4 executive summary baru

advertisement
Analisis Penyusunan Standar Barang Dan Harga Satuan Barang Di
Provinsi Jawa Timur
Ringkasan Penelitian
Pendahuluan
Kebutuhan akan pengelolaan aktivitas pembelian yang baik telah
dirasakan sebagai suatu hal yang masuk akal. Karena dengan
pengelolaan yang baik, entitas dalam hal ini pemerintah mampu
meningkatkan lebih banyak keuntungan.Pesanan pengadaan dan
pelaporan pengadaan standar barang dan harga akan mengontrol
pesanan pembelian individu, tetapi tidak secara langsung melakukan
kontrol atas proses bisnis pengadaan.
Penatausahaan barang-barang milik negara didasarkan pada Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan
barang/jasa pemerintah dengan pertimbangan adalah :
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang efisien, terbuka dan
kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan Barang/Jasa yang
terjangkau dan berkualitas, sehingga akan berdampak pada
peningkatan pelayanan publik;
Untuk mewujudkan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu pengaturan mengenai tata cara
Pengadaan Barang/Jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif,
sesuai dengan tata kelola yang baik, sehingga dapat menjadi
pengaturan yang efektif bagi para pihak yang terkait dengan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Sesuai dengan :
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956);
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang PengelolaanBarang
Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609)
sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2008 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun suatu
rumusan masalah yaitu sebagai berikut bagaimana menyusun standar
barang dan harga satuan barang di Provinsi Jawa Timur yang sesuai
dengan harga yang wajar.
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dilakukan penyusunan standar barang dan
harga satuan adalah :
Meningkatkan daya andal sistem pengendalian intern yang dapat
melindungi keamanan harta milik Pemerintah Daerah dan
sumber-sumber ekonomi lainnya.
Mendorong terciptanya iklim kendali untuk efisiensi, efektivitas
dan produktifitas dari penggunaan sumber daya yang ada.
Menyajikan informasi asset bergerak maupun tidak bergerak dalam
operasional perusahaan. Bahwa informasi yang cepat, tepat dan
dapat dipertanggung jawabkan mutlak diperlukan untuk pengambilan
keputusan dari pihak manajemen Pemerintah Daerah.
Memperbaiki kualitas informasi yang dihasilkan, yang mencakup
kelengkapan, relevansi, ketelitian, kebenaran, keabsahan,
ketepatan dan kecepatan waktu penyajian sehingga dapat
2
meningkatkan kualitas informasi tersebut
Meningkatkan efisiensi biaya operasi, khususnya untuk
kegiatan-kegiatan yang bersifat administratif, serta mempermudah
penyusunan rencana kegiatan, penilaian pelaksanaan dan
penyesuaian-penyesuaian rencana tersebut. Memperbaiki iklim dan
meningkatkan motivasi bekerja pada staff dan pegawai Pemerintah
Daerah
Manfaat dan Sasaran
Dengan adanya analisis penyusunan standar yang dapat diandalkan,
maka akan membawa manfaat yaitu :
1.
Memberikan gambaran dan pengarahan yang dapat dipergunakan
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi lingkungan yang cepat
berubah, serta memberikan kerangka perencanaan yang lebih
terperinci dalam pengambilan keputusan.
2.
Memelihara hubungan dengan pihak ekstern dan pihak-pihak
lain, disamping membimbing melakukan penyesuaian-penyesuaian
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya kebijaksanaan
pemerintah yang berhubungan dengan Pemerintah Daerah.
Memperoleh informasi-informasi yang dapat dipergunakan untuk
mengatasi masalah apabila terjadi perubahan-perubahan yang
dialami, misalnya dalam hal pengadaan, keuangan, perawatan,
penghentian dan lain sebagainya.
Memperoleh keyakinan atas kesiapan penyajian aset - barang
inventaris bergerak dan tidak bergerak untuk pihak luar.
Sedangkan sasarannya adalah menyusun standar barang dan harga
satuan barang.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan studi dan analisis
terhadap harga – harga barang yang dapat dipakai dalam penyusunan
standar barang dan harga satuan barang di Provinsi Jawa Timur.
2
Tinjauan Pustaka
Tiga Pasar Utama (Three Basic Markets).
Uraian ini berdasarkan asumsi bahwa tingkat harga ditentukan lewat
mekanisme pasar. Untuk analisis ekonomi makro, pasar-pasar yang
begitu banyak dikelompokkan menjadi tiga pasar utama (three basic
markets): 1. Pasar Barang dan Jasa (Goods and Services Market), 2.
Pasar Tenaga Kerja (Labour Market), dan 3. Pasar Uang dan Modal
(Money and Capital Market).
Pasar barang dan jasa adalah pertemuan antara permintaan dan
penawaran barang dan jasa. Dalam perekonomian tertutup, permintaan
utamanya berasal dari sektor rumah tangga dan pemerintah.
Permintaan tersebut umumnya merupakan permintaan barang dan jasa
akhir. Penawaran barang dan jasa berasal dari sektor perusahaan.
Namun dalam perekonomian modern, terutama dengan makin tingginya
tingkat spesialisasi, tidak semua perusahaan memproduksi sendiri
bahan baku yang dipakai untuk memproduksi barang dan jasa.
Misalnya, perusahaan mobil tidak menambang sendiri bijih besi yang
dibutuhkan.
Hukum permintaan berbunyi: apabila harga naik maka jumlah barang
yang diminta akan mengalami penurunan, dan apabila harga turun
maka jumlah barang yang diminta akan mengalami kenaikan. Dalam
hukum permintaan jumlah barang yang diminta akan berbanding
terbalik dengan tingkat harga barang. Kenaikan harga barang akan
mengakibatkan berkurangnya jumlah barang yang diminta, hal ini
dikarenakan naiknya harga menyebabkan turunnya daya beli konsumen
dan akan berakibat berkurangnya jumlah permintaan naiknya harga
barang akan menyebabkan konsumen mencari barang pengganti yang
harganya lebih murah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain :
Selera
Apabila selera konsumen terhadap suatu barang dan jasa tinggi maka
akan diikuti dengan jumlah barang dan jasa yang diminta akan
mengalami peningkatan, demikian sebaliknya. Contohnya: permintaan
terhadap telepon genggam,
Pendapatan konsumen.
Apabila pendapatan konsumen semakin tinggi akan diikuti daya beli
konsumen yang kuat dan mampu untuk membeli barang dan jasa dalam
jumlah yang lebih besar, demikian sebaliknya, c.Harga barang/jasa
pengganti. Konsumen akan cenderung mencari barang atau jasa yang
harganya relatif lebih murah untuk dijadikan alternatif
penggunaan. Contohnya: bila harga tiket pesawat Jakarta-Surabaya
sama harganya dengan tiket kereta api, maka konsumen cenderung
akan memilih pesawat sebagai alat transportasi. Contoh lain: untuk
seorang pelajar bila harga pulpen lebih mahal dari pensil, maka ia
akan cenderung untuk membeli pensil.
Harga barang/jasa pelengkap.
Harga barang/jasa pelengkap merupakan kombinasi barang yang
sifatnya saling melengkapi. Contoh: kompor dengan minyak tanah,
karena harga minyak tanah mengalami kenaikan maka orang beralih
menggunakan bahan bakar minyak tanah dan beralih ke bahan bakar
gas, e. Perkiraan harga di masa dating. Apabila konsumen menduga
harga barang akan terus mengalami kenaikan di masa datang, maka
konsumen cenderung untuk menambah jumlah barang yang dibelinya.
Contoh: Pada saat krisis ekonomi, ketika konsumen memperkirakan
harga-harga sembako esok hari akan melambung tinggi, maka mereka
akan memborong sembako tersebut hari ini.
Intensitas kebutuhan konsumen.
Bila suatu barang atau jasa sangat dibutuhkan secara mendesak dan
dirasakan pokok oleh konsumen, maka jumlah permintaan akan
mengalami peningkatan. Contoh: kebutuhan akan bahan pokok beras,
konsumen bersedia membeli dalam jumlah harga tinggi, walaupun
pemerintah sudah menetapkan harga pokok.
2
2
Penganggaran RKA-SKPD
RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan-pendekatan:
Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, yaitu suatu
pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan
keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif
lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi
biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya
yang dituangkan dalam prakiraan maju.
Pendekatan Prakiraan Maju, berisi perkiraan kebutuhan anggaran
untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran
berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan. Pendekatan
penganggaran terpadu, penyusunan rencana keuangan tahunan yang
dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksankan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip
pencapaian efisiensi alokasi dana (tidak mengenal anggaran belanja
rutin dan pembangunan serta belanja aparatur dan belanja publik).
Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja, yaitu suatu
sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja
atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan. Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.
Dalam pendekatan kinerja ada dua hal penting yang ditekankan,
yaitu output dan input Output (keluaran) : barang atau jasa yang
dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan input yang
digunakan. Input (masukan) : besarnya sumber-sumber: dana, sumber
daya manusia, material, waktu dan teknologi yang digunakan untuk
melaksanakan suatu program atau kegiatan.Kinerja/prestasi kerja :
keluaran/hasil dari kegiatan / program yang akan atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan
kualitas yang terukur. Substansi definisi mengacu dalam bab
ketentuan umum di Permendagri No.17/2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Daerah, pengelolaan keuangan daerah
(perencanaan, anggaran, dan akuntansi) antara lain meliputi Barang
Milik Daerah.
Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan
lainnya yang sah. Dalam akuntansi, termasuk dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang diatur dengan PP No.24/2005,
istilah barang disebut aset. Dengan demikian, dalam pelaporan
barang di Neraca oleh SKPD dan Pemda, istilah barang diganti
dengan aset, yang terbagi ke dalam aset lancar, aset tetap, dan
aset lainnya.
Analisa Standar Harga Barang
Dalam sistem anggaran berbasis kinerja/prestasi kerja, setiap
usulan program, kegiatan dan anggaran SKPD dinilai kewajarannya
dengan menggunakan Standar Analisa Belanja (SAB). Analisa Standar
Belanja (ASB) adalah standar atau pedoman yang digunakan untuk
menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap program atau
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu SKPD dalam satu tahun
anggaran. Penilaian kewajaran pembebanan belanja dalam ASB
mencakup 2 hal : kewajaran beban kerja dan kewajaran biaya.
Standarisasi harga adalah penetapan besaran harga barang sesuai
jenis, spesifikasi, dan kualitas dalam 1 (satu) periode tertentu.
Penetapan standar harga biasanya dalam bentuk Peraturan Kepala
Daerah dan secara umum mencantumkan standar harga yang lebih
tinggi dari harga pasar.
Pendekatan price setter mencoba untuk menghasilkan (1) Persentase
keuntungan dari investasi (2) Total keuntungan spesifik.
Pendekatan ini merupakan variasi dari metode biaya rata-rata,
yaitu dengan menambahkan sasaran keuntungan.
Penentuan Harga merupakan Keputusan Penting
Ada banyak cara dalam menentukan harga. Namun, untuk lebih
2
ringkasnya, penentuan harga ini dapat dikelompokkan dalam dua
pendekatan. Cost-oriented (berorientasi pada biaya) dan
demand-oriented (berorientasi pada permintaan).
2
Beberapa Perusahaan Hanya Menggunakan Markups
Beberapa perusahaan, termasuk banyak retailer dan wholesaler
menentukan harga dengan menggunakan markups – sejumlah harga yang
ditambahkan pada biaya produk untuk mendapatkan harga jual.
Analisa Marjinal Mempertimbangkan Biaya dan Permintaan.
Instrumen penentuan harga yang dipunyai pemasar untuk menentukan
biaya dan pendapatan (permintaan) pada saat yang bersamaan adalah
analisa marjinal. Analisa Marjinal fokus pada perubahan harga pada
pendapatan dan biaya total dari menjual satu atau lebih produk
untuk menemukan harga dan kuantitas yang memberikan keuntungan
paling besar. Analisa marjinal menunjukkan bagaimana biaya,
pendapatan dan laba berubah dalam setiap harga. Harga yang
memaksimalkan keuntungan adalah suatu harga yang menghasilkan
perbedaan paling besar antara pendapatan total dengan biaya total.
Pendapatan marjinal adalah perubahan dalam pendapatan total
sebagai hasil dari penjualan satu atau lebih produk. Pendapatan
marjinal dapat bernilai negatif (-) jika pendapatan total
mengalami penurunan dalam setiap penambahan kuantitas produk yang
dijual.
Ada jenis biaya lain yang penting dalam analisa marjinal, yaitu
biaya marjinal. Biaya marjinal (marginal cost) adalah perubahan
dalam biaya total sebagai hasil dari penambahan produksi satu unit
atau lebih produk. Dengan kata lain, biaya marjinal adalah
tambahan biaya untuk memproduksi satu atau lebih produk. Sebagai
pembanding, biaya rata-rata adalah rata-rata bagi semua unit
(biaya total dibagi jumlah produk yang dihasilkan).
2
Pendekatan Orientasi-Permintaan untuk Menentukan Harga
Seorang manajer yang mengerti apa yang mempengaruhi sensitivitas
harga dari pelanggan sasaran dapat mengestimasikan kurva
permintaan yang dihadapi perusahaan dengan lebih baik. Peneliti
pemasaran mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
sensitivitas harga dari situasi pasar yang berbeda. Pertama yang
paling mendasar. Jika pelanggan sasaran mempunyai jalan pengganti
untuk memenuhi kebutuhan, mereka menjadi lebih sensiif terhadap
harga. Dampak dari barang pengganti pada sensitivitas harga
menjadi sangat besar jika konsumen dapat membandingkan harga.
Banyak orang percaya kemudahan membandingkan harga di internet
meningkatkan sensitivitas harga dan membuat penurunan harga.
Orang menjadi kurang sensitif jika orang lain yang membayar harga
dari suatu barang atau membagi biaya pada orang lain. Sebaliknya,
orang menjadi lebih sensitif pada total pengeluaran. Sehingga
banyak perusahaan membagi pengeluaran yang harus dikeluarkan
menjadi bagian-bagian kecil. Kadang-kadang konsumen menjadi kurang
sensitif jika mereka mengalihkan biaya – biaya yang harus
dikeluarkan oleh konsumen dari pembelian produk yang berbeda dari
yang telah dibeli sebelumnya. Faktor-faktor tersebut berlaku dalam
banyak situasi pembelian yang berbeda, jadi suatu hal yang masuk
akal bagi manajer pemasaran untuk mempertimbangkan hal-hal
tersebut dalam mengestimasi bagaimana respon konsumen dalam
tingkatan harga yang berbeda.
Pembeli organsasi berfikir bagaimana sebuah pembelian akan
mempengaruhi biaya total mereka. Banyak pemasar yang berpengaruh
dalam pasar bisnis mempertahankan fikiran ini ketika mengestimasi
permintaan dan menentukan harga. Mereka menggunakan value in use
pricing – menentukan harga yang akan mencakup apa yang akan
dihemat oleh konsumen jika menggunakan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dan mengganti produk serupa yang telah digunakan.
Menciptakan produk yang superior yang dapat menghemat uang
konsumen tidak menjamin bahwa konsumen akan membayar harga yang
lebih tinggi.
Pelelangan selalu menjadi cara untuk menentukan secara tepat apa
yang konsumen potensial akan bayar atau tidak untuk sebuah produk.
Bagaimanapun juga penggunaan lelang secara online menjadi
pendekatan yang sering dipergunakan oleh produk konsumen maupun
produk bisnis. Beberapa penjual menggunakan pendekatan lelang dan
mengadaptasi pengurangan harga selang beberapa waktu. Ide
dasarnya, penjual menjual dengan harga yang relatif tinggidan
menjual sebanyak mungkin produk pada harga tersebut, namun dari
awal direncanakan bahwa produsen menurunkan harga selangkah demi
selangkah sampai semua produk terjual habis.
Beberapa orang tidak terlalu peduli berapa biaya yang mereka bayar
untuk produk yang mereka beli. Namun konsumen biasanya mempunyai
harga referensi yaitu harga yang mereka harapkan dari banyak
produk yang mereka beli. Jika harga suatu produk perusahaan lebih
rendah dari harga referensi , pelanggan melihat bahwa produk
tersebut mempunyai nilai yang lebih baik dan permintaan terhadap
produk tersebut akan meningkat. Kadang-kadang sebuah perusahaan
akan memposisikan manfaat dari produk mereka sehingga konsumen
akan membandingkan produk mereka dengan produk lain yang mempunyai
harga referensi lebih tinggi.
Leader pricing berarti menentukan harga yang sangat rendah untuk
menjaring konsumen ke toko retail. Idenya bukan hanya menjual
kuantitas sebanyak mungkin dari barang yang sangat laku namun juga
membuat konsumen membeli produk lain.
Bait pricing adalah menentukan harga yang sangat rendah untuk
menarik pelanggan kemudian menjual model produk yang lebih mahal
ketika pelanggan berada dalam toko dengan menjelaskan kelemahan
produk yang murah dan menjelaskan keunggulan model lain dari
2
produk sejenis yang lebih mahal.
Psychological pricing berarti menentukan harga yang mempunyai daya
tarik istimewa bagi pelanggan sasaran. Beberapa orang berfikir ada
banyak range harga yang pelanggan lihat sama. Jadi potongan harga
tidak meningkatkan kuantitas penjualan namun menurunkan range
harga sehingga pelanggan akan membeli lebih banyak.
Odd-even pricing adalh menentukan harga yang berakhir pada angka
tertentu. Sebagai contoh, produk yang dijual dibawah harga $50
seringkali berakhir pada angka 5 atau 9 seperti $49 atau $24,95.
Beberapa pemasar menggunakan odd-even pricing karena mereka
berfikir bahwa reaksi konsumen terhadap harga ini lebih baik.
Price Lining adalah penentuan beberapa level harga untuk sebuah
produk dan mengelompokkan produk tersebut dalam harga-harga
tertentu. Contohnya banyak dasi yang berharga antara $20 sampai
dengan $50. Dasi tersebut tidak akan dihargai $20, $21, $22 dst
namun akan dikelompokkan dalam 4 harga $20, $30,$40 dan $50. Hal
ini memudahkan baik pelannggan maupun penjual.
Demand-backward pricing adalah menentukan harga akhir yang dapat
diterima oleh pelanggan dan bekerja dibelakang untuk menentukan
apa yang dapat dibebankan oleh perusahaan terhadap pelanggan.
Contohnya produsen permen, mereka mengurangi ukuran permen sedikit
demi sedikit untuk menjaga harga permen tersebut tetap diterima
oleh konsumen.
Prestige pricing adalah menentukan harga yang tinggi untuk
memberikan sugesti kualitas yang baik atau status yang tinggi.
Beberapa konsumen sasaran ingin yang terbaik, jadi mereka akan
membeli pada harga yang tinggi.
Full-line pricing dapat diartikan sebagai penentuan harga untuk
seluruh lini produk. Bagaimana menentukan hal ini tergantung pada
dua situasi dasar yang dihadapi perusahaan.
Di satu sisi, semua produk dalam jalur perusahaan dipengaruhi oleh
pasar sasaran yang sama, sehingga penting bagi semua harga dan
nilai secara logika dihubungkan. Produsen televisi bisa saja
menawarkan beberapa model dengan fitur dan harga yang berbeda agar
konsumen mempunyai pilihan. Di sisi yang lain, produk yang berbeda
dipengaruhi pasar sasaran yang secara keseluruhan berbeda sehingga
tidak ada hubungan antara harga satu produk dengan produk yang
lain. Manajer pemasaran harus mencoba menentukan semua biaya pada
semua jalur, mungkin dengan mengenakan harga yang rendah bagi
produk yang sangat kompetitif dan mengenakan harga yang lebih
tinggi untuk produk yang lain yang mempunyai keunikan.
Complementary product pricing adalah penentuan harga dari beberap
produk sebagi suatu kelompok. Hal ini dapat mengakibatkan suatu
produk mempunyai harga yang lebih murah sehingga keuntungan yang
lebih tinggi didapat dari produk lain yang dalam penggunaannya
melengkapi produk pertama tadi.
Sebuah perusahaan yang menawarkan beberapa produk yang berbeda
bagi pasar sasaran dapat menggunakan product-bundling pricing
yaitu menentukan satu harga untuk satu set produk. Perusahaan yang
menggunakan product-bundling pricing biasanya mengatur harga
secara keseluruhan sehingga konsumen akan membayar harga lebih
murah jika membeli produk secara bersama-sama dibandingkan dengan
membelinya secara terpisah.
Penawaran dan Negosiasi Penentuan Harga Sangat Tergantung pada
Biaya
Bid Pricing berarti menawarkan harga spesifik bagi setiap jenis
pekerjaan daripada menentukan harga yang berlaku bagi seluruh
konsumen. Problem utama dari bid pricing adalah mengestimasi semua
biaya yang akan dikenakan. Hal ini terdengar mudah, namun pada
kenyataannya hal ini melibatkan ratusan komponen biaya. Lebih
jelasnya, manajemen harus memasukkan biaya overhead dan biaya
keuntungan.
2
Beberapa penjual tidak beretika memberikan penawaran harga
berdasarkan cost-plus kontrak dengan merubah catatan mereka agar
biaya yang ada terlihat lebih tinggi dari seharusnya. Kompetisi
harus dipertimbangkan dalam menambahkan overhead atau keuntungan
untuk harga penawaran. Biasanya konsumen mendapatkan beberapa
penawaran dan memilih penawaran dengan harga yang paling rendah.
Kadang-kadang konsumen meminta penawaran, kemudian menentukan
perusahaan yang memberikan penawaran yang paling menarik untuk
melakukan tawar menawar lebih jauh. Apa yang akan dibeli oleh
konsumen tergantung pada harga negosiasi yaitu harga yang tercipta
dari proses tawar menawar antara penjual dan pembeli.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu
penelitian terhadap masalah-masalah yang berupa fakta-fakta saat
ini dari suatu populasi. Sedangkan metode penelitian yang
digunakan peneliti dalam menyusun skripsi ini adalah metode
penelitian survey, yaitu suatu penelitian yang mengambil sejumlah
sampel tertentu dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner
(daftar pertanyaan) sebagai alat pengumpulan data. Pada dasarnya,
penelitian ini termasuk explanatory research yang bertujuan untuk
menggambarkan suatu keadaan atau fenomena tertentu, yang
selanjutnya dapat menghasilkan informasi pendukung bagi penelitian
lebih lanjut.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu
yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo,
1999). Populasi dalam penelitian ini adalah standar barang dan
harga satuan yang berlaku di pasar di propinsi Jawa Timur yang
meliputi : barang inventaris, asset tetap serta untuk identifikasi
barang yang diklasifikasikan dalam penggolongkan dalam asset tetap
tidak bergerak dan asset bergerak.
Karena sampai saat ini belum terdapat data yang pasti tentang
jumlah elemen populasi barang inventaris, asset tetap serta untuk
identifikasi barang secara keseluruhan maupun untuk masing-masing
golongan dalam asset tetap tidak bergerak dan asset bergerak, maka
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampel non
probabilitas, yang dilakukan secara convenience sampling, yaitu
pemilihan sampel berdasarkan kemudahan. Menurut Nur Indriantoro
dan Supomo (1999), metode ini memang cocok diterapkan pada
penelitian-penelitian penjajakan.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh, mengolah,
dan menginterpretasikan informasi dari para responden yang
dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Subiyanto, 1933).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner
yang diberikan kepada responden untuk diisi guna mendapatkan
pernyataan yang mendukung fakta. Dalam penelitian ini, kuisioner
bersifat terbuka dan tertutup. Kuisioner yang bersifat terbuka
dimaksudkan agar dapat memberikan keluasaan bagi responden untuk
menjawab dan memberikan komentar atau alasan atas pendapat yang
disampaikan.
Selanjutnya instrumen diuji kesahihan dan keandalannya (uji
validitas dan uji realibilitas), sebab instrumen yang tidak sahih
dan tidak andal akan menghasilkan data yang bias sehingga tidak
dapat diolah lebih lanjut karena akan menghasilkan kesimpulan yang
bias. Dalam penelitian ini, kesahihan (validitas) item diperiksa
dengan cara mengkorelasi skor butir item dengan total keseluruhan
butir item. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa keseluruhan
butir item itu sahih. Adapun rumus korelasi yang digunakan adalah
Korelasi Product Moment dari Pearson. Sedangkan untuk mengetahui
keandalan instrumen digunakan Koefisien Korelasi Alpha dari
2
Cronbach.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer
dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diambil secara
langsung dari sumbernya atau data yang belum melalui proses
pengumpulan data dari pihak lain. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui studi pustaka, yaitu : mengumpulkan data yang
dipakai untuk penyusunan landasan teori dengan cara mempelajari
buku-buku,literatur, majalah, makalah, internet dan jurnal-jurnal
yang berhubungan dengan penelitian ini.
Dalam penelitian ini, data primer dikumpulkan melalui survei
dengan mengirimkan kuisioner (daftar pertanyaan) kepada responden,
baik melalui jasa pos maupun diberikan secara langsung kepada
individu yang bersangkutan ataupun menitipkan kuisioner kepada
personal contact dari masing-masing Instansi / Perusahaan /
Lembaga / Perguruan Tinggi tempat responden bekerja untuk
dibagikan ke responden yang dimaksud.
Metode Pengolahan dan Analisa Data
Dalam penelitian ini data yang terkumpul berupa data kualitatif.
Data kualitatif dapat dikuantitatifkan dengan memberi skor (nilai)
yang diolah melalui prosedur tertentu (Thanthowi, 1996). Sebelum
data yang diperoleh diolah terlebih dahulu akan diorganisir.
Beberapa perlakuan dalam mengorganisir data meliputi : Pengeditan
(Editing), Pemberian Kode (Coding) dan Pemrosesan data (data
processing).
Setelah data yang terkumpul diorganisir sebagaimana dijelaskan di
atas, langkah selanjutnya adalah pemrosesan atau analisis data.
Karena jenis penelitian ini adalah deskriptif, oleh karenanya
analisa datanya pun bersifat deskriptif (statistik yang digunakan
adalah statistik deskriptif).Statistik deskriptif dalam penelitian
pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam
bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data
dalam bentuk tabel numerik atau grafik.
Informasi Data
Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Data harga pasar masing-masing barang inventaris
Data satuan harga pemerintahan daerah setempat
Data harga berdasarkan catalog, brosur dan leaflet
Data harga berdasarkan penawaran dari supplier atau pihak ketiga
Data harga perhitungan sendiri (HPS) atas pengadaan yang pernah
dilaksanakan
Data tingkat inflasi tahun terakhir masing-masing darah
penelitian.
Hasil Penelitian
Penelitian ini berupa fakta standar harga barang saat ini berlaku
dari suatu populasi di Propinsi Jawa Timur khususnya di daerah
Bakorwil Bojonegoro, Bakorwil Pamekasan, Bakorwil Madiun dan
Bakorwil Banyuwangi
Jawa Timur merupakan sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa,
Indonesia. Ibukotanya adalah Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km²,
dan jumlah penduduknya 37.070.731 jiwa (2005). Jawa Timur memiliki
wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki
jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat.
Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di
timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di
barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau
Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut
Jawa dan Samudera Hindia(Pulau Sempu dan Nusa Barung).
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan
memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni
2
berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional.
Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat
Bali di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa
Tengah di barat. Panjang bentangan barat-timur sekitar 400 km.
Lebar bentangan utara-selatan di bagian barat sekitar 200 km,
namun di bagian timur lebih sempit hingga sekitar 60 km. Madura
adalah pulau terbesar di Jawa Timur, dipisahkan dengan daratan
Jawa oleh Selat Madura. Pulau Bawean berada sekitar 150 km sebelah
utara Jawa. Di sebelah timur Madura terdapat gugusan pulau-pulau,
yang paling timur adalah Kepulauan Kangean dan yang paling utara
adalah Kepulauan Masalembu. Di bagian selatan terdapat dua pulau
kecil yakni Nusa Barung dan Pulau Sempu. Secara administratif,
Jawa Timur terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota, menjadikan Jawa
Timur sebagai provinsi yang memiliki jumlah kabupaten/kota
terbanyak di Indonesia.
Jumlah penduduk Jawa Timur pada tahun 2005 adalah 37.070.731 jiwa,
dengan kepadatan 774 jiwa/km2. Kabupaten dengan jumlah penduduk
terbanyak adalah Kabupaten Malang, sedang kota dengan jumlah
penduduk terbanyak adalah Kota Surabaya. Laju pertumbuhan penduduk
adalah 0,59% per tahun (2004).
Gambar 8.1 : Peta Jawa Timur Koordinat 9º 0' - 4º 50' LS 110º 30'
- 116º 30' BT
Dasar hukum UU No. 2/1950 Tanggal penting Ibu kota Surabaya
Gubernur DR. H. Soekarwo, SH, MHum Luas 47.922 km² Penduduk
37.070.731 jiwa (2005) Kepadatan 787/km² Kabupaten 29 Kota 9
Kecamatan 637 Kelurahan/Desa 8.418 Suku Jawa (79%), Madura (18%),
Osing (1%), Tionghoa (1%)[1] Agama Islam (90%), Protestan (6%),
Katolik (2%), Buddha (0,4%), Hindu (1%), Konghucu (0.6%).
Penelitian ini diawali dengan melakukan survey lapangan untuk
mendapatkan data harga barang melalui metode langsung, brosur,
leaflet, internet, dan laporan dari dinas terkait, untuk
selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan metode yang
digunakan.
Dari hasil perhitungan dapatlah disusun standart barang dan harga
satuan barang sebagai berikut :
Bahan Bangunan, Sewa Alat dan Upah Tenaga Kerja
Bidang Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Aset Tetap Lainnya
Barang Persediaan dan Pakai Habis
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk harga di bahan bangunan, sewa
alat dan upah tenaga kerja sangat tergantung pada sifat, jenis,
dan kondisi pekerjaan, serta sangat tergantung pada upah minimum
regional. Untuk bidang peralatan dan mesin, sangat tergantung pada
kondisi lokasi dimana pekerjaan tersebut dilakukan. Untuk gedung
dan bangunan, relatif tidak tergantung pada harga umum karena
sifatnya khusus. Untuk asset tetap lainnya harganya bersifat
musiman. Sedangkan untuk barsediaan dan habis pakai harganya
sangat tergantung pada perubahan harga pasar.
Dari hasil perhitungan dalam penelitian ini, terlihat bahwa untuk
barang-barang elektronik sangat peka terhadap perubahan kurs dan
inflasi, serta suku bunga. Sedangkan untuk barang-barang yang
2
lainnya perubahannya sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis
pekerjaannya.
Standar barang dan harga satuan barang bukanlah harga yang
maksimum, melainkan harga yang tersusun merupakan harga yang
memasukkan unsure laba yang diinginkan oleh penyedia barang secara
wajar dan mengandung pajak pertambahan nilai, serta pajak lain
yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Oleh karena itu,
pengguna hasil penelitian ini hendaknya mempertimbangkan
faktor-faktor sebagaimana tersebut di atas.
Penutup
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :
Daftar harga satuan barang/ jasa ini disusun sebagai salah satu
acuan dalam melaksanakan pengadaan barang di lingkungan Pemerintah
Kabupaten dan Kota.
Harga-harga yang tertera dalam daftar ini bukanlah merupakan harga
satuan yang tertinggi, mengingat harga yang dianggap wajar dan
menguntungkan Negara pada setiap pelaksanaan pengadaan barang
pemerintah sangat dipengaruhi oleh sifat pekerjaan dan spesifikasi
jenis barang yang akan diadakan.
Penyusunan daftar harga satuan ini mempertimbangkan komponen pajak
pertambahan nilai (PPN) dan keuntungan pihak penyedia jasa pada
setiap harga satuan dasarnya. Harga satuan dasar ini diperoleh
dari berbagai sumber antara lain data sekunder standar harga
satuan per Bakorwil, survey pasar, internet, katalog.
Demikian Standard Barang dan Harga Satuan barang ini disusun
semoga bermanfaat.
Rekomendasi
Agar hasil dari penelitian ini dapat diimplementasikan, maka dapat
disusun rekomendasi sebagai berikut :
Perlu disosialisasikan kepada instansi terkait dan pengguna hasil
penelitian ini di Provinsi Jawa Timur.
Sebelum melakukan sosialisasi, perlu dilakukan koordinasi antar
instansi yang terkait untuk melakukan pembahasan agar tercapai
kesamaan persepsi dan sinkronisasi.
Setelah itu hasil koordinasi ini perlu diatur dalam bentuk
Peraturan Daerah.
2
Download