SATUAN LAYANAN BK PRIBADI ATAU SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SIMULASI Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakanakan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat (http://educationmantap.blogspot.com). Pengertian metode simulasi (http://apadefinisinya.blogspot.com) adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benarbenar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan). Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakanakan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya. Metode simulasi bertujuan untuk: a. melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan seharihari, b. memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, c. melatih memecahkan masalah, d. meningkatkan keaktifan belajar, e. memberikan motivasi belajar kepada siswa, f. melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, g. menumbuhkan daya kreatif siswa, dan h. melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah: a. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja. b. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan. c. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa. d. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. e. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran. Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di antaranya: a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan. b. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan. c. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi. Langkah-langkah Simulasi a. Persiapan Simulasi 1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi. 2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan. 3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan. 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. b. Pelaksanaan Simulasi 1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian. 3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan. 4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan. c. Penutup 1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. 2) Merumuskan kesimpulan. SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Judul/Spesifikasi Layanan : Memahami Kepribadian dan Komunikasi Intepersonal yang baik 2. Bidang Bimbingan : Bimbingan Pribadi-Sosial 3. Fungsi Layanan Agar siswa dapat mengembangkan kepribadian yang lebih baik dan memelihara hubungan yang baik secara positif terhadap dirinya dan lingkungannya, baik di keluarga, sekolah ataupun masyarakat. 4. Standar Kompetensi Membantu siswa untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial. Dalam mewujudkan pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab melalui komunikasi interpersonal yang efektif. 5. Indikator Pencapaian Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan siswa dapat: a. Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari kepribadian dan komunikasi internal yang baik. b. Mensimulasikan suatu bentuk kondisi kepribadian yang krisis di mana siswa mampu membenahi kepribadian yang kurang sehat dalam tiap kartu, serta adanya komunikasi internal yang baik terhadap lingkungan, masyarakat, agama dan bangsa. c. Dapat menciptakan dan menumbuhkan hubungan sosial yang baik 6. Sasaran Layanan : Siswa SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah 7. Uraian Kegiatan dan Materi Layanan a. Uraian Kegiatan 1) Kegiatan Awal a) Pembimbing membuka kegiatan layanan b) Pembimbing mencek kehadiran siswa c) Pembimbing memberikan materi 2) Kegiatan Inti a) Pembimbing menjelaskan teknik permainan simulasi menggunakan kartu b) Siswa dibagi menjadi dua-empat kelompok, dan tiap kelompok satu sesi, bergantian. c) Pembimbing membagikan kartu yang sudah dikocok. d) Siswa disarankan untuk menjawab solusi dari tiap kepribadian yang ada dikartu. e) Jika apa yang dikatakan siswa ada yang belum mencapai target solusi kepribadian yang baik, dilemparkan kepada teman yang lain. f) Apabila tidak ada yang benar menjawab, pembimbing memberikan bimbingan disesi tiap kartu. 3) Kegiatan Akhir a) Pembimbing memberikan tugas kepada siswa berbentuk lembar kerja siswa b) Siswa bersama pembimbing menyimpulkan materi yang telah disampaikan c) Pembimbing menutup kegiatan layanan b. Materi Layanan 1) Pengertian Kepribadian KEPRIBADIAN menurut Kusumantoro Setyonegoro: “Ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami secara subyektif oleh seseorang.” Sedangkan menurut Pervin dan John: kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Dari dua tokoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian adalah suatu karakteristik yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan, perilaku yang konsisten dan ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami seseorang. Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup : a) Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat. b) Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. c) Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen. d) Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa. e) Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi. f) Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. 2) Dalam Bidang Sosial Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan polapola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan 3) a) b) c) d) e) 4) bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi. Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik. Komunikasi yang Baik dan Efektif terhadap lingkungan. Komunikasi dibentuk dari adanya stimulus dan respon. Manusia belajar menjadi manusia melalui komunikasi. Manusia bukan saja dibentuk dari lingkungan tetapi oleh cara-caranya menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya. Melalui komunikasi kita dapat menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri dan membentuk hubungan sosial dengan dunia sekitar kita. Bagaimana tanda-tanda komunikasi yang efekif? Komunikasi yang efektif menurut Stewart Tubbs & Sylvia Moss dikriteriakan paling tidak menimbulkan lima hal yaitu: Pengertian Kesenangan Pengaruh pada sikap Hubungan yang makin baik Tindakan Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal terjadi jika didalam proses komunikasi tersebut terlibat sekurang-kurangnya dua orang atau lebih, yang satu bertindak sebagai penyampai informasi dan yang satu sebagai penerima informasi. Komunikasi interpersonal yang baik akan berjalan lancar jika diantara kedua belah pihak terdapat keterkaitan emosional sebagai contoh: ”Seseorang merasa tidak nyaman dengan perilaku si A yang merokok tanpa melihat sisi kanan dan kiri karena asik membaca koran padahal si B mempunyai sakit jantung, padahal sudah disampaikan untuk pindah duduk ditempat lain yang ada ruang free smoking”. Dalam hal tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa komunikasi dari contoh diatas tidak berlangsung dengan baik, karena salah satu pihak tidak mempunyai keterkaitan emosional dengan penyampaian komunikasi. 8. Tempat Penyelenggaraan Layanan : Ruang kelas 9. Waktu : 90 Menit Tanggal : 12 April 2011 Semester : II 10. Penyelenggara Layanan : Praktikan 11. Alat & Perlengkapan a) Kartu untuk simulasi b) Lembar Kerja Siswa 12. Sumber a) Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi b) Kurikulum SMU, Petunjuk Pelaksanaan BK tahun 1994 c) Stewart Tubbs & Sylvia Moss, Body Language d) Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung e) Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas f) Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja. 13. Rencana Penilaian a) Prosedur Tes : Post Test b) Jenis Tes : 1) Tes Lisan 2) Tes tertulis, pengisian LKS (terlampir) c) Bentuk tes : Essay d) Butir Soal : 1) Bagaimana kepribadian yang sehat menurut anda sesuai apa yang telah dijabarkan pada tiap sesi 2) Bagaimana komunikasi yang efektif terhadap lingkungan sebagai makhluk sosial? 3) Berilah contoh keadaan ketika komunikasi interpersonal terjadi! Purworejo, 12 April 2011 Perencana Kegiatan Layanan Cahaya Fitria Sari