PANDUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KEORANGTUAAN (PARENTING) Naskah Program Pendidikan Keorangtuaan (Parenting) Yang Dikembangkan Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PP-PAUDNI) Regional I Bandung Tahun 2015 0 KATA PENGANTAR Keberlangsungan pendidikan di dalam keluarga yang salah satunya memberikan kontribusi pembentukan karakter menjadi sangat strategis dan penting adanya. Oleh karena itu, agar pendidikan tersebut dilaksanakan secara terencana dan sistimatis, maka pendidik/ orangtua di dalamnya secara kontinyu perlu terus diupayakan untuk ditingkatkan, baik dalam hal pelaksanaan peranan maupun kemampuannya sebagai pendidik pertama dan utama seiring dengan tuntunan agama dan perkembangan pengetahuan yang semakin kompleks. Upaya mewujudkan dan penyelenggaraan pendidikan dalam rangka mempersiapkan para pendidik tersebut di atas dengan berbagai alternatif strategi dilaksanakan, yakni melalui penyediaan program layanan langsung pembelajaran dan/atau melalui berbagai media yang dapat memberikan pencerahan terhadap keberlangsungan pendidikan di dalam keluarga. Namun tampaknya upaya dimaksud masih memerlukan alternatif lain dalam penyelenggaraan pendidikan dimaksud yang secara struktural fungsional mulai dari pemerintah pusat, sampai dengan pemerintah desa/kelurahan dn penyelenggara pendidikan dapat berperan dan bertanggungjawab atas hal ini. Guna memenuhi kebutuhan penyelenggaraan program pendidikan keorangtuaan/keluarga, maka disusun panduan penyelenggaraannya dalam rangka naskah program pendidikan keorangtuaan yang dikembangkan dengan harapan dapat dijadikan salah satu panduan oleh para penyelenggara, dan pemangku kepentingan, baik pemerintah sebagai eksekutor maupun sebagai regulator bidang pendidikan nonformal. Akhirnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi atas terformulasikannya panduan ini diucapkan terima kasih, semoga bermanfaat. Bandung, Desember 2015 Kepala PP-PAUDNI Regional I Bandung Ir. H. Djajeng Baskoro, M.Pd. NIP.196306251990021001 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................................ i DAFTAR ISI............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 A. DASAR KEBUTUHAN ........................................................................................................ 1 B. DASAR YURIDIS................................................................................................................ 5 C. TUJUAN ........................................................................................................................... 5 BAB II PENDIDIKAN KEORANGTUAAN ................................................................................ 6 A. PENGERTIAN ................................................................................................................... 7 B. PENDIDIKAN KEORANGTUAAN SEBAGAI BENTUK PENYIAPAN PENDIDIK BAGI ANAKANAKNYA ........................................................................................................................ 7 C. FUNGSI DAN MANFAAT .................................................................................................. 8 D. PENDIDIKAN KEORANGTUAAN SEBAGAI PENDIDIKAN NONFORMAL DAN PENGHANTAR PADA PENDIDIKAN INFORMAL ................................................................ 8 BAB III KOMPONEN PROGRAM ......................................................................................... 10 A. PESERTA DIDIK .............................................................................................................. 10 B. ISI................................................................................................................................... 10 C. PROSES .......................................................................................................................... 11 D. KOMPETENSI LULUSAN ................................................................................................. 12 E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ....................................................................... 12 F. SARANA PRASARANA .................................................................................................... 14 G. PENGELOLAAN .............................................................................................................. 15 H. PEMBIAYAAN ................................................................................................................ 16 I. PENILAIAN ..................................................................................................................... 16 BAB IV PEMERAN DAN PERANAN ..................................................................................... 17 A. UNSUR PEMERAN ......................................................................................................... 17 B. PENGORGANISASIAN PEMERAN DAN PERANAN MENURUT KEWENANGAN ............... 17 BAB V PROSES PENYELENGGARAAN ................................................................................. 21 A. PENYIAPAN PROGRAM.................................................................................................. 23 B. PELAKSANAAN PROGRAM ............................................................................................ 27 C. EVALUASI DAN PELAPORAN .......................................................................................... 29 ii BAB I PENDAHULUAN A. DASAR KEBUTUHAN Keluarga merupakan bagian dari sub sistem pendidikan luar sekolah. Keluarga juga termasuk kedalam tri pusat pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantoro yang kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, mengungkapkan sistem “Tri Centra” dengan mengatakan “Didalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat.” Sudjana (1991:43) mengungkapkan trikondisi/pusat pendidikan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keterkaitan antara kedua sub sistem pendidikan sekolah dan sub sistem pendidikan luar sekolah. Dan bagan berikut ini, akan terlihat ketiga pusat pendidikan tersebut menggambarkan rentetan keterkaitan antara sub sistem pendidikan luar sekolah ( PLS) dan sistem pendidikan sekolah (PS). SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL SUB SISTEM PLS PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL DI LINGKUNGAN MASYARAKAT/LEMBAGA SUB SISTEM PS PROGRAM PENDIDIKAN INFORMAL DI LINGKUNGAN KELUARGA PROGRAM PENDIDIKAN FORMAL DI LINGKUNGAN SEKOLAH TRI PUSAT / TRI KONDISI PENDIDIKAN Bagan 2.3 Tri Pusat Pendidikan Sumber : Djudju Sudjana (2004:46) 1 Dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan bagian dari trisentra/tripusat/trikondisi pendidikan yang keberadaannya sangat utama bagi pelaksanaan pendidikan itu sendiri. Terlebih lagi dengan adanya lingkungan masyarakat dan sekolah sebagai penopang bagi terlaksananya kegiatan pendidikan. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pun masih menempatkan keluarga menjadi salah satu jalur dalam sistem pendidikan, yaitu jalur pendidikan informal yang memiliki peran sangat besar dalam pendidikan di Indonesia. Untuk selanjutnya, kaitan antara keluarga dengan Pendidikan Luar Sekolah, tentunya dapat dipahami bahwa jalur pendidikan non formal dan informal, dalam hal ini keluarga menjadi bagian dari lingkup kajian dan kebijakan dalam sistem pendidikan di luar sistem sekolah yaitu sub sistem dari pendidikan luar sekolah. Pada kebanyakan situasi, pendidikan keluarga seringkali dimaknai sebagai pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu, pendidikan keluarga seringkali lebih digambarkan sebagai iklim atau suasana kehidupan dalam keluarga. Dalam hal iklim keluarga, Soelaeman (1994: 48-50) serta (Ruth Smith, Svetlana Speight and Ivana La Valle:2010) menjelaskan bahwa istilah iklim melukiskan apa yang dirasakan dan hayati atau dipersepsi oleh kelompok orang. Suasana ini berkaitan dengan perilaku orang tua, khususnya ibu dalam melakukan pola asuh, dalam arti menjadi teladan dan perilaku mendidik bagi anak-anaknya. Artinya pendidikan dalam keluarga yang dilakukan oleh kebanyakan orang tua di Indonesia didasari dari pengetahuan hasil pengalaman orang tuanya sendiri dahulu ketika mendidik atau pun mungkin dari hasil pengamatan semata. Dinamika kehidupan yang terus berkembang membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap kehidupan keluarga. Perkembangan pengaruh dampak teknologi dan informasi serta tuntutan jaman, disertai pemahaman yang utuh mengenai keluarga, harus diberikan kepada masyarakat dan keluarga-keluarga sehingga pendidikan keluarga bisa lebih optimal. Banyaknya tuntutan kehidupan yang menerpa keluarga beserta dampak krisis yang ditandai dengan bergesernya nilai-nilai dan pandangan tentang fungsi dan peran keluarga menyebabkan terjadinya berbagai perubahan mendasar tentang kehidupan keluarga. Struktur, pola hubungan, dan gaya hidup keluarga banyak 2 mengalami perubahan. Jika dulu biasanya ayah berperan sebagai pencari nafkah tunggal dan ibu sebagai pengelola utama kehidupan di rumah, maka sekarang banyak di antara keluarga (khususnya di kota-kota) yang tidak lagi seperti itu. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenal kepada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial pertama-tama di dalam lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya menyebabkan seorang anak menyadari akan dirinya, bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial. Hubungan antara orang tua dan anak dalam keluarga sangat penting artinya bagi perkembangan kepribadian anak karena orang tua merupakan orang pertama yang dikenal oleh anak dan melalui orang tualah anak mendapat kesan-kesan pertama tentang dunia luar. Orang tua merupakan orang pertama yang membimbing tingkah laku anak. Orang tua akan bereaksi terhadap tingkah laku anak baik itu dengan menerima, menyetujui, membenarkan, menolak atau melarang. Melalui pemberian nilai tersebut maka dalam diri anak akan terbentuk norma-norma tentang apa yang baik atau buruk dan apa yang boleh atau tidak boleh. Dengan demikian terbentuklah hati nurani anak yang mengarahkan tingkah laku selanjutnya dan kewajiban orang tua adalah mengembangkan hati nurani yang kuat dalam diri anak. (Smith, Ann. B:2007). Pengaruh orang tua terhadap pembentukan perilaku anaknya bergantung pada bermacam-macam faktor, menurut Munandar (1996:125) antara lain bila ditinjau dari ciri-ciri orang tua, bagaimana sikap orang tua terhadap anaknya tergantung pada beberapa faktor seperti : tingkat pendidikan dan status sosial, hubungan suami istri, jumlah anak dalam keluarga, kepribadian orang tua, dan pengalaman orang tua. Peran orangtua dalam pengasuhan anak berubah seiring pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga orangtua harus memahami fase-fase perkembangan anak dan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Menurut Jean Piaget, pakar psikologi perkembangan, seorang anak perlu melakukan aksi-aksi terhadap lingkungannya agar dapat mengembangkan cara pandang yang kompleks dan cerdas atas setiap pengalamannya. Salah satu tugas orang tua pun adalah memberi pengalaman yang dibutuhkan oleh anak. 3 Orangtua adalah pendidik pertama dan utama bagi perkembangan anak. Initerkandung pesan bahwa orangtua semestinya memiliki kemampuan mendidik anak sejak dalam kandungan hingga dewasa. Kewajiban orangtua untuk mengantarkan anakanaknya menempuh pendidikan formal, tidak berarti peran orangtua menjadi hilang karena digantikan oleh guru di sekolah. Mengingat waktu anak di sekolah lebih sedikit dibandingkan di luar sekolah/rumah. Ayah dan ibu terikat dalam satu peran dan fungsi orang tua yang bertanggungjawab terhadap keberlangsungan keluarga. Peran orangtua sangat diharapkan dapat mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam beraktivitas dalam rumah maupun di lingkungan. Ironis apabila orangtua tidak memiliki kecakapan dalam berbagai tanggungjawab terhadap anak dan lingkungan sosialnya. Orang tua yang ideal adalah bila melahirkan, mengasuh, dan membesarkan anak dalam suasana keluarga yang saling mencintai, menghargai dan menopang. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 anak adalah seorang yang belum mencapai usia 18 tahun. Oleh karena itu, pengasuhan, pembimbingan/pendampingan serta pendidikan dan pelatihan perlu diberikan kepada anak, terutama oleh orang tua dalam masa kehamilan dan kelahiran, pengasuhan dan pendidikan anak usia dini, dilanjutkan masa anak remaja dan pemuda. Menjadi orang tua tidak pernah dipersyaratkan dengan adanya sertifikat atau ijazah pendidikan keorangtuaan, di mana sebelum menjadi orang tua mereka dibekali dengan pemahaman tentang pengasuhan dan pertumbuhan anak usia dini dan hal-hal yang berkaitan dengan segala yang terkait dengan tanggungjawab orang tua dalam keluarga dan masyarakat. Disini orang tua harus bertanggung jawab melaksanakan pendidikan keluarga yang menanamkan nilai agama, budaya dan nilai moral serta keterampilan kepada anggota keluarganya. Menyadari pentingnya hal tersebut, Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PP-PAUDNI) Regional I Bandung menyediakan Panduan penyelenggaraan pendidikan keorangtuaan (parenting). 4 B. DASAR YURIDIS 1. Undang-Undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak; 2. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga 5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran Pendidikan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 81 tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal 8. Rencana Strategi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Renstra Kemendikbud) Tahun 2015 - 2019; C. TUJUAN 1. Tujuan Program a. Tersosialisasikannya program pendidikan keluarga secara komprehensif kepada para pemangku kepentingan dari tingkat desa/kelurahan sampai kabupaten/kota. b. Memberikan informasi tentang dukungan dan peran serta pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan penyelenggaraan pendidikankeorangtuaan. c. Memberikan panduan atau tuntunan yang komprehensif mengenai program dan prosedur penyelenggaraan pendidikan keluarga d. Menyiapkan para orang tua agar memiliki kecakapan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak keturunannya yang berorientasi kepada tuntunan agama dan tuntutan kemajuan/perkembangan zaman; 5 2. Tujuan Panduan a. Sebagai masukan kepada pemerintah pusat dalam merumuskan regulasi/ kebijakan b. Sebagai masukan/ dukungan bagi pemerintah Propinsi sebagai eksekutor dalam merencanakan dan melaksanakan program melalui dukungan APBD Propinsi dan atau APBD Kabupaten/Kota c. Panduan bagi penilik dalam melaksanakan penjaminan mutu program tingkat kecamatan d. Panduan bagi perangkat desa dalam menyiapkan sasaran program e. Panduan bagi satuan PNFI untuk penyelenggaraan Program layanan pendidikan keorangtuaan 6 BAB II PENDIDIKAN KEORANGTUAAN A. PENGERTIAN Pendidikan Keorangtuaan adalah pendidikan sepanjang hayat yang memberi dukungan kepada para orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak, membentuk watak serta peradaban yang bermartabat, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu bagi seorang anak, orang tua/keluarga selain tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan juga sebagai pembentukan kharakter. B. PENDIDIKAN KEORANGTUAAN SEBAGAI BENTUK PENYIAPAN PENDIDIK BAGI ANAK-ANAKNYA Pendidikan Keluarga akan membekali peserta didik mengenai berbagai hal yang bermanfaat dan diarahkan pada sikap orangtua sebagai individu yang dapat diteladani, orangtua sebagai pemimpin keluarga yang dapat dijadikan jaminan hidup saat ini dan masa depan serta orangtua sebagai anggota masyarakat yang dapat memerankan peran sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Keluarga memiliki peranan penting terhadap perkembangan anak-anaknya, sejak anak dilahirkan, keIuarga terutama ibu yang selaIu di sampingnya, pendidikan keIuarga tidak dapat diabaikan, peran orangtua hendaknya menjadi orang yang paling bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga. oIeh karena itu peranan orangtua dalam mendidik anak memiliki peran minimal: Sumber pemberi kasih sayang Pengasuh dan pemelihara Tempat mencurahkan isi hati 7 C. FUNGSI DAN MANFAAT Fungsi dan manfaat pendidikan keorangtuaan adalah sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sebagai orangtua untuk melakukan pengasuhan, pembimbingan, pelatihan, dan pendidikan bagi perkembangan pribadi dan sosial anak-anak, baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan sosial yang lebih luas. 2. Bagi organisasi/ lembaga untuk melanjutkan layanan pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan pendidikan kecakapan keorangtuaan pada calon orang tua dan penduduk dewasa yang telah menjadi orangtua. 3. Bagi pemerintah untuk meningkatkan layanan melalui pembekalan program pendidikan kecakapan keorangtuaan pada semua jenjang pemerintahan mulai provinsi, kabupaten/kota,kecamatan sampai ke kelurahan dan desa. D. PENDIDIKAN KEORANGTUAAN SEBAGAI PENDIDIKAN NONFORMAL DAN PENGHANTAR PADA PENDIDIKAN INFORMAL 1. Pendidikan Keorangtuaan Sebagai Pendidikan Nonformal a. Pengalaman dan pengetahuan peserta didik sebagai bagian dari sumber pembelajaran b. Proses berpusat pada tukar pengalaman (sharing) internalisasi pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki para orang tua sebagai peserta didik; c. Materi pendidikan hanya sebagai penguat kepada pengalaman dan pengetahuan yang telah ada pada diri peserta didik berkenaan dengan mendampingi dan membimbing semua pertumbuhan, memberikan perhatian, waktu dan dukungan kebutuhan fisik, emosi dan sosial, keterampilan kerumahtanggaan; d. Materi pendidikan bertahap dan berurut, akan tetapi disajikan berdasarkan kebutuhan pemecahan masalah/belajar peserta didik; 8 2. Pendidikan Keorangtuaan Sebagai Penghantar Pendidikan Informal Dalam Keluarga a. Orang tua selesai mengikuti pembelajaran akan berfungsi sebagai fasilitator, nara sumber, guru bagi anak-anaknya dan/atau anggota keluarga lainnya; b. Menyiapkan para orang tua berkemampuan minimal sebagai perancang pendidikan keluarga, pendidik pertama dan utama pengetahuan pertumbuhan, dan metodologi mendampingi dan keluarganya dalam hal membimbing semua memberikan perhatian, waktu dan dukungan kebutuhan fisik, emosi dan sosial, keterampilan kerumahtanggaan; 9 BAB III KOMPONEN PROGRAM A. PESERTA DIDIK 1. Syarat/Kriteria a. Laki-laki dan/atau perempuan; b. Orang tua (memiliki anak maksimal usia 18 tahun) atau calon orang tua; c. lancar membaca dan menulis; d. berdomisili di sekitar radius RW dari pusat tempat pembelajaran di laksanakan; e. bersedia mengikuti pembelajaran sesuai jadwal yang telah disepakati bersama. 2. Tugas dan kewajiban a. Mengikuti pembelajaran yang telah disepakati antara peserta didik, pendidik dan pengelola; b. Menerapkan materi yang sudah didapat c. Menularkan pengetahuan dan pengalaman melaksanakan pendidikan dalam keluarganya B. ISI 1. Kurikulum/area isi pembelajaran, mencakup: a. Pembinaan Orangtua b. Hubungan Orangtua dan Anak c. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 10 d. Pembinaan Keluarga e. Masyarakat dan Budaya 2. Kalender/lama pembelajaran: a. 48 jam @ 45 menit; b. Frekuensi pembelajaran minimal 2 kali seminggu. 3. Contoh Tema Dalam Kelas Parenting: a. Pengasuhan anak berdasar kelompok umur (termasuk ketika masih janin) b. Pengasuhan berkesadaran c. Parenting berbasis perkembangan otak d. Pengembangan karakter dan budaya prestasi anak e. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan pada anak, termasuk kekerasan seksual f. Pengasuhan di era digital (addction game, pornography) g. Pendidikan kesehatan reproduksi h. Pengasuhan untuk anak-anak berkebutuhan khusus i. Penyalahgunaan narkoba j. Peningkatan kesehatan anak k. Menjadi konsumen cerdas l. Pengendalian emosi C. PROSES 1. Tahap 1 pengungkapan dan internalisasi pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki para orang tua/peserta didik dalam hal mendampingi dan membimbing semua pertumbuhan, memberikan perhatian, waktu dan dukungan kebutuhan fisik, emosi dan sosial, keterampilan kerumahtanggaan melalui sajian berbagai media formula diskusi; 11 2. Tahap 2 penguatan/pembulatan oleh fasilitator/nara sumber terhadap pengalaman dan pengetahuan orang tua/peserta didik dalam mendampingi dan membimbing semua pertumbuhan, memberikan perhatian, waktu dan dukungan kebutuhan fisik, emosi dan sosial, keterampilan kerumahtanggaan; 3. Tahap 3 membuat perencanaan bersama oleh orang tua dengan bimbingan narasumber/fasilitator daIam meIakukan pendampingan dan pembimbingan daIam keIuarga oleh orang tua, meliputi: a. Iangkah perencanaan, yaitu :mengumpukan data tentang masaIah dan kebutuhan pembimbingan, mendata sumber pendukung dalam peaksananan pembimbingan orang tua terhadap anaknya, cara dan metode dan waktu yang tepat daIam melakukan pembimbingan dan pendampingan bagi anak daIam keIuarga. b. Iangkah peIaksanaan,yaitu: menetapkan waktu, menetapkan aspek pembimbingan dan pendampingan yang tepat, menetapkan teknik,metode yang tepat pada anak, materi yang sesuai dengan situasi dan perkembangan anak, melakukan konsuItasi dengan narasumber, sharing sesama orang tua di daIam kelompok pendidikan keuarga. c. Evaluasi internaI daIam keIuarga, anaIisa sikap dan prilaku anak dalam keseharian. D. KOMPETENSI LULUSAN 1. Memiliki kemampuan melaksanakan peran orangtua dalam keluarga. 2. Menerapkan hasil internalisasi. E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 1. Pendidik Syarat/kriteria 12 a. Sudah menikah dan mempunyai anak balita atau memiliki pengalaman mengasuh dan mendidik anak (orangtua dan atau orangtua asuh) b. Memahami teknik parenting (mendampingi dan membimbing semua pertumbuhan, memberikan perhatian, waktu dan dukungan kebutuhan fisik, emosi dan sosial, keterampilan kerumahtanggaan dan sebagainya); c. Menguasai metodologi pendidikan orang dewasa d. Menjadi teladan dalam pelaksanaan parenting, e. Diutamakan bertempat tinggal di mana pembelajaran dilaksanakan; f. Jumlah 1-2 orang dalam satu kelompok @ 10 orang; g. Memiliki ketertarikan, kemauan dan kesanggupan untuk melaksanakan tugas pendidik h. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat secara luwes Tugas: a. Mengidentifikasi kebutuhan nyata berdasarkan topik/tema pembelajaran; b. Memfasilitasi peserta didik untuk musyawarah jadwal dan program pembelajaran; c. Menyusun program pembelajaran bagi kelompoknya; d. Melaksanakan pembelajaran sebagai nara sumber dan/atau fasilitator dan/atau mediator; e. Melakukan evaluasi hasil pasca (dampak) pembelajaran; f. Melaporkan perkembangan dan hasil pembelajaran. g. Menindaklanjuti hasil pembelajarannya 2. Tenaga Kependidikan Syarat/kriteria a. Pendidikan minimal SLTA 13 b. Kader kegiatan kemasyarakatan atau PNS atau anggota masyarakat atau pengurus/ pengelola lembaga pendidikan masyarakat/pemerintah; c. Diutamakan bertempat tinggal di lokasi kegiatan; d. Jumlah 1 orang untuk mengelola satu kelompok @ 10 orang; e. Berpengalaman dalam menyelenggarakan/mengelola program f. Memiliki kemampuan melakukan pengawasan (pemantauan, supervisi, evaluasi dan pelaporan) terhadap penyelenggaraan kegiatan; g. Bersedia melaksanakan tugas sebagai tenaga kependidikan. Tugas: a. Memfasilitasi penyediaan tempat dan bahan/media pembelajaran; b. Mengelola kehadiran peserta didik dan pendidik; c. Membantu pendidik koordinasi pembelajaran dengan pihak terkait; d. Melakukan pengawasan (pemantauan, supervisi, evaluasi dan pelaporan) atas penyelenggaraan program; e. Mengelola dokumentasi penyelenggaraan program. F. SARANA PRASARANA 1. Sarana pembelajaran a. Media pemula diskusi berupa: poster, bacaan cerita kasus, game/permainan, film sebagai alat pengungkapan dan internalisasi pengalaman dan pengetahuan peserta didik dalam mendampingi dan membimbing semua pertumbuhan, memberikan perhatian, waktu dan dukungan kebutuhan fisik, emosi dan sosial, keterampilan kerumahtanggaan; b. Bahan bacaan, berupa modul, buku, film sebagai pengetahuan ideal untuk penguatan pengalaman dan pengetahuan peserta didik dalam mendampingi dan 14 membimbing semua pertumbuhan, dukungan kebutuhan fisik, emosi memberikan perhatian, waktu dan dan sosial, serta keterampilan kerumahtanggaan. c. Format-format, berupa lembar penugasan, lembar pengamatan, pemantauan, supervisi, dan evaluasi 2. Prasarana pembelajaran Ruangan/tempat pembelajaran: a. yang dapat mengoptimalkan interaksi 10 orang diantara peserta didik dan fasilitator/nara sumber dengan cara lesehan; b. terang tanpa bantuan lampu penerangan, tersedia ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara/tidak pengap. c. Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan lainnya hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi sosial G. PENGELOLAAN Pengelolaan pendidikan keorangtuaan pada tingkat satuan/penyelenggara: 1. Struktur organisasi Lembaga pengelola berikut uraian/pembagian tugasnya mencakup tenaga kependidikan dan pendidik, serta peserta didik dimaksud adalah gambaran posisi organigram yang berada pada tingkat satuan pendidikan; 2. Program pembelajaran Pengorganisasian materi pembelajaran dan peserta didik dapat dilakukan dengan cara: a. Sama/homogen berdasarkan kelompok klasifikasi usia anak rentang; b. Campur/heterogen usia anak 0 tahun sampai dengan 18 tahun 15 H. PEMBIAYAAN Biaya operasional, mencakup komponen: 1. Honor: a. Pendidik, hitungan jam sebanyak 48 jam; b. Tenaga kependidikan/pengelola, hitungan bulan selama 3 bulan 2. Pengadaan bahan atau alat, berupa: a. Alat tulis penyelenggaraan b. Perlengkapan pembelajaran peserta didik c. Pengadaan alat dan bahan pembelajaran d. Biaya pengembangan keterampilan keorangtuaan e. Dokumentasi I. PENILAIAN Penilaian ditujukan pada efek (dampak) berkenaan dengan aspek perubahan, perbaikan atau peningkatan setelah mengikuti pembelajaran pada diri orang tua yang menjadi peserta didik pendidikan keorangtuaan dan pada anak-anaknya dan anggota keluarga lain dalam keluarga sebagai sasaran langsung pendidikan keluarga atau penerapan hasil pembelajaran. 16 BAB IV PEMERAN DAN PERANAN A. UNSUR PEMERAN 1. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Direktorat Jenderal PAUD Dikmas; 2. Kepala Seksi yang menangani pendidikan keluarga pada Bidang PAUD Dikmas Dinas Pendidikan Propinsi; 3. Kepala Seksi, Penilik yang menangani pendidikan keluarga pada Bidang PAUD Dikmas, Pamong Belajar pada UPTD SKB, Dinas Pendidikan Kabupaten Kota; 4. UPT Pendidikan yang berkedudukan di Kecamatan dan Kepala Seksi/Sub Bag yang menganani seksi pemberdayaan masyarakatpada Kantor Camat; 5. Urusan kesejahteraan rakyat/pendidikan pada Desa/Kelurahan; Ketua dan/atau kader RW/RT 6. Pendidik dan tenaga kependidikan pada PKBM, Majlis Ta’lim, lembaga pendidikan formal (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) UPTD SKB. B. PENGORGANISASIAN PEMERAN DAN PERANAN MENURUT KEWENANGAN NO LEVEL PEMERAN UNIT DAN UNSUR PEMERAN PERANAN/TUGAS a. Mengkompilasi peta potensi Pemerintah 1 Pusat Direktorat Jenderal calon sasaran dan sumber daya Pendidikan Anak Usia utama dan pendukung program Dini dan Pendidikan Propinsi Masyarakat (PAUD b. Menyiapkan sumber daya DIKMAS) Direktorat sarana pembelajaran dan Pembinaan anggaran perencanaan, Pendidikan Keluarga, pelaksanaan dan pengendalian penyelenggaraan program nelalui APBN 17 NO LEVEL PEMERAN UNIT DAN UNSUR PEMERAN PERANAN/TUGAS c. Koordinasi dan konsolidasi program dan rencana pusat dengan Bidang yang menangani PAUD DIKMAS Dinas Pendidikan Propinsi d. Monitoring, Evaluasi, Supervisi dan Pelaporan (MESP) realisasi rencana dan program oleh Dinas Pendidikan Bidang yang menangani PAUD DIKMAS Propinsi a. Mengkompilasi peta potensi calon sasaran dan sumber daya utama dan pendukung program Kabupaten/Kota Dinas Pendidikan Pemerintah 2 Propinsi Propinsi Bidang yang menangani PAUD DIKMAS oleh Kepala Seksi yang menangani PAUD dan Dikmas b. Koordinasi dan konsolidasi program dan rencana Propinsi dengan Pusat dan Dinas Pendidikan Bidang yang menangani PAUD DIKMAS Kabupaten/Kota c. MESP realisasi rencana dan program oleh Dinas Pendidikan Bidang yang menangani PAUD DIKMAS Kabupaten/Kota 3 Pemerintah Dinas Pendidikan Kabupaten/ Bidang yang a. Mengkompilasi peta potensi calon sasaran dan sumber daya 18 NO LEVEL PEMERAN Kota UNIT DAN UNSUR PEMERAN menangani utama dan pendukung program Pendidikan Anak Usia UPT/D Dini dan Pendidikan PERANAN/TUGAS b. Yang mendukung Masyarakat dan Dinas Terkait: - pemberdayaan masyarakat c. Koordinasi dan konsolidasi rencana dan program BP3AKB DINKES DINSOS SEKDA/Bag. KESRA Kabupaten/Kota dengan Propinsi, SKPD terkait dan UPTD SKBdan UPT Kecamatan d. Melakukan pemetaan potensi calon sasaran dan sumber daya utama dan pendukung program e. MESP realisasi rencana dan program oleh UPT/D atau kantor kecamatan f. MESP pelaksanaan orientasi dan advokasi oleh UPT/ D SKB a. Mengorientasi pendidik dan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Sanggar Kegiatan Belajar (UPTD SKB) tenaga kependidikan penyelenggaraan program b. Mengadvokasi PTK penyelenggaraan oleh Pamong Belajar Unit Pelaksana Teknis 4 Kecamatan a. Mengkompilasi peta potensi Pendidikan calon sasaran dan sumber daya Kecamatan (UPT utama dan pendukung program 19 NO LEVEL PEMERAN UNIT DAN UNSUR PEMERAN Kecamatan) oleh Pendidikan Keorangtuaan pada Penilik Desa PERANAN/TUGAS b. Koordinasi rencana dan program Kecamatan dengan desa/kelurahan c. Melakukan penjaminan mutu penyelenggaraan d. MEPS penyelengaraan a. Koordinasi rencana dan program dengan RW/RT dan 5 Desa/ Kelurahan Urusan Kesra atau yang menangani pendidikan UPTKecamatan b. Mengidentifikasi potensi calon sasaran, lembaga penyelenggara berikut sumberdaya utama dan pendukungnya PKBM atau Majlis Penyeleng6 gara satuan/ program a. Mengidentifikasi ulang calon Ta’lim atau lembaga sasaran/peserta didik, pendidik penyelenggara dan tenaga kependidikan; pendidikan atau PKK atau, organisasi profesi, atau b. Menyelenggarakan layanan pendidikan c. MESP penyelenggaraan organisasi keagamaan, organisasi masyarakat lain peduli pendidikan 20 C. KEMITRAAN Kemitraan antar pelaku pendidikan yang terdiri dari tiga unsure, yaitu keluarga, sekolah (satuan pendidikan), dan masyarakat yang dalam hal ini diwakili oleh komite sekolah, dapat digambarkan apabila setiap unsure dapat melaksanakan fungsi dan perannya secara baik. Kemitraan ini ditujukan untuk mewujudkan ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik. Oleh karena itu, manfaat dari kemitraan ketiga unsur tersebut harus mengarah pada peserta didik. Model kemitraan tersebut dapat digambarkan seperti berikut. Model Jalinan Kemitraan Keluarga-Satuan Pendidikan-Masyarakat 21 22 BAB V PROSES PENYELENGGARAAN A. PENYIAPAN PROGRAM 1. Identifikasi dan penetapan penyelenggara program a. Tujuan: Memperoleh lembaga calon penyelenggara program b. Sasaran Organisasi masyarakat, seperti PKK, Karang Taruna, kelompok-kelompok pengajian, dan lembaga lainnya yang potensial dapat dan memenuhi syarat sebagai penyelenggara program c. Cara Wawancara kepada para pengelola lembaga yang bersangkutan berkenaan dengan 1) Identitas lembaga 2) Kesiapan/kesanggupan menyelenggarakan program d. Alat/intrumen Pedoman wawancara e. Pengolahan dan penetapan lembaga penyelenggara f. Pelaksana/petugas 1) Unsur terkait perangkat UPT dan atau Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan 2) Unsur terkait perangkat Desa/Kelurahan 2. Identifikasi kebutuhan program: a. Identifikasi dilaksanakan dengan : 1) Melibatkan seluruh pihak terkait (stakeholder) terutama pihak yang terkena dampak langsung atas kegiatan itu 23 2) Membangun dan mengembangkan suatu model kompetensi atau prestasi ideal yang diharapkan 3) Menyediakan berbagai pengalaman yang dibutuhkan 4) Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, misalkan kompetensi tertentu b. Identifikasi calon peserta didik dan kebutuhan belajar peserta didik 1) Tujuan Untuk mempereoleh: a) peserta didik yan memenuhi syarat pada komponen peserta didik b) daftar kebutuhan belajar peserta didik sebagai bahan/muatan pembelajaran 2) aspek identifikasi: a) identitas calon, meliputi: nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat tempat tinggal, cara mendidik anak, cara belajar memperoleh pengetahuan dan/atau pengalaman dalam mendidik anak) b) identitas anak, meliputi (usia, pendidikan, kebiasaan keseharian di dalam dan/atau di luar rumah c) lingkungan sekitar, meliputi: suasana pergaulan, kebiasaan sehari-hari para orang tua, anak-anak, remaja 3) Cara identifikasi a) Wawancara berkaitan dengan b) Pengamatan berkenaan dengan 4) Alat/instrumen a) Pedoman wawancara b) Pedoman pengamatan 5) Pengolahan hasil dan penetuan prioritas calon peserta didik, kebutuhan belajar, 6) Pelaksana/petugas adalah lembaga masyarakat/pemerintah yang telah ditetapkan sebagai penyelenggara program 24 3. Identifikasi pendidik dan tenaga kependidikan (masuk dalam identifikasi kebutuhan program) a. Tujuan Memperoleh calon pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan syarat yang ditetapkan b. aspek identifikasi pendidik, mencakup: nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alam tempat tinggal, keterlibatan dalam masyarakat c. Cara identifikasi 1) Wawancara 2) pengamatan d. Alat/instrumen 1) Pedoman wawancara 2) Pedoman pengamatan e. Pengolahan hasil dan penetuan prioritas calon peserta didik, kebutuhan belajar, f. Pelaksana/petugas adalah lembaga masyarakat/pemerintah yang telah ditetapkan sebagai penyelenggara program 4. Identifikasi tempat/panti belajar a. Tujuan memperoleh tempat/panti belajar yang memenuhi syarat b. Aspek identifikasi, mencakup: jenis dan bentuk, ukuran, status kepemilikian, alamat, peralatan yang tersedia, kondisi (terang, sirkulasi udara) c. Cara identifikasi 1) Pedoman wawancara 2) Pedoman pengamatan d. Alat/instrumen 1) Pedoman wawancara 2) Pedoman pengamatan e. Pengolahan hasil dan penetuan prioritas calon peserta didik, kebutuhan belajar, 25 f. Pelaksana/petugas adalah lembaga masyarakat/pemerintah yang telah ditetapkan sebagai penyelenggara program 5. Penyusunan program pembelajaran Pada tahap perencanaan, keterlibatan warga belajar terlihat pada keikutsertaan mereka dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan dalam pelaksanaannya. Dari hasil identifikasi itu akan dapat diketahui jenis-jenis kebutuhan belajar yang benar-benar dibutuhkan oleh warga belajar. Kebutuhan warga belajar tersebut kemudian dirangkai dengan sumber-sumber belajar yang tersedia dan kemungkinan hambatan untuk pelaksanaan kegiatan dalam memenuhinya. Bila kebutuhan telah tersusun kemudian dilakukan penentuan tujuan yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan kegiatan belajar yang mana yang akan dilaksanakan. Dengan demikian dapat kiranya dikatakan bahwa keikutsertaan warga belajar dalam perencanaan itu merupakan kegiatan warga belajar bersama dengan sumber belajar dalam menyusun program belajar. Perencanaan yang memerlukan keikutsertaan warga belajar termasuk pada penentuan kegiatan seperti : a. Penentuan tujuan yang akan dicapai, dengan menerjemahkan kebutuhankebutuhan yang telah diidentifikasi ke dalam tujuan yang diharapkan dan ke dalam materi pembelajaran b. Mengidentifikasi kegiatan, artinya berbagai aktifitas yang dapat dilakukan bersama-sama dalam program pendidikan keluarga ini. c. Antisipasi hambatan yang akan dihadapi serta cara penanggulangannya secara bersama sama dalam kontrak belajar di awal kegiatan. d. Penetapan sumber-sumber dan cara pengalokasiannya, artinya segala macam sumber belajar, potensi dan pengaturan dilakukan secara terbuka dan bersama sama. Termasuk juga menentukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara pihak terkait siapa melakukan apa dan kapan. 26 e. Menetapkan cara mengukur/kriteria keberhasilan suatu program. Disepakati mengenai ukuran-ukuran capaian belajar yang diharapkan sesuai dengan tujuan belajar. Dalam perencanaan pembelajaran hendaknya melibatkan semua pihak terkait, terutama yang akan terkena dampak langsung atas kegiatan pembelajaran tersebut. Tampaknya ada suatu "hukum" atau setidak-tidaknya suatu kecenderungan dari sifat manusia bahwa mereka akan merasa 'committed' terhadap suatu keputusan apabila mereka terlibat dan berperanserta dalam pengambilan keputusan Selanjutnya menentukan Jadwal pembelajaran: materi, waktu (hari, tanggal, bulan, tahun), pendidik dan tempat. 6. Penetapan satuan dan sistem layanan Maksudnya adalah memastikan bahwa pembelajaran dalam program pendidikan keorangtuaan dapat dilaksanakan dengan alternatif satuan dan siatem layanan, seperti melalui kelompok belajar, majelis ta’lim, kursus, pelatihan. Hal yang paling pokok dalam menetapkan satuan dan sistem layanan yaitu: a. Jumlah jam minimal terpenuhi; b. Materi pembelajaran yang dibutuhkan peserta didik disajikan secara memadai sesuai jadwal pembelajaran yang telah disusun; c. Hasil pembelajaran tercapai secara maksimal sesuai tujuan pembelajaran yang direncanakan. B. PELAKSANAAN PROGRAM 1. Penyiapan lembaga penyelenggara a. Tujuan Lembaga penyelenggara: 1) memahami tentang penyelenggaraan pendidikan keorangtuaan 2) mampu melaksanakan identifikasi calon pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan keorangtuaan 27 b. Materi 1) penyelenggaraan pendidikan keorangtuaan 2) Teknis identifikasi calon pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan keorangtuaan c. Cara Orientasi d. Waktu 15 jam @ 45 menit e. Pelaksana UPTD SKB 2. Penyiapan pendidik dan tenaga kependidikan Pendidik a. Tujuan 1) Memahami tentang penyelenggaraan pendidikan keorangtuaan 2) Mampu merancang program pembelajaran 3) Mampu mengelola pembelajaran b. Materi 1) penyelenggaraan pendidikan keorangtuaan 2) teknis merancang program pembelajaran 3) pengelolaan pembelajaran 4) evaluasi hasil/efek pembelajaran c. Cara orientasi d. Waktu 24 jam @ 45 menit e. Pelaksana UPTD SKB 28 Tenaga Kependidikan a. Tujuan 1) Memahami tentang penyelenggaraan pendidikan keorangtuaan 2) Mampu mengelola pembelajaran b. Materi 1) penyelenggaraan pendidikan keorangtuaan 2) pengelolaan penyelenggaraan program c. Cara orientasi d. Waktu 20 jam @ 45 menit e. Pelaksana UPTD SKB 3. Pelaksanaan pembelajaran /penyajian materi PENGUNGKAPAN DAN INTERNALISASI P E N G A L A M A N INTERAKSI PEMBELAJARAN PENGUATAN DAN PEMBULATAN P E N G E T A H U A N C. EVALUASI DAN PELAPORAN 1. Evaluasi pembelajaran a. Substansi penilaian 29 Pokok penting dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni: 1) Evaluasi/penilaian dilakukan untuk melihat perubahan perilaku peserta didik, sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran. Artinya apakah pengetahuannya meningkat, tingkah lakunya berubah dan mungkin sikapnya juga berubah dalam menghadapi masalah keluarga. 2) Penilaian/evaluasi lebih baik jika dilaksanakan oleh peserta pembelajaran itu sendiri (Self Evaluation). Artinya peserta didik bisa melakukan refleksi diri dan melihat dirinya, bahkan mungkin bertanya kepada orang lain tentang dirinya, apakah ada perubahan atau tidak. 3) Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan. Misalnya dalam pembahasan kasus pengasuhan anak usia remaja, menghadapi anak berbohong, maka tolak ukurnnya adalah ketika peserta didik sudah tidak lagi marah menghadapi anak berbohong, namun mengajak anak berdiskusi dari hati ke hati. 4) Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat. Artinya, fasilitator dan peserta didik, bersama-sama menentukan apa saja yang harus berubah pada diri peserta didik setelah mengikuti program ini. Sehingga ada tanggung jawab dari diri sendiri untuk mencapai perubahan diri. 5) Penilaian/Evaluasi yang dilakukan, bertujuan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan program pembelajaran yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program; b. Cara penilaian 1) Pengamatan penerapan hasil pembelajaran 2) Wawancara penerapan hasil pembelajaran 3) Kuesioner, formulir pertanyaan dapat disiapkan dan dibagikan kepada semua perserta untuk diisi. Pertanyaan-pertanyaan disusun agar perserta mendapatkan tuntunan nyata dalam mengevaluasi dirinya. 30 c. Instrumen 1) Pedoman pengamatan dalam bentuk ceklis pernyataan 2) Pedoman wawancara dalam bentuk pertanyaan 3) Kuesioner d. Waktu Minimal 1 (satu) minggu setelah selesai 1 (satu) topik pembelajaran e. Cara pengolahan hasil 1) Teknis pengolahan 2) Penyimpulan hasil f. Pelaksana/petugas 2. Evaluasi penyelenggaraan a. Aspek 1) Respon peserta didik selama mengikuti kegiatan 2) Kemampuan pendidik dalam memfasilitasi pengungkapan pengalaman dan pengetahuan peserta didik yang telah dimilki 3) Penguasaan pendidik terhadap materi penguatan dan kemampuan pendidik dalam menyampaikannya b. Unsur evaluator Para pemangku kebijakan berkenaan pada Dinas Pendidikan, UPTD SKB, UPT Pendidikan Kecamatan, Desa/RW/RT, Pendidik dan Tenaga Kependidikan Program c. Penyelenggara evaluasi Lembaga/organisasi penyelenggara program 3. Pelaporan penyelenggaraan a. Sistimatika pelaporan Isi pelaporan minimal terdiri dari: 1) Cover, memuat 2) Pengantar, memuat 3) Daftar isi 31 4) Bab I Pendahuluan (latar belakang, dasar, tujuan pelaporan, ruang lingkup) 5) Bab II Program Pembelajaran (tujuan, sasaran, hasil yang diharapkan, materi belajar, sarana, pendidik dan tenaga kependidikan, waktu dan tempat, biaya) 6) Bab III Pelaksanaan Pembelajaran (proses, hasil pembelajaran dan outcome) 7) Bab IV Penutup (kesimpulan dan rencana selanjutnya) 8) Lampiran (jadwal, daftar hadir peserta didik, daftar hadir pendidik, daftar hadir tenaga kependidikan, dokumen pembelajaran dalam bentuk visual/gambar) b. Sasaran dan hierakhi pelaporan 1) Penyelenggara kepada UPT Kecamatan, Tembusan Kepala Desa/Kelurahan 2) UPT Pendidikan Kecamatan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, UP Bidang PAUD Dikmas, Tembusan Camat 3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota kepada DInas Pendidikan Propinsi, up. Biang PAUD DIkmas, tembusan Gubernur 4) Dinas Pendidikan Propinsi kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan UP. Direktorat Jenderal PAUD Dikmas 32 Abstraksi PANDUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KEORANGTUAAN (PARENTING) Naskah Program Pendidikan Keorangtuaan (Parenting) Yang Dikembangkan Keberlangsungan pendidikan di dalam keluarga yang salah satunya memberikan kontribusi pembentukan karakter menjadi sangat strategis dan penting adanya. Oleh karena itu, agar pendidikan tersebut dilaksanakan secara terencana dan sistimatis, maka pendidik/ orangtua di dalamnya secara kontinyu perlu terus diupayakan untuk ditingkatkan, baik dalam hal pelaksanaan peranan maupun kemampuannya sebagai pendidik pertama dan utama seiring dengan tuntunan agama dan perkembangan pengetahuan yang semakin kompleks. Keluarga merupakan bagian dari sub sistem pendidikan luar sekolah. Keluarga juga termasuk kedalam tri pusat pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantoro yang kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, mengungkapkan sistem “Tri Centra” dengan mengatakan “Didalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat.” Sudjana (1991:43) mengungkapkan trikondisi/pusat pendidikan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keterkaitan antara kedua sub sistem pendidikan sekolah dan sub sistem pendidikan luar sekolah. Dan bagan berikut ini, akan terlihat ketiga pusat pendidikan tersebut menggambarkan rentetan keterkaitan antara sub sistem pendidikan luar sekolah ( PLS) dan sistem pendidikan sekolah (PS). Peran orangtua dalam pengasuhan anak berubah seiring pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga orangtua harus memahami fase-fase perkembangan anak dan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Menurut Jean Piaget, pakar psikologi perkembangan, seorang anak perlu melakukan aksi-aksi terhadap lingkungannya agar dapat mengembangkan cara pandang yang kompleks dan cerdas atas setiap pengalamannya. Salah satu tugas orang tua pun adalah memberi pengalaman yang dibutuhkan oleh anak. Pendidikan Keorangtuaan adalah pendidikan sepanjang hayat yang memberi dukungan kepada para orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak, membentuk watak serta peradaban yang bermartabat, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu bagi seorang anak, orang tua/keluarga selain tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan juga sebagai pembentukan kharakter. 33 Pendidikan Keluarga akan membekali peserta didik mengenai berbagai hal yang bermanfaat dan diarahkan pada sikap orangtua sebagai individu yang dapat diteladani, orangtua sebagai pemimpin keluarga yang dapat dijadikan jaminan hidup saat ini dan masa depan serta orangtua sebagai anggota masyarakat yang dapat memerankan peran sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Keluarga memiliki peranan penting terhadap perkembangan anak-anaknya, sejak anak dilahirkan, keIuarga terutama ibu yang selaIu di sampingnya, pendidikan keIuarga tidak dapat diabaikan, peran orangtua hendaknya menjadi orang yang paling bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga. Guna memenuhi kebutuhan penyelenggaraan program pendidikan keorangtuaan/keluarga, maka disusun panduan penyelenggaraannya dalam rangka naskah program pendidikan keorangtuaan yang dikembangkan dengan harapan dapat dijadikan salah satu panduan oleh para penyelenggara, dan pemangku kepentingan, baik pemerintah sebagai eksekutor maupun sebagai regulator bidang pendidikan nonformal. 34 DAFTAR PUSTAKA 35