Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 16 INTERAKSI SOSIAL MATERI: Pengertian Interaksi Sosial Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Status dan Peran Dalam Interaksi Sosial Learning Outcome Mahasiswa dapat menjelaskan konsep interaksi sosial Bina Nusantara I. Pengertian Interaksi Sosial Menurut Robert M.Z.Lawang (1986) interaksi sosial adalah proses di mana orang-orang yang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Mengutip Gillin dan Gillin dalam Cultural Sociology (1954; 489) Soekanto (2006;55) menegaskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial (Soekanto: 2006; 54-55)merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup. Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila setiap orang dalam pergaulan Bina Nusantara 2. Syarat-Syarat terjadinya Interaksi sosial Soekanto (2006;58) menyatkan bahwa interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yakni kontak sosial dan adanya komunikasi. 2.1. Kontak Sosial. Kontak sosial berasal dari bahasa Latin con atau cum yang berarti bersama-sama atau tango yang berarti menyentuh. Kontak sosial dapat terjadi secara fisik, namun kemajuan teknologi informasi telah menghasilkan suatu bentuk kontak sosial yang baru. Orang dapat melakukan kontak sosial melalui telephone, telegraf, radio, surat dan lain sebagainya. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yakni: • Kontak sosial antara orang perorangan. • Antara Orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya antara sekelompok manusia dengan orang perorangan. • Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia yang lainnya. Bina Nusantara Kita sudah mendeskripsikan bentuk dari kontak sosial. Namun kontak sosial memiliki beberapa sifat: • Kontak sosial tidak hanya tergantung pada tindakan, melainkan juga tanggapan terhadap tindakan itu. Kita dapat saja melakukan komunikasi panjang lebar dengan seseorang lain, tetapi kalau tidak ada tanggapan, maka tindakan itu tidak dapat dikategorikan sebagai kontak sosial. • Kontak sosial dapat bersifat negatif dan positif. Kontak sosial yang bersifat positif akan menghasilkan kerja sama, dan sebaliknya kontak sosial yang negatif akan menghasilkan konflik atau pertentangan. • Suatu Kontak sosial juga dapat bersifat primer dan sekunder. Dalam kontak sosial primer, dua subyek yang mengadakan kontak saling berhadapan muka, mereka tidak menggunakan media atau sarana lainnya seperti telephon dan lain sebagainya. Mereka saling berjabat tangan, memandang, menukar senyuman. Sebaliknya dalam kontak sosial sekunder, dua subyek yang mengadakan kontak menggunakan media atau sarana-sarana tertentu. Bina Nusantara 2.2. Komunikasi Komunikasi berasal dari kata bahasa latin communis yang berarti sama (Dedy Mulyana, 2002; 41). Kata komunikasi juga mirip dengan kata komunitas atau community, yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas. Dan tujuan bersama akan tercapai bila makna yang terkadung dalam komunikasi dipahami secara berasama oleh komunitas. Dalam perspektif sosiologi (Soekanto, 2006;60) arti penting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (simbol-simbol yang digunakan, bahasa dan gestikulasi) dan perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Contoh, bila seorang gadis menerima sekuntum bunga, namun tidak memahami apa arti sekuntum bunga itu, maka gadis itupun tidak akan tahu apa yang harus dia lakukan, dan bila gadis itu tidak memberikan reaksi apapun terhadap pemberian itu, maka sejauh itu pula belum terjadi komunikasi. Komunikasi baru akan terjadi bila subyek yang meberi bunga dan gadis yang menerima bunga memiliki persepsi yang sama mengenai makna sekuntum bunga. Kalau keduanya memiliki persepsi bahwa bunga merupakan simbol cinta, maka reaksi yang diberikan adalah menerima cinta itu atau menolaknya. Dalam konteks ini komunikasi baru terjadi. Bina Nusantara 3. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Ada empat bentuk interaksi sosial (Soekanto, 2006; 65-97) yakni kerja sama, akomodasi, persaingan dan konflik. 3.1. Kerja Sama. Charles H. Cooley (Soekanto, p.66) menyatakan bahwa kerja sama timbul apa bila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingankepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri sendiri untuk memenuhi kepentingankepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna. Soekanto (p.68) merumuskan ada lima bentuk kerja sama yakni: • Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolog • Barganinig yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atu lebih. Bina Nusantara • Kooptasi yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. • Koalisi yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif. • Joint venture, kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan dan lain sebagainya. Bina Nusantara 3.2. Akomodasi Istilah akomodasi (Soekanto,2006: 68) dapat digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan dan suatu proses. Sebagai suatu keadaan, akomodasi berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Dan sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredam suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Ini berari bahwa akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghacurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Akomodasi dapat terjadi melalui beberapa bentuk: • Coercion, akomodasi dalam bentuk ini terjadi karena adanya pemaksaan, • Compromise, akomodasi yang terjadi di mana pihak-pihak yang saling bertentangan sama-sama mengurangi tuntutannya masing-masing Bina Nusantara • Arbitration, akomodasi yang terjadi karena kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan pertentangan melalui pihak ketiga. • Mediation, mediasi hampir sama dengan arbitrase, hanya saja pihak ketiga dalam mediasi hanya berfungsi sebagai penasehat dan tidak memiliki wewenang membuat keputusan untuk menyelesaikan perselisihan, • Conciliation, suatu usaha mempertemukan keinginankeinginan dari pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan bersama, • Toleration, suatu akomodasi tanpa persetujuan formal, • Stalemate, suatu akomodasi yang terjadi karena kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang sehingga pada suatu titik berhenti dengan sendirinya dalam pertentangan. • Adjudication, penyelesaian perkara melalui pengadilan Bina Nusantara Tahap yang lebih lanjut dari akomodasi adalah asimilasi di mana seseorang yang memasuki suatu kelompok tertentu tidak lagi memandang perbedaan dirinya dengan kelompok yang dimasukinya, melainkan ia akan mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan dan tujuan kelompok yang dimasukinya. Faktor-fakto yang mempermudah terjadinya asilimilasi adalah adanya toleransi, kesempatan ekonomi yang sama, sikap saling menghargani, terbuka, adanya persamaan unsur kebudayaan, perkawinan campur dan adanya musuh bersam dari luar. 3.3. Persaingan Persaingan (Soekanto, p. 83) dapat diartikan sebagai proses sosial di mana individu atau kelompok bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang langka tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Udara misalnya bukan sumber daya yang langka, oleh karena itu tidak ada persaingan untuk memperolehnya, tetapi lain halnya dengan kedudukan tertentu dalam suatu organisasi, atau kesempatan tertentu dalam bidang usaha. Kedudukan dan kesempatan dalam berusaha tidak mudah diperoleh, karena itu ia bersifat langka. Oleh karena ia bersifat langka, maka orang atau kelompok akan bersaing untuk memperolehnya. Bina Nusantara 3.4. Kontravensi dan Konflik Kontravensi (Soekanto, p.87-88) pada hakekatnya merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Sebagaimana yang dikutip oleh Soekanto, Leopold von Wiese dan Howard Becker (1932, bab 19) merumuskan lima bentuk kontravensi yaitu: • Perbuatan-perbuatan seperti penolakan, gangguan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencan pihak lain; • Menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat selebran, mencerca, memfitnah dan lain sebagainya; • Mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat dan seterusnya; • Menganggu atau membingungkan pihak lain. Contoh lain adalah memaksa pihak lain untuk menyesuaikan diri. Kontravensi dapat menimbulkan konflik sosial Bina Nusantara 4. Interaksi Sosial dan Struktur Sosial Masyarakat merupakan suatu sistem yang terorganisasi, dan sistem ini terjadi malalui interaksi antara individu dalam masyarakat. Oleh karena masyarakat merupakan suatu sistem yang terorganisasi, maka interaksi yang terjadi dalam masyarakat memiliki suatu pola (Macionis, 1989:150-156, Schaefer, 2006: 104-111). Sebagai contoh keluarga merupakan suatu unit sosial yang tidak saja terdiri dari individu-individu, melainkan juga terdiri dari status dan peran. Artinya interaksi yang terjadi antara individu itu selalu terjadi dalam konteks peran dan status yang dimiliki oleh individu sebagai anggota keluarga itu. Ayah bukan sekedar pribadi yang berjenis kelamin laki-laki tetapi dalam konsep ‘ayah’ itu sendiri terkandung peran dan status sosial, demikian halnya dengan ibu, anak dan anak-anak. Peran dan status dalam masyarakat atau dalam contoh kita keluarga membentuk struktur sosial dan oleh karenanya juga struktur interaksi. Bina Nusantara 4.1. Status Status adalah posisi sosial yang diakui yang miliki oleh individu dalam masyarakat. Stiap status meliputi sejumlah hak, kewajiban dan harapan-harapan yang mengarahkan interaksi sosial. Ada dua jenis status yakni ascribed status dan achieved status. Ascribed status adalah posisi sosial yang dimiliki oleh seseorang karena kelahiran sedangakan achieved status adalah posisi sosial yang dimiliki oleh seseorang karena kemapuan dan usaha individu. Kemampuan ini dapat diukur secara signifikant. 4.2. Peran Komponen kedua dari interaksi sosial adalah peran. Peran berkaitan dengan pola-pola tingkah laku seorang individu sesuai dengan status yang dimilikinya. Oleh karena itu peran merupakan ekspresi dinamis dari status. Dengan perkataan lain, siapa yang memiliki status tertentu diharapkan untuk bertingkah laku sesuai dengan status yang dimilikinya Bina Nusantara