laporan kunjungan ke belanda

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR KUNJUNGAN
Kunjungan Kerja Delegasi Komisi I DPR RI ke Kerajaan Belanda dilaksanakan
berdasarkan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Nomor : 137/PIMP/IV/2008-2009 tanggal 30 Juli 2009 tentang Penugasan Delegasi
Komisi I DPR RI mengeai RUU Perposan untuk melaksanakan kunjungan ke Belanda
dari tanggal 8 – 12 Agustus 2009.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Kunjungan Kerja ini dimaksudkan untuk secara langsung mendapatkan
penjelasan, masukan dan informasi mengenai regulasi perposan di Kerajaan Belanda
serta pengalamannya dalam mengelola kegiatan perposan di negara tersebut serta hal-hal
yang berkaitan dengan bidang tugas Komisi I DPR RI
Tujuan dilakukan studi banding di Kerajaan Belanda adalah untuk mengetahui
dan mempelajari hal-hal sebagai berikut:
- Penyelenggaraan Perposan
- Layanan Pos Universal
- Tarif
- Hak dan kewajiban
- Peningkatan dan Pengembangan Penyelenggaraan Perposan
- Ketentuan Pidana
C. SUSUNAN DELEGASI
Susunan Delegasi Komisi I DPR RI ke Ingggris adalah sebagai berikut :
1. DR. H. Arief Mudatsir Mandan, M.Si.
F-PPP
Ketua Delegasi
2. Dr. Yusron Ihza, LLM
F-BPD
Anggota Delegasi
3. Antarini Malik
F-PG
Anggota Delegasi
4. Drs. Hajriyanto Y. Thohari, MA
F-PG
Anggota Delegasi
5. Drs. H. Slamet Effendy Yusuf
F-PG
Anggota Delegasi
6. H.A. Affifudin Thaib, SH.
F-PG
Anggota Delegasi
7. Suparlan, SH.
F-PDIP
Anggota Delegasi
8. R.K. Sembiring Meliala
F-PDIP
Anggota Delegasi
9. H.A. Chudlary Syafii Hadzami, S.Sos
F-PPP
Anggota Delegasi
10. Drs. Dedi Djamaludin Malik, M.Si.
F-PAN
Anggota Delegasi
11. Zis Muzahid, M.Si
F-PKB
Anggota Delegasi
12. H. Mutammimul Ula, SH.
F-PKS
Anggota Delegasi
13. Drs. Ali Mocthar Ngabalin
F-PBD
Anggota Delegasi
14. Soraya
Sekretariat Delegasi
15. Ahmad Budiman
Staf Ahli Delegasi
16. Edmon Makarim
Staf Ahli Pemerintah
17. Yohanes Widyawan
Pemerintah
18. Karim Pandjaitan
Pemerintah
19. Nurhayati
Pemerintah
20. Sutoro
Pemerintah
21. Yuniswar
Pemerintah
1
D. ACARA KUNJUNGAN
1. Dalam rangka kunjungan kerja terhadap Rancangan Undang-Undang tentang
Perposan, Delegasi selama di Kerajaan Belanda; telah mengadakan pertemuan
dengan : OPTA (Onafhankelijke Post en Telecommunicatie Autoriteit Independent
Post and Telecommunications Authority)
2. Berkaitan dengan ruang lingkup dan tugas Komisi I DPR RI, Delegasi juga telah
mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Kerajaan Belanda beserta jajarannya.
2
BAB II
PELAKSANAAN KUNJUNGAN
A. PROFILE SINGKAT
Nama Resmi
: Kerajaan Belanda (Kingdom of the Netherlands) dalam Bahasa
Belanda : Het Koninkrijk der Nederlanden
Bentuk Negara
: Monarki Konstitusional
Ibu Kota
: Amsterdam
Pusat Pemerintahan : Den Haag
Kedudukan Geografis : Kerajaan Belanda terletak di Eropa Barat, muara dari tiga sungai
terbesar di Eropa, yaitu Sungai Rhine, Meuse dan Schelde.
Luas Wilayah
: 41.526 km2 (terbagi atas 12 propinsi dan 458 kota)
Iklim
: Beriklim sedang temperatur tertinggi 23,60 Celcius dan terendah
6C
Kepala Negara
: Ratu Beatrix Wilhelmina Armgard dinobatkan menjadi kepala
negara pada tanggal 30 April 1980 (lahir tgl. 31 Januari 1938).
Kepala Pemerintahan : Perdana Menteri Jan Peter Balkenende (terpilih sejak 27 Mei
2003)
Perbatasan
: - Timur
: Republik Jerman
- Selatan
: Kerajaan Belgia
- Barat dan Utara
: Laut Utara.
Penduduk
: 16.377.649 jiwa ( Agustus 2007),laju pertumbuhan 5,4 % (2006)
Hari Nasional
: 30 April (Queen's day)
Agama
: Katholik 36%, Protestan 27%, dan sisanya penganut kepercayaan
lain.
Bahasa
: Bahasa Belanda dan Inggris
Mata uang
: Euro
B. SEJARAH SINGKAT
Periode Kekuasaan Kerajaan Franka
Sejarah dari kerajaan Belanda dimulai sejak pendudukan bangsa Romawi
disebagian besar wilayah yang kini menjadi kerajaan Belanda dan Belgia pada abad
pertama masehi (1st Century BC). Pada zaman tersebut, romawi menguasai wilayah suku
Frisians di sebelah utara (suku terbesar di wilayah tersebut) dan beberapa suku lain
keturunan celtic.
Kekuasaan kekaisaran Romawi tetap bertahan hingga abad ke-8. Serbuan dan
pemberontakan terus menerus yang dilakukan suku Germania, Frisians, Saxen dan
Franka meruntuhkan kekuatan pasukan romawi. Pada tahun ke 800, Suku Franka
berhasil menyatukan seluruh teritori romawi dibawah kekuasaan ketua Charlemagne.
Setelah kematian Charlemagne, wilayah kekuasaannya terbagi tiga, melalui Treaty of
Verdun (843).
Periode Kekuasaan Keluarga Bourgondia
Melalui perkawinan, perang dan pergerakan politik, Dukes of Burgundy berhasil
menguasai sebagian besar wilayah kekuasaan suku Franka (wilayah ini nantinya akan
menjadi negara Belanda sekarang) pada abad ke-15 hingga awal abad ke 16. masa
kekuasan Burgundy tidak bertahan lama, pada tahun 1519 melalui pengaruh kuat dari
Holy Roman Empire, Dukes of Burgundy menyerahkan wilayah kekuasaan dibawah
kekaisaran roma yang dipimpin Charles V.
Periode Republik
Tahun 1572, Willem I Prince of Oranye memimpin pemberontakan di daerahdaerah Holland dan Zeeland yang menyebabkan Kerajaan Bourgondia terpecah dua.
3
Daerah utara mempersatukan diri dalam Uni dengan Utrecht dan dengan Piagam
Verlangtinge (1581) menyatakan tidak tunduk kepada kekuasaan Kerajaan Bourgondia.
Setelah perang 80 tahun (1568 - 1648) muncul Republik Persatuan Nederlanden
yang dipelopori gerakan militer Frederick Hendrik dan Maurits yang mengkonsolidasikan
daerah-daerah yang anti terhadap kerajaan Bourgondia. Politik luar negeri Republik
Persatuan Nederlanden ditentukan oleh kekuatan perdagangannya dan kemakmuran
negara ini sangat bergantung pada sector perikanan, pelayaran dan monopoli
perdagangan West Oost Indische Compagnie dan West Indische Compagnie. Pada tahun
1595 sebagai akibat revolusi, runtuhlah susunan pemerintahan lama. Selama periode
Napoleon, Belanda di bawah Pemerintahan Perancis
Periode Konstitusional
Pada tahun 1813 dibentuk kerajaan konstitusional.
Berturut-turut yang
memerintah adalah keluarga Oranye Nassau : Willem I (1815-1840), Willem II (18401849) dan Willem III (1849-1890). Pada waktu Willem III wafat, pewaris tahta Belanda
adalah Wilhelmina, yang naik tahta tahun 1890. Pada waktu Perang Dunia I (1914-1918),
Belanda berhasil mempertahankan netralitasnya meskipun beberapa kali dilanggar oleh
pihak-pihak yang berperang.
Dalam perang Dunia II Belanda diduduki tantara Jerman pada 15 Mei 1940
sehingga Wilhelmina harus mengungsi ke Inggris. Pada akhir Maret 1945, Overijsel,
Drente, Friesland, Groningen dan Gelderland dibebaskan oleh tentara sekutu. Pada
tanggal 5 Mei 1945 Jerman menyerah dan Belanda memperoleh kembali
kemerdekaannya. Tahun 1948 Wilhelmina turun tahta dan digantikan oleh Juliana.
Setelah Perang Dunia II, Belanda meninggalkan politik netralitasnya dan masuk
menjadi anggota NATO. Pada tahun 1958 Belanda, Belgia dan Luxembourg membentuk
Persatuan Benelux (Belgian, Netherlands and Luxembourg). Sebagai salah satu pendiri
Masyarakat Ekonomi Eropa, Belanda mendukung integrasi Eropa melalui Uni Eropa.
C. SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN
Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan Kerajaan Belanda adalah parlementer.Dalam ketatanegaraan
Belanda, secara resmi Raja/Ratu merupakan pengikat antara tiga kekuasaan yaitu
kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Kekuasaan Legislatif
Raja/Ratu menunjuk seorang wakil untuk menjalankan kekuasaan legislatif, yaitu
sebagai anggota Tweede Kamer (Majelis Rendah). Mereka mempunyai hak inisiatif
mengajukan rancangan undang-undang. Suatu RUU, setelah mendapat persetujuan
Tweede Kamer, harus diajukan kepada Eerste Kamer (Majelis Tinggi) untuk
mendapatkan persetujuan. Oleh karena tidak memiliki hak amandemen terhadap suatu
RUU, Eerste Kamer hanya dapat menyetujui atau menolaknya. RUU dapat pula diajukan
oleh Menteri. RUU yang telah disetujui mulai berlaku diundangkan dalam lembaran
negara (staatsblad)
Kekuasaan Eksekutif
Menurut UUD Belanda, kekuasaan eksekutif ada di tangan Raja/Ratu. Karena
Raja/Ratu tidak dapat diganggu gugat (onschendbaar), maka kekuasaan Pemerintah
diletakkan di tangan kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri dan menterimenterinya yang bertanggung jawab pada parlemen. Para Menteri mengundurkan diri
sehari sebelum pemilu yang diadakan setiap empat tahun sekali. Raja/Ratu hanya
bertindak atas nasehat Raad van Staten (Council of State), juga dapat meminta nasehat
dari ketua parlemen, ketua ketua fraksi dalam parlemen, ketua ketua partai, dan kalangan
non politik. Perdana Menteri diangkat oleh Raja/Ratu dan para Menteri diangkat oleh
Raja/Ratu atas rekomendasi Perdana Menteri.
4
Pemerintah Provinsi terdiri dari 3 organ, yaitu Provinciale Staten (Dewan
Perwakilan Provinsi), Gedeputeerde Staten (Badan Pengurus Harian Provinsi) dan
Commissaris der Koning/Koningin (Gubernur). Anggota-anggota Provinciale Staten
dipilih secara langsung oleh rakyat di provinsi tersebut untuk masa empat tahun.
Gedeputeerde Staten yang anggotanya dipilih oleh Provinciale Staten adalah badan
pimpinan dan pelaksana harian pemerintah provinsi. Disamping itu Gedeputeerde Staten
mempunyai kewajiban untuk mengawasi Gemeente (Kota Madya). Dengan demikian
anggaran/keuangan Gemeente dan lain-lain harus mendapat persetujuan Gedeputeerde
Staten tersebut. Commissaris der Koning/Koningin diangkat oleh Raja/Ratu dan menjadi
Ketua Gedeputeerde Staten.
Pemerintah Gemeente (Kota Madya) mempunyai 3 organ :
- Gemeente Raad (Dewan Kota Madya) diangkat oleh Raja
- College van Burgemeester (Wali Kota) diangkat oleh Raja
- Wethouders (pelaksana pemerintahan Kota Madya) diangkat oleh Raja
Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan Yudikatif mempunyai kedudukan yang bebas dari dua kekuasaan
lainnya. Raja/Ratu hanya memiliki wewenang untuk mengangkat anggota-anggota
yudikatif. Di Belanda terdapat empat tingkat badan pengadilan, yaitu Canton, Rechtbank,
Gerechtschof dan Hoge Raad. Anggota-anggota Hoge Raad diangkat oleh Raja/Ratu dari
calon-calon yang diajukan oleh Tweede Kamer.
Dewan Perwakilan Rakyat / Parlemen
Dewan Perwakilan Rakyat atau Parlemen terdiri dari 2 (dua) msjelis yaitu Tweede
Kamer (Majelis Rendah) dan Eerste Kamer (Majelis Tinggi):
a. Eerste Kamer (Majelis Tinggi)
Beranggotakan 75 orang yang dipilih untuk masa 6 tahun. Anggota-anggota
Eerste Kamer dipilih oleh anggota Dewan Daerah Provinsi (Provinciale
Staten). Pemilihan anggota Majelis Tinggi terakhir adalah pada tanggal 25
Mei 2003.
b. Tweede Kamer (Majelis Rendah)
Beranggotakan 150 orang, dipilih untuk masa 4 tahun. Sejak tahun 1917
berlaku sistem perwakilan berimbang (evenredige vertegenwoordiging),
sehingga tercermin berbagai aliran politik dalam masyarakat. Pemilihan untuk
anggota Tweede Kamer dilakukan secara langsung. Secara politis pemilihan
anggota Tweede Kamer lebih menentukan dari pada Eerste Kamer. Pemilihan
anggota Majelis Rendah terakhir adalah tanggal 22 November 2006
Partai Politik
Sistem kepartaian di Belanda adalah sistem multi partai. Pada umumnya partai
terbentuk atas dasar ideologi dan agama. Partai seperti dan VVD (Volkspartij voor
Vrijheid en Democratie) dianggap sebagai partai kanan, partai CDA (Christen
Democratisch Apel) sebagai partai tengah, dan partai PvdA (Partij van de Arbeid),
Democraten 66 (D 66, Democraten 66), dan Groen Links digolongkan sebagai partai kiri.
Pada dasarnya sebutan golongan kiri/kanan tersebut kurang tepat karena masingmasing partai menentukan sendiri sikap terhadap suatu masalah, secara kasus demi kasus,
dan setiap anggota parlemen masih memiliki kebebasan untuk menentukan pendiriannya
sendiri yang terlepas dari ikatan partai. Namun penggolongan tersebut lebih sering
digunakan oleh pengamat politik untuk membedakan sikap suatu partai dalam
menghadapi masalah yang timbul secara keseluruhan. Disamping itu, sekarang ini
muncul sebuah partai politik baru yaitu : LPF (Lijst Pim Fortuijin) sebuah Partai yang
dibentuk oleh Pim Fortuijin yang mendapatkan cukup banyak konstituennya karena
mengedepankan masalah imigrasi (catatan: masalah imigrasi Belanda mengemuka sejak
adanya peristiwa serangan terorisme terhadap world trade center di New York 11
September 2001)
5
Dari seluruh Partai-partai yang ada di Belanda, Pasca Pemilu 2007 terdapat 4
Partai besar yaitu:
a. PvdA, sering disebut sebagai Partai Buruh didirikan tahun 1946 dan
merupakan fusi dari partai partai pekerja sosial demokrat dengan golongan
golongan Protestan, Katholik dan Liberal yang progresif.
b. VVD, sering juga disebut sebagai Partai Rakyat untuk Kebebasan/Demokrasi.
Didirikan tahun 1946, tidak berdasarkan agama, memperjuangkan free
enterprise, tetapi program-programnya juga mendukung jaminan sosial dan
menjanjikan partisipasi buruh dalam manajemen dan keuntungan.
c. SP (Socialistische Partij) merupakan Partai politik di Belanda yang beraliran
sosialis. Berdiri pada tahun 1971, SP merupakan oposisi dari kabinet Belanda.
Isu-isu yang diperjuangkan adalah masalah pekerjaan, kesejahteraan sosial
dan menentang akan globalisasi.
d. D 66, merupakan partai dari golongan intelektual dan kiri tengah yang
berhaluan demokratik pragmatis. Partai ini sangat kritis terhadap masalah
lingkungan hidup. Pandangan D 66 terhadap soal lingkungan sebenarnya
bertolak belakang dengan pandangan partai VVD yang menentang
pembatasan-pembatasan terhadap lingkungan yang kurang sejalan dengan
kebutuhan perkembangan industri.
e. CDA, merupakan aliansi dari 3 partai, yaitu:Anti Revolutionaire Party (ARP):
Protestan, dan partai tertua di Belanda. Christelijke Historische Unie (CHU):
Protestan, pecahan dari ARP. Memiliki kebijaksanaan yang sama dengan
ARP, tetapi sikapnya lebih progresif dalam ekonomi. Katholijke Volks Partij
(KVP): Kebijaksanaan berdasarkan prinsip Kristen.
D. HASIL KUNJUNGAN
1. Berkaitan dengan Rancangan Undang-Undang tentang Perposan
1) OPTA. Perposan di Belanda berada di bawah naungan Directorate General of
Telecommunications and Post, Ministry of Economic Affairs dan berada di bawah
pengawasan Badan Regulasi Independen bidang pos dan telekomunikasi atau
disebut dengan OPTA (Onafhankelijke Post en Telecommunicatie Authoriteit /
The Independent National Regulatory Autorithy in the Netherland for Telecom
and Post). OPTA didirikan pada tanggal 1 Agustus 1997 dengan misi merangsang
secara berkesinambungan kompetisi dipasar perposan. Keanggotaannya terdiri
dari 3 orang ditambah 1 orang Associate Member yang dipilih dari kalangan
professional dan direkomendasikan oleh Minister of Economic Affairs.
2) TUGAS OPTA. Hal utama yang dikerjakan OPTA sebagai tugasnya yaitu
memberikan nasehat kepada kementrian urusan ekonomi untuk masalah yang
terkait dengan perposan. OPTA juga memiliki tugas mengawasi pasar dan bisnis
di bidang pos dan telekomunikasi. Selain itu juga mengawasi kewajibankewajiban yang harus dilakukan oleh Universal Service Provider (USP): Royal
TNT Post yang memiliki tugas pelakukan pengiriman kilat khusus, memiliki
kantor-kantor pos, memberikan laporan Universal Service (US) serta mengadakan
orientasi biaya tarif awal US dan Price Cap untuk perubahan tarif. OPTA juga
bertugas memberikan peraturan pos yang terkait dengan melancarkan kewajibankewajiban penyedia pos lainnya terutama terkait dengan prosedur untuk
melindungi kerahasiaan pos dan prosedur penanganan keluhan yang praktis bagi
pengguna jasa pos.
3) UU PERPOSAN 2009. Sejak tanggal 1 April 2009 seluruh pasal perposan di
Belanda sudah full liberalisasi dan seluruh monopoli dihapuskan. UU memberikan
pengaturan tentang pelayanan umum, pendaftaran operator-operator perposan
6
serta prosedur kerahasiaan dalam surat menyurat dan penanganan keluhan. Juga
diatur hal yang terkait dengan perbedaan pendapat tentang lokasi akses untuk
jaringan pengiriman, system kode pos, system data alamat dan barang-barang
kiriman yang dikembalikan serta dana kompensasi.
4) PERATURAN POS UNTUK LAYANAN POS UNIVERSAL. Merupakan
kewajiban bagi TNT dan juga dikompetisikan. Bagi surat nasional: surat dan mail
<= 2 Kg, <=10 Kg. Braille mail <= 7 Kg, surat terdaftar, barang-barang bernilai
yang diasuransikan, legal courtpapers dan PO-BOX. Sedangkan bagi surat
internasional: letters/mail < = 2 Kg, buku-buku <= 5 Kg, <= 20 Kg, dan barangbarang pos dalam huruf Braille <= 7 Kg. US adalah tarif tunggal.
5) KUALITAS OPERATOR LPU. Pengumpulan dan penyampaian surat harus
dilakukan dalam waktu 6 hari. Memiliki paling sedikit 2000 titik layanan,
pengiriman hari berikutnya harus mencapai 95% dalam 24 jam, serta memiliki
kotak pos setaip jarak 500 m dipusat keramaian dan sekitar 2,5 km di luar pusat
keramaian. Sedangkan aturan tarif awal LPU harus berorientasi pada biaya, price
cap linked to development of CPI, membuat laporan dan pendapatan dari LPU dan
biaya LPU menggunakan system akuntasi biaya.
6) ATURAN BAGI OPERATOR LAINNYA. Aturan ini ditetapkan oleh OPTA.
Persyaratan dasar untuk operator lainnya: mempunyai prosedur yang mudah
untuk menerima keluhan dari pengguna jasa pos, penanganan yang baik bagi pos
yang dikembalikan, menjamin penuh kerahasiaan perposan. Operator lain juga
perlu memiliki organisasi buruh untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari
pekerja. Antar operator perlu mengadakan kerjasama termasuk juga adengan TNT
karena sudah memiliki jaringan terbaik serta system kode pos yang terbaik pula.
Operator lain harus mengikuti system kode pos yang dimiliki TNT. Sedangkan
hal yang terkait dengan kebutuhan pengguna jasa: mereka boleh memilih
frekuensi sedikit dari pengiriman sesuai tarif yang lebih rendah dan/atau memilih
antara 24 jam pengiriman sesuai tairf LPU atau pengiriman yang lebih lama
dengan tariff yang lebih rendah.
7) PENGAWASAN PASAR (1). Hingga 1 April 2009 ada 3 segmen yang terjadi
yaitu monopoli TNT, other USO, dan commercial segment. Namun sejak 1 April
2009 monopoli itu dihapuskan. Monopoli TNT yang dapat disewakan dan USO
menurun pada tahun 2007 terutama karena biaya-biaya personil yang lebih tinggi.
Total volume surat TNT menurun, alasan utamanya karena persaingan dan
penggatian oleh komunikasi elektronik dengan penurunan volume pasar dari
tahun 2006 – 2008 sebesar 2,8%.
8) PENGAWASAN PASAR (2). Respon TNT terhadap persaingan: “Netwek
VSP”, subsidi biaya rendah sendiri untuk pengiriman surat sejak tahun 2006.
Tarif untuk pelanggan bisnis menurun sejak tahun 2007 mesikpun masih lebih
tinggi dari operator lainnya Tarif TNT pada segmen US secara substansial lebih
tinggi dari pada segmen komersial yaitu € 0,44 untuk surat dalam negeri yang
bratnya sampai 20 gram. Ini merupakan salah satu tariff tertinggi di eropa untuk
surat sampai 50 gram. Sedangkan tariff untuk single piece surat internasional
meningkat.
2. Berkaitan dengan Bidang Tugas Komisi I DPR RI
Delegasi Komisi I DPR RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Duta
Besar RI untuk Kerajaan Belanda di Kota Den Haag:
1) Pagu aggaran KBRI Den Haag pada tahun 2009 sebesar Rp. 64.228.479.000 atau
mengalami kenaikan sebesar 1,45% (Rp. 932.911.000) dibandingkan tahun 2008.
Beberapa permasalahan yang dihadapi KBRI khususnya dalam dukungan
fasilitas kendaraan operasional, fasilitas interior dan eksterior gedung-gedung
KBRI Den Haag, serta fasilitas pelayanan umum yang representative sehingga
memberikan kenyamanan bagi publik yang dilayani
7
2) Jumlah PNBP KBRI Tahun Anggaran 2008 sebesar US$ 1.061.132,23 dan €
821.632,95. Sampai semester I TA 2009 sebesar US$ 997.178,13. Pengelolaan
PNBP dilaksanakan berdasarkan jumlah penerimaan yang diperoleh yang
dikategorikan menjadi fungsional dan non-fungsional. Fungsional yaitu
pendapatan bea paspor, pendapatan bea visa dan pendapatan legitimasi dokumen.
Sedangkan non-fungsional yaitu pendapatan lainnya dari LN, pendapatan sewa
rumah dinas, pendapatan dari pengembalian pajak, pendapatan bunga lainnya
dan pendapatan persekot resmi.
3) Kendala dalam mengetahui jumlah WNI secara pasti di Belanda yaitu: banyak
WNI di Belanda tidak melaporkan diri ke KBRI, banyak WNI yang sudah
menjadi warga Belanda tidak melaporkan pergantian kewarganegaraannya,
banyak mahasiswa yang selesai studi di Belanda tidak melaporkan ke KBRI, dan
banyak WNI yang meninggal tapi tidak dilaporkan ke KBRI. Estimasi jumlah
WNI di Belanda yaitu 15.577 orang dengan jumlah mahasiswa sekitar 600 orang.
4) Permasalahan WNI ilegal di Belanda yang terkena razia dikategorikan sebagai
tahanan imigrasi. Biaya pemulangan mereka dilakukan oleh Pemerintah Belanda
atau International Organization for Migration (IOM) setelah terlebih dahulu
diwawancarai oleh pihak imigrasi. Bagi yang tidak memiliki dokumen lengkap,
maka pihak pemerintah Belanda akan membawa ke KBRI untuk memberikan
identitas bagi yang bersangkutan. Khusus bagi korban trafficking in persons,
KBRI bersama pemerintah Belanda melakukan perlindungan maksimal terhadap
mereka.
5) Kerjasama di bidang Politik mengalami perkembangan yang kondusif sejak
kunjungan Ratu Beatrix ke Indonesia tahun 1992. Selanjutnya kunjungan
Presiden B.J Habibie tahun 1999 dan Presiden Abdurrahman Wahid tahun 2000
yang menghasilkan MoU Agenda for Renewed and Intensified Bilateral
Cooperation. Ditingkat Parlemen juga dilakukan saling berkungjung antara DPR
dan DPD untuk bertemu dengan counterpart di Belanda. Sementara Komisi
Hubungan Luar Negeri Parlemen Belanda juga telah mengadakan pertemuan
dengan parlemen Indonesia tahun 2008. Khusus untuk gerakan OPM dan RMS
sekarang ini sudah semakin kehilangan dukungan di kalangan masyarakat
Belanda. Bahkan founding fathers OPM Nicholaas Jouwe bisa diajak ke
Indonesia pada bulan Maret 2009 dan setelah itu ia mengkampanyekan untuk
mendukung Pemerintah RI.
6) Kerjasama bidang sosial budaya dan pendidikan dilakukan melalui kerjasama
bidang budaya melalui MoU on Cultural Cooperation sebagai pengembangan
Agreement on Cultural tahun 1968. Kerjasama bidang kearsipan diantara kedua
Negara. Inisiatif Belanda untuk melakukan Common Cultural Heritage dengan
Indonesia penting untuk dicermati. Sedangkan bidang pendidikan juga dilakukan
kerjasama antara PTN di Indonesia dengan Belanda.
7) Bidang ekonomi dan perdagangan, Indonesia dianggap semakin penting sebagai
mitra kerjasama ekonomi di sektor komersil seperti perdagangan dan investasi
sejalan dengan posisi Indonesia yang mulai dipandang sebagai middle income
countries. Belanda mengalokasikan 0,8% dari GNP untuk kerjasama
pembangunan (official development assistance). Di bidang energy terdapat
indikasi kecenderungan peningkatan yang signifikan untuk beberapa tahun ke
depan. Pemerintah Belanda mengalokasikan sekitar EUR 80 juta bagi kerjasama
energi.
8) Bidang perhubungan terdapat beberapa kerjasama yaitu proyek pembangunan 4
kapal kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut, Bantuan Safety oversight,
kerjasama perawatan pesawat Garuda dengan perusahaan penerbangan Belanda
KLM, kegiatan Departemen Perhubungan RI dengan bantuan Belanda melalui
fasilitas ORIO
9) Kinerja neraca perdagangan antara Indonesia dengan Belanda selama 5 tahun
terkahir hingga 2008 mencapai US $ 16,75 MILIAR DENGAN TREN YANG
8
POSITIF SEBESAR 15,73%. Total nilai perdagangan pada tahun 2008 mencapai
US $ 4,45 miliar atau meningkat 15,58% disbanding tahun 2007 sebesar US $
3,85 miliar.
10) Kerjasama di bidang militer pada tahun 2004-2009 terdapat kontrak
pembangunan 4 kapal korvet TNI Al kelas Sigma digalangan kapal Schelde
Naval Shipbuilding (SNS) Vlissingen. Kapal corvet pertama, KRI Diponegoro,
KRI Hasanudin, KRI Sultan Iskandar Muda dan KRI Frans Kaisiepo. Juga
dilakukan beberapa program pendidikan militer yang diikuti oleh sejumlah
perwira militer TNI. Pemerintah Belanda tidak mengenakan pembatasan secara
sepihak dengan TNI baik dalam hal partisipasi pada program latihan atau
pendidikan militer. Kerjasama dan pengadaan alutsista dilaksanakan sesuai
dengan ikatan perjanjian yang dituangkan dalam sebuah letter of agreement yang
telah diketahui bersama sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan.
9
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil kunjungan Komisi I DPR RI yang berkaitan dengan Pembahasan
Rancangan Undang-Undang tentang Perposan, Delegasi memberikan kesimpulan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Perposan di Belanda sekarang ini sudah tidak mengenal lagi monopoli, hal ini
disebabkan trend perposan ke masa yang akan datang di seluruh dunia sudah
mengarah kepada keterbukaan pasar/liberalisasi penuh
2. OPTA adalah badan independen yang bertugas memberikan pengaturan dan
pengawasan di bidang pos di Belanda.
3. UU perposan di Belada diantaranya memberikan pengaturan tentang pelayanan
umum, pendaftaran operator-operator perposan serta prosedur kerahasiaan dalam
surat menyurat dan penanganan keluhan.
4. Peraturan Layanan Pos Universal merupakan kewajiban bagi TNT dan juga
dikompetisikan. Aturan tarif awal LPU harus berorientasi pada biaya, price cap
linked to development of CPI, membuat laporan dan pendapatan dari LPU dan
biaya LPU menggunakan sistem akuntasi biaya.
5. Aturan bagi operator lain ditetapkan oleh OPTA.
Demikian Laporan Delegasi Komisi I DPR RI ke Kerajaan Belada dalam rangka
mendapatkan masukan dan informasi berkaitan dengan pembahasan Rancangan
Undang-Undang tentang Perposan. Diharapkan laporan diatas dapat memberikan
masukan dalam pembahasan RUU tentang Perposan.
Jakarta,
Agustus 2009
Ketua Delegasi,
DR. H. Arief Mudatsir Mandan, M.Si
A- 42
10
Download