di Desa Singa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten

advertisement
PERANAN PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KEAMANAN DI DESA
SINGA GEMBARA KECAMATAN SANGATTA UTARA PEMERINTAHAN
KABUPATEN KUTAI TIMUR
Syamsul Arif1
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peranan
pengawasan melekat terhadap keamanan di Desa Singa Gembara, Kabupaten
Kutai Timur dan untuk menemukan kebenaran dari teori hipotesis.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2014 sampai dengan
Januari Tahun 2015 atau sekitar 3 (tiga) bulan di Desa Singa Gembara,
Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur. Penelitian menggunakan
sampel berjumlah 20 orang atau sekitar 0,13% penduduk dari Desa Singa
Gembara, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur sebagai
responden.
Dari hasil penelitian diketahui nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel yakni
r-hitung = 0,7436 r-tabel = 0,516, sehingga data saling berkorelasi (memiliki
hubungan linear) dengan interpretasi korelasi hubungan tinggi (baik) antara
independent-variable yaitu pengawasan dengan dependent-variable yaitu kondisi
keamanan masyarakat. Berdasarkan analisis data diketahui hipotesis alternatif
diterima dan hipotesis nihil ditolak karena t-hitung lebih besar dari t-tabel yakni
t-hitung = 7.0568 t-tabel = 3.610. Sehingga hipotesis yang diajukan diterima,
karena terdapat signifikansi (keberartian) antara independent-variable yaitu
pengawasan melekat dengan dependent-variable yaitu kondisi keamanan
masyarakat. Dengan kata lain pengawasan yang dilaksanakan di Desa Singa
Gembara mempunyai pengaruh terhadap tingkat keamanan desa.
Keywords: Pengawasan Melekat, Keamanan, desa Singa Gembara
I. PENDAHULUAN
Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi
bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6
(enam) agama. Tidak ada satu pun negara di dunia yang memiliki keberagaman
sebesar Indonesia. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika sudah ada sejak kerajaan
Majapahit, pada abad ke 13 Bangsa Indonesia sudah beraneka ragam.
Bangsa yang besar harus mampu mengelola kemajemukan sebagai aset
atau potensi, bukan faktor yang dapat memecah belah kehidupan masyarakat,
sosial dan keagamaan. Masyarakat yang majemuk pada dasarnya selalu rawan
gangguan keamanan. Gangguan keamanan horizontal yang kerap kali muncul di
Indonesia bersumber dari perlakuan diskriminasi seperti ketidakadilan sosial
dan ekonomi, kesenjangan pembangunan infrastruktur, pendidikan dan lainnya.
Kecenderungan kehidupan saat ini dan mungkin yang akan datang,
kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia ternyata belum dikelola dengan
baik sebagai modal sosial. Malah yang terjadi adalah kemajemukan tersebut
1
Alumni Fisipol Untag 1945 Samarinda
dijadikan sebagai pemicu terjadi gangguan keamanan, terutama menyangkut
hubungan antar agama, antar suku, antar budaya/adat. Pengalaman
menunjukkan gangguan keamanan besar yang pernah terjadi di Ambon dan
Poso merupakan bukti dua entitas agama besar tidak menjadi modal sosial untuk
perekat kebangsaan, malah menjadi pemicu gangguan keamanan. Gangguan
keamanan besar yang terjadi di Sambas, Sampit dan daerah Kalimantan lainnya
yang melibatkan dua entitas suku besar adalah bukti betapa hidup rukun dalam
perbedaan etnis masih menemukan hambatan besar.
Frekuensi kekerasan dalam gangguan keamanan di antara kelompok
buruh, petani, dan masyarakat adat dengan Negara atau swasta/perusahaan
semakin meningkat. Tingginya frekuensi kekerasan yang menyertai kasus-kasus
gangguan keamanan tersebut merupakan indikator bahwa Negara telah gagal
mengelola gangguan keamanan secara demokratis.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa permasalahan
gangguan keamanan, khususnya gangguan keamanan sosial begitu kompleks
dan dinamis dan terus mengalami perubahan, termasuk di potensi bencana
sosial di wilayah Kalimantan Timur, salah satu alternatif untuk mencari solusi
alternatif penanganan gangguan keamanan adalah perlunya Sosial, khususnya di
Kutai Timur. Keberhasilan keamanan kepada masyarakat dengan memuaskan
ditandai ketenangan, ketenteraman, kerukunan, kedamaian, persatuan dan
kesatuan merupakan dambaan masyarakat. Dengan kata lain setiap orang
menginginkan keadaan yang kondusif agar dapat mencari nafkah dengan lancar.
Keamanan yang prima seperti tersebut di atas juga didambakan oleh penduduk
di Desa Singa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa permasalahan
gangguan keamanan, khususnya gangguan keamanan sosial begitu kompleks
dan dinamis dan terus mengalami perubahan, termasuk di potensi bencana
sosial di wilayah Kalimantan Timur, salah satu alternatif untuk mencari solusi
alternatif penanganan gangguan keamanan adalah perlunya Sosial, khususnya di
Kutai Timur. Keberhasilan keamanan kepada masyarakat dengan memuaskan
ditandai ketenangan, ketenteraman, kerukunan, kedamaian, persatuan dan
kesatuan merupakan dambaan masyarakat. Dengan kata lain setiap orang
menginginkan keadaan yang kondusif agar dapat mencari nafkah dengan lancar.
Keamanan yang prima seperti tersebut di atas juga didambakan oleh penduduk
di Desa Singa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur.
PERMASALAHAN
“Bagaimana peranan pengawasan melekat
terhadap keamanan di Desa Singa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara
Kabupaten Kutai Timur ?”.
III. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini mengambil sebuah lokasi di Kabupaten Kutai Timur
di Desa Singa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur.
Luas wilayah Desa Singa Gembara adalah 31,118 kilometer persegi dengan batasSelanjutnya untuk menganalisis data, maka digunakan analisis statistik
teknik koefisien korelasi, sehingga dapat diketahui hubungan linearitas antara
independent-variable yaitu pengawasan melekat oleh Kepala Desa di Desa Singa
Gembara, Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur dan dependentvariable yaitu kondisi keamanan masyarakat.
Analisa data menggunakan korelasi Product Moment Pearson r-hitung
akan dibandingkan dengan r-tabel untuk mengetahui bahwa valid atau tidaknya
nilai r dalam mengukur hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Untuk
membaca r-tabel Product Moment Pearson menggunakan acuan :
(dk) = N – 2
Dimana :
dk = Nilai r-tabel Product Moment Pearson
N = Jumlah Responden
Apabila r-hitung < r-tabel maka data dianggap tidak valid dan sebaliknya
jika r-hitung > r-tabel maka data dianggap valid. Dengan kriteria interpretasi
nilai r menurut (Sugiono, 2007:113) adalah sebagai berikut :
35
Tabel 3.1. Interpretasi Nilai r Product Moment Pearson
Koefisien Validitas
Interpretasi
0,80 ≤ xy≤r 1,00
Korelasi sangat tinggi (Sangat baik)
0,60 ≤ xy <r0,799
Korelasi tinggi (baik)
0,40 ≤ xy <r0,599
Korelasi sedang (cukup)
0,20 ≤ xy <r0,399
Korelasi rendah (kurang)
0,00 ≤ xy <r0,199
Korelasi sangat rendah (sangat kurang)
rxy < 0,00
Korelasi Tidak ada
Dengan rumus analisisnya menurut Sudjana (1983:33), berikut ini :
N ( XY ) ( X )( Y )
rXY
{N X 2 ( X )2 }{N Y 2 ( Y )2 }
Dimana :
r = Korelasi
N = Jumlah Responden
X = Nilai Pengawasan
Y = Nilai Keamanan Desa
Selanjutnya setelah ditemukan harga r, maka dapat dilakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan rumus test (kunci t) Sutrisno Hadi (1983: 78),
dengan rumus :
rn2t
1 rn
Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel, berarti hipotesis yang diajukan
diterima dan bila keadaan menunjukkan sebaliknya, maka hipotesis ditolak.
Sedangkan penelitian ini mencari pengaruh atau signifikansi antara kedua
variabel
yang diamati. Adapun taraf signifikansi yang akan digunakan adalah = 0,01
untuk tes satu sisi (one tail) atau 0,02 untuk tes dua sisi (two tail). Dengan acuan
ttabel yaitu (df) = N – 2 (dengan N adalah jumlah sampel).
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat yang dilakukan oleh kepala Desa Singa Gembara
yang merupakan indikator independent variable (gejala bebas) yang penulis amati
dan penulis membagikan kuisioner kepada seluruh narasumber, yang
jawabannya disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.2. Jawaban Responden Tentang Pengawasan
Jawaban Kuesioner Soal Ke-
Jumlah Skor
Responden
Jawaban (X)
1
2
3
4
5
1
B
C
A
A
C
20
2
C
B
A
A
B
21
3
B
B
B
A
C
20
4
B
B
B
B
C
19
5
B
B
B
B
B
20
6
C
B
B
B
B
19
7
B
C
B
B
C
18
8
C
B
B
B
C
18
9
B
B
C
B
B
19
10
B
C
B
B
B
19
11
C
B
C
B
B
18
12
B
C
C
A
B
19
13
B
C
C
A
C
18
14
B
C
B
B
C
18
15
B
B
B
B
B
20
43
Jawaban Kuesioner Soal Ke-
Jumlah Skor
Responden
Jawaban (X)
1
2
3
4
5
16
B
C
B
B
C
18
17
B
B
B
B
B
20
18
A
C
B
B
B
20
19
A
C
B
A
C
20
20
B
C
B
A
B
20
Jumlah skor sesuai dengan interval jawaban pada bab 3.6 Teknik Pengukuran Data,
dimana bila jawaban A diberi nilai 5, B nilainya 4, C nilainya 3, D nilainya 2 dan E
bernilai 1. (Sumber: Kuisioner).
4.3. Keamanan
Indikator dependent variable (gejala kontinum) yang penulis amati yaitu
keamanan Desa Singa Gembara. Keamanan lingkungan atau masyarakat selalu
tidak lepas dari kata ketertiban masyarakat atau yang lebih kenal sebagai
keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) dan penulis membagikan
kuisioner kepada seluruh narasumber, yang jawabannya disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.3. Jawaban Responden Tentang Keamanan
Jawaban Kuesioner Soal Ke-
Jumlah Skor
Responden
1
2
3
4
5
Jawaban (Y)
1
A
C
A
A
C
21
2
B
B
A
A
B
22
3
A
B
B
A
C
21
4
B
A
B
B
B
21
5
B
B
B
B
B
20
6
A
B
B
B
C
20
7
B
C
B
A
C
19
8
A
B
B
A
C
21
9
B
B
C
B
B
19
10
B
C
B
A
B
20
11
A
B
C
B
C
19
4
4
Jawaban Kuesioner Soal Ke-
Jumlah Skor
Responden
1
2
3
4
5
Jawaban (Y)
12
A
B
B
C
C
19
13
A
B
B
C
C
19
14
B
B
B
B
C
19
15
B
B
A
B
B
21
16
B
C
B
A
C
19
17
B
B
B
B
B
20
18
A
B
B
A
B
22
19
A
B
B
A
C
21
20
B
B
B
A
B
21
Jumlah skor sesuai dengan interval jawaban pada bab 3.6 Teknik Pengukuran Data,
dimana bila jawaban A diberi nilai 5, B nilainya 4, C nilainya 3, D nilainya 2 dan E
bernilai 1. (Sumber: Kuisioner).
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan yang peneliti ingin dapatkan pada bab
sebelumnya,
maka pada bab ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan perhitungan diketahui nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel
yakni r-hitung = 0,7436 r-tabel = 0,516, maka dikatakan data yang
digunakan merupakan data yang valid yang saling berkorelasi (memiliki
hubungan linear) dengan interpretasi korelasi hubungan tinggi (baik)
antara independent-variable yaitu Pengawasan melekat oleh Kepala Desa
di Desa Singa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara Kabupaten Kutai
Timur dan dependent-variable yaitu kondisi keamanan masyarakat.
2. Berdasarkan analisis data diketahui hipotesis alternatif diterima dan
hipotesis nihil ditolak karena t-hitung lebih besar dari t-tabel yakni thitung = 7.0568 t-tabel = 3.610. Sehingga hipotesis yang diajukan diterima,
karena terdapat signifikansi (keberartian) antara independent-variable yaitu
Pengawasan melekat dengan dependent-variable yaitu kondisi keamanan
masyarakat. Dengan kata lain Pengawasan melekat yang dilaksanakan di
Desa Singa Gembara mempunyai pengaruh terhadap tingkat keamanan
desa.
B. Saran-saran
Sebagai penutup skripsi ini penulis akan menyampaikan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Kepala desa harus meningkatkan kelengkapan sarana keamanan.
2.
3.
4.
Keakraban dengan penduduk desa dan pemerintah desa harus terus
dibina dan ditingkatkan.
Kepala desa harus memberi penghargaan bagi yang berprestasi dan
menegur/sangsi yang salah.
Penduduk desa harus aktif menjaga berbagai kemungkinan kejahatan
begal dan pencurian dengan kekerasan.
BIBIOGRAFI
Anonim, 2002, Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2002, Jakarta.
Bungin, Burhan, 2006, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Djati Julitriarsa dan John Suprihantoro. 1998. Manajemen Umum. BPFE,
Jakarta
Eka, 2011, Jurnal Hukum Sosial Budaya, Samarinda
Fathoni Abdurrahmat, 2006, Organisasi dan Manajemen, cetakan
pertama,Rineka Cipta, Jakarta.
Gibsom James L., 1984, Organisasi dan Management, Kringga, Jakarta.
Hadari Nawawi. 1994. Ilmu Administrasi. Ghalia, Jakarta.
----------------------.
1995.
Pengawasan
Melekat
di
Lingkungan
AparaturPemerintah. Erlangga, Jakarta.
Handayaningrat, Soewarno, 1982, Pengantar Ilmu Pengetahuan dan
Manajemen. Gunung Agung, Jakarta.
-----------------------------------, 1993, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen, PT. Gunung Agung, Jakarta.
Handoko, T, Hani. 2003. Manajemen. BPFEE, Yogyakarta.
Hani Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
BPFE, Yogyakarta.
-----------------------------. 2003. Manajemen. BPFE, Yogyakarta.
Heidjarachman Ranupandojo dan Suad Husnan. 1990. Manajemen
Personalia. BPFE, Yogyakarta.
Koentjaraningrat, 1977, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT.
Gramedia, Jakarta.
Komarudin. (1993). Manajemen Kantor Teori dan Praktek. Trigenda Karya,
Bandung
Download