semantik

advertisement
SEMANTIK
MAKALAH KELOMPOK
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah “ Konsep Dasar Bahasa Indonesia ”
(Dosen : Drs.Enuch Zaenudin,MA. dan Dedy Irawan, S.Pd )
Disusun oleh :
Kelas 1B
Kelompok 7
1. Teguh Purwoko
(1201100057)
2. Dewi Sri Utami
( 1201100058)
3. Delfiani Firdayati
(1201100079)
4. Intan Atika Sari I.
(1201100093)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2012
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Semantik” ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar Bahasa
dan Sastra Indonesia.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat terselesaikan karena adanya
bantuan dari beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini izinkanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak Drs.Enuch Zaenudin,MA. Dan Bapak Dedy Irawan, S.Pd selaku dosen mata kuliah
Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing kami.
2.
Rekan-Rekan penyusun yang telah memberikan bantuan, baik berupa ide, waktu maupun
tenaga demi terselesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran pada semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Purwokerto, November 2012
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................
1
C. Tujuan ...............................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian .........................................................................................................
3
B. Ruang Lingkup Semantik .................................................................................
4
C. Jenis Semantik ..................................................................................................
8
D. Jenis Makna ...................................................................................................... 10
E. Relasi Makna .................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa
merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap
perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis
dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara lain
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna.
Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna.
Semantik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu
kebahasaan. Bahasa indonesia sebagai Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang
mengkaji makna. Dari segi sejarah ilmu semantik (barat), semantik merupakan satu
cabang kajian falsafah yang kemudiannya diangkat oleh disiplin linguistik sebagai salah
satu daripada komponen bahasa yang utama selain sintaksis, morfologi dan fonologi.
Ada yang merasakan bahawa kajian semantik seharusnya menjadi fokus utama dalam
linguistik kerana peranan utama bahasa adalah untuk mengungkapkan sesuatu yang
bermakna. Dalam ilmu linguistik, terdapat beberapa pendekatan dalam kajian semantik
seperti semantik struktural, semantik berasaskan kebenaran, semantik formal dan juga
semantik kognitif. Setiap pendekatan mempunyai beberapa teori. Secara umumnya,
semantik struktural mengkaji makna sebagai satu sistem dalaman bahasa. Semantik
bersyaratkan kebenaran (truth-conditional semantics) mengaitkan makna dengan satu
kebenaran sesuatu proposisi Semantik berasaskan kebenaran sering dikaitkan dengan
semantik formal yang mengambil pendekatan menghuraikan makna secara formal dan
logikal dengan menggunakan perlambangan operasi matematikal. Semantik kognitif
menghuraikan makna dengan berpandukan kepada sistem kognitif dan menyamakan
makna dengan konsep.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Semantik ?
2. Ruang lingkup semantik mencakup apa saja ?
3. Apa saja jenis-jenis semantik ?
4
4. Apa cakupan dari makna ?
5. Apa saja bentuk relasi makna dalam bahasa Indonesia
C. Tujuan
1. Agar kita bisa memahami dan mengerti apa itu semantik
2. Agar kita mengetahui dan paham akan ruang lingkup semantik
3. Agar kita paham tentang jenis – jenis semantik
4. Agar kita mengetahui dan paham tentang cakupan dari makna semantik
5. Agar kita mengetahui dan memahami bentuk relasi makna dalam bahasa
Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Semantik bahasa indonesia berasal dari bahasa inggris yaitu "Semantics",sedangkan dari bahasa
Yunani sema ( nomina: tanda); atau dari verba samaino ( menandai,berarti). Istilah tersebut
digunakan para pakar bahasa (linguis) untuk menyebut bagian ilmu bahasa ( linguistic) yang
mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi
fonologi, tata bahasa (moerfologi sintaksis) dan semantik. Istilah semantik baru muncul pada
tahun 1984 yang dikenal di America. Istilah semantik sudah ada sejak abad ke-17, bila
dipertimbangkan melalui frase semantics philosophy. Breal melalui artikenya yang berjudul " An
Account Of The Word Semantics”, mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang baru dalam
keilmuan.
Reisig (1825) mengungkapkan konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang meliputi tiga
unsur utama yaitu etimologi, asala usul kata dengan perubahan bentuk maupun makna, sintaksi,
tata kalimat dalam semasiologi, dan ilmu makna.
istilah semantik bermacam-macam antara lain: signifik, semisiologi, semologi, semiotik,
sememmik, dan semik. Lehrer (1974) mengemukakan semantik merupakan bidang yang sangat
luas karena didalamnya melibatkan unsur-unsur struktur dan fungsi-fungsi bahasa yang
berkaitan dengan psikologi, filsafat, antropologi, dan sosiologi. Antropologi berkaitan erat
dengan semantic, antara lain karena analisis makna di dalam linguistic (bahasa) dapat
menyajikan klasifikasi budaya pemakai bahasa (sosiolinguistik) secara praktis. Filsafat
berhubungan erat denagan semantic, karena masalah makna tertentu dapat dijelaskan secara
filosofis (misalnya makna ungkapan dan peribahasa). Psikologi berhubungan erat dengan
semantic, karena psikologi memanfaatkan gejala kejiwaan yang ditampilan manusia secar verbal
atau non verbal. Sosiologi mempunyai kepentingan dengan semantic, karena ungkapan atau
ekspresi tertentu dapat menandai kelompok sosial atau identitas sosial tertentu.
Secara singkat, semantik ini mengkaji tata makna secara formal (bentuk) yang tidak dikaitkan
dengan konteks. Akan tetapi, ternyata ilmu yang mempelajari atau mengkaji makna ini tidak
hanya semantik, ada juga pragmatik. Untuk membedakannya, berikut ini ada beberapa poin yang
mudah untuk diingat dan dapat dengan jelas membedakan semantik dengan pragmatik.
6
Perbedaan kajian makna dalam semantik dengan pragmatik:
1. Pragmatik mengkaji makna di luar jangkauan semantik.
Contoh:
Di sebuah ruang kelas, Dewi duduk di deretan kursi belakang. Lalu, ia berkata kepada
gurunya, “Pak, maaf saya mau ke belakang.”
Kata yang dicetak miring itu ‘belakang’ secara semantik berarti lawan dari depan, berarti
kalau dikaji secara semantik, Dewi hendak ke belakang. Akan tetapi, kalau kita lihat
konteksnya, Dewi sudah duduk di deretan paling belakang. Tentu saja tidak mungkin makna
‘belakang’ yang diartikan secara semantik yang dimaksud Dewi. Nah, sekarang kita kaji
dengan menggunakan pragmatik, di mana dalam pragmatik ini dilibatkan yang namanya
“konteks”. Konteksnya apa? Konteksnya yaitu keadaan Dewi yang sudah duduk di belakang,
sehingga tidak mungkin ia minta izin untuk ke belakang lagi (kita gunakan logika).
Biasanya, orang minta izin ke belakang untuk keperluan sesuatu, seperti pergi ke toilet atau
tempat lainnya. Nah, kalau yang ini masuk akal kan?
Jadi, makna kata ‘belakang’ dalam kalimat di atas tidak dapat dijelaskan secara semantik,
hanya bisa dijelaskan secara pragmatik. Maka dari itulah dinyatakan bahwa kajian makna
pragmatik berada di luar jangkauan semantik.
Sifat-sifat Semantik :
a.
Semantik bersifat konvensional, sedangkan pragmatik bersifat non-konvensional.
Dikatakan konvensional karena diatur oleh tatabahasa atau menggunakan kaidahkaidah kebahasaan.
b.
Semantik bersifat formal (dengan memfokuskan bentuk: fonem, morfem, kata,
klausa, kalimat), sedangkan pragmatik bersifat fungsional.
c.
Semantik bersifat ideasional, maksudnya yaitu makna yang ditangkap masih bersifat
individu dan masih berupa ide, karena belum dipergunakan dalam
berkomunikasi. Sedangkan pragmatik bersifat interpersonal, maksudnya yaitu
makna yang dikaji dapat dipahami/ditafsirkan oleh orang banyak, tidak lagi
bersifat individu, karena sudah menggunakan konteks.
7
B. Ruang lingkup
Semantic mencakup bidang yang sangat luas, baik dari segi struktur dan fungssi
bahasamaupun dari segi interdisiplin bidang ilmu. Tetapi,dalam hal ini ruang lingkup semantic
terbatas pada hubungan ilmu makna itu sendiri di bidang linguistik. Faktor non linguistic ikut
memengaruhi semantic sebagai fungsi bahasa nonsimbolik (misalnya makna emotif dan
afektif).Semantik adalah studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau
simbolisme dalam aktivitas bicara.
Pendapat yang menyatakan semantic tanpa menyinggung proses mental dijumpai pada
aliran behaviorisme yang dipelopori oleh Skinner,bahwa bahasa merupakan hal yang prinsip
dalam kehidupan manusia.Bahasa adalah sutu system yang harus dipelajarai seseorang dari oang
lain sebagai angota masyarakat penutur suatu bahasa tersebut. Objek semantic adalah
makna.Makna dapat di anlisis melalui struktur, dengan pemahaman tataran bahasa
(Fonologi,morfologi,sintaksis, dan atau leksikon). Tataran fonologi (yang mempelajari fonem ,
antara lain dikemukakan bahwa fonem “membedakan makna “ minimal pair[ pasangan
minimal]).
Verhar (1981) menyatakan bahwa tataran fonologi kosong dar makna tau tidak meiliki
makna, tetapi Ullmann (1972) menyatakana bahwa ada yang disebut phonestem ( Fonestem :
fonem memiliki makna, tetapi tidak melebihi morfem). Misalnya, fonem /u/ menyatakan
“BESAR” seperti di dalam bahasa Indonesia kata gulung ( hasilnya besra, dibandingkan dengan
fonem /i/ menyatakan “KECIL” ,seperti pada kata giling (hasilnya kecil / halus). Bnadingkan
pula barang yang menggelundung dengan barang yang menggelinding.
Makna dapat pula di teliti melalui fungsi, dalam pemahaman “ fungsi hubungan antar
unsure secara fungsional “ ( strukturalisme saussurian, 1916 ).Dengan demikian, ada makna
leksikal ( makna leksem itu sendiri), makna gramatikal ( hubungan antar unsure secara
fungsional ).Demikian pula, dari segi unsure gramatikal ( afik sebagai pembentuk verba baik
infeksional maupun derifasional di dalam bahasa Indonesia ). Makna leksikal ( morfem bebas
yang sama dengan kta tunggal ) dan makna ketegorial ( antara lain prefix meN-  makna
kategorial aktif ; prefix di-  makna kategorial pasif ; ter-  makna kategorial pasif tidak di
sengaja ; ke- dengan atau tanpa –an  makna kategorial tanaktif ). Makna berdasarkan hal
tersebut menjadi : makna leksikal – kategorial ; makna kognitif / denotative dan makna emotif/
konotatif, dan dari segi tataran ada makna kata ( silabe /akar kata secara generic ),
frase,klausa,dan kalimat, serta wacana secara keseluruhan ( menjangkau semua tataran bahasa )
8
yang termasuk ruang lingkup semantic. Dari segi hasil proses morfemis didapatkan makna
infleksional ( tidak mengubah kategori dan atau makna )- makna derivasional( mengubah
kategori kelas atau makna ).
C. Jenis Semantik
Penjelasan gambar di atas:
• Kalau objek kajian semantiknya adalah makna-makna gramatikal, maka jenis semantik ini
disebut Semantik Gramatikal. Jenis semantik ini mengkaji satuan-satuan gramatikal yang terdiri
atas sintaksis dan morfologi.
Konteks morfologi:
Kata ‘sepatu’ akan memiliki makna yang berbeda setelah mengalami proses morfologis,
misalnya dengan afiksasi menjadi ‘bersepatu’.
Konteks sintaksis:
- Di kebun binatang ada enam ekor beruang.
- Hanya orang yang beruang yang dapat membeli rumah itu.
Perbedaan makna ‘beruang’ pada kalimat pertama dan kedua itu terjadi karena adanya
perbedaan konteks kalimat yang dimasuki kata-kata tersebut.
9
• Pada fonologi tidak ada semantiknya, atau dengan kata lain fonologi tidak termasuk dalam
jenis-jenis semantik karena fonologi hanya mampu membedakan makna kata dengan perbedaan
bunyi.
• Kalau objek kajian semantiknya leksikon (kosa kata) dari suatu bahasa, maka jenis
semantiknya dinamakan Semantik Leksikal. Kajian semantik leksikal ini adalah makna utuh
yang terdapat pada masing-masing leksikon tanpa terpengaruh proses apapun (proses morfologi
maupun sintaksis).
• Dikatakan Semantik Wacana, kalau objek kajiannya adalah wacana. Tugas jenis semantik ini
adalah mengkaji makna wacana. Pemaknaan suatu wacana tidak terlepas dari pola berpikir yang
runtut dan logis.
D. Jenis Makna
Makna leksikal adalah makna yang terdapat pada kata tersebut secara utuh, sesuai dengan
bawaannya atau makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun.
Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal sejenis binatang berkaki empat yang biasa
dikendarai, pinsil berkana leksikal sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang dan air
bermakna leksikal sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari.
10
Dengan contoh itu dapat dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya,
makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita atau makna apa adanya. Oleh karena
itulah arangkali, banyak orang yang mengatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang
ada dalam kamus
Contoh yang lain seperti “Tikus itu mati diterkam kucing”, makna kata ‘tikus’ pada kalimat
tersebut adalah ‘binatang tikus’, bukan yang lainnya.
Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang bebas dari
asosiasi atau hubungan apa pun.
Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa
makna konseptual yang khusus maupun umum. Contoh kata ‘sekolah’ dalam kalimat
“Sekolah kami menang”, bukan hanya gedung sekolahnya saja yang menang, tetapi juga
mencakup guru-gurunya, muridnya, dan warga sekolah lainnya. Bila kita berkata, “Ani
sekolah di Lampung”, hal ini sudah tidak dapat dikaitkan dengan makna konseptual sekolah,
tetapi sudah lebih luas yaitu Ani belajar di gedung yang namanya sekolah dan sekolah
tersebut berada di Lampung.
Makna spesifik adalah makna konseptual yang khusus, khas, dan sempit. Contoh pada
kalimat “Pertandingan sepak bola itu berakhir dengan kemenangan Bandung”, yang
dimaksud hanya beberapa orang yang bertanding saja, bukan seluruh penduduk Bandung.
Makna asosiatif disebut juga makna kiasan. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki
sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Contoh
kata ‘bunglon’ berasosiasi dengan makna ‘orang yang tidak berpendirian’, kata ‘lintah darat’
berasosiasi dengan makna ‘orang yang suka memeras (pemeras) atau pemakan riba’.
Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain
yang terdapat di luar leksikalnya.
Makna afektif adalah makna yang muncul akibat reaksi pendengar atua pembaca terhadap
penggunaan bahasa. Contoh “datanglah ke pondok buruk kami”, gadungan ‘pondok baru
kami’ mengandung makna afektif ‘merendahkan diri’.
11
Makna stilistika adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa. Makna stilistika
berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca.
Makna stilistika lebih dirasakan di dalam karya sastra.
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di
dalam lingkungan yang sama. Contoh kata-kata ikan, gurame, sayur, tomat, minyak,
bawang, telur, garam, dan cabai tentunya akan muncul di lingkungan dapur. Contoh lain
yaitu bantal, kasur, bantal guling, seprei, boneka, selimut, dan lemari pakaian tentu akan
muncul di lingkungan kamar tidur.
Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari
makna konseptual dan gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Dalam Bahasa Indonesia ada
dua macam idiom yaitu Idiom Penuh dan Idiom Sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang
unsur-unsurnya secara keseluruhan merupakan satu-kesatuan dengan satu makna. Contoh
“Orang tua itu membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan anaknya”, ungkapan
‘membanting tulang’ dalam kalimat tersebut tentu memiliki satu kesatuan makna yaitu ‘kerja
keras’. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalam unsur-unsurnya masih terdapat unsur
yang memilikii makna leksikal. Contoh ‘daftar hitam’ yang berarti ‘daftar yang berisi namanama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah’.
Makna kontekstual muncul sebagai akibat adanya hubungan antara ujaran dengan situasi.
Contoh “Saya lapar, Bu, minta nasi!” yang berarti orang tersebut berada dalam situasi yang
benar-benar lapar dan ia meminta nasi.
Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsiinya sebuah kata
dalam suatu kalimat. Contoh kata ‘mata’, secara leksikal bermakna alat/indera yang
berfungsi untuk melihat, tetapi setelah digabung dengan kata-kata lain menjadi ‘mata pisau’,
‘mata keranjang’, ‘mata air’, ‘air mata’, dan ‘mata duitan’ maka maknanya akan berubah
menjadi makna gramatikal.
Makna tematikal adalah makna yang dikomunikasikan oleh pembicara/penulis melalui
urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan. Contoh “Aminah
anak Bapak Roni meninggal dunia kemarin”, makna dari kalimat tersebut bisa ada tiga yaitu:
(1) Aminah/anak Bapak Roni/meninggal kemarin.
12
(2) Aminah!/anak Bapak Roni meninggal kemarin.
(3) Aminah/anak/Bapak/Roni/meninggal kemarin.
Makna kalimat (1) adalah anak Bapak Roni yang bernama Aminah telah meninggal kemarin,
kalimat (2) berarti sebuah informasi memberi tahu Aminah bahwa anak Bapak Roni yang
entah siapa namanya telah meninggal kemarin, dan kalimat (3) berarti ada emmpat orang
yang meinggal kemarin yaitu Aminah, anak, Bapak, dan Roni.
E. RELASI MAKNA
Adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan
satuan bahasa lainnuya. Satuan bahsa ini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat; dan
relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna,
ketercakupan makna, kegandaan makna, dan juga kelebihan makna.
a. Sinonim
Adalah hubunagn semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu
satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.
Contoh sinonimi:
• Pintar, pandai, cerdik, cerdas, cakap
• Cantik, molek, bagus, indah, permai
• Bunga, kembang, puspa
• Aku, saya, beta, hamba
b. Antonim
Adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya
menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontraas antara satu dengan yang lain.
Contoh antonimi:
Kuat >< dingin
c. Polisemi
Yaitu kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Umpamanya, kata kepala yang
setidaknya mempunyai makna (1) bagian tubuh manusia, (2) ketua atau pemimpin,
13
(3) sesuatu yang berada di sebelah atas, (4) sesuatu yang berbentuk bulat, (5) sesuatu
atau bagian yang sangat penting.
Dalam kasus polisemi ini, biasanya makna pertama adalah makna sebenarnya, makna
leksikalnya, makna denotatifnya, atau makna konseptualnya. Yang lain adalah makna
– makna yang dikembangkan berdasarkan salah satu komponen makna yang dimiliki
kata atau satuan ujaran itu. Oleh karena itu, makna – makna pada sebuah kata atau
satuan ujaram yang polisemi ini massih berkaitan satu dengan yang lain.
Contoh polisemi:
• kepala (karena selalu terletak di bagian atas/tertinggi posisinya, contoh kepala suku,
kepala surat, kepala sekolah)
• mulut (sebagai jalan masuk dan letaknya selalu di depan, contoh mulut gua, mulut
harimau, mulut gang, mulut botol)
• bibir (terletak di tepian, contoh bibir sungai)
d. Hominimi
Adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya “ kebetulan” sama ;
maknanya tentusaja berbeda karena masing – masing merupakan kata atau bentuk
ujaran yang berlainan. Umpamanya, antara kata pacar yang bermakna ‘ inai’ dan kata
pacar yang bermakna ‘kekasih’.
Pada kasus homonimi ada dua istilah lain yang biasa dibicarakan, yaitu homofoni
dan homografi.
(1) Homofoni adalah adanya kesamaan bunyi (fon) antara dua satuan ujaran, tanpa
memperhatikann ejaannya, apakah ejaannya sama ataukah berbeda. Oleh karena
itu, bila dilihat dari bunyinya atau lafalnya, makabentuk bentuk pacar 1 dan pacar
2 yang dibicarakan di atas adalah juga dua buah bentuk yang homonim.
Contoh lain seperti:
• bang = bentuk singkat dari ‘abang’ yang berarti kakak laki-laki
• bank = lembaga yang mengurus lalu lintas uang
• sangsi = ragu-ragu, bimbang
• sanksi = hukuman, konsekuensi, akibat
• sah = dilakukan menurut hukum
• syah = raja
14
• syarat = ketentuan
• sarat = penuh
(2) Homografi adalah bentuk ujaran yang saama ortografinya atau ejaannya, tetapi
ucapan dan maknanya tidaksama. Dalam bahsa indonessia bentuk – bentuk
homografi hanya terjadi karena ortografi untuk fonem /e/ dan fonem / / sama
lambangnya yaitu huruf <e>.
Contoh Homograf :
• teras = pegawai utama
• teras [tѐras] = halaman depan rumah, lantai rumah tempat bersantai
• apel = nama buah
• apel [apѐl] = upacara resmi
• tahu [tau] = mengerti, paham
• tahu = nama makanan yang terbuat dari kedelai yang digiling halus
(3) Hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya
tercangkup dalam makna bentuk ujaran yang lain. Upamanya antara kata merpati
dan kata burung. Kita dapat mengatakan merpati adalah burung; tetapi burung
bukan hanya merpati, bisa juga tekukur, perkutut, balam, kepodan, dan
cendrawasih.
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna
pada setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu cabang ilmu yang
dipelajari dalam studi linguistik. Dalam semantik kita mengenal yang disebut klasifikasi
makna, relasi makna, erubahan makna, analisis makna, dan makna pemakaian bahasa.
Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna yaitu makna kata dan
makna kalimat.
Semantik dan pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu yang dipelajari dalam studi
linguistik. Dalam semantik kita mengenal yang disebut klasifikasi makna, relasi makna,
erubahan makna, analisis makna, dan makna pemakaian bahasa. Sedangkan dalam
pragmatik kita mengenal yang disebut interaksi dan sopan santun, implikatur percakapan,
pertuturan, referensi dan inferensi serta deiksis. Dengan demikian dapat kita simpulkan
bahwa pragmatik berhubungan dengan pemahaman kita terhadap hal-hal di luar bahasa.
Akan tetapi, hal-hal yang dibicarakan di dalam pragmatik sangat erat pula kaitannya dengan
hal-hal di dalam bahasa. Semantik merupakan salah satu cabang dari ilmmu linguistik yang
membahas tentang makna kata. mengkaji makna bahasa ( sebagai alat komunikasi verbal)
tentu tidak terlepas dari pada penggunanya. oleh karena itu studi semantik sangat erat
kaitannya dengan ilmu nsosial lainnya seperti sosiologi, psikologi, antropologi, dan filsafat.
Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan
disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya. Semantik merupakan salah satu
cabang ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu kebahasaan. Bahasa indonesia sebagai
Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji makna.
Falsafah yang memungkinkan terungkapnya suatau makna dalam suatu uajran yang
dikenakan melalui bahasa sehari-hari yang bernada dan memiliki keindahan tersirat.
Melalui falsafahlah kemudian kajian tentang makna menjadi sangat penting.
16
B. Saran
Perbedaan pandangan mengenai pengertian semantik semestinya menjadi motifasi
bagi para penuntut ilmu untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih
sempurna dan tararah. Didaalam mempelajri semantik pun hendaknya dimengerti dan
dipahami secara seksama. Sehingga pembelajar akan mengetahui semantik secara
menyeluruh yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaiknya kita sebagi oarang yang memiliki bahasa harus memperhatikan bahasa
itu secara benar – benar terperinci karena ternyata bahassa itu memiliki bagian – bagian
sampai yang terkecil termasuk salah satunya adalah semantik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul .2007. Linguistik Umum . Jakarta : Rineka Cipta
Djajasudarma,Fatimah .1993. Semantik 1 .Bandung : PT Refika Aditama
Djajasudarma,Fatimah .1993. Semantik 2 .Bandung : PT Refika Aditama
Handan,Ely .(2010). Semantik Bahasa Indonesia . [ Online ]. Tersedia :
http://elyhamdan.wordpress.com/2010/04/16/semantik-bahasa-indonesia-rangkuman/
[22 November 2012 ]
Octafiyan .(2012). Semantik Bahasa Indonesia . [ Online ]. Tersedia :
http://octafiyantiuir.blogspot.com/2012/03/semantik-bahasa-indonesia_11.html/
[22 November 2012 ]
Pateda ,Mansoer .2001. Semantik Leksikal . Jakarta : PT Rineka Cipta
Robita .(2011). Semantik Bahasa Indonesia . [ Online ]. Tersedia :
http://robita.wordpress.com/2011/03/30/semantik-bahasa-indonesia/
[20 November 2012 ]
18
Download