MODUL PERKULIAHAN Organization ,Theory and Design Sisi manusiawi dari organisasi perusahaan Organisasi dan fenomena gunung e Faktor-faktor psikologis karyawan (sikap, perilaku, persepsi dan pembelajaran) Fakultas Program Studi Pasca Sarjana Magister Manajemen Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh xxxxxxxx .DR. H.Ir.Triyanto MBA Abstract Kompetensi Manusia adalah makhluk social, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa bergantung ia bergaul Dosen Pengampu dapat menerapkan dan menggunakan template modul standar untuk modul-modul yang akan dipergunakannya dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak "menjadi" manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu, tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain ia adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan, buruh dan majikan, besar dan kecil, mantu dan mertua dan seterusnya. Dalam hubungan antar manusia (interpersonal), ada pemimpin yang sangat dipatuhi dan dihormati rakyatnya, ada juga yang hanya ditakuti bukan dihormati, begitupun guru atau orang tua, ada yang dipatuhi dan dihormati, ada juga orang tua dan guru yang tidak dipatuhi dan tidak pula dihormati. Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula yang mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya hubungan manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya terkandung nilai nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam. Seperti halnya mengubah sifat, pendapat, atau perilau seseorang. Jika ditinjau dari sisi ilmu komunikasi hubungan manusia ini termasuk kedalam komunikasi interpersonal, pasalnya komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih dan bersifat dialogis. Dikatakan bahwa hubunngan manusiawi itu komunikasi karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi ‘15 2 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dalam arti luas dan hubungan manusiawi dalam arti sempit. a. Hubungan ‘15 3 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sisi manusiawi dalam organisasi . Aliran perilaku muncul karena dalam pendekatan klasik, efisiensi produksi dan keserasian kerja tidak dapat dicapai. Para manajer masih menghadapi kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang rasional. Oleh karena itu dicari upaya untuk membantu manajer mengatasi masalah organisasi melalui sisi perilaku karyawan. Aliran perilaku memandang organisasi pada hakikatnya adalah orang. Aliran ini memandang aliran klasik kurang lengkap karena tidak mewujudkan efisiensi produksi yang sempurna dan keharmonisan di tempat kerja. Manusia dalam organisasi tidak selalu dapat dengan mudah diramalkan tingkah lakukanya, karena sering juga tidak rasional. Karena itu para manajer perlu dibantu dalam menghadapi manusia, antara lain dengan sosiologi dan psikologi. Pelopor aliran perilaku ada 3 (tiga) orang yaitu Hugo Munsterberg dan Elton Mayo serta William Ouchi. 1) Hugo Munsterberg (1863-1916) Munsterberg yang melahirkan Psikologi Industri, sering disebut sebagai Bapak Psikologi Industri. Sumbangan yang penting adalah berupa pemanfaatan psikologi untuk mewujudkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pro duktivitas seperti juga teori-teori manajemen lainnya. Penerapan faktor-faktor psikologi dalam membantu peningkatan produksi. Melalui bukunya dengan judul “Psychology and Industrial Efficiensy”, Munsterberg menyarankan 3 (tiga) cara untuk meningkatkan produktivitas yaitu : (1) Mendapatkan orang/karyawan terbaik (best possible person), yang paling sesuai/cocok dengan pekerjaan yang akan dikerjakan. (2) Menciptakan kondisi kerja yang terbaik (best possible work), yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk memaksimal kan produktivitas. (3) Menggunakan pengaruh psikologis guna memperoleh dampak yang paling tepat dalam memotiovasi karyawan (best possible effect). 2) Elton Mayo (1880-1949) Ia terkenal dengan eksperimen tentang perilaku manusia dalam situasi kerja. Eksperimen ini disimpulkan bahwa perhatian khusus dapat menyebabkan seseorang meningkatkan usahanya. Gejala ini disebut Hawrthorne effect yaitu karyawan akan lebih giat bekerja jika mereka yakin bahwa manajemen memikir kan kesejahteraan mereka. Hasil percobaan Mayo dengan Roethlisberger dan Dickson ialah rangsangan uang tidak menyebab kan membaiknya produktivitas. Yang justru mempu meningkatkan produktivitas itu adalah satu sikap yang dimiliki karyawan yang merasa manajer dan atasanya memberi kan perhatian yang cukup terhadap kesejahteraan mereka. Selain itu juga ditemukan pengaruh kehidupan lingkungan sosial dalam kelompok yang lebih informal lebih besar pengaruh nya terhadap produktivitas. Karena itu, Mayo yakin terhadap konsepsinya yang terkenal dengan “social man” yang dimotivasi oleh kebutuhankebutuhan sosial dalam hubungan-hubungan yang lebih efektif daripada pengawasan dan pengendalian manajemen dalam arti konsep “social man” (manusia sosial/manusia dapat ‘15 4 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dimotivasi dengan pemenuhan kebutuhan sosial melalui hubungan kerja), dapat menggantikan konsep “rational man” (manusia rasional/manusia hanya dapat di motivasi dengan pemenuhan kebutuhan ekonomis). Konsep rational man yang di dorong semata-mata oleh kebutuhan ekonomis pribadi yang terkenal dengan julukan “rational economic man”. Istilah terkenal yang tadinya diutarakan oleh Robert Owen yaitu “vital machines” menemukan bentuk dan peluang barunya dengan munculnya konsep “social man” dari Mayo. Dalam pendidikan dan latihan bagi para manajer terasa semakin pentingnya “people management skills” dari pada “engineering atau technical skills”. Konsep dinamika kelompok semakin penting dalam praktek manajemen dari pada manajemen atas dasar kemampuan pekerja secara perseorangan. Kelemahan temuan Mayo ditunjukan oleh orang-orang yang beranggapan kepuasan karyawan bersifat kompleks, karena selain ditentukan oleh lingkungan sosial, juga oleh faktor-faktor lain seperti tingkat gaji, menarik tidaknya pekerjaan, struktur dan kultur organisasi, hubungan karyawan manajemen dan lain-lain. Menghadapi keterbatasan gerakan hubungan manusiawi ini, muncul pemikir-pemikir lain yang juga tergolong aliran perilaku yang lebih maju. 3. William Ouchi (1981) William Ouchi, dalam bukunya "theory Z - How America Business Can Meet The Japanese Challenge (1981)", memperkenalkan teori Z pada tahun 1981 untuk menggambarkan adaptasi Amerika atas perilaku Organisasi Jepang. Teorinya didasarkan pada perbandingan manajemen dalam organisasi Jepang disebut tipe perusahaan Jepang dengan manajemen dalam perusahaan Amerika disebut perusahaan tipe Amerika. Berikut adalah perbedaan organisasi tipe Amerika dan tipe Jepang. Sumbangan para ilmuwan yang beraliran hubungan manusiawi ini terlihat dalam peningkatan pemahaman terhadap motivasi perseorangan, perilaku kelompok, ataupun hubungan antara pribadi dalam kerja dan pentingnya kerja bagi manusia. Para manajer diharapkan semakin peka dan terampil dalam menangani dan berhubungan dengan bawahannya. Bahkan muncul berbagai jenis konsep yang lebih mengaji pada masalahmasalah kepemimpinan, penyelesaian perselisihan, memperoleh dan memanfaatkan kekuasaan, perubahan organisasi dan konsep komunikasi. Walaupun demikian aliran ini tidak bebas dari kritikan, karena di samping terlalu umum, abstrak dan kompleks, sukar sekali bagi manajer untuk menerangkan tentang perilaku manusia yang begitu kompleks dan sukar memilih nasehat ilmuwan yang mana yang sebaiknya harus dituruti dalam mencapai solusi di dalam perusahaan. Sumbangan Aliran Hubungan Manusiawi (Human Behavior). Aliran hubungan manusiawi menyadarkan pentingnya ke-butuhan sosial. Dengan demikian aliran ini menyeimbangkan konsep lama yang menekankan ekonomi/rasionalitas manusia. Suasana kerja menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Pelatihan-pelatihan yang kemudian banyak yang memfokuskan pada upaya memperbaiki hubungan kerja antar manajer dengan karyawan. Aliran ini mempelopori studi baru dalam bidang dinamika kelompok, dimana perhatian ditunjukan tidak hanya pada individu, tetapi juga pada proses dan dinamika kelompok. Keterbatasan Aliran Perilaku/Human Behavior/Behavior School Meskipun demikian ada beberapa keterbatasan teori ini. Disain, metoda dan analisis penelitian yang dilakukan oleh Mayo sampai saat ini masih menjadi kontaversi. Konsep ‘15 5 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id manusia sosial yang dikembangkan ternyata tidak menjelaskan sepenuhnya perilaku manusia. Usaha perbaikan-perbaikan kondisi kerja ternyata tidak mampu menaikan prestasi kerja. Sebagai contoh, perbaikan kondisi kerja disuatu perkebunan, tidak menaikan prestasi kerja, malah cenderung menurunkan prestasi kerja karena pekerja cenderung menjadi lebih santai dalam kerja. Tidak ada tekanan untuk bekerja keras seperti sebelumnya. Tentunya ada faktor lain, selain faktor sosial, yang mendorong prestasi kerja. Faktor ekonomi (gaji), kemampuan kerja karyawan, budaya dan struktur organisasi, dan banyak faktor lain mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Aliran hubungan manusia belum mampu melakukan prediksi perilaku manusia dengan akurat. Suatu hal yang dapat dimengerti karena faktor sosial merupakan hasil emosi manusia yang lebih sulit diukur. Contoh lain, kepuasan kerja sering dikatakan sebagai pendorong prestasi kerja. Tetapi hubungan tersebut diragukan bahkan logika sebaliknya tampaknya lebih kuat : prestasi kerja akan menyebabkan kepuasan kerja. Pengertian Perilaku Organisasi Perilaku Organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Ia meliputi aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia demikian pula aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi. Tujuan praktis dari penelaahan studi ini adalah untuk mendeterminasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Perilaku organisasi dapat dipahami lewat suatu penelaahan dari bagaimana organisasi itu dimulai, tumbuh, dan berkembang, dan bagaimana pula suatu struktur, proses, dan nilai dari suatu sistem tumbuh bersama-sama yang memungkinkan mereka dipelajari dan disesuaikan pada lingkungan. Titik berat dari pemahaman perilaku organisasi ini adalah pada tingkah laku dari organisasi, dan bagaimana perilaku dari anggota-anggota organisasi mempengaruhi organisasi. 2.1.2. Pengertian Hubungan Antar Manusia Hubungan manusiawi adalah terjemahan dari human relation. Orang-orang juga ada yang menterjemahkan menjadi “hubungan manusia” atau juga diterjemahkan “hubungan antar manusia”, yang sebenarnya tidak terlalu salah karena yang berhubungan satu sama lain adalah manusia. Dalam berorganisasi setiap individu yang menjadi bagian di dalamnya memiliki peranan penting untuk menggerakkan organisasi. SDM sebagai unsur yang penting dalam organisasi, tidaklah bersifat stagnan atau statis saja. Tetapi memiliki kedinamisan yang sesuai dengan hakikat manusia itu sendiri sebagai makhluk hidup yang terus tumbuh dan berkembang. Hubungan antar manusia sebagai perilaku individu untuk lebih mengenal individu lainnya dalam satu organisasi. Secara sederhana, dengan adanya pendekatan perorangan di dalam organisasi, bisa meningkatkan kekompakan kinerja dalam organisasi. Karena masing-masing individu akan mencari celah yang bisa membuat mereka nyaman dalam bekerja. Definisi Hubungan antar manusia menurut beberapa ahli yaitu: · Menurut H. Bonner (1975) yaitu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dan perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya. ‘15 6 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id · Cabot dan Kahl (1967): Hubungan antar Manusia adalah suatu sosiologi yang konkret karena meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya. Jadi, interaksi mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru. · Keith Davis “Human Relation at Work” adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Ditinjau dari kepimpinannya, yang bertanggungj awab dalam suatu kelompok merupakan interaksi orang-orang menuju situasi kerja yang memotivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial. Hubungan antar manusia dalam arti luas yaitu interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, bisa dilakukan di rumah, di jalan, di dalam kendaraan umum (misal bis, kereta api) dan sebagainya. Hubungan antar manusia dalam arti sempit yaitu interaksi antara seseorang dengan orang lain. Akan tetapi interaksi di sini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi kerja (work organization). 2.2. Tujuan Hubungan antar Manusia Setiap individu yang menjalin hubungan dengan manusia lain, memiliki tujuan tertentu yang pasti selalu ada. Secara mendasar, tujuan dari hubungan antar manusia adalah: · Memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin. · Memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain. · Memperoleh pengetahuan dan informasi baru. · Menumbuhkan sikap kerjasama. · Menghilangkan sikap egois/paling benar. · Menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk homo socius”; mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang lain serta memberikan bantuan. 2.3. Faktor-Faktor dalam Hubungan antar Manusia Faktor-faktor yang terdapat di dalam hubungan antar manusia adalah: 2.3.1. Faktor yang mendasari interaksi sosial Interaksi sosial melibatkan individu secara fisik maupun psikologis. Faktor utama dalam proses internalisasi antara lain : · Imitasi adalah keadaan seseorang yang mengikuti sesuatu di luar dirinya/ meniru. Hal yang perlu diperhatikan sebelum meniru adalah mempunyai minat dan perhatian yang besar, sikap menjunjung tinggi, pandangan meniru akan memperoleh penghargaan sosial yang tinggi. · Sugesti adalah proses individu menerima cara pandang orang lain tanpa kritik lebih dulu. Syarat untuk mempermudah sugesti adalah: (1) hambatan berpikir, akibat rangsangan emosi proses sugesti diterima secara langsung; (2) pikiran terpecah-pecah/disasosiasi, mengalami pemikiran yang terpecah-pecah; (3) otoritas/prestise, menerima pandangan dari seseorang yang memiliki prestise sosial tinggi; (4) mayoritas, menerima pandangan dari kelompok mayoritas; (5) kepercayaan penuh, penerimaan pandangan tanpa pertimbangan lebih lanjut. · Identifikasi adalah proses yang berlangsung secara sadar, irasional, berdasar perasaan, dan berkembang bahwa identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma yang ada. Menurut Sigmund Freud “identifikasi” merupakan cara belajar norma dari orang tuanya. · Simpati adalah perasaan tertarik individu terhadap orang lain yang timbul atas dasar penilaian perasaan. ‘15 7 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2.3.2. Faktor yang Menentukan Interaksi Sosial Cara seseorang melakukan interaksi sosial dengan menggunakankomunikasi antar individu atau komunikasi interpersonal. Dalam melakukan komunikasi antar personal ini terdapat faktor-faktor yang dapat menimbulkan hubungan personal yang baik, diantaranya yaitu: 1. Rasa percaya Secara ilmiah “percaya” didefinisikan mengandalkan perilakuorang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko (Eiddin, 1967: 224-234). Keuntungan rasa percaya kepada orang lain adalah meningkatkan komunikasi interpersonal (membuka salurankomunikasi, memperlancar pengiriman informasi, memperluas peluang mencapai tujuan); mengurangi hambatan interpersonal. Faktor yang menumbuhkan rasa percaya adalah: · Menerima, kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha mengendalikan. · Empati, paham dengan keadaan orang lain. · Kejujuran, menyebabkan perilaku dapat diduga. 2. Sikap Sportif Sikap yang mengurangi sikap melindungi diri (defensif) dalamkomunikasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Jack R. Gibb mengemukakan enam perilaku yang menimbulkan sikap sportif. · Iklim defensif meliputi: evaluasi, kontrol, strategi, netralitas, superioritas dan kepastian. Sedangkan iklim suportif meliputi: deskripsi, orientasi masalah, spontanitas, empati, persaamaan dan profesionalisme. · Evaluasi dan deskripsi. Evaluasi adalah penilaian terhadap orang lain, memuji atau mengecam. Deskripsi adalah penyampaian perasaan atau persepsi tanpa melakukan penilaian. · Kontrol dan orientasi masalah. Perilaku kontrol artinya berusaha mengubah orang lain, mengendalikan, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah. · Strategi dan spontanitas. Strategi adalah penggunaan tujuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. Spontanitas artinya sikap jujur. · Netralitas dan Empati. Netralitas adalah sikap impersonal, memperlakukan orang lain sebagai objek. Empati artinya memperlakukan orang lain sebagaimana mestinya. · Superioritas dan persamaan. Superioritas artinya seseorang lebih tinggi karena status, kekuasaan, kemampuan, intelektual, kekayaan atau kecantikan. Persamaan adalah sikap memperlakukan seseorang secara horisontal dan demokratis. · Kepastian dan Profesionalisme. Individu yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, egois, dan melihat pendapatnya merupakan kebenaran yang mutlak. Profesionalisme adalah kesediaan meninjau kembali pendapat orang lain. 3. Sikap Terbuka dan Sikap Tertutup Seseorang dengan sikap yang dibawa dari lingkungan internalnya akan sangat mempengaruhi interaksi dengan orang lain yang ada di dalam organisasi. Orang yang memiliki sikap terbuka akan menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan keajegan logika; membedakan dengan mudah, melihat suasana ; berorientasi pada ‘15 8 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id isi pesan; mencariinformasi dari berbagai sumber; lebih bersifat profesionalisme dan berusaha mengubah kepercayaan; mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan. Dan orang dengan sikap tertutup akan menilai pesan berdasarkan motif; berpikir simplisis tanpa suasana; bersandar pada banyak sumber pesan dari pada isi pesan; kaku dan memegang teguh sistem kepercayaan; menolak dan mengabaikan pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaan. 2.4. Teknik-Teknik Hubungan antar Manusia Teknik hubungan antar manusia terbagi dalam: 2.4.1. Tindakan sosial Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu lain dalam masyarakat. Tindakan sosial dibedakan menjadi : · Tindakan rasional instrumental, yaitu tindakan yang memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan atau antara efisiensi dengan efektifitas. · Tindakan rasional berepresetatif nilai: tindakan yang berkaitan dengan nilai dasar dalam masyarakat. · Tindakan tradisional: tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan adat istiadat atau kebiasaan. · Tindakan afektif: tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompokberdasarkan perasaan atau emosi. 2.4.2. Kontak Sosial Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan terjadinya awal interaksi sosial. Kontak sosial dibedakan: · Menurut cara pihak yang berkomunikasi: Langsung maupun tidak langsung. · Menurut cara terjadinya: Kontak primer maupun kontak sekunder. 2.4.3. Komunikasi Sosial Proses komunikasi terjadi saat kontak sosial berlangsung. harfiah komunikasi merupakan hubungan atau pergaulan dengan orang lain. Secara 2.4.4. Teori Hubungan Antar Manusia Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hanya akan menjadi apa dan siapa bergantung ia bergaul dengan siapa. Manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab jika hanya sendirian ia tidak "menjadi" manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam. Di satu sisi ia menjadi anak buah, tetapi di sisi lain ia adalah pemimpin. Di satu sisi ia adalah ayah atau ibu, tetapi di sisi lain ia adalah anak. Di satu sisi ia adalah kakak, tetapi di sisi lain ia adalah adik. Demikian juga dalam posisi guru dan murid, kawan dan lawan, buruh dan majikan, besar dan kecil, mantu dan mertua dan seterusnya. Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas hubungan antar manusia : · Teori transaksi (model pertukaran sosial) – Hubungan antar manusia berlangsung mengikuti kaidah transaksional. Yaitu apakah masing – masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pasti mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu, putus, atau bahkan berubah menjadi permusuhan. · ‘15 9 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Teori peran – Pergaulan sosial sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat yang mengatur apa dan bagaimana peran tiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah “tertulis” seorang Presiden harus bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan seterusnya. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara. Dalam hal ini masyarakatlah sebagai penonton dan sekaligus sutradara kehidupan. · Teori permainan – Klarifikasi manusia terbagi menjadi tiga yaitu anakanak, dewasa dan orang tua. Masing-masing individu mempunyai sifat yang khas. Anakanak itu manja, tidak mengerti tanggung jawab. Sedangkan orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggungjawabnya. Adapun orang tua, ia lebih dapat memahami dan memaklumi kesalahan orang lain. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil menangis terguling-guling ketika minta es krim tidak dipenuhi, tetapi orang akan heran jika ada orang tua yang masih kekanak-kanakan. Suasana rumah tangga juga ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan perilaku yang semestinya ditunjukkan. Jika tidak maka suasana pasti runyam. Demikian juga hubungan antara pusat dan daerah, antara atasan dan bawahan. Aparat Pemerintah mestilah bersikap dewasa, Presiden dan Ketua MPR mestilah jadi orang tua. Organisasi dan fenomena gunung es Apakah Anda masih mengingat gambar berikut ini? Ya, fenomena gunung es Jika kita lihat gunung es tersebut di atas, maka gunung es di bawah permukaan laut nampak lebih besar dari pada gunung es yang nampak di atas permukaan es. Hal ini dapat diumpamakan dengan kompetensi bahwa ada yang nampak di permukaan namun juga ada yang tidak nampak di permukaan. Kompetensi dasar atau kompetensi yang terlihat dapat disamakan dengan kompetensi dasar atau disebut juga dengan kompetensi fungsional. Hal ini dapat mencakup karakteristik ‘15 10 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id penting seperti pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai kinerja tinggi. Atau biasa dikenal dengan kecakapan. Namun ini saja tidak mencukupi dan tidak dapat mengidentifikasi mereka yang berada di atas rata-rata. Sementara kompetensi yang tidak terlihat atau kompetensi pembeda diumpamakan gunung es yang terletak di bawah permukaan laut. Hal ini mencakup karakteristik lainnya seperti motif (kompetensi inti), kepribadian/karakteristik (kompetensi peran), konsep diri dan nilainilai (kompetensi perilaku) yang dapat digunakan untuk memprediksi kesuksesan secara jangka panjang. Atau biasa dikenal dengan karakter. Hal ini dapat digunakan untuk membedakan seseorang yang berada di atas rata-rata. Beberapa Contoh dan Pengertian Kompetensi Kompetensi fungsional/ kompetensi dasar mencakup: – Pengetahuan : penguasaan informasi dan hasil pembelajaran pada suatu bidang tertentu, sebagai contoh pemahaman dasar-dasar pemrograman, pemahaman proses dari suatu bisnis. – Keterampilan: apa yang harus mampu dilakukan seseorang dalam menjalankan perannya secara efektif, sebagai contoh mampu menggunakan MS SQL Server. Kompetensi dasar atau kecakapan lebih mudah untuk dapat diajarkan. Pelatihan adalah cara yang paling efektif untuk digunakan. Sebagai contoh seekor anjing dapat dilatih untuk memanjat pohon. Kompetensi Pembeda yang terdiri dari: a. Kompetensi perilaku mencakup: karakteristik yang dibutuhkan untuk ‘menyempurnakan’ suatu pekerjaan. Termasuk di dalamnya adalah:Konsepdiri Nilai-nilai : sikap, nilai-nilai, dan citra diri sebagai contoh percaya diri dan worklife balance. Sebagai contoh : seorang anggota tim audit haruslah memiliki perilaku mampu menganalisa, memiliki perilaku decision making, atau continuous improvement. b. Kompetensi peran merupakan peran yang harus dijalankan oleh anggota tim. Termasuk didalamnya adalah : motif adalah perasaan, keinginan, atau pemikiran berulang yang mendorong dan memicu terjadinya tindakan sebagai contoh bersemangat dalam mencapai target. c. Kompetensi Inti merupakan pembeda mendasar antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Kompetensi pembeda atau karakter dapat diubah ataupun diajarkan namun memerlukan waktu yang lama serta tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Sebagai contoh lebih mudah mengajarkan seekor kucing untuk memanjat pohon dibandingkan mengajarkan anjing di atas. Berdasarkan penjelasan di atas maka kita dapat mulai menentukan apa yang menjadi kompetensi dasar dan apa yang menjadi kompetensi pembeda. Jika anda memiliki kesulitan untuk mengidentifikasi maka adalah penting untuk menyimak penjelasan-penjelasan tersebut di atas. ‘15 11 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id System Thinking , merupakan pola, struktur dan kerangka persepsi yang telah dibahas oleh Prof.DR H Ahmad Djuaeni Kadmasasmita ,SE, MEc yang dapat dikemukakan sbb : System Thinking menyelidiki di bawah permukaan kesadaran untuk menyingkapkan pola, struktur, dan kerangka persepsi yang merupakan tiang pondasi dari kejadian di sekitar kita. Untuk alasan ini, System Thinking telah dikaitkan dengan suatu gunung es dimana tiga perempat setiap arti sesuatu berada di bawah kesadaran sebagaimana terlihat dalam gambar1dibawahini. Dari tingkat pemikiran yang paling dalam itu, akan ditemui bagaimana struktur sistemik masalah, pola dan kecenderungannya, yang menyebabkan mengapa hal itu dapat terjadi. Bertingkatnya pemahaman masalah juga akan menghasilkan perspektif pengertian yang bertingkat (level of understanding) pula dan akhirnya akan memunculkan pola pikir dan jenis tindakan (action mode) untuk mengantisipasinya. Pemikiran yang hirarkis itu akan menggambarkan pula tingkat ungkitan (leverage) dan masa berlakunya (fungsinya terhadap waktu). Tingkatan perspektif yang berbeda itu merupakan kunci pemahaman karena kita hidup dalam suatu kenyataan events oriented dan bahasa kita berakar pada tingkatan peristiwa. ‘15 12 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menanggapi suatu kejadian jauh lebih mudah ketimbang pola dan kecenderungan, struktur sistemik, serta mental models, meskipun kita tahu bahwa peristiwa itu sesungguhnya ditimbulkan oleh mental models. II. LEVELS OF CULTURE Schein (1992) juga mengidentifikasi tiga tingkat budaya : (1) Artifacs, yaitu struktur dan proses organisasional yang dapat diamati tetapi sulit ditafsirkan; (2) Expoused Values, yaitu tujuan, strategik, filsafat; dan (3) Basic Underlaying Assumptions, yaitu kepercayaan, persepsi, perasaan, dan sebagainya, yang menjadi sumber nilai dan tindakan, sebagaimana terlihat dalam Gambar 2 berikut : III. TIGA TINGKAT NILAI Moerdiono (1995) mengidentifikasi tiga tingkat nilai : (1) Nilai Dasar, (2)Nilai Instrumental; dan (3) Nilai Praksis. Pada dasarnya; tolok ukur untuk membedakan antara nilai yang satu dengan nilai yang lainnya adalah tingkat abstraksi dari nilai-nilai itu sendiri, sebagaimana terlihat dalam Gambar 3berikut : ‘15 13 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Nilai Dasar. Nilai dasar merupakan prinsip, yang bersifat amat abstrak, amat umum, tidak terikat dengan waktu, tempat ataupun abadi, dengan kandungan kebenaran yang bagaikan suatu aksioma. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya. Pada dasarnya, nilai dasar ini tidak akan berubah sepanjang zaman. Hal itu bisa tercapai justru oleh karena sifatnya yang bersifat amat abstrak itu, yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu atau tempat. 2. Nilai Instrumental. Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tadi, yang merupakan arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Sifatnya sudah lebih bersifat kontekstual, dapat bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai instrumental merupakan kebijakan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Nilai instrumental terpengaruh oleh perubahan waktu, keadaan, atau tempat, sehingga secara berkala memerlukan penyesuaian. Dengan lain perkataan, nilai instrumental ‘15 14 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id merupakan kontekstualisasi dari nilai dasar, untuk menjamin agar nilai dasar tersebut tetap relevan dengan masalah-masalah utama yang dihadapi masyarakat dalam zaman tersebut. 3. Nilai Praksis. Nilai praksis merupakan interaksi antara nilai instrumental dengan situasi konkrit pada tempat tertentu dan situasi tertentu. Sifatnya amat dinamis. Perbandingan kekuatan antara nilai instrumental yang hendak ditegakkan dengan situasi dan kondisi khusus itu bisa menguntungkan nilai instrumental, bisa juga tidak. Yang diinginkan adalah tegaknya nilai instrumental itu dalam kenyataan. Dari segi kandungan nilainya, nilai praksis merupakan gelanggang pertarungan antara idealisme dengan realitas yang tidak sepenuhnya dapat kita kuasai. Pembedaan konseptual dalam tiga tataran ini berguna dalam melayani dinamika masyarakat. Pembedaan ini juga amat bermanfaat untuk menjernihkan wawasan kita melaksanakan tugas jangka sedang untuk menghadapi berlakunya sistem perdagangan bebas dunia. Jika tidak diadakan pembedaan ini, maka bisa-bisa liberalisasi perdagangan yang merupakan nilai instrumental, dipandang sama saja dengan liberalisme sebagai nilai dasar, yang secara ideologis jelas adalah keliru. Pembedaan nilai dasar, nilai instrumental, serta nilai praksis perlu untuk dapat melaksanakan Nilai Dasar Pancasila sebagai ideologi terbuka ‘15 15 secara Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA konsisten, kontekstual Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan aktual. IV. KETERKAITAN I, II, DAN III. Keterkaitan I, II, dan III. Untuk memudahkan, four levels of thinking dari The Iceberg Theory, kita buat 3 (tiga) tingkatan saja, dengan cara menggabungkan Events danPatterns and Trends menjadi 1 (satu) tingkat. Berdasarkan penggabungan di atas, maka tingkat pemikiran pertama atau paling atas dari The Iceberg Theory, yaitu Events dan Patterns and Trends, sesuai dengan Artifacts dari Levels of Culture, dan sesuai dengan Nilai Praksis dari Tiga Tingkat Nilai. Tingkat pemikiran ke dua, yaitu Systemic Structures dari The Iceberg Theory, sesuai dengan Espoused Values Strategies, dari Levels of Culture, dan sesuai dengan Nilai Instrumental dari Tiga Tingkat Nilai. Tingkat pemikiran ke tiga, yang merupakan tingkat pemikiran yang paling dalam, yaitu Mental Models dari The Iceberg Theory, sesuai dengan Basic Underlyng Assumptions dari Levels of Culture, dan sesuai dengan Nilai Dasar dari Tiga Tingkat Nilai. Faktor factor physicolgis karyawan(sikap, persepsi,perilaku, pembelajaran) Asumsi dasar dari sisi manusiawi perusahaan adalah bahwa keprihatinan organisasi untuk makhluk manusia dapat dan memang berjalan, terutama dalam organisasiorganisasi yang didalamnya terdapat kepercayaan, sikap-sikap positif, dan pemahaman yang cukup akan hakikat sisi manusiawi dari organisasi Menurut Hawthorne, bahwa sisi manusiawi organisasi terdapat efek positif. Pandangan Hawthorne merujuk pada setiap perbaikan dalam prestasi pekerja adalah nilai tambah, merupakan produk tambahan perhatian dan perasaan harga diri. Stephen P. Robbin, mengatakan bahwa perilaku organisasi adalah suatu studi yang dilakukan secara sistematik terhadap tindakan-tindakan dan sikap-sikap individu dan kelompok dalam organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi karyawan antara lain : ‘15 16 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Perilaku (Attitude) 2. Kepribadian (Personality) 3. Persepsi (Perception) 4. Pembelajaran (Learning) 1.Perilaku (Attitude) Sikap merupakan faktor yang sangat menentukan perilaku, karena sikap adalah kecenderungan bertindak atau tidak terhadap suatu objek. Sikap juga merupakan kesiapan mental yang diorganisir lewat pengalaman yang mempunyai pengaruh kepada tanggapan seseorang terhadap orang lain dan situasi yang berhubungan dengannya. Krech, Crutchfield dan Ballanchey, mengemukakan definisi dari sikap, yaitu suatu sistem pengevaluasian yang positif atau negatif, perasaan emosi, kecenderungan bertingkah laku pro atau kontra terhadap suatu objek 2. Kepribadian (Personality) Kepribadian atau personality dapat ditafsirkan sebagai suatu perwujudan dari perilaku seseorang yang sebenarnya (substansi) atau yang tidak sebenarnya (kedok). Menurut Gordon W. Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu dari sistem-sistem psiko fisik yang menentukan penilaian uniknya terhadap lingkungan. Sedangkan Yinger, menyatakan bahwa kepribadian adalah totalitas perilaku individu dengan sistem kecenderungan yang terbentuk dalam berinteraksi dengan situasi yang terus berjalan. Kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu (organisasi dinamis dalam sistem psikofisik individu) yang sangat menentukan dirinya secara khas dalam menyesuaikan diri atau berinteraksi dengan situasi atau lingkungannya. 3. Persepsi (Perception) ‘15 Persepsi adalah proses menyeleksi stimulus dan diartikan. Dengan kata lain persepsi merupakan suatu proses pemberian arti atau makna terhadap suatu objek yang ada pada lingkungan Persepsi mencakup penafsiran objek, penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang diorganisasikan dengan cara mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku. Perbedaan persepsi antara individu dengan individu lain dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan pemaknaan terhadap objek di lingkungan organisasinya 17 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Pembelajaran (Learning) Pembelajaran pada individu dalam suatu organisasi adalah pemberian fasilitasi pembelajaran tentang keahlian, norma-norma dan nilai-nilai baru agar para individu dapat meningkatkan keahlian dan kemampuan personal mereka dalam rangka membantu membangun kompetensi inti organisasi. MODEL UMUM PERILAKU dalam ORGANISASI KARAKTERISTIK INDIVIDU Karakteristik Organisasi Kemampuan Hirarki tugas Kebutuhan Wewenang Kepercayaan Tanggung jawab Pengalaman Sistem reward l Pengharapan Sistem kontrol Perilaku Individu dalam Organisasi Perilaku kelompok dalam Organisasi Melaksanakan tugas unik Kelp Komando Kelompok Organisasi Formal Kelp Melaksanakan tertentu Tugas Kelp Kelompok Persahabatan Informal Kelp Kepentingan ‘15 18 Tujuan Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ‘15 19 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka ‘15 20 Organization , Theory & Design DR.H.Ir. Triyanto MBA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id