MODUL PERKULIAHAN Human Relations Seminar “Interactive Problem Solving” Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 14 Kode MK Disusun Oleh 42012 Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Abstract Kompetensi 1. Definisi Masalah 2. Rencana Kerja 3. Implementasi 4. Tindak lanjut Pada pertemuan ini mahasiswa dapat mengambil manfaat dan dapat mengulas kembali dari pertemuan ke 1 sampai 14 Interactive Problem Solving 1. Modul 1 Menurut Onong Uchjana Effendy, Human Relations sebagai hubungan manusia, bukan hubungan manusiawi. Hal tersebut tidak terlalu salah karena yang berhubungan satu sama lain adalah manusia. Ia menambahkan: “Hanya saja (Human Relations) di sini sifat hubungan tidak seperti orang berkomunikasi biasa, bukan hanya merupakan penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain, tetapi hubungan antar orang-orang yang berkomunikasi itu mengandung unsur-unsur kejiwaan yang sangat mendalam.” (Effendy, 2001: 138) Jadi, dapat disimpulkan Human Relations adalah suatu hubungan antar manusia yang lebih dari sekedar hubungan manusia, melainkan hubungan manusiawi yang tidak hanya mementingkan aspek komunikasi, tetapi juga aspek psikologis dan kepuasan. Menurut R.F. Relations dapat Maier dalam dilakukan untuk bukunya, Principle menghilangkan of Human Relation “Human hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia.” Human Relations dilakukan untuk menyembuhkan orang yang menderita frustasi. Frustasi timbul pada diri seseorang akibat suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan olehnya. Apabila frustasi itu diderita oleh anggota, apalagi jika jumlahnya banyak ini akan mengganggu jalannya organisasi akan menjadi rintangan bagi tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi. Tidaklah bijaksana jika seorang pemimpin menangani setiap anggota yang frustasi dengan tindakan kekerasan. Di sinilah pentingnya peranan Human Relations. Dia harus membawa penderita dari situasi masalah kepada pemecahan masalah situasi. 2. Modul 2 Kadangkala manipulasi yang konstruktif diperlukan, tetapi perlu dilakukan dengan hati-hati. Mari kita lihat manipulasi dengan dampak sebagai acuan. Jika dampaknya adalah destruktif, manipulasi menyebabkan sakit hati, marah dan reaksi defensif lainnya. Di lain pihak, jika dampaknya konstruktif dan membantu orang lain memperoleh tujuannya, ini mengakibatkan saling penghargaan dan kepercayaan. Sebagai contoh, mengancam seseorang adalah teknik manipulasi yang tidak positif. Ini mengancam esteem” seseorang. Ini bukan apa yang anda lakukan tetapi bagaimana Anda “self- melakukan- nya. “Parenting”, mengajar, “conseling” dan “managing” adalah peran manipulatif dimana 16 2 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kita berusaha orang lain melakukan apa yang harus dilakukan. Manipulasi konstruktif sering merupakan tindakan yang esensial untuk membantu mengatasi perilaku yang negatif yang menghambat kinerja yang efektif atau pertumbuhan personal. 3. Modul 3 Konsep-konsep kontemporer dalam pembelajaran pengalaman telah berkembang dari karya Kolb dalam pengembangan inventaris gaya pembelajaran (learning styles inventory) (Kolb, Rubin, & McIntyre, 1974). Ia menggambarkan suatu siklus empat tahap yang dilalui seseorang untuk belajar dari pengalaman. 1. Secara langsung, pengalaman nyata adalah dasar. 2. Observasi dan refleksi; observasi itu dipadukan ke dalam suatu penjelasan. 3. Konsep abstrak dan generalisasi, yang berfungsi sebagai petunjuk untuk pengujian. 4. Perilaku yang baru dalam situasi yang berbeda Dalam pandangan ini, seseorang belajar dengan berpartisipasi dalam pengalaman yang konkret, berefleksi tentang pengalaman tersebut, merumuskan generalisasi dari refleksi itu, dan mencoba perilaku baru yang menguji generalisasi tersebut. Dalam interaksinya manusia sangat dipengaruhi oleh faktor situasional sehingga bisa menimbulkan perbedaan bagaimana gaya dan cara mereka belajar ataupun memecahkan masalah. Delgrado dalam suatu penelitian menyimpulkan bahwa respons otak sangat dipengaruhi oleh “setting” atau suasana yang melingkupi organisme (Packard, 1978:45). Kesimpulan Delgrado membawa kita kepada pengaruh situasi terhadap perilaku manusia. Edward G. Simpson merangkum seluruh faktor situasional sebagai berikut: A. Aspek-aspek objektif dari lingkungan 1) Faktor ekologis a. Faktor geografis b. Faktor iklim dan meteorologis 2) Faktor desain dan arsitektural 3) Faktor temporal 4) Analisis suasana perilaku 5) Faktor teknologi 6) Faktor sosial a. Struktur organisasi b. Sistem peranan c. Struktur kelompok 16 3 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d. Karakteristik populasi B. Lingkungan psikososial seperti dipersepsi oleh kita 1) Iklim organisasi dan kelompok 2) Ethos dan iklim institusional dan kultural C. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku 1) Orang lain 2) Situasi pendorong perilaku 4. Modul 4 Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yang efektif, dogmatisme harus digantikan dengan sikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan paling penting - saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal. Kepada kedua pihak yang menjalin hubungan, kepada anda dan saya Carl Rogers berpesan: ...when someone understands how it feels and seems to be me, without wanting to analyze me or judge me, then I can blossom and grow in that climate. (bila orang lain memahami bagaimana perasaan dan pandangan saya, tanpa berkeinginan untuk menganalisa atau menilai saya, barulah saya dapat tumbuh dan berkembang pada iklim seperti itu.) 5. Modul 5 A. Pengertian Analisis Transaksional Dalam buku “Transactional Analysis in Psychotherapy”, Berne (1961) mendefinisikan analisis transaksional sebagai sistematika analisis struktur transaksi, mencakup aspekaspek kepribadian dan dinamika sosial yang disusun berdasar pengalaman klinis serta merupakan bentuk terapi rasional yang mudah dipahami, dan mampu menyesuaikan dengan latar budaya klien. Analisis transaksional adalah metode yang menyelidiki peristiwa dalam interaksi orang per-orang, cara mereka memberikan umpan balik serta pola permainan status ego masing-masing. Metode ini kemudian dikenal sebagai salah satu teknik psikoterapi yang dapat digunakan dalam pelatihan individual, tetapi lebih cocok digunakan secara berkelompok (Corey, 2005). Analisis transaksional menurut pandangan Stewart (1996) berbeda dengan sebagian besar model terapi lain karena merupakan bentuk terapi berdasarkan kontraktual dan desisional. Analisis transaksional melibatkan suatu 16 4 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses pelatihan. Analisis transaksional juga berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan pada aspek-aspek kognitif rasional-behavioral serta berorientasi pada peningkatan kesadaran, sehingga klien akan mampu membuat putusanputusan baru untuk mengubah cara hidupnya (Spanceley, 2009). Sementara menurut pandangan Spanceley (2009), metode analisis transaksional sebagai bentuk penanganan masalah-masalah psikologis yang didasarkan atas hubungan antara klien dan terapis demi mencapai pertumbuhan dan kesejahteraan diri. Kesejahteraan diri dimaksud meliputi: terbebas dari keadaan tertekan, gangguan alam perasaan, kecemasan, berbagai gangguan perilaku khas serta masalah-masalah ketika membangun hubungan dengan orang lain. Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa analisis transaksional merupakan model analisis struktur dan fungsi status ego seseorang yang mempengaruhi dirinya dalam membangun transaksi dan interaksi dengan lingkungan dimana seseorang berada. Dasar Filosofi dan Tujuan Analisis Transaksional Analisis transaksional (AT) berakar pada sebuah filsafat antideterministik bahwa manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemrograman awal. Di samping itu, analisis transaksional berpijak pada asumsi-asumsi bahwa setiap orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya dan bahwa mereka pun mampu memilih untuk kemudian memutuskan kembali setiap keputusan yang telah dibuat sebelumnya (Covey, 2005). Dengan demikian analisis transaksional meletakkan kepercayaan pada kesadaran dan kesanggupan individu. Sebagai pendiri dan pengembang AT, Berne (Spanceley, 2009) memiliki pandangan optimis tentang hakikat individu, yaitu: 1) Individu adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk hidup sendiri. Individu memiliki potensi untuk mengelola dirinya, termasuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga menjadi pribadi yang otonom dan mandiri, terlepas dari ketergantungan terhadap orang lain. 2) Individu adalah makhluk yang memiliki potensi untuk membuat keputusan. Individu mempunyai kemampuan untuk membuat rencana-rencana kehidupan, kemudian memilih dan memutuskan rencana-rencana terbaik bagi dirinya. Rencana-rencana yang telah dibuatnya itu terus dinilai sesuai dengan irama perkembangan hidupnya, sehingga ia dapat memutuskan rencana yang lebih baik lagi bagi kehidupan selanjutnya. 3) Individu adalah makhluk yang bertanggung jawab. Individu bukan hanya mampu hidup mandiri dan membuat keputusan untuk dirinya, namun ia juga mampu bertanggung jawab atas pilihan dan putusan yang diambilnya serta konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pandangan ini sangat mempengaruhi usaha-usaha bantuan terapi terhadap klien. Dalam hal hubungan terapis dan klien, maka ciri 16 5 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hubungan idealnya adalah transaksi sejajar (compliment) dalam proses terapi dan keduanya harus sama-sama berbagi tanggung jawab dalam penetapan dan pencapaian tujuan terapi. Berne (1961) kemudian menjadikan argumentasi mengenai hakekat individu tersebut sebagai indikator menunjuk pada istilah OK bagi setiap individu. Oleh sebab itu hubungan diantara individu harus mencapai keadaan OK dengan jalan masing-masing harus mengakui prinsip dasar hakekat individu. Secara garis besar tujuan analisis transaksional dapat dijelaskan (Steiner, 2005) sebagai berikut: 1) Mencapai otonomi diri termasuk menggunakan setiap unsur status ego secara sadar dan memadai. 2) Membuat setiap individu menjadi akrab dengan metode analisis transaksional. Artinya bahwa pada saatnya akan terjadi pertukaran dalam bentuk transaksi, interaksi dan komunikasi yang sesuai tanpa mengganggu transaksi ciri status ego secara tumpang-tindih dan berlangsung secara spontan (menjadi kebiasaan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dasar filosofi AT adalah bahwa manusia merupakan mahluk yang bebas, bertanggungjawab, mandiri dan sanggup melampaui keputusan awal dengan keputusan baru untuk menyongsong perubahan yang lebih baik. Oleh sebab itu konsep AT menggunakan dasar filosofi ini untuk mendudukan kembali fungsi-fungsi manusia sebenarnya melalui bentukbentuk transaksi yang seimbang, positif dan OK. 6. Modul 6 Dasar Pemikiran: manusia, memiliki dorongan yang tidak disadari Dasar pemikiran: pembentukan dan pengembangan kepribadian didasari hubungan sosial Dasar pemikiran: kepribadian manusia bisa diukur menurut karakteristik psikologis khusus yang disebut sifat Kepribadian manusia dipengaruhi tiga komponen: Id, Superego, Ego. Kepribadian manusia digolongkan ke dalam tiga kelompok: Patuh, Agresif, Lepas dari orang lain (detached) Manusia berbeda karena adanya sifat berbeda pada setiap individu. Keinovatifan, Materialisme, Etnosentrisme. A. Faktor-faktor Penentu Kepribadian Kepribadian seseorang dihasilkan oleh faktor keturunan, lingkungan dan kondisi situasional (Stephen dan Timothy, 2008:127), antara lain: 1) Faktor Keturunan 16 6 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Faktor keturunan ditransimisikan melalui ”gen”, yang berada dalam kromosom, yang menentukan keseimbangan hormon, bentuk fisik, dan menentukan atau membentuk kepribadian. Kepribadian tidak seluruhnya dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi bentuk kepribadian seseorang. 2) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat memberikan tekanan kepada kepribadian seseorang adalah kultur masyarakat dimana seseorang dibesarkan, norma-norma keluarga, temanteman dan kelompok sosial, serta pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Kultur akan membentuk norma, sikap, dan nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya yang terus menerus berlangsung secara konsisten. 3) Kondisi Situasional Kondisi situsional dapat mempengaruhi efek dari faktor-faktor keturunan dan lingkungan terhadapa kepribadian. Kepribadian seseorang meskipun relatif stabil dan konsisten, namun dapat berubah pada situasi-situasi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda pada situasi yang berbeda dapat menimbulkan reaksi dan aspek yang berbeda pada kepribadian seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya tidak melihat corak kepribadian secara terisolasi, tetapi juga mengetahui bahwa situasi-situasi tertentu lebih relevan dari situasisituasi lain dalam mempengaruhi kepribadian sehingga dapat dilihat adanya perbedaanperbedaan individual yang signifikan 7. Modul 7 Motivasi adalah kekuatan atau daya dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku seseorang dan segala kekuatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutuhannya. Motivasi disebut juga dengan istilah kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish) dan dorongan (drive), yang semuanya ini mempunyai pengertian yang sama yaitu sebagai suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu kegiatan guna mencapai keinginan atau tujuan. Dorongan ini biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku. Motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang ingin dipenuhi. Kebutuhan ini menimbulkan keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhinya. Di sini kebutuhan dapat dilihat sebagai kekurangan (defisiensi) yang dialami individu pada suatu waktu tertentu. 16 7 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id A. Teori-Teori Motivasi 1) Teori petunjuk (prescriptive theories) yaitu, bagaimana memotivasi para karyawan, yang di dasarkan atas pengalaman coba-coba. 2) Teori isi (content theories), menanyakan apa penyebab perilaku, macam teori ini yaitu hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori motivasi higienis Freed Rick Herzberg dan teori prestasi David McCleland. 3) Teori proses (process theories). Menjelaskan bagaimana perilaku di mulai dan di laksanakan. Termasuk dalam hal ini, teori pengharapan, teori pembentuk perilaku, teori Porter Lawler dan teori keadilan. 4) Teori Pengharapan (Expectancy Theory) Teori pengharapan: di mana individu diperkirakan akan menjadi pelaksanaan dengan prestasi tertinggi bila kemungkinan usaha mereka mengarah ke prestasi yang tinggi. kemungkinan mencapai hasil yang menguntungkan hasil-hasil tersebut akan menjadi pada keadaan keseimbangan, penarik efektif bagi mereka. Menurut teori Victor Vroom (teori nilai pengharapan Vroom) orang dimotivasi bekerja bila usaha-usaha yang akan di tingkatkan akan mengarah ke balas jasa tertentu, menilai balas jasa dari hasil usahanya. Teori yang sangat berpengaruh dalam teori humanistik ini adalah Theory of Human Motivation yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1954). Maslow mengemukakan gagasan hirarki kebutuhan manusia, yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu deficiency needs dan growth needs. Deficiency needs meliputi (dari urutan paling bawah) kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan akan penghargaan. Dalam deficiency needs ini, kebutuhan yang lebih bawah harus dipenuhi lebih dulu sebelum ke kebutuhan di level berikutnya. Growth needs meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan estetik, kebutuhan aktualisasi diri, dan kebutuhan self-transcendence. Menurut Maslow, manusia hanya dapat bergerak ke growth needs jika dan hanya jika deficiency needs sudah terpenuhi. Hirarki kebutuhan Maslow merupakan cara yang menarik untuk melihat hubungan antara motif manusia dan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan (Atkinson, 1983). Berdasarkan Masllow dalam teori Hierarki Kebutuhannya, manusia mempunyai lima dasar kebutuhan yaitu: 1) Kebutuhan fisiologikal: makanan, oksigen, serta kebutuhan dasar lainnya (sandang, pangan) 2) Kebutuhan akan rasa aman: perlindungan dari bahaya, bebas dari ancaman. 3) Kebutuhan sosial akan cinta, kasih sayang, afiliasi, dan penerimaan. 4) Kebutuhan dihargai untuk status, harga diri. 16 8 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5) Kebutuhan aktualisasi diri (potensi seseorang sebagai makhluk hidup). Kebutuhan aktualisasi diri adalah yang paling abstrak dan berada pada level yang paling tinggi. 8. Modul 8 Perilaku adalah semua yang dilakukan seseorang. Perilaku merupakan reaksi/ respon Individu yang terwujud dalam sikap, tindakan maupun ucapan. Perilaku dapat diamati dan diukur. A. Karakteristik Perilaku: 1) Perilaku adalah akibat (variabel tergantung) 2) Perilaku diarahkan oleh tujuan 3) Perilaku dapat dimotivasi dan didorong B. Teori-teori Pembentukan Kelompok Banyak teori yang mencoba mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuk dan tumbuhnya suatu kelompok. teori dasar tentang terbentuknya kelompok ini ialah mencoba menjelaskan tentang adanya afiliasi di antara orang-orang tertentu. Teori ini disebut propinguity yaitu teori kedekatan. arti kedekatan teori ini ialah bahwa seseorng berhubungan dengan orang lain disebabkan Karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya. Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada aktifitas-aktifitas, interaksiinteraksi dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). Semakin banyak aktifitas-aktifitas seseorang dilakukan dengan orang lain (shared), semakin beraneka interaksi-interaksinya, dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimensentimen mereka. Semakin banyak interaksi-interaksi di antara orang-orang maka semakin banyak kemungkinan aktifitas-aktifitas dan sentiment yang ditularkan (shared) pada orang lain. Semakin banyak aktifitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain,dan semakin banyak sentiment seseorang difahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktifitas dan interaksi-interaksi. Teori lain dari pembentukan kelompok adalah didasarkan atas alasan- alasan praktisi. Contoh dari teori ini, antara lain karyawan-karyawan suatu organisasi mungkin dapat mengelompok karena disebabkan alasan ekonomi, keamanan, atau alasanalasan social. secara logis, karyawan-karyawan yang mendasarkan pertimbangan ekonomi bisa bekerja dalam suatu proyek karena dibayar untuk itu, atau mereka dapat bersama16 9 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sama di dalam serikat buruh karena mempunyai tuntutan yang sama mengenai kenaikan upah. untuk alasan keamanan, bersatunya kedalam suatu kelompok karena membuat dirinya satu front untuk menghadapi diskriminasi, pemecahan, perlakuan sepihak dan lain sebagainya. alasan-alasan peraktis ini membuat orang-orang dapat mengelompok dalam satu grup. 9. Modul 9 Argumentasi untuk penataan-ulang (redesign) pekerjaan sekitar tim cukup rumit, tetapi Ketchum dan Trist (1992) melakukan pengamatan ringkas sebagai berikut: Pekerjaan yang buruk harus disingkirkan, bersama-sama dengan kepercayaan yang tidak pada tempatnya pada motivasi ekstrinsik, khususnya pengawasan yang memaksa. Pekerjaan yang baik memerlukan peningkatan ruang lingkup dan keanekaragaman pekerjaan setiap orang, jauh melebihi yang biasa dilakukan menurut cara lama. Umumnya, menanggulangi keterbatasan ruang lingkup dan keanekaragaman berarti memasukkan para pekerja ke dalam tim-tim. Tim, sebagai unit dapat diberi cakupan tanggungjawab yang amat luas, jadi amat memperluas ruang lingkup dan keanekaragaman bagi setiap orang. Dengan alasan ini, tim menjadi balok pembangun organisasi yang baru. Ini berarti bahwa pekerjaan organisasi dapat diselesaikan paling efektif bila pekerjaan itu ditata-ulang di sekitar konsep timnya. Pekerjaan dilaksanakan oleh tim karena pekerjaan tersebut diorganisasikan untuk kerja tim. Taylor dan Felten (1993) mengemukakan enam kondisi yang harus ada agar pekerjaan dilaksanakan oleh sebuah tim: 1) Beberapa pekerja harus bertanggungjawab bersama-sama atas kinerja mereka sendiri. 2) Tugas-tugas para pekerja harus mandiri. 3) Interdependensi tugas harus merupakan fungsi keseluruhan proses kerja, aliran, atau produk akhir. 4) Pekerjaan harus memerlukan para pekerja yang keahliannya berbeda-beda. 5) Agar bekerja secara efektif, keahlian para pekerja harus terintegrasi. 6) Para pekerja, dengan penuh kesadaran, berbagi tujuan atau maksud bersama. Keenam kondisi ini terpusat pada penyusunan pekerjaan, sehingga tugas-tugas yang dilaksanakan menjadi mandiri dan semuanya penting bagi penyelesaian produk akhir, dan keahlian mereka yang mengerjakan tugas tersebut harus berlainan dan terintegrasi agar penyelesaian produk akhir efektif (Taylor & Felten). Bila pekerjaan itu sendiri diorganisasikan 16 10 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menurut keenam pedoman ini, maka mereka yang melaksanakan pekerjaan tersebut akan otomatis bekerja dalam tim. Job redesign mendesain ulang pekerjaan adalah mengacu pada perubahan kerja yang meningkatkan kualitas atau produktivitas kerja. Dalam terminologi ini termasuk juga rotasi (job rotation), perluasan bidang kerja (job enlargement), pengayaan kerja (job enrichment). Job redesign merupakan cara yang unik untuk meningkatkan efisiensi organisasi. Job enrichment adalah memperluas rancangan tugas untuk memberi arti lebih dan memberikan kepuasan kerja dengan cara melibatkan pekerja dengan pekerjaan perencanaan, penyelenggaraan organisasi dan pengawasan pekerjaan sehingga job enrichment bertujuan untuk menambah tanggung jawab dalam pengambilan keputusan, menambah hak otonomi dan wewenang merancang pekerjaan dan memperluas wawasan kerja. Job enrichment dapat meningkatkan otonomi seseorang dalam mengatur pekerjaannya. Misalnya seorang petugas di dalam melakukan pekerjaannya sebelum diatur oleh suatu prosedur yang ketat, di mana dia tidak diberikan wewenang atau hak untuk memilih metode yang dia anggap paling efektif, untuk memilih bahan-bahan yang di butuhkan, atau untuk mengatur pekerjaannya. Perubahan ini akan memberikan tantangan yang lebih besar bagi dia dan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan produktifitasnya. 10. Modul 10 Tujuan kepemimpinan adalah membantu orang untuk menegakkan kembali, mempertahankan dan meningkatkan motivasi mereka. Jadi, pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Pemimpin bertindak dengan cara-cara yang memperlancar produktivitas, moral tinggi, respons yang energik, kecakapan kerja yang berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan, kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi. Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model Kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah: 16 11 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1) hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), 2) struktur tugas (the task structure) dan 3) kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions). Sebenarnya efektivitas pemimpin ditentukan oleh kesesuaian antara gaya kepemimpinan (tugas atau hubungan) dengan keharmonisan situasinya. Situasi terbaik bila relasi pemimpin-anggotanya baik, tugas terstruktur rapi dan pemimpin mempunyai kekuasaan yang besar. Situasi yang paling tidak baik adalah bila relasi pemimpin – anggotanya buruk, tugas tidak terstruktur dan kekuasaan pemimpin lemah. Sudah tentu setiap situasi mempunyai berbagai tingkat keharmonisan yang meliputi aspek-aspek karakter yang baik maupun yang buruk. 11. Modul 11 Sedangkan menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu: A. Gangguan Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan semantik dan mekanik. 1) Gangguan semantik Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring dalam ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenaipengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan ini dalam salah pengertian. 16 12 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2) Gangguan mekanik Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. B. Kepentingan Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. C. Motivasi terpendam Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suautu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya. D. Prasangka Prasangka merupakan salah satu rintangan dan hambatan yang berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. E. Cara mengatasi gangguan dan rintangan komunikasi Ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan dan hambatan komunikasi antara lain: 1) Gunakan umpan balik (feed back), setiap orang berbicara memperhatikan umpan balik yang diberikan lawan bicaraya bak bahasa verbal maupun non verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar. 2) Pahami perbedaan individu dan kompleksitas individu dengan baik. Setiap individu adalah pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang psikologis, social, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami maka seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi. 3) Gunakan komunikasi langsung (face to face), komunikasi langsung dapat mengatasi hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan non verbal. Selain kata-kata yang selektif, dapat juga menggunakan kontak mata, mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan meta-language (isyarat di luar bahasa). Yang membuat komunikasi dapat berdaya guna. 16 13 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4) Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Kosa kata yang digunakan hendaknya dapat dimengerti dan dipahami. Jangan menggunakan istilah-istilah yang sukar dimengerti pendengar. Gunakan pola kalimat yang sederhana (kanonik) Karena kalimat yang banyak mengandung anak kalimat akan sulit dimengerti. Dengan mengetahui gangguan / hambatan komunikasi maka kita akan lebih bijak dalam berkomunikasi. Gangguan / hambatan komunikasi bisa diminimalisir, dengan demikian apa yang menjadi tujuan berkomunikasi berupa penyampaian pesan bisa diterima dan dipahami dengan benar oleh komunikan. Memang ada faktor-faktor gangguan komunikasi yang tidak bisa dihindari, misalnya gangguan teknis media komunikasi karena pengaruh cuaca atau yang lainnya, namun faktor-faktor yang lainnya seperti gangguan semantik, psikologis, fisik / organik, kerangka berpikir dan budaya bisa dihindari dengan cara belajar mengatasi hambatan tersebut. F. Fungsi Mendengarkan Aktif 1) Mendengarkan aktif mempunyai beberapa fungsi penting. a. Pertama, ia memungkinkan pendengar mengecek pemahamannya terhadap apa yang dikatakan pembicara dan, lebih penting lagi, apa yang dimaksud pembicara. Ketika pendengar menyampaikan-balik kepada pembicara apa yang dipahaminya tentang pesan pembicara, pendengar ini memberikan kesempatan kepada pembicara untuk menjelaskan apa saja yang masih perlu dijelaskan. Dengan cara ini, pesan berikutnya akan lebih relevan dan jelas tujuannya. b. Kedua, melalui proses mendengarkan aktif pendengar mengutarakan akseptansinya terhadap perasaan pembicara. Perhatikanlah bahwa pada contoh di atas, tiga pendengar pertama menentang perasaan pembicara. Pendengar yang aktif, yang mengulang-balik apa yang dikatakan pembicara, memberikan akseptansi. Perasaan pembicara tidak ditentang; pendengar menyuarakan sikap yang simpatik dan empatik. Perhatikan juga bahwa dalam tiga tanggapan pertama perasaan pembicara ditolak. Tetapi pendengar 4 bukan hanya menerima perasaan pembicara melainkan juga mengidentifikasikannya secara eksplisit (“Kedengarannya kamu benar-benar kecewa dan marah”), kembali memberikan kesempatan untuk perbaikan. c. Ketiga, dan barangkali yang terpenting, mendengarkan aktif merangsang pembicara menggali perasaan dan pemikirannya. Dengan tanggapan dari pendengar 4, pembicara mendapat kesempatan untuk mendalami perasaannya. Pendengar aktif mendorong pembicara untuk menggali dan mengutarakan pikiran dan perasaannya. Pendengar aktif memungkinkan terjadinya dialog yang bermakna dan pengertian bersama. Dalam merangsang eksplorasi lebih lanjut 16 14 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ini, pendengar aktif juga mendorong pembicara untuk memecahkan sendiri masalahnya dengan memberikan kesempatan untuk membicarakannya secara lebih mendalam. 12. Modul 12 Proyeksi menurut KBBI merupakan perkiraan tentang keadaan masa yang akan datang dengan menggunakan data yang ada (sekarang). Proyeksi mengandung unsur perkiraan yang akan terjadi yang sudah diarahkan sebelumnya. Dalam konteks berkomunikasi maka proyeksi dapat dilakukan dengan memperbaiki atau menyesuaikan citra diri atau individu yang ada sekarang menjadi lebih baik, sehingga di masa mendatang mencapai tujuan citra yang lebih positif. Misalnya cara berbicara atau cara berpakaian yang sekarang kurang baik perlu ditingkatkan agar dimasa mendatang lebih baik dari yang ada sekarang. Image atau Citra didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada di dalam benak seseorang. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila kemudian ternyata tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya. A. Komunikasi Melalui Suara dan Intonasi Kita membedakan lima dimensi suara: volume, kecepatan (rate), nada, artikulasi dan pengucapan, dan jenak (pause). Sementara Intonasi yaitu tinggi rendahnya nada pada kalimat yang memberikan penekanan pada kata-kata tertentu di dalam kalimat. B. Bahasa Tubuh Jalan pertama di antara semua jalan komunikasi nonverbal adalah tubuh. Kita mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita seringkali dan secara akurat melalui gerakangerakan tubuh, gerakan wajah, dan gerakan mata. Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan nonverbal (tanpa kata-kata). Bahasa tubuh merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan gerakan tubuh. Bahasa tubuh dipercayai sangat penting dalam melancarkan atau menghambat efektifitas komunikasi. Menurut Freud, tidak ada manusia yang bisa menyimpan rahasia bila bibirnya diam. Ia akan berceloteh dengan ujung jarinya. Rahasia terbersit dari seluruh pori-pori kulitnya C. Penggunaan Waktu Bicara 16 15 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kecepatan bicara orang merupakan aspek penting dalam efektivitas komunikasi. Aspek ini diminati oleh pengiklan, politisi, dan nyatanya setiap orang yang berusaha menyampaikan informasi atau mempengaruhi orang lain. Aspek ini khususnya penting bila menyangkut waktu terbatas dan mahal. Daya persuasi dan kredibilitas yang diukur dalam suatu penelitian memperlihatkan responden menilai pembicara cepat dalam komunikasi satu arah sebagai paling cerdas dan obyektif. Sementara dalam konteks penggunaan waktu dikenal istilah komunikasi temporal menyangkut penggunaan waktu – bagaimana kita mengaturnya, bagaimana kita bereaksi terhadapnya, dan pesan yang dikomunikasikannya. Waktu kultural dan waktu psikologis merupakan dua aspek yang sangat menarik dalam komunikasi antarmanusia. D. Umpan Balik Umpan balik menyangkut reaksi terhadap apa yang telah disampaikan. Dalam menyampaikan umpan balik, kita mengatakan kepada pembicara apa dampak perkataannya terhadap diri kita. Berdasarkan umpan balik ini, pembicara dapat menyesuaikan, memodifikasi, memperkuat, atau mengubah isi atau bentuk pesannya. 13. Modul 13 Konflik antarpribadi adalah suatu rangkaian akan terjadi ketika dua orang tidak dapat menyetujui tentang cara untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketika kebutuhan bertentangan, jika di sana juga mempunyai sedikit sumber untuk menyenangkan mereka, atau jika suatu individu boleh memilih untuk bersaing daripada bekerjasama untuk mereka capai, kemudian konflik bisa terjadi. Lingkup konflik bisanya terjadi karena perbedaanperbedaan tujuan, pengalaman, jenis kelamin, kebudayaan dan faktor lainnya. The presence of conflict-“an incompatibility of interest between two or more people giving rise to struggles between them” – can have a major impact on communication dynamics. Communication researcher Alan Sillars suggests that when people are involved in conflict situations they develop their own personal theories, in turn, have a great influence on how interactants deal with one another. Tipe konflik yang diidentifikasi para peneliti terdiri dari: 1) Pseudo conflict, masalah palsu (tidak sebenarnya masalah) dengan menggerakkan sebuah ketidakpahaman pada kekurangan. 2) Simple conflict, ide-ide yang berbeda, definisi, persepsi, atau tujuan. 3) Ego conflict, perbedaan-perbedaan pribadi. 16 16 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Persepsi Umum tentang Konflik: 1) Konflik dapat selalu dihindari. 2) Konflik selalu terjadi, karena “salah pengertian”. 3) Konflik adalah sebuah simbol dari kurangnya komunikasi. 4) Konflik dapat selalu diatasi (dicari jalan keluarnya). 5) Konflik selalu buruk/jelek. Manajemen konflik yang efektif yang dibahas diilhami oleh buku George Bach dan Peter Wyden Intimate Enemy (1968). Buku ini sederhana namun efektif sebagai pedoman membuat konflik antarpribadi menjadi lebih produktif. 1) Berkelahi secara sportif. Persis seperti petinju di atas ring, setiap kita mempunyai “batas pinggang”. “Bila terkena pukulan di bagian bawahnya, kita akan merasa sangat kesakitan. Akibat rasa sakit ini, hubungan kita mungkin tidak akan pernah pulih kembali. Tetapi, bila terpukul di atas pinggang, kita dapat menahan rasa sakit yang ditimbulkannya. Pada kebanyakan hubungan antarpribadi, kita tahu dimana garis batas yang harus ditarik, khususnya dalam hubungan yang berlangsung lama. Kita tahu bahwa, misalnya, mencela ketidakmampuan Patty mempunyai anak atau mencela Kris karena ketidakmampuannya mendapatkan pekerjaan yang pasti merupakan pukulan di bawah pinggang bagi mereka. Jagalah anda hanya menyerang daerah yang tidak menyakiti pihak lawan dan tidak akan menyebabkan semakin parahnya permusuhan dan kemarahan. 2) Bertengkar Secara Sportif. Rencanakanlah peran aktif dalam konflik antarpribadi anda. Jangan tutup telinga (dan pikiran) Anda, menyetel radio keras-keras, atau meninggalkan rumah selama pertengkaran. Ini tidaklah berarti bahwa periode pendinginan tidak bermanfaat. Sebaliknyalah, jika konflik ingin diselesaikan, ia harus dihadapi secara aktif oleh kedua pihak. 3) Bertanggungjawab atas Pikiran dan Perasaan Anda. Bila anda tidak sependapat dengan mitra Anda atau menjumpai perilakunya yang tidak benar, bertanggungjawablah atas perasaan ini dan katakanlah, misalnya, ”Saya tidak setuju dengan....” atau “Saya tidak menyukai hal itu bila kamu ...”. Janganlah mengelakkan tanggungjawab dengan mengatakan, misalnya “Setiap orang mengatakan bahwa kamu salah mengenai ....” atau “Kris berpendapat bahwa kamu seharusnya tidak ...”. Pertanggungjawabkanlah pikiran dan perasaan tanggungjawab ini secara eksplisit dengan “pesan saya”. 16 17 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Anda dan tegaskanlah 4) Langsung dan Spesifik. Pusatkanlah konflik Anda pada saat kini dan di sini dan jangan melantur ke masalah-masalah yang terjadi dua bulan yang lalu (seperti pada teknik karung goni). Begitu juga, pusatkanlah konflik Anda pada orang yang menjadi lawan Anda bertengkar, jangan bawa-bawa ibunya, atasannya, anaknya, atau kawan-kawannya. Pusatkanlah konflik Anda pada perilaku yang terlihat pada apa yang dilakukan orang itu yang Anda tidak setujui. Jangan sok membaca pikiran. Jangan menuduhkan motif apapun tanpa terlebih dahulu menguraikan memahami perilakunya. Jadi, jika mitra Anda melupakan hari ulangtahun Anda dan ini mengecewakan Anda, bicarakanlah soal perilaku melupakan hari ulangtahun ini (perilaku aktual). Jangan menduga-duga motif. “Nah, jelas sekali bahwa kamu tidak mempedulikanku. Kamu Cuma memikirkan dirimu sendiri! Kalau kamu betul-betul peduli padaku, kamu pasti tidak pernah melupakan hari ulangtahunku!”. 5) Gunakan Humor untuk Meredakan Ketegangan. Jangan untuk mengejek. Dalam hampir setiap situasi konflik, humor akan dimanfaatkan. Sayangnya, paling sering humor dibunakan secara sarkastis untuk menyindir atau mempermalukan pihak lain. Pemanfaatan humor seperti ini memperparah dan memperkuat konflik. Bila humor digunakan, seharusnya ia dapat meredakan ketegangan. Hindarilah humor sebagai strategi untuk memenangkan perang atau menjatuhkan pihak lain. A. Perubahan Setiap perubahan pasti akan menimbulkan sikap dan reaksi tertentu dari setiap individu, yang akan mempengaruhi proses dari perubahan. Sikap dan reaksi seseorang dapat terbagi ke dalam sikap efektif dan tidak efektif. Ciri-ciri dari kedua sikap tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1) Sikap efektif dalam menghadapi perubahan a. Memberi bantuan/dikungan. b. Meningkatkan kerjasama. c. Menerangkan situasi, kondisi, dan proses perubahan. d. Memunculkan masalah penolakan ke permukaan untuk dibahas. e. Menanggapi penolakan secara serius. f. Melibatkan semua individu dalam perubahan. g. Melakukan negosiasi. 2) Sikap tidak efektif dalam menghadapi perubahan 16 18 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Mempertahankan diri. b. Memberikan nasihat yang tidak perlu. c. Membujuk dan mempengaruhi orang lain supaya menolak. d. Tidak menyetujui dan menolak perubahan secara terbuka. Demikianlah beberapa kutipan penting dalam keseluruhan modul perkuliahan Human Relations. Semoga dapat membantu kita semua untuk terus menerus belajar, terus menerus memperbaiki diri. Sehingga tujuan Human Relations dapat dirasakan baik individu maupun perusahaan/organisasi yang menerapkannya dalam beraktivitas. 16 19 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Davis, Keith dan John W. Newstrom. Perilaku dalam Organisasi: Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2003. DeVito, Joseph A, Komunikasi Antarmanusia, Professional Books, Jakarta 1997. Effendy, Drs. Onong Uchjana. Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000. Effendy, Drs. Onong Uchjana. Human Relations & Public Relations. Bandung: Mandar Maju, 1993. Kossen, Stan. Aspek Manusiawi dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga, 1993. Pace, R.Wayne & Don F. Faules. Komunikasi Organisasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Badung: Remaja Rosdakarya, 2001. Sentot, Imam Wahjono. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Toha, MIftah. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011. 16 20 Human Relations Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id