah satu negara yang berada dalam wilayah "Segitiga Karang" yang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut, seharusnya mampu terhindar dari krisis perikanan tersebut. Pertanyaannya kemudian adalah “Mengapa krisis perikanan melanda Negara-negara di dunia? Bisakah Indonesia bangkit dari krisis perikanan?”. Melalui ringkasan eksekutif yang bersumber dari artikel “Strategi Segitiga karang Pride Rare” Mous, P dan J.S. Pet Tahun 2010. Penulis mencoba untuk mendeskripsikan penyebab utama dan solusi terkait krisis perikanan tersebut. Ancaman terbesar dan paling utama dunia perikanan saat ini adalah penangkapan ikan yang berlebihan. Sangatlah penting untuk menyadari bahwa penangkapan ikan secara berlebihan disebabkan oleh nelayan industri serta nelayan artisanal, baik oleh nelayan asing dan domestik, baik menggunakan metode legal maupun ilegal. Penangkapan ikan yang berlebihan telah menjadi suatu masalah sebagai akibat dari populasi manusia yang meningkat, kebijakan perikanan "akses terbuka" (open access) / sumberdaya bersama (shared resources), dan kegagalan pengelolaan perikanan konvensional. Inilah mengapa para ilmuwan perikanan menyimpulkan bahwa Kawasan Perlindungan Laut (KPL) adalah alat pengelolaan perikanan penting yang seharusnya diintegrasikan ke dalam rencana pengelolaan zona pesisir. Kesadaran akan batas-batas eksploitasi adalah titik awal dari mana dukungan publik untuk Zona Larang Tangkap (ZLT) dalam Kawasan Perlindungan Laut (KPL) dapat dibangun sebagai solusi akhir yang akan mencegah kehancuran total sumber daya perikanan, hal ini dikarenakan : Kawasan Perlindungan Laut (KPL) memiliki potensi untuk memainkan peranan yang lebih besar dalam keberhasilan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di terumbu karang dan ekosistem terkait secara lestari. Zona Larang Tangkap yang dikembangkan secara partisipatif merupakan suatu pendekatan yang perlu diupayakan guna perlindungan habitat perikanan dan ekosistem terkait. Terdapat bukti ilmiah yang terus bertambah dan cukup kuat bahwa KPL dengan Zona Karang Tangkap (ZLT) yang cukup luas dapat menghasilkan biomassa ikan yang lebih tinggi, badan ikan yang lebih besar dan komposisi species yang lebih alami. Hal ini dikarenakan ZLT memiliki peranan penting dalam Kawasan Perlindungan Laut, yaitu : ZLT sebagai daerah pemijahan ikan, yang memiliki kelimpahan yang tinggi akan ikan besar yang bereproduksi. kemudian mengekspor telur dan larva ke karang ke luar ZLT yang kemudian tumbuh dan mendukung perikanan Menebarkan ikan remaja dan dewasa keluar dari ZLT ke lokasi penangkapan ikan sekitarnya, dimana mereka dapat ditangkap oleh nelayan setempat. Dengan menjaga cadangan-cadangan ikan dari kehancuran total akibat kegagalan pengelolaan perikanan di lokasi penangkapan ikan di sekitarnya. Sebuah upaya serius dari Pemerintah Indonesia guna menanggulangi penangkapan ikan berlebihan, secara legal formal sejak era 1990-an di Indonesia sudah ada Kawasan Perlindungan (KPL) dan Zona Larang Tangkap (ZLT). Namun demikian upaya tersebut ternyata “kurang sakti” dalam membendung gelombang penangkapan perikanan berkelanjutan. Untuk itu rekomendasi dari penulis guna meningkatkan fungsi dan peranan KPL dan ZLT yang ada di Indonesia, diperlukan : 1. Perlunya partisipasi aktif masyarakat dan pihak terkait dalam penentuan Kawasan Perlindungan Laut dan Zona Larang Tangkap dengan tetap memperhatikan kajian ilmiah yang mengakomodir berbagai aspek (social, ekonomi, budaya dan politik). 2. Peningkatan efektifitas pengelolaan KPL dan ZLT melalui kegiatan monitoring sumberdaya laut dan monitoring pengguna sumberdaya (monitoring resource use) yang melibatakn masyarakat setempat dan pihak terkait. Yang hasilnya digunakan sebagai bahan penilaian fungsi kawasan. 3. Penyadartahuan dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan perlindungan Kawasan Pelestarian Alam.