PSIKOGERIATRI

advertisement
DISUSUN OLEH :
RENY MADURATRI
NIM. 07.40.085
PEMBIMBING : ERFANDY
MASALAH MENTAL DAN PSIKIATRI PADA LANSIA
Pendahuluan
Psikogeriatri atau psikiatri geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan
pencegahan,diagnosisi,dan terapi gangguan fisik dan psikologik atau psikiatrik pada lanjut usia .Saat
ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu cabang psikiatri,analog dengan psikiatri
anak(Brocklehurst,Allen,1987).Diagnosisi dan terapi gangguan mental pada lanjut usia memerlukan
pengetahuan khusus,karena kemungkinan perbedaan dalam manifestasi klinis,patogenesis dan
patofisiologi gangguan mental antara patogenesis dewasa muda dan lanjut usia (Weinberg,1995; KolbBrodie,1982).Faktor penyulit pada pasien lanjut usi juga perlu dipertimbangkan,antara lain sering
adanya penyakit dan kecacatan medis kronis penyerta,pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan
peningkatan kerentanan terhadap gangguan kognitif ( Weinberg,1995;Gunadi,1984).
Sehubungan dengan meningkatnya populasi usia lanjut (lihat tulisan mengenai demografi di
bagian lain buku ini),perlu mulai dipertimbangkan adanya pelayanan psikogeriatri di rumah sakit yang
cukup besar .Bangsal akut,kronis dan day hospital,merupakan tiga layanan yang mungkin harus
sudah,merupakan tiga layanan yang mungkin harus sudah mulai difikirkan (
Brocklehurst,Allen,1987).Tentang bagaimana kerjasama antara bidang psikogeriatri dan geriatri dapat
dilihat pada bab mengenai pelayanan kesehatan pada usia lanjut.
Pemeriksaan Psikiatrik pada usia lanjut
Penggalian riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental pada penderita usi lanjut harus
mengikuti format yang sama dengan yang berlaku pada dewasa muda .Karena tingginya prevalensi
gangguan kognitif pada usi lanjut,dokter/calon dokter harus menentukan apakah penderita mengerti
sifat dan tujuan pemeriksaan .Jika penderita mengalami gangguan kognitif,riwayat pra-morbid dan
riwayat sakit harus didapatkan dari anggota keluarga atau mereka yang merawatnya.Namun,penderita
juga tetap harus diperiksa tersendiri(walaupun terlihat adanya gangguan yang jelas)untuk
mempertahankan privasi hubungan dokter dan penderita dan untuk menggali adakah pikiran bunuh diri
atau gagasan paranoid dari penderita yang mungkin tidak diungkapkan dengan kehadiran sanak saudara
atau seorang perawat (Kaplan et al 1997;Hamilton,1985).
Riwayat psikiatrik
Bisa didapatkan dari alo- atau oto- anamnesisi.Riwayat psikiatrik lengkap termasuk identifikasi
awal (nama,usia,jenis kelamin,status perkawinan),keluhan utama,riwayat penyakit sekarang ,riwayat
penyakit dahulu (termasuk gangguan fisik yang pernah diderita ),riwayat pribadi dan riwayat
keluarga.Pemakainan obat (termasuk obat yang dibeli bebas).yang sedang atau pernah digunakan
penderita juga penting untuk diketahui.
Penderita yang berusia diatas 65 tahun (atau di atas 60 tahun di Asia) sering memiliki keluhan
subyektif adanya gangguan daya ingat yang ringan,seperti tidak dapat mengingat kembali nama orang
atau keliru meletakkan benda-benda.Gangguan daya ingat yang berhubungan dengan usia tersebut
perlu dibedakan dengan adanya kecemasan pada saat dilakukanpemeriksaan/wawancara
(Weinberg,1995;Hamilton,1985).Riwayat medis penderita harus meliputi semua penyakit berat
,terutama gangguan kejang,kehilangan kesadaran ,nyeri kepala ,masalah penglihatan dan kehilangan
pendengaran.Riwayat penggunaan alkohol dan pemakaian zat yang lama perlu diketahui karena bisa
menyebabkan kelainan saat ini (Kolb-Brodie,1982;Kaplan et al,1997;Dir Kes Wa,1982).
Riwayat keluarga harus termasuk penjelasan tentang sikap orang tua penderita dan adaptasi
terhadap ketuaan mereka.Jika mungkin informasi tentang kematian orang tua,riwayat gangguan jiwa
dalam keluarga.
Situasi sosial penderita sekarang harus dinilai.Siapa yang harus merawat penderita,apakah
penderita mempunyai anak.Bagaimana karakteristik hubungan orangtua-anak.Riwayat sosial ekonomi
dipakai untuk menilai peran ekonomi dalam mengelola pemyakit penderita dalam membuat anjuran
terapi yang realistik (Gunadi,1982;Kaplan et al,1997)
Riwayat perkawinan,termasuk penjelasan tentang pasangan hidup dan karakteristik
hubungan.Jika penderita adalah janda atau duda,harus digali bagaimana rasa duka citanya dulu saat
ditinggal mati oleh pasanganya.Jika kehilangan pasangan hidup terjadi dalam satu tahun
terakhir,penderita dalam keadaan resiko tinggi mengalami peristiwa fisik atau psikologik yang
merugikan (Dir Kes Wa,1982).
Riwayat seksual penderita termasuk aktivitas seksual,orientasi libido,mastrubasi,hubungan gelap
diluar perkawinan dan gejala disfungsi seksual (Dir Kes Wa,!982).
Pemeriksaan status mental
Pemeriksaan status mental meliputi bagaimana penderita berfikir(proses pikir),merasakan dan
bertingkah laku selama pemeriksaan.Keadaan umum penderita adalah termasuk penampilan ,aktivitas
psikomotorik,sikap terhadap pemeriksaan dan aktivitas bicara.
Gangguan motorik,antara lain gaya berjalan menyeret,posisi tubuh membungkuk,gerakan jari
seperti memilin pil,tremor dan asimetris tubuh perlu dicatat (Kaplan et al,19917).Banyak penderita
depresi mungkin lambat dalam bicara dan gerakannya.Wajah seperti topeng terdapat pada penderita
penyakit parkison (Kaplan et al,1997;Hamilton,1985).
Bicara penderita dalam keadaan teragitasi dan cemas mungkin tertekan.Keluar air mata dan
menangis ditemukan pada gangguan depresi dan gangguan kognitif,terutama si penderita merasa
frustasi karena tidak mampu menjawab pertanyaan pemeriksa (Weinberg,1995;Kaplan et
al,1997;Hamilton,1985).Adanya alat bantu dengar atau indikasi lain bahwa penderita menderita
gangguan pendengaran,misalnya selalu minta pertanyaan diulang,harus dicatat (Gunadi,1984).
Sikap penderita pada pemeriksa untuk bekerjasama,curiga,bertahan dan tak berterima kasih dapat
memberi petunjuk tentang kemungkinan adanya reaksi transferensi.Penderita lanjut usia dapat bereaksi
pada dokter muda seolah-olah dokter adalah seorang tokoh yang lebih tua ,tidak peduli terhadap adanya
perbedaan usia (Weinberg,1995;Laitman,1990)
Penilaian fungsi. Penderita lanjut usia harus diperiksa tentang kemampuan mereka untuk
mempertahankan kemandirian dan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.Aktvitas
tersebut adalah termasuk ke toilet,menyiapkan makanan,berpakaian ,berdandan dan makan.Derajat
kemampuan fungsional dari perilaku sehari-hari adalah suatu pertimbangan penting dalam menyusun
rencana terapi selanjutnya (Weinberg,1995;Laitman,1990).
Mood,perasaan dan afek.Di negara lain,bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian pada
golongan usia lanjut.Oleh karenanya pemeriksaan ide bunuh diri pada penderita lanjut usi sangat
penting.Perasaan kesepian ,tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya adalah gejala depresi.Kesepian
merupakan alasan yang paling sering dinyatakan oleh para lanjut usia yang ingin bunuh diri .Depresi
merupakan resiko yang tinggi untuk bunuh diri (Weinberg,1995;Kolb-Brodie,1982;Gunadi,1984;
Gangguan persepsi . Halusinasi dan ilusi pada lanjut usia merupakan fenomena yang disebabkan oleh
penurunan ketajaman sensorik.Pemeriksa harus mencatat apakah penderita mengalami kebingungan
terhadap waktu atau tempat selama episode halusinasi dapat disebabkan oleh tumor otak dan patologo
fokal yang lain.Pemeriksaan yang lebih lanjut diperlukan untuk menegakkan diagnosis pasti
(Halmiton,1985).
Fungsi visuospasial.Suatu penurunan kapasitas visuospasial adalah normal dengan lanjutnya
usia.Meminta penderita untuk mencotoh gambar atau menggambar mungkin membantu dalam
penilaian.Pemeriksaan neuropsikologis harus dilaksanakan jika fungsi visuospasial sangat terganggu
(Kaplan et al, 1997;Hamilton,1985).
Proses berpikir. Gangguan pada progresi pikiran adalah neologisme,gado-gado
kata,sirkumstansialitas,asosiasi longgar,asosiasi bunyi,flight of ideas,dan retardasi.Hilangnya
kemampuan untuk dapat mengerti pikiran abstrak mungkin tanda awal dementia.
Isi pikiran harus diperiksa adanya obsesi ,preokupasi somatik,kompulsi atau waham.Gagasan
tentang bunuh diri atau pembunuhan harus dicari .Pemeriksaan harus menentukan apakah terdapat
waham dan bagaimana waham tersebut mempengaruhi kehidupan penderita.Waham mungkin
merupakan alasan untuk dirawat.Pasien yang sulit mendengar mungkin secara keliru diklasifikasikan
sebagai paranoid atau pencuriga(Weinberg,1995;Kaplan et al,1997;Hamilton,1985;Laitman,!990).
Sensorium dan kognisi. Sensorium mempermasalhkan fungsi dari indra tertentu,sedangkan kognisi
mempermasalahkan inrformasi dan intelektual (Weinberg,1995;Hamilton,1985).
Kesadaran.Indikator yang peka terhadap disfungsi otak adalah adanya perubahan kesadaran ,adanya
fluktuasi tingkat kesadaran atau tampak letargik.Pada keadaan yang berat penderita dalam keadaan
somnolen atau stupor (Kaplan et al,1997;Hamilton,1995)
Orientasi.Gangguan orientasi terhadap waktu,tempat dan orang berhubungan dengan gangguan
kognisi.Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif,gangguan kecemasan,gangguan
buatan,gangguan konversi dan gangguan kepribadian,terutama selam periode stres fisik atau
lingkungan yang tidak mendukung (Kaplan et al,1997;Hamilton,1985).Pemeriksa harus menguji
orientasi terhadap tempat dengan meminta penderita menggambar lokasi saat ini.Orientasi terhadap
orang mungkin dinilai dengan dua cara :apakah penderita,mengenali namnya sendiri,dan apakah juga
mengenali perawat dan dokter.Orientasi waktu diuji dengan menanyakan tanggal,tahun,bulan dan hari.
Daya ingat.Daya ingat dinilai dalam hal daya ingat jangka panjang,pendek dan segera.Tes yang
diberikan pada penderita dengan memberikan angka enam digit dan penderita diminta untuk
mengulangi maju mundur .Penderita dengan daya ingat yang tak terganggu biasanya dapat mengingat
enam angka maju dan lima angka mundur .Daya ingat jangka panjang diuji dengan menanyakan tempat
dan tanggal lahir,nama dan hari ulang tahun anak-anak penderita.Daya ingat jangka pendek dapat
diperiksa dengan beberapa cara ,misalnya dengan menyebut tiga benda pada awal wawancara dan
meminta penderita mengingat kembali benda tersebut akhir wawancara.Atau dengan memberikan
cerita singkat pada penderita dan penderita diminta untuk mengulangi cerita tadi secara tepat/persisi
(Hamilton,1985).
Fungsi intelektual,konsentrasi,informasi dan kecerdasan.Sejumlah fungsi intelektual mungkin
diajukan untuk menilai pengetahuan umum dan fungsi intelektual.Menghitung dapat diujikan dengan
meminta penderita untu mengurangi 7 dari angka 100 dan mengurangi 7 lagi dari hasil akhir dan
seterusnya sampai tercapai angka 2.Pemeriksa mencatat respons sebagai dasar untuk penguji
selanjutnya.Pemeriksa juga dapat meminta penderita intuk menghitung mundur dari 20 ke 1,dan
mencatat waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pemeriksaan tersebut (Kaplan et
al,1997;Hamilton,1985).
Membaca dan menulis.Penting bagi klinisi untuk memeriksa kemampuan membaca menulis dan
menetukan apakah penderita mempunyai defisit bicara khusus.Pemeriksaan dapat meminta penderita
membaca kisah singkat dengan suara keras atau menulis kalimat sederhana untuk menguji gangguan
membaca atau menulis pada penderita .Apakah menulis dengan tangan kiri atau kanan juga perlu
dicatat(Hamilton,1985).
Beberapa masalah di bidang psikogeriatris
Kesepian
Kesepian atau loneliness,biasanya dialami oleh seorang lanjut usia pada saat meninggalnya
pasangan hidup atau teman dekat ,terutama bila dirinya sendiri saat itu juga mengalami penurunan
status kesehatan,misalnya menderita berbagai penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik,terutama gangguan pendengaran (Brocklehurst-Allen,1987)
Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri.Banyak diantara lansia yang hidup sendiri
tidak mengalami kesepian,karena aktivitas sosial yang masih tinggi,taetapi dilain pihak terhadap lansia
yang walaupun hidup dilingkungan yang beranggotakan cukup banyak ,mengalami kesepian.
Pada penedreita kesepian ini peran dari organisasi sosial sangat berarti,karena bisa bertindak
menghibur,memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial penderita,disamping
memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan dirumah bila bila memang terdapat disabilitas penderita
dalam hal-hal tersebut.
Depresi
Menurut kriteria baku yang dikeluarkan oleh DSM-III R Yang dikeluarkan oleh Asosiasi Psikiater
Amerika,diagnosis depresi harus memenuhi kriteria dibawah ini (Van der Cammen,1991)
Tabel 1.Kriteria DSM-III R*(!987) untuk diagnosis depresi
1. Perasaan tertekan hampir sepanjang hari
2. Secara nyata berkurang perhatian atau keinginan untuk berbagi kesenangan,atau atas semua atau
hampir semua aktivitas.
3. Berat badan turun atau naik secara nyata,atau turun atau naiknya selera makan secara nyata
4. Isomnia atau justru hipersomnia
5. Agitasi atau retardasi psikomotorik.
6. Rasa capai/lemah atau hilangnya kekuatan.
7. Perasaan tidakn berharga,rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat (seiring bersifat delusi)
8. Hilangnya kemampuan untuk berpikir,berkosentrasi atau membuat keputusan.
9. Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati),pikiran berulang untuk lakukan
bunuh diri tanpa rencana yang jelas,atau upaya bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan
bunuh diri
Ditambah lagi
- Takdapat duibuktikan bahwa perasaan/gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan organik
- Gangguan tersebut bukan suatu reaksi normal atas kematian seseorang yang dicintainya
(Komplikasi duka-cita)
- Pada saat gangguan tersebut tidak pernah terjadi ilusi atau halusinasi selama berturut-turut 2 minggu
tanpa adanya gejala perasaan hati yang nyata(misal sebelum gejala perasaan hati tersebut atau
setelah perasaan hati menjadi lebih baik).
- Tidak merupakan superimposing pada suatu skizofrenia,gangguan skizofreniform,gangguan
delusional atau psikotik.
Tabel 2.Prognosis depresi pada usi lanjut
Prognosis baik
Usia < 70 tahun
Riwayat keluarga adanya penderita depresi atau
manik
Riwayat pernah depresi berat (sembuh sempurna)
sebelum usia 5 tahun
Kepribadian ekstrovert dan tempramen yang datar
(Tak berubah-ubah)
Prognosis buruk
Usia>70 tahun dengan wajah tua
Terdapat penyakit fisik serius + disabilitas
Riwayat depresi terus menerus selama 2 tahun
Terbukti adanya kerusakan otak,misal gejala
neurologik dadanya dementia
Diagnosis
Anamnesis merupakan hal yang sngat penting dalam diagnosis depresi dan harus diarahkan pada
pencarian terjadinya berbagai perubahan dari fungsi terdahulu dan terdapatnya 5 atau lebih gejala
depresi mayor seperti disebutkan pada defenisi depresi di atas.Aloanamnesis dengan keluarga atau
informan lain bisa sangat membantu.
Gejala depresi pada usi lanjut sering hanya berupa apatis dan penarikan diri dari aktifitas
sosial,gangguan memori,perhatian serta memburuknya kognitif secara nyata.Tanda disfori atau sedih
yang jelas seringkali tidak terdapat .Seringkali sukar untuk mengorek adanya penurunan perhatian dari
hal-hal yang sebelumnya disukai,penurunan nafsu makan,aktivitas atau sukar tidur.
Depresi pada usia lanjut seringkali kurang atau tidak terdiagnosis karena hal-hal berikut :

Penyakit fisik yang diderita seringkali mengacaukan gambaran depresi,antara lain mudah lelah
dan penurunan berat badan.

Golongan lanjut usia sering kali menutupi rasa sedihnya dengan justru menunjukan bahwa dia
lebih aktif.

Kecemasan,obsesionalitas,histeria dan hipokondria yang sering merupakan gejala depresi justru
sering menutupi depresinya.Penderita dengan hipokondria,misalnya justru sering dimasukkan
ke bangsal Penyakit Dalam atau Bedah (misalnya karena diperlukan penelitian untuk konstipasi
dan lain sebagainya)

Masalah sosial yang juga di derita seringkali membuat gambaran depresi menjadi lebih rumit.
Mengingat hal-hal tersebut diatas,maka dalam setiap asesmen geriatri seringkali disertakan form
pemeriksaan untuk depresi,yang seringkali berupa skala depresi geriatrik (GDS) atau skala penilian
(depresi)Hamilton (Hamilton Rating Scale=HRS).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terdiri atas penatalaksanaan psikologik,penatalaksanaan dan pencegahan sosial
dan penatalaksanaan farmakologik.Rujukan ke psikiater dianjurkan apabila penderita menunjukan
gejala (Van der Cammen,1991).
 Masalah diagnostik yang serius
 Risiko bunuh diri tinggi
 Pengabaian diri (self neglect)yang serius
 agitasi,delusi atau halusinasi berat
 tidak memberikan tanggapan atau tak patuh terhadap pengobatan yang diberikan
 Memerlukan tindakan/rawat inap di institusi atau pelayanan psikiatrik lain.
Diantara obat-obat depresi harus dipilih dan disesuaikan dengan keadaan dan gejala yang
diderita.Untuk penderita yang secara fisik aktif,sebaiknya tidak diberikan obat yang memberikan efek
sedatif,sebaliknya penderita yang agiant golongan obat tersebut mungkin diperlukan
Tabel 3.Berbagai pilihan obat antidepresan
Antidepresan trisiklik
Yang bersifat sedatif
: Amitriptilin
Dotipin
Sedikit bersifat sedatif
: Imipramin
Nortriptilin
Protriptilin
Antidepresan yang lebih baru
Bersifat sedatif
: Trasodon
Mianserin
Kurang sedatif
: Maprotilin
Lofepramin
Flukfosamin
Dari Van der Cammen,1991
Walaupun obat golongan litium mungkin bisa memberikan efek,terutama penderita dengan
depresi manik,obat ini sebaiknya hanya diberikan setelah berkonsultasi pada psikiater.Obat juga harus
diberikan dengan dosis awal rendah dan berhati-hati bila terdapat penurunan fungsi ginjal.
Gangguan cemas
Gangguan cemas dibagi dalam beberapa golongan ,yaitu fobia,gangguan panik,gangguan cemas
umum,gangguan stres pasca trauma dan gangguan obsesif-kompulsif.Puncak Insidensi antara usi 20-40
tahun,dan prevalensi pada lansia lebih kecil dibandingkan pada dewasa muda.Pada usia lanjut
seringkali gangguan cemas ini merupakan kelanjutan dari dewasa muda.Awitan yang terjadi pada usia
lanjut biasanya berhubungan/sekunder akibat depresi,penyakit medis,efek samping obat atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat (Reuben et al,1996).
Gejala dan pengobatan pada usia lanjut hampir serupa dengan pada usia dewasa muda,oleh
karenanya tidak akan disinggung lebih mendalam.
Psikologis pada usia lanjut
Berbagai bentuk psikosis bisa terdapat pada usia lanjut,baik sebagai kelanjutan keadaan pada
dewasa muda atau yang timbul pada usia lanjut.Pada dasarnya jenis dan Penatalaksanaanya hampir
tidak berbeda dengan yang terdapat pada populasi dewasa muda.Walaupun beberapa jenis khusus akan
disinggung sedikit berikut ini.
Parafrenia.Adalah suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdpat pada lanjut usia yang ditandai
dengan waham (Biasanya waham curiga dan menuduh),sering penderita merasa tetangga mencuri
barang-barangnya atau tetangga berniat membunuhnya (Brocklehurst-Allen,1987).Biasanya terjadi
pada individu yang terisolasi atau menarik diri pada kegiatan sosial.Apabila waham tersebut
menimbulkan keributan antar tetangga atau bahkan skandal,pemberian terapi dengan derivat fenotiasin
sering bisa menenangkan (Brocklehurst-Allen,1987).
Sindroma Diogenes.Adalah suatu keadaan dimana seorang lanjut usia menunjukkan penampakan
perilaku yang sangat terganggu .Rumah atau kamar sangat kotor,bercak dan bau urin dan feses dimanamana(karena sering penderita terlihat bermain-main dengan feses/urin).Tikus berkeliaran dan
sebagainya .Penderita menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur (“nyusuh”).
Individu lanjut usi yang menderita keadaan ini biasanya mempunyai IQ yang tinggi,50% kasus
intelektualnya normal (Brocklehurs-Allen,1987).Mereka biasanya menolak untuk dimasukkan di
institusi.Upaya untuk mengadakan pengaturan/pembersihan rumah/kasar,biasanya akan gagal,karena
setelah beberapa waktu hal tersebut akan terulang kembali.
Kesimpulan
Bahwa pelayanan geriatri di Indonesia sudah saatnya diupayakan diseluruh jenjang pelayanan
kesehatan di Indonesia.Untuk itu pengetahuan mengenai geriatri harus sudah merupakan pengetahuan
yang diajarkan pada semua tenaga kesehatan.Dalam hal ini pengetahuan mengenai psikogeriatri atau
kesehatan jiwa pada usia lanjut merupakan salah satu diantara berbagai pengetahuan yang perlu
diketahui .Tatacara pemeriksaan dasar psikogeriatri oleh karena itu sering disertakan dalam
pemeriksaan/asesmen geriatri,antara lain mengenai pemeriksaan gangguan mental.Kognitif,depresi dan
beberapa pemeriksaan lain.
Daftar pustaka
1. American psychiatric Association.Diagnostic and statistical manual of mental disorder,3rd
edits,revised.Washington DC,1987.
2. Brocklehurs JC and Allen SC (1987).Sociological and psychological gerontology.In
Brocklehurs JC and Allen SC (eds).Geriatric Medicine for students,3rd eds.Churchill
Livingstone.
3. Brocklehurs JC and Allen SC.Care of the dying.In Brocklehurst JC anf Allen SC (eds).Geriatric
Medicine for students,Churchill Livingstone.
4. Direktorat Kesehatan Jiwa.Pedoman Pengelolaan Jiwa dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia.Dep Kes RI,1982
5. Gunadi H.Problematik usia lanjut ditinjau dari sudut kesehatan jiwa .Jiwa XVII (4): 89-97,1984
6. Hamilton M.Fish's clinical psychophysiology.Wright,bristol,1985
7. Hadi Martono.Socio cultural factors influencing the development of depression in elderly
patients admited to the acute geriatric wards in Indonesia.Word Congress of
Gerontology,Adelaide,1997.
8. Kaplan HI,Sadock BJ and Greb.Geriatri.Sinpsi Psikiatri vol 1/7.Alih bahasa :Wijaya
Kusuma,Bina Rupa Aksara,Jakarta,867-881,1997.
9. Kolb LC,Brodie HK,Modern clinical psychiatry.WB Saunders Co.Philadelphia,1982
10. Laitman LR Paraphrenias and other psychoses.In Geriatric Medicine and Gerontology,2nd
eds.McGraw Hill New York,1019-1024,1990
11. Reuben DB,Yoshikawa TT and Besdine RW.Geriatric psychiatry.In Reuben DB,Yoshikawa TT
and Besdine RW (eds) .Geriatric Review Syllabus,Kendall-Hunt Publishing
Coy,Debuque,Iowa,1996
12. Van der Cammen TJM,Rai TGS and Exton-Smith AN (eds).Manual of Geriatric
Medicine.Chuchill Livingstone,Edinburgh,1991
13. Weinberg J.Genatric psychiatry.In Freedman AN,Kaplan HI anf Sadock RJ
(eds).Comprehensive Textbook of Psychiatry,6th eds.The William-Wilkins Co.,2507-1527,1995
Download