1 BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab dua ini penulis akan

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan
digunakan dalam penelitian kali ini. Teori tersebut mencangkup pengertian dari
semantik, teori medan makna dan teori komponen makna. Teori tersebut digunakan
untuk mendukung analisis perbandingan makna kata oleh penulis dalam penelitian ini
2.1
Pengertian Semantik
Dalam memahami makna kata , penulis harus memiliki dasar pengertian tentang
makna dalam penganalisaannya. Semantik adalah salah satu dasar landasan tersebut
yang dapat digunakan oleh penulis untuk melakukan analisis pada makna kata dari suatu
bahasa.
Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang
makna kata. Kata semantik yang berasal dari bahasa Yunani “sema” (kata benda) yang
berartu ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah semiano yang berarti ‘menandai’
atau ‘melambangkan’. Menurut Chaer (2013:2), Kata semantik disepakati sebagai istilah
yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda
linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam
linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Dalam analisis semantik
perlu disadari bahwa bahasa memiliki sifat yang unik dan mempunyai hubungan erat
dengan budaya masyarakat pemakainya yang mana analisis semantik suatu bahasa
hanya berlaku untuk bahasa itu saja dan tidak dapat digunakan untuk menganalisis
bahasa lain. Contohnya , kata ikan dalam bahasa Indonesia mempunyai makna sebagai
jenis binatang yang hidup dalam air dan biasa dimakan sebagai lauk; dan dalam bahasa
Inggris sepadan dengan fish. Tetapi dalam bahasa Jawa kata iwak yang juga berarti ikan
yang juga memiliki arti lain yaitu daging yang digunakan juga sebagai lauk.
7
8
Semantik memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan tataran atau
bagian dari bahasa yang menjadi objek penyelidikannya. Jika objek penyelidikannya
adalah leksikon maka semantiknya disebut semantik leksikal.Dalam semantik leksikal
ini diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu,
makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal.Leksem adalah istilah
dalam studi semantik yang biasanya dipadankan dengan istilah kata yang lazim
digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis. Bedanya sebagai satuan semantik,
leksem dapat berupa sebuah kata seperti meja, kucing, makan; namun dapat juga berupa
gabungan kata seperti meja hijau, dalam arti ‘pengadilan’, bertekuk lutut dalam arti
‘menyerah’ dan tamu yang tidak diundang dalam arti ‘pencuri’. Pateda (2010:74) juga
mengungkapkan bahwa semantik leksikal memperhatikan makna yang terdapat di dalam
kata sebagai satuan mandiri. Jenis selanjutnya dikenal dengan sebutan semantik
gramatikal . Objek studi dari semantik gramatikal adalah makna-makna gramatikal dari
tataran tata bahasa atau gramatika morfologi dan juga sintaksis. Kemudian ada juga
istilah semantik sintaktikal yang mana sasaran penyelidikannya tertumpu pada hal-hal
yang berkaitan dengan sintaksis seperti fungsi gramatikal, kategori gramatikal dan peran
gramatikal. Disamping itu ada hal-hal yang merupakan masalah semantik, namun bukan
masalah ketatabahasaan seperti masalah topikalisasi kalimat. Untuk pembicaraan hal-hal
seperti topikalisasi ini Verhaar (1978:126) memberi wadah sendiri yang disebut
semantik kalimat. Berikutnya ada satu jenis semantik lagi yang oleh Verhaar disebut
semantik maksud yaitu yang berkenaan dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahasa
seperti metafora, ironi, litotes dan sebagainya.
Menurut Chafe dalam Chaer (2013: 22) , struktur semantik terdiri dari dua unit
semantik pokok, yaitu (1) kata kerja (KK) dan (2) kata benda (KB). Dalam unsur
semantik ini KK merupakan pusat yang menentukan hadiranya KB dalam struktur
semantik itu. Beberapa banyak KB yang hadir dalam suatu struktur semantik tergantung
pada jenis / tipe KK struktur itu. KK keadaan hanya menghadirkan satu KB seperti
dalam kalimat Ibu termenung; KK aksi monotransitif menghadirkan dua KB, seperti
dalam kalimat Ibu membeli gula; sedangkan KK aksi bitransitif menghadirkan tiga KB
seperti kalimat Ibu membelikan adik sepatu. Dari contoh itu jelas tampak karena
perbedaan bentuk dan arti KK membeli dan membelikan mengakibatkan perubahan arti
9
dan struktur kalimat tersebut. Chafe mengemukakan dilihat dari ciri-ciri semantiknya,
ada lima tipe utama KK dasar (1-5) dan empat tipe KK dasar tambahan (No. 6-9) ,
yaitu :
(1) KK keadaan
(2) KK proses
(3) KK aksi
(4) KK aksi-proses
(5) KK ambien, yaitu KK yang berhubungan dengan cuaca
(6) KK pengalaman
(7) KK benafaktif
(8) KK pelengkap
(9) KK lokatif
2.2
Teori Medan Makna
Kata-kata dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan ke dalam kelompok-
kelompok tertentu yang maknanya saling berkaitan dan berdekatan karena berada dalam
satu bidang kegiatan , keilmuan atau berada dalam satu lingkungan. Pengelompokkan
yang saling berkaitan tersebut dikenal dengan sebutan medan makna.
Harimurti dalam Chaer (2013;110) menyatakan bahwa medan makna (semantic
field,
semantic domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa
yang
menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta
tertentu dan direalisasikan oleh seperangkat unsur leksial yang maknanya berhubungan.
Kata atau unsur leksikal yang maknanya berhubungan dalam satu bidang tertentu
jumlahnya tidak sama dari satu bahasa dengan bahasa lain, sebab berkaitan erat dengan
kemajuan atau situasi budaya masyarakat bahasa yang bersangkutan (Chaer, 2013:111).
Contohnya , bahasa Inggris membagi warna menjadi sepuluh nama warna yaitu : white
‘putih’, red ‘merah’, green ‘hijau’, yellow ‘kuning’, blue ‘biru’, brown ‘cokelat’, purple
‘ungu’, pink ‘merah muda’, orange ‘oranye’, dan grey ‘abu-abu’. Lain halnya pada
bahasa Hunanco, salah satu bahasa di Filipina, hanya mengenal empat nama warna
10
yaitu : (ma) biru ‘hitam dan warna gelap lain’, (ma) langit ‘putih dan warna cerah lain’,
(ma) rarar ‘kelompok warna merah’, dan (ma) latuy ‘kuning , hijau muda, dan cokelat
muda’.
Chaer (2013) mengatakan bahwa kata-kata yang berada dalam satu medan
makna dapat digolongkan menjadi dua, yaitu yang termasuk golongan kolokasi dan
golongan set. Kolokasi (berasal dari bahasa Latin colloco yang berarti ada di tempat
yang sama dengan) menunjuk kepada hubungan sintagmatik yang terjadi antara katakata atau unsur-unsur leksikal itu. Contohnya, pada kalimat Tiang layar perahu nelayan
itu patah dihantam badai, lalu perahu itu digulung ombak, dan tenggelam beserta
isinya, kita dapati kata-kata layar,perahu, nelayan, badai, ombak, dan tenggelam
merupakan kata-kata dalam satu kolokasi; satu tempat atau linkungan. Kata-kata layar,
perahu, badai, ombak, dan tenggelam di atas berada dalam satu lingkungan, yaitu dalam
pembicaraan mengenai laut.
Dalam jenis makna juga dikenal istilah makna kolokasi yaitu berkenaan dengan
keterikatan kata tersebut dengan kata lain yang merupakan kolokasinya. Contohnya kata
tampan, cantik, dan indah sama-sama bermakna denotative ‘bagus’. Tetapi kata tampan
memiliki ciri makna [+laki-laki] sedangkan kata cantik memiliki ciri makna [-laki-laki]
dan kata indah memiliki ciri makna [-manusia]. Oleh karena itu dikenal bentuk-bentuk
pemuda tampan, gadis cantik, dan pemandangan indah , sedangkan pemuda indah, gadis
tampan, pemandangan cantik tidak dapat diterima
Pateda (2010:255), juga memberi contoh misalnya kata-kata : membawa,
memikul, menggendong, menjinjing, dan menjunjung. Pertalian maknanya, yakni
seseorang yang menggunakan tangan, kepala atau bahunya, memindahkan sesuatu dari
tempat yang satu ke tempat lain. Aktivitas itu dilaksanakan oleh manusia.Pada waktu
melaksanakan kegiatan digunakan anggota badan berupa tangan atau bahu. Dalam
bayangan kita, ada benda yang menjadi objek kegiatan, dan kegiatan dilaksanakan dari
tempat yang satu ke tempat yang lain
Golongan medan makna berikutnya dikenal dengan istilah golongan set.
Menurut Chaer (2013) , medan makna golongan set menunjuk pada hubungan
11
paradigmatik karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada dalam suatu set dapat
saling menggantikan. Suatu set biasanya berupa sekelompok unsur leksikal dari kelas
yang sama yang tampaknya merupakan satu kesatuan. Setiap unsur leksikal dalam suatu
set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota dalam set tersebut.
Contohnya kata remaja yang merupakan tahap pertumbuhan antara kanak-kanak dan
dewasa; kemudian kata sejuk yang merupakan suhu di antara dingin dan hangat. Jika
dibagankan kata-kata yang berada dalam satu set dengan kata remaja dan sejuk adalah
sebagai berikut:
SET
bayi
dingin
(Paradigmatik)
kanak-kanak sejuk
remaja
hangat
dewasa
panas
manula
terik
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu medan makna adalah
seperangkat unsur leksikal atau kata yang maknanya saling berhubungan karena
menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam suatu situasi dan
kondisi tertentu yang ada di alam semesta.
2.3
Teori Komponen Makna
Jika dalam medan makna membahas kata-kata, ada yang berdekatan makna, ada
yang berjauhan ada yang mirip atau bertentangan,maka untuk mengetahui seberapa jauh
kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan ketidaksamaan makna, perlu diketahui komponen
maknanya.
Palmer dalam Pateda (2010:260) berkata,”Components: the total meaning of a
word being seen in terms of a number of distinct elements or components of meaning”
artinya : komponen adalah total arti dari sebuah kata yang dilihat dari segi jumlah
elemen atau komponen makna yang berbeda.
12
Selanjutnya menurut Chaer (2013:114), komponen makna atau komponen
semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan
bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang
bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut.
Kemudian Koizumi (1993:246) memberi contoh komponen makna yang terdapat
pada beberapa hewan yang ada dalam bahasa Inggris sebagai berikut:
牛
馬
羊
雄
bull
horse ram
雌
cow
Mare ewe
仔
calf
Colt
lamb
“英語ではこれらの動物は、いずれも単ーの語から成るー次語で命名されてい
るが、日本語ではオウシ~メウシ~コウシ、オスウマ~メスウマ~コウマと複
合して二次語で表されることから、
牛の bull, 馬の horse, 羊の ram にはオスの意味成分,
牛の cow, 馬の mare, 羊の ewe にはメスの意味成分
がそれぞれ含まれていると考えてよい。同じく、牛の Calf,馬の Colt,羊の Lamb
からは、コの意味成分が取り出される。”
Terjemahan :
sapi
kuda
kambing
jantan bull
horse ram
betina cow
mare
ewe
anak
colt
lamb
calf
13
“Dalam bahasa Inggris hewan tersebut, semuanya dari kata tunggal menjadi satu kata,
sedangkan kalau dalam bahasa Jepang yaitu oushi~meushi~koushi, osu uma~mesu
uma,ko uma ditunjukkan dengan kombinasi dari dua kata,
bull : sapi , horse : kuda, ram : kambing , memiliki komposisi makna jantan
cow : sapi, mare : kuda, ewe : kambing , memiliki komposisi makna betina,
masing-masing dianggap termasuk ke dalamnya. Begitu juga , calf : sapi, colt : kuda,
lamb: kambing, komposisi maknanya yaitu anak.”
Berikutnya Hjelmslev dalam Koizumi (1993:246) berpendapat“オスの意味成分を「+
男性」、メスの意味成分を「-男性」というようにプラスとマイナス記号を使
って表している。また、コの意味成分は「-成人」としている。”
Terjemahan :
“komposisi makna jantan yaitu [+pria], komposisi makna betina [-pria] , hal tersebut
ditunjukkan menggunakan simbol plus dan minus. Begitu juga dengan komposisi makna
dari anak yaitu [-dewasa]”
Simbol penggunaan komponen makna yaitu ditandai oleh tanda plus dan minus
untuk mengetahui adanya ciri tersebut dalam suatu kata atau tidak (Chaer,2013).
Hjelmslev dalam Koizumi (1993:247) juga memberi contoh analisa komponen makna
mengenai kata yang berkenaan dengan “hito” (orang) dalam bahasa Inggris sebagai
berikut :
“ Man [+人間] [+男性] [+成人]
Woman[+人間] [-男性]
[+成人]
Boy
[+人間] [+男性] [-成人]
Girl
[+人間] [-男性] [-成人]
このように、語の内容形式を意味成分に分解する操作を成分分析と呼んでいる。
こうして分解された意味成分がまとまって1つの語彙を形成するのであるが、
日本語には英語とは異なる語彙化が見られる。
14
Boy : オトコ
[+人間] [+男性]
のコ [-成人]
Girl : オンナ
[+人間] [-男性]
のコ [-成人]
また、
オトコ [+人間] [+男性]
[+成人]
オンナ [+人間] [-男性]
[+成人]
Terjemahan :
Man
[+manusia] [+laki laki] [+dewasa]
Woman[+manusia] [-laki laki] [+dewasa]
Boy
[+manusia] [+laki laki] [-dewasa]
Girl
[+manusia] [-laki laki] [-dewasa]
Yang seperti ini disebut dengan analisa komposisi uraian komposisi makna pola /
format isi kata. Dengan seperti ini, penformatan satu kosakata disimpulkan dengan
uraian komposisi makna. Namun dalam bahasa Jepang dan bahasa Inggris terlihat
perbedaan dari perbendaharaan kata / kosakata.
Boy : ‘Otoko’ [+manusia] [+laki-laki] [-dewasa]
Girl : ‘Onna’ [+manusia] [-laki-laki] [-dewasa]
kemudian,
‘Otoko’ [+manusia] [+laki-laki] [+dewasa]
‘Onna’ [+manusia] [-laki-laki] [+dewasa] ”
Perumusan makna di dalam kamus menurut Chaer (2013) tampaknya juga
memanfaatkan atau berdasarkan analisis biner seperti di atas. Contohnya, Kamus Umum
Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta mendefenisikan kata kuda sebagai
‘binatang menyusui yang berkuku satu dan biasa dipelihara orang untuk kendaraan’.
Jadi ciri binatang menyusui, berkuku satu dan biasa dipelihara orang adalah ciri umum.
Lalu, ciri makna ‘kendaraan’ menjadi ciri khusus yang membedakannya misal dengan
sapi atau kambing.Untuk lebih jelas bisa dilihat sebagai berikut.
15
Ciri-ciri
Kuda
Sapi
Kambing
1.menyusui
+
+
+
2.berkuku satu
+
+
+
3.dipiara
+
+
+
4.kendaraan
+
-
-
Chaer (2013) mengungkapkan bahwa dari pengamatan terhadap data/unsurunsur leksikal, ada tiga hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan analisis biner
tersebut. Pertama, ada pasangan kata yang salah satu daripadanya lebih bersifat netral
atau umum sedangkan yang lain lebih bersifat khusus. Misalnya, pasangan kata
mahasiswa dan mahasiswi. Kata mahasiswa lebih bersifat umum dan netral karena dapat
termasuk “pria” dan “wanita”. Sebaliknya kata mahasiswi lebih bersifat khusus karena
hanya mengenai “wanita”. Jadi penjelasan tersebut dirangkum ke dalam tabel berikut.
Ciri
Mahasiswa Mahasiswi
Pria
+
-
Wanita
+
-
Kedua, ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasangannya karena memang
mungkin tidak ada; tetapi ada juga yang mempunyai pasangan lebih dari satu. Contoh
yang sukar dicari pasangannya adalah kata-kata yang berkenaan dengan warna , seperti
merah,kuning, hijau dan sebagainya. Contoh kata yang mempunyai pasangan lebih dari
satu yaitu berdiri. Kata berdiri bukan hanya bisa dipertentangkan dengan kata duduk,
tetapi bisa juga dengan kata tidur,rebah,jongkok dan berbaring.Ketiga, seringkali sukar
mengatur ciri-ciri semantic itu secara bertingkat mana yang lebih bersifat umum dan
mana yang lebih bersifat khusus. Contohnya kata dewasa dan jantan. Bisa jantan tetapi
bisa juga dewasa sebab tidak ada alasan bagi kita untuk menyebutkan ciri jantan lebih
umum daripada dewasa begitu juga sebaliknya karena ciri yang satu tidak menyiratkan
makna lain
16
Pembahasan-pembahasan di atas menitikberatkan pada ciri-ciri komponen
makna yang ditinjau dari kecocokan ciri-ciri semantik antara unsur leksikal yang satu
dengan unsur leksikal yang lain. Namun kesesuaian ciri komponen makna berlaku
bukan hanya pada unsur-unsur leksikal saja tetapi juga berlaku antara unsur leksikal dan
unsur gramatikal.
Chafe dan Fillmore dalam Chaer (2013:124) , berpendapat bahwa setiap unsur
leksikal mengandung ketentuan-ketentuan penggunaanya yang sudah terpateri yang
bersifat gramatikal dan bersifat semantis. Ketentuan-ketentuan gramatikal memberikan
kondisi-kondisi gramatikal yang berlaku jika suatu unsur gramatikal hendak digunakan.
Chaer (2013:125) memberi contoh keterkaitan ciri-ciri semantik dan ketentuanketentuan gramatikal yaitu pada kata kerja ‘membaca’. Kata kerja ‘membaca’ ini dalam
penggunaannya memerlukan hadirnya sebuah subjek yang berupa sebuah nomina atau
frase nomina berciri makna (+manusia) dan sebuah objek yang berciri makna (+bacaan)
atau (+tulisan). Maka contoh kalimat Bupati membaca Koran dapat diterima karena kata
bupati berciri makna [+manusia] dan koran berciri makna [+bacaan]. Contoh lainnya
dapat dilihat dari kata kerja ‘membelikan’ dan kata kerja ‘tiba’. Kata kerja membelikan
membutuhkan hadirnya sebuah subjek berciri [+manusia] dan dua buah objek; yang satu
berciri benda umum, seperti dalam kalimat : Ibu membelikan adik baju baru. Kata kerja
‘tiba’ juga mengharuskan hadirnya sebuah keterangan berciri [+lokasi], seperti tampak
pada kalimat Beliau tiba di pasar. Kehadiran frase di pasar ini bersifat agak wajib
karena kata kerja tiba itu juga memiliki ciri makna [+lokasi]
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komponen makna
adalah makna yang dimiliki oleh setiap kata yang terdiri dari sejumlah komponen yang
membentuk keseluruhan makna dari kata itu. Analisis biner merupakan salah satu cara
yang lazim digunakan oleh para ahli dalam menganalisis komponen makna yaitu dengan
bantuan menggunakan simbol plus dan minus untuk mengetahui ada atau tidaknya ciri
tersebut. Meskipun menurut ahli analisis biner banyak kelemahan,tetapi cara tersebut
banyak memberi manfaat untuk memahami makna kalimat. Maka dari itu , kesesuaian
semantik dan gramatis seorang penutur suatu bahasa dapat dengan mudah memahami
makna dan menggunakan bahasanya bukanlah karena dia menguasai sebuah kalimat
17
yang ada dalam bahasanya itu, melainkan karena adanya unsur kesesuaian atau
kecocokan ciri-ciri semantik dengan unsur leksikal yang satu dengan unsur leksikal
lainnya.
18
Download