isi berita

advertisement
LAPORAN SINGKAT DELEGASI DPR-RI KE
ASEAN INTER-PARLIAMENTARY ASSEMBLY (AIPA) SEMINAR ON
“ROLES OF WOMEN PARLIAMENTARIANS IN LAW MAKING PROCESS”
TANGGAL 29 NOVEMBER S.D. 2 DESEMBER 2009 DI HANOI, VIETNAM
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------The ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) Seminar on “Role of Women
Parliamentarians in Law-Making Process” telah diselenggarakan pada tanggal 29 November
- 2 Desember 2009 di Vietnam dan dihadiri oleh delegasi dari 6 negara anggota ASEAN
(Indonesia, Kamboja, Malaysia, Laos, Singapura, Vietnam) dan AIPA Permanent Secretariat
serta organisasi internasional seperti UNDP, UNICEF, dan UNIFEM. Delegasi DPR-RI
terdiri dari 2 orang yaitu: Yth. Ibu Nurhayati Ali Assegaf, M.Si selaku Ketua Delegasi dan
Yth. Ibu Hj. Lilly Chodijah Wahid. Selain itu, DPD-RI juga mengirimkan delegasi yang
dipimpin oleh Ibu GKR Hemas dan bergabung dengan DPR-RI menjadi Delegasi Parlemen
Indonesia.
Seminar dibuka oleh H.E. Mme Thong Thi Phong, Wakil Presiden Majelis Nasional Republik
Sosialis Vietnam pada tanggal 30 November 2009. Seminar terdiri dari 5 sesi presentasi dan
diskusi umum (general discussion) yang membahas sejumlah rekomendasi. Topik-topik
presentasi adalah :
Sesi I: Overview on Legislative Function and Role of Women Parliamentarians. Pada sesi
ini, Delegasi Parlemen Indonesia diwakili oleh Yth. Ibu GKR Hemas.menyampaikan
presentasi tentang fungsi legislative dan peran anggota parlemen perempuan.
Sesi II: Gender Mainstream Process in Law-making Process and Women’s Participation
Sesi III: Gender Mainstreaming in Legislative Activities. Pada sesi ini, Delegasi DPR-RI
diwakili oleh Yth. Ibu Nurhayati Ali Assegaf menyampaikan presentasi bertajuk Case Study
of Indonesia: Gender Mainstreaming in Legislative Activities: the Indonesia Experience
Sesi IV: Gender Mainstreaming in Approving Budget
Sesi V: Role Women Parliamentarians in Law Making and Promoting Gender
Mainstreaming in Parliamentary Activities
Di sela-sela seminar, Delegasi Parlemen Indonesia turut melakukan courtesy call dengan
Ketua Majelis Nasional Vietnam H.E. Mr. Nguyen Phu Trong. Dalam kesempatan tersebut
Ketua Delegasi RI mengemukakan harapannya agar seminar yang berlangsung di Hanoi ini
dapat semakin mendorong peran perempuan dalam memberikan andil positif bagi
pembangunan politik, ekonomi dan sosial. Selain itu Ketua Delegasi RI juga menyampaikan
informasi mengenai jadwal Sidang Paripurna Asian Parliamentary Assembly (APA) yang
akan berlangsung di Bandung, Indonesia pada tanggal 7-10 Desember 2009. Ketua Delegasi
RI berharap agar Vietnam dapat berpartisipasi dengan menyertakan lebih banyak delegasi
perempuan dalam sidang tersebut.
1
The ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) Seminar on “Role of Women
Parliamentarians in Law-Making Process” berlangsung lancar dalam suasana yang penuh
persahabatan, solidaritas, dan sarat dengan semangat ASEAN, serta mencatat kemajuan
signifikan dengan tercapainya kesepakatan untuk lebih meningkatkan peran perempuan dalam
pembangunan politik, ekonomi dan sosial, khususnya bagi perempuan yang berkiprah di
parlemen. Dalam forum ini para perempuan yang duduk di parlemen negara-negara anggota
ASEAN berkomitmen penuh untuk terus meningkatkan kerja sama dalam upaya peningkatan
kepedulian terhadap perlindungan hak-hak kaum perempuan. Hal tersebut dilakukan dengan
cara memasukkan perspektif gender dalam setiap proses perumusan kebijakan.
Untuk menegaskan kembali peran penting perempuan yang duduk di parlemen dalam
memperjuangkan undang-undang yang berperspektif gender dan dapat memberikan
perlindungan bagi perempuan, Delegasi DPR-RI merekomendasikan tiga hal, yaitu:
a. Perempuan yang duduk dalam parlemen di negara-negara anggota ASEAN lebih
kooperatif dalam membangun kapasitas terkait proses pembuatan undang-undang dan
pengarusutamaan gender.
b. Mendorong perempuan anggota parlemen yang tergabung dalam ASEAN untuk saling
bertukar informasi dan berbagi pengalaman terkait andil mereka dalam proses pembuatan
undang-undang dan pengarusutamaan gender di tingkat nasional;
c. Mendorong perempuan anggota parlemen yang tergabung dalam ASEAN untuk
mendiskusikan strategi dan langkah-langkah dalam mempercepat realisasi Beijing Platform
for Action di tingkat nasional dan regional.
Sebagai forum untuk bertukar pendapat dan berbagi pengalaman mengenai perspektif gender
yang perlu lebih diperhatikan dan diperjuangkan dalam aktivitas parlemen, the ASEAN InterParliamentary Assembly (AIPA) Seminar on “Role of Women Parliamentarians in LawMaking Process” telah menyimpulkan poin-poin penting yang dapat diterapkan di negara
masing-masing, termasuk rekomendasi untuk membangun dan menyelesaikan peraturan
hukum berdasarkan kesetaraan gender, serta menyiapkan rekomendasi yang akan dibahas
lebih lanjut dalam Sidang Umum AIPA pada bulan September 2010 di Vietnam, khususnya
mengenai hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam mengharmonisasikan sistem hukum
yang berkenaan dengan kesetaraan gender di tiap-tiap negara anggota AIPA, antara lain:
a. Mengadakan berbagai forum, seminar, dan aktivitas untuk perempuan yang duduk di
perlemen sehingga lebih optimal dalam mewujudkan fungsi representatif, legislatif, dan
pengawasan. Untuk kepentingan tersebut, perlu dibuat anggaran khusus;
b. Fokus pada pengarusutamaan gender dalam segala kegiatan AIPA;
c. Membentuk working group yang melibatkan negara-negara anggota AIPA, pemerhati
khusus, dan pemegang kepentingan lainnya dengan tugas:
 Menyimpulkan dan mengevaluasi implementasi dokumen AIPA yang berkaitan dengan
upaya peningkatan peran perempuan dan kesetaraan gender;
 Meneliti dan mengevaluasi kebijakan/peraturan yang sudah ada, meminta lembaga yang
berwenang untuk mengubah, menambah, membatalkan, atau bahkan mengeluarkan
peraturan baru demi mewujudkan kesetaraan gender di segala bidang;
2
 Mengevaluasi perspektif gender yang disertakan dalam proses perumusan kebijakan
dari negara-negara anggota AIPA;
 Menyusun strategi regional berkaitan dengan pengarusutamaan gender dalam
pembuatan kebijakan dan peraturan hukum yang dibuat oleh negara-negara anggota
AIPA;
 Menyiapkan laporan tentang seluruh kegiatan working group kepada Sidang Umum ke32.
d. Mengembangkan panduan dan langkah-langkah terbaik bagi pengarusutamaan gender
dalam pembuatan kebijakan dan peraturan hukum untuk semakin memberdayakan anggota
parlemen dalam aktivitas legislatif;
e. Menumbuhkembangkan sikap saling pengertian yang lebih besar antara anggota-anggota
parlemen yang bukan termasuk anggota kaukus perempuan melalui peningkatan kapasitas;
f. Mengakui kontribusi yang selama ini telah dikerjakan oleh kaum perempuan meskipun
pekerjaan tersebut tidak memiliki nilai ekonomi dan memasukkannya dalam rencana dan
evaluasi anggaran di negara-negara anggota AIPA
Selain itu, seminar ini juga merekomendasikan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
negara-negara anggota AIPA, yaitu:
a. Meningkatkan proporsi perempuan yang menduduki jabatan di parlemen, mengintensifkan
sistem nasional bagi isu-isu perempuan atau manajemen negara atas kesetaraan gender.
Membentuk kaukus perempuan di parlemen untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam
aktivitas parlemen AIPA dan meningkatkan kerja sama antar parlemen;
b. Mendorong diadopsinya hukum-hukum yang mengatur kesetaraan gender, penyertaan
perspektif gender dalam pembuatan kebijakan, proses persetujuan anggaran dan jaminan
implemenntasinya;
c. Mendorong negara-negara anggota AIPA untuk mengirimkan perwakilan untuk setiap
pertemuan Women of the ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (WAIPA) di masa yang
akan datang;
d. Meninjau, mengevaluasi kebijakan, undang-undang dan mengusulkan perubahan,
tambahan, pengahapusan, atau penerbitan undang-undang baru yang dianggap perlu demi
terjaminnya kesetaran gender di semua bidang;
e. Membangun sistem data base gender yang terkelola dengan baik, menjamin
pengarusutamaan gender dalam proses pembuatan kebijakan dan implementasinya;
f. Harmonisasi sistem hukum nasional dan internasional sesuai konvensi internasional
tentang kesetaraan gender;
g. Memiliki visi yang sejalan dengan perspektif gender dalam proses perumusan kebijakan
berdasarkan apa yang telah disepakati bersama
h. Meningkatkan kerja sama, saling berbagi informasi secara reguler, saling berbagi
pengalaman tentang cara-cara memajukan kesetaraan gender dalam aktivitas parlemen,
pengarusutamaan gender dalam pembuatan kebijakan dan undang-undang di setiap negara
anggota.
3
Seminar juga membuat rekomendasi untuk badan-badan PBB dan organisasi internasional
lainnya untuk:
a. Menyediakan informasi dan pengalaman yang berkaitan dengan upaya untuk
memperjuangkan perspektif gender dalam aktivitas legislatif.
b. Menyediakan dukungan teknis dan finansial, tenaga ahli untuk implementasi dan prediksi
mengenai prospek pengarusutamaan gender dalam perumusan suatu kebijakan pemerintah.
4
Download